Sri Areyeni
Atwinda Nika H
Rini Novianti Permata
Ita Novayanti
Hatriano
AMFIBI
A. Definisi dan karakteristik Amphibi
Kata amphibi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu
Amphi (rangkap) dan bios (hidup). Atau dapat diartikan sebagai hewan bertulang
belakang (vertebrata) dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut
yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. Karena itu amphibi diartikan
sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada
umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua
adalah di daratan.
Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada
fase ini berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan
bernafas dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki.
Perubahan cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke
daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang.
Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam
liang dan bergerak dengan cara melompat.
Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik.
Pada mata terdapat membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari
debu, kekeringan dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem
syaraf mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi
lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi
hampir tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang
menghasilkan bahan pelembab atau perekat. Walaupun demikian, tidak semua amphibi
melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi,
misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi
dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan
berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian
hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk berkembang
biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada
kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air.
Amfibia mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut:
Penutup tubuh
Alat gerak
Alat pernapasan
Suhu tubuh
Peredaran darah
Alat
dingin/poikiloterm)
Tertutup
Mata dan matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut
penglihatan
Berkembang
biak
Jantung
Mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu
bilik
Mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang
yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat
dan berenang
Memiliki dua lubang hidung yang berhubungan dengan ruang mulut yang
mempunyai klep untuk menahan air
Umumnya pada mulut terdapat gigi dan lidah sering kali dapat dikeluarkan
Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat
pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai katup
yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam
Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan
di luar tubuh induknya (pembuahan eksternal).
Fertilisasi secara internal dan ekternal dan umumnya ovivar dengan stadium
larva dalam air dan bermetamorfosis menjadi dewasa.
B.
: Animalia
Filum
: Chordata
Upafilum : Vertebrata
Superkelas : Tetrapoda
Kelas
: Amphibia
Anggota amphibia terdiri dari 3 ordo yaitu Apoda (Caecilia), Urodela
Scolecomorphiidae,
dan
Caecilidae.
Famili
Caecilidae
pada
Salamander
yang
memiliki
paru-paru.
Jadi
pada
Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal
dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal.
Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae,
Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai kelima
famili tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bufonidae
Famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar
dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat
pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Sacral
diapophisis melebar. Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak
memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan
jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal.
Famili ini terdiri dari 18 genera dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa
contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo
biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne borbonica.
2. Megophryidae
Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk
di atas matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada
umumnya famili ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga
pergerakannya lambat dan kurang lincah. Gelang bahu bertipe firmisternal.
Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti
mangkuk untuk mencari makan di permukaan air. Adapun contoh spesies
anggota famili ini adalah Megophrys montana dan Leptobranchium hasselti.
3. Ranidae
Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping.
Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk
membantu berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil.
Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti
pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian
maxillanya. Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan bersifat
ovipar. Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah:
Rana chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis,
Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli,
Occidozyga sumatrana.
4. Microhylidae
Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif
panjang dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan
mandibulanya, tapi beberapa genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota
famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang
bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya adalah: Microhyla achatina.
5. Rachoporidae
Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit
yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu
firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi
palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan
fertilisasi secara eksternal.
D. Anatomi dan fisiologi
1. Sistem Rangka
Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagianbagian yang lunak. Fungsi rangka adalah untuk melindungi bagian-bagian tubuh
yang vital, melekatnya otot daging berguna untuk gerak dan berjalan. Pada fase
cebong (berudu) tulang-tulang masih lunak.Kemudian pada fase dewasa
menjadi keras. Tapi pada sambungan-sambungan tulang masih tetap lunak
dengan permukaan yang licin.Tempurung kepala,vertebrae dan sternum
merupakan skeleton axiale sedang kaki merupakan skeleton appendiculare.
Tempurung kepala yang besar serta pipih terdiri atas:
1. Cranium yang sempit
2. Beberapa pasang kapsula sensoris dari hidung kapsula pendengar dan
kapsula yang besar untuk mata.
3. Tulang-tulang rahang, os hyoid dan tulang rawan dari larynx (skleton
viseral).
Sebagian besar amfibi mempunyai dua pasang tungkai dengan empat jari
kaki pada kaki depan dan lima jari kaki belakang.Jumlah jari mungkin ada yang
berkurang seperti pada salamander, dan pasangan tungkai tidak ada pada
Caecillia.Tungkai biasanya tidak mempunyai kuku, tapi ada semacam tanduk
pada jari-jarinya.
Tulang punggung yang bersambung dengan kepala dan extrimitas berfungsi
menyokong tubuh dan melindungi sumsum, terdiri atas 9 columna vertebralis
Sistem saraf
Sistem saraf pada amfibi terdiri atas sistem saraf sentral dan sistem saraf
periforium. Sistem saraf sentral terdiri dari : encephalon (otak) dan medulla
spinalis. Enchephalon terdapat pada kotak otak (cranium). Pada sebelah dorsal
akan tampak dua lobus olfactorium menuju saccus nasalis, dua haemisperium
cerebri atau cerebrum kanan kiri yang berbentuk ooid yang dihubungkan
dengan comisure anterior, sedangkan bagian anteriornya dergabung dengan
dienchepalon medialis. Dibagian belakang ini terdapat dua bulatan lobus
opticus yang ditumpuk otak tengah tengah (mesenchepalon) sebelah bawahnya
merupakan cerebreum (otak kecil). Dibelakang terdapat bagian terbuka sebelah
atas yakni medulla oblongata yang berhubungan dengan medulla spinalis dan
berakhir disebelah felium terminale .
Terdiri atas sistem nervorum central dan sistem nervorum periforium.
Dalam Sistem nervorum central terdiri dari encephalon (otak) dan medulla
spinalis (nervecord). Encephalon terdapat dalam kotak otak (Cranium). Dari
pandangan sebelah dorsal akan tampak dua lobus olfactorius menuju saccus
nasalis, dua hemispherium cerebri atau cerebrum kanan kiri yang berbentuk
ovoid yang dihubungkan oleh comissura anterior sedang bagian anteriornya
bergabung dengan diencephalon medialis. Di bagian belakang terdapat dua
bulatan lobus opticus yang ditumpu otak tengah (mesencephalon) sebelah
bawah dan selanjutnya diikuti oleh cerebellum (otak kecil) yang merupakan
bagian kecil. Di belakangnya terdapat bagian yang terbuka sebelah atas yaitu
medulla oblongata yang selanjutnya berhubungan dengan medulla spinalis,
berakhir di sebelah caudal dengan felium terminale. Diencephalon mempunyai
badan sebelah dorsal yang disebut epiphyse atau glandulae pinealis. Di bawah
diencephalon terdapat chiasma opticua, yang selanjutnya diikuti oleh
infudibulum yang tumbuh keluar sebagai segitiga tumpul dengan hypophyse
atau glandulae pituitaria pada posteriornya. Di dalam otak terdapat ronggarongga yang disebut ventriculus. Cairan cerebrospinalis mengisi ventriculusventriculus tersebut dan sekitar otak. Pertukaran zat atau metabolism pada otak
dilakukan oleh pembuluh-pembuluh darah arteri dan venulae yang meliputi
jaringan permukaan otak. Otak dan medulla spinalis dibungkus oleh dua
membran yang tebal yaitu duramater yang berbatasan dengan tulang, dan
membran halus yaitu piamater yang berbatasan dengan jaringan saraf. System
nervorum perivorum terdiri atas nervi Cranialis dan nervi spinalis. Nervi
spinalis berpusat pada otak di berbagai lobus.
5. Sistem respirasi
Respirasi adalah suatu proses penyediaan oksigen bagi tubuh. Sistem ini
terdiri atas paru-paru (pulmo) dan cutan (kulit), serta lapisan rongga kulit. Alatalat ini mempunyai permukaan yang basah (lapisan epithelium yang banyak
mengandung pembuluh darah). Oksigen yang berasal dari udara larut dalam
cairan permukaan respirasi dengan jalan difusi masuk ke pembuluh darah.
Dalam proses ini hemoglobin memegang peranan dalam oksidasi yang
selanjutnya akan dibawa ke jaringan-jaringan tubuh yang memerlukan.
Sebagian besar karbondioksida diangkut oleh plasma darah dari jaringan ke alat
respirasi. Struktur paru-paru amphibi masih sederhana. Paru-paru katak terdiri
atas dua sakus yang elastis yang berisi lipatan yang membentuk kamar-kamar
kecil yang disebut alviola, yang masing-masing diliputi oleh pembuluhpembuluh kapiler. Masing-masing sakus paru-paru dihubungkan dengan saluran
bronchi yang pendek, kemudian kedua bronchi bersatu menuju larynx (kotak
suara) dengan lubangnya yang disebut glottis.
Pada kodok, oksigen berdifusi melalui kulit, dan paru-paru. Kecuali pada
fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput rongga
mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karena tipis dan banyak terdapat
kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan
faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di
rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis.
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit,
ini dimungkinkan karna kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung
banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi (Godknecht, 2004).
Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea)
kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya
karbon dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke
kulit dan paru-paru lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan
demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit. Selain
bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan
paruparu walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia. Katak
mempunyai
sepasang
paru-paru
yang
berbentuk
gelembung
tempat
inspirasi
adalah
dimulai
dari
otot
Sternohioideus
paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam
kapiler dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke
lingkungan.
Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan
sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan
masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane
membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga
diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil.
Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida
keluar.
6. Sistem Reproduksi
Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada
anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara
eksternal dilakukan di dalam perairan yang tenang dan dangkal.
Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang disebut
dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih kecil menempel di
punggung betina dan mendekap erat tubuh betina yang lebih besar. Perilaku
tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina agar mengeluarkan sel
telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya.Amplexus bisa terjadi antara satu
betina dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan sering terjadi
persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama bertahan
dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya.
Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun
ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo
apoda. Reproduksi pada katak yaitu dengan cara fertilisasi eksternal, katak
jantan menjepit katak betina ketika perkawinan (yaitu ketika telur dilepaskan
dan sperma disemprotkan).
Ginjal amfibi, seperti pada ikan sejenis opistonefros. Amfibi berekor
ginjalnya berstruktur elongasi seperti pada Elasmobranchii tetapi pada jenis
Anura ada tendensi menjadi pendek. Banyak amphibi yang sebagian atau
seluruh hidupnya berada dalam air, korpuskel renalis nya berkembang untuk
membantu mencegah pengenceran yang berlebihan dari cairan tubuh. Pembuluh
arkinefrik amfibi jantan berupa genital ekskretori. Pembuluh arkinefrik tersebut
hanya melakukan transport sperma.
Sistem ini masih disebut sebagai suatu sistem gabungan karena masingmasing sistem masih tergabung pada kloaka sebagai muara bersama baik untuk
sistem ekskresi maupun untuk sistem reproduksi, dan kecuali untuk feses.
Sistem ekskresi sebagai sistem pembuangan zat-zat yang tidak berguna
pada amphibi dilakukan oleh kulit, paru-paru, dan beberapa zat yang tidak
berguna itu dilepaskan oleh hati berupa empedu dan yang terpenting dilakukan
oleh ren. Ren yang berbentuk bulat panjang, berwarna coklat terpisah dari
coelom di bawah vertebrae. Pemisahan ini disebut retroperitonial. Ren
merupakan alat filter selektif untuk membuang sisa-sisa zat organis dan garamgaram mineral dari pembuluh darah. Proses filtrasi terjadi pada capsula renalis.
Sebuah capsula renalis terdiri atas:
1. Pembuluh darah kecil yang berlekuk-lekuk yang disebut glomerulus
2. Dinding ganda yang berbentuk mangkokan yang disebut capsula bowman
3. Tubulus uriniferus yang merupakan pembuluh lanjutan dari capsula bowman
dililiti oleh pembuluh darah arteri. Tubulus itu akan menyalurkan isinya
pada pembuluh pengumpul yang disebut ductus Wolfian atau ureter, yang
merupakan pembuluh sepanjang dorsal menuju ke vesica urinaria sebagai
penyimpan sementara. Akhirnya urin sebagai bahan sampah dibuang ke
kloaka dan selanjutnya dikeluarkan dari tubuh.
Organon genitalis masculinus yang berupa sepasang testis berbentu oval
berwarna keputih-putihan, terletak di sebelah anterior dari ren; diikat oleh alat
penggantungnya yang kita sebut mesorchium yang terjadi dari lipatan
peritoneum. Di sebelah cranial testis melekatlah corpus adiposum, suatu zat
lemak yang berwarna kekuning-kuningan, sedang di sebelah median dataran
testis terdapat saluran-saluran halus yang disebut vasa efferentia yang bermuara
pada saluran kencing, kemudian menuju ke kloaka. Akhir dari ureter mengalami
pembesaran dan disebut vesicular seminalis, sebagai tempat penampungan
spermatozoa sementara.
Organon genitalis femimus yang terdiri atas sepasang ovarium dilekatkan
dengan bagian dorsal coelom oleh alat penggantung yang disebut mesovarium,
yang terjadi dari lipatan peritoneum. Pada hewan yang telah dewasa kadangkadang terdapat ova yang berwarna hitam dan putih berbentuk bintik-bintik.
Pada ovarium juga terdapat corpus adiposum yang berwarna kekuning-
kuningan. Pada breeding season ova yang telah masak menembus dinding
ovarium untuk masuk ke dalam oviduct, yaitu suatu saluran yang berkelok-kelok
dengan ujung terbuka sehingga tidak berhubungan dengan ovarium. Pada
sebelah posterior saluran ini melebar dengan dinding yang tipis, kadang-kadang
ada yang menyebut sebagai uterus. Selanjutnya ovum menuju ke kloaka pada
suatu papilae. Fertilisasi terjadi di luar tubuh, tapi walaupun demikian pada
breeding season katak jantan menempel di punggung katak betina untuk
memudahkan terjadinya fertilisasi.
E. Habitat dan persebaran
Amphibi muncul pada pertengahan periode Jura, pra era Paleozoik sebagai
vertebrata yang tertua. Kebanyakan Amfibi adalah hewan tropis, karena sifatnya
yang poikiloterm atau berdarah dingin. Amphibi memerlukan sinar matahari untuk
mendapatkan panas ke tubuhnya, karena tidak bisa memproduksi panas sendiri.
Oleh karena itu banyak amphibi yang ditemukan di wilatah tropis dan sub tropis,
termasuk di seluruh indonesia.Amphibi umumnya merupakan makhluk semi akuatik,
yang hidup di darat pada daerah yang terdapat air tawar yang tenang dan dangkal.
Tetapi ada juga amphibi yang hidup di pohon sejak lahir sampai mati, dan ada juga
yang hidup di air sepanjang hidupnya.Amphibi banyak ditemukan di areal sawah,
daerah sekitar sungai, rawa, kolam, bahkan di lingkungan perumahan pun bisa
ditemukan.