Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Thiomargarita_namibiensis
Kokus ( Bulat)
Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai
beberapa variasi sebagai berikut:
a) Monokokus yaitu berupa sel bakteri kokus tunggal
b) Diplokokus yaitu dua sel bakteri kokus berdempetan
c) Tetrakokus yaitu empat sel bakteri kokus berdempetan
berbentuk segi
empat.
Sarkina yaitu delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk kubus
Streptokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan membentuk
rantai.
d) Tapilokokus yaitu lebih dari empat sel
buah anggur.
Sumber :
2.
Basil ( Batang )
Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan
mempunyai variasi sebagai berikut:
a) Monobasil yaitu berupa sel bakteri basil tunggal.
b) Diplobasil yaitu berupa dua sel bakteri basil berdempetan.
c) Streptobasil yaitu beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk rantai.
Sumber :
3.
Spirilum ( Spiral )
Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi
sebagai berikut:
a) Spiral yaitu bentuk sel bergelombang.
b) Spiroseta yaitu bentuk sel seperti sekrup.
c) Vibrio yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma.
Sumber :
b) Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan
fosfolipid dan protein.
c) Sitoplasma adalah cairan sel.
d) Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan RNA.
e) Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan.
Sumber :
Struktur Tambahan Bakteri :
a) Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu,
bila
lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir. Kapsul
dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.
b) Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol
dari dinding sel.
Sumber :
c) Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari
dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter
lebih kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif.
Fimbria adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.
Sumber :
d) Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung
pigmen
melakukan fotosintesis.
e) Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.
Sumber :
C.
Sumber :
Struktur peptidoglikan yang setiap unit mengalami repetisi membentuk glycan tetrapeptide.
Rantai panjang dari peptidoglikan ini disintesis secara berdampingan untuk membentuk
suatu lembaran yang melingkupi suatu sel. Rantai-rantai peptidoglikan tersebut
dihubungkan secara menyilang oleh asam amino. Sementara ikatan glikosida
menghubungkan gula di dalam untaian glikan secara kovalen.
Sumber :
Struktur peptidoglikan pada Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
Sumber :
(a) struktut asam teikoat; (b) ilustrasi dinding sel bakteri gram positif.
j.
2) Dinding Sel Bakteri Gram (Negative)
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang dinding selnya menyerap warna
merah, dan memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis. Lapisan peptidoglikan pada
bakteri Gram negatif terletak di ruang periplasmik antara membram plasma dengan
membran luar. Bakteri gram negatif memiliki struktur yang lebih kompleks
dibandingkan dengan bakteri gram positif. Komposisi peptidoglikan sekitar 10-20%
dan sisanya berupa polisakarida, protein, dan lipid. Dinding sel terdiri atas
membran luar yang menyusun permukaan luar dinding dan berbatasan dengan
ruang periplasmik yang sangat sempit (Gambar 4). Pada pewarnaan gram, bakteri
ini tidak bisa mempertahankan warna kristal violet pada tahap dekolorisasi. Hal ini
dikarenakan
dinding
selnya
sangat
tipis
dan
jumlah
lipoprotein
serta
lipopolisakarida banyak pada dinding sel. Contoh bakteri gram negatif adalah
aeruginosa, azotobacter, influenzae, rhizobium leguminosarum, salmonella typhi,
helicobacter pylori, neisseria gonorrchoeae, pseudomonas aeruginosa
Sumber :
a) Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 15 mm, berlapis tiga atau multilayer.
b) Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan
terdapat didalam.
c) Lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit 10% dari berat kering,
tidak mengandung asam tekoat.
d) Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
e) Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal
violet.
f) Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
g) Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
h) Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat.
i) Peka terhadap streptomisin.
j) Toksin yang dibentuk Endotoksin.
Karakteristik
Peptidoglikan
Asam Teikoat
Membran Luar
Ruang Periplasmik
Bentuk Sel
Hasil Pencernaan Enzim
Sensitivitas terhadap
D.
Mekanisme Pengecetan Gram pada Bakteri Gram + (Positif) dan Bakteri Gram
(Negative)
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies
bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gram-negatif, berdasarkan
sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya,
ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (18531938) yang mengembangkan teknik ini
pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella
pneumoniae.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat
tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh
karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak
mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri yang tergolong bakteri
tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus
Nocardia. Bakteri-bakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat
lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut
relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut
tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram.
Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :
a) Zat warna utama (violet kristal)
b) Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna
utama.
c) Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang digunakan
uantuk melunturkan zat warna utama.
d) Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang
telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.
Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu
pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan zat warna metil
ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji
pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu,
yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda.
Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan
perbedaan struktur dinding sel mereka.
Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap yaitu
a. Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu.
b. Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ.
c. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.
d. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding
selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma
organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram
negatif dengan pencucian alcohol memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif
memiliki membran tunggal yang dilapisi peptidohlikan yang tebal (25-50nm) sedangkan
bakteri negative lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).
Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu
pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan zat warna metil
ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji
pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu,
yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda.
Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan
perbedaan struktur dinding sel mereka.
Pemberian kristal violet pada bakteri gram positif akan meninggalkan warna ungu
muda. Perbedaan respon terhadap mekanisme pewarnaan gram pada bakteri adalah
didasarkan pada struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri gram positif
mengandung protein dan gram negative mengandung lemak dalam persentasi lebih tinggi
dan dinding selnya tipis. Pemberian alkohol (etanol) pada praktikum pewarnaan bakteri,
menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar permeabilitas dinding sel.
Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah
pada bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi
dengan perlakuan alkohol, pori pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran
menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel berwarna ungu.
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding
selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma
organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram
negatif dengan pencucian alcohol memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif
memiliki membran tunggal yang dilapisi peptidohlikan yang tebal (25-50nm) sedangkan
bakteri negative lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).
E. Kerusakan Pada Dinding Sel Bakteri
Kerusakan pada dinding sel bakteri terjadi karena tekanan osmotik yang disebabkan
tingginya konsentrasi protein dan molekul lainnya dalam sel dibandingkan dengan
lingkungan di luarnya dan dinding sel akan pecah. Osmosis didefinisikan sebagai
perpindahan air melalui membran semipermeabel dari daerah konsentrasi zat terlarut rendah
ke daerah konsentrasi tinggi. Bakteri memiliki dinding sel yang terbuat dari lapisan
peptidoglikan yang membuat sel kaku dan memberikan bentuk.
F. Struktur Internal pada Dinding Sel Prokariotik dan Fungsinya
Sel prokariotik yaitu sel yang tidak memiliki membran inti. Makhluk hidup uniseluler
termasuk
golongan
sel
prokariotik,
contoh
bakteri
(Bacteria)
dan
sianobakteri
d) Ribosom: Semua sel, baik prokariotik dan eukariotik, memiliki beberapa ribosom
dibagian dalam. Ribosom adalah mesin pembuatan protein sel.
G. Endospora Bakteri
1. Pembentukan dan Perkecambahan Endospora
Proses pembentukan endospora disebut juga dengan sporulasi, yang terjadi melalui
tahap-tahap sebagai berikut :
1.
Pada tahap pertama bakteri membentuk filamen aksial. Pembentukan filamen aksial
tidak berlangsung lama.
2.
Pembentukan septum asimetris, menghasilkan sel induk dan calon sel pra-spora.
Masing-masing sel menerima DNA anakan. Selanjutnya terjadi fagositosis sel
praspora oleh sel induk, sehingga sel praspora menjadi bentukan yang disebut
protoplas.
3.
4.
5.
Pembentukan
pembungkus
(coat).
Spora-awal
menyintesis
berlapis-lapis
7.
Tahap terakhir adalah pelepasan spora. Terjadi lisis sel induk, sehingga spora yang
telah matang keluar. Tidak ada aktivitas metabolic yang terjadi sampai spora siap
untuk melakukan germinasi. Proses sporulasi ini biasanya berlangsung sekitar 15
jam.
Sumber : https://yumechantiq.wordpress.com/2011/07/09/pembentukan-endosporapada-bakteri/
Sumber : http://itshupo.blogspot.co.id/2014/01/proses-sporulasi.html
http://indrimidwife.blogspot.co.id/2011/09/bakteriologi.html
http://file.upi.edu/
2.
H. Plasmid
1) Plasmid pada bakteri.
Plasmid adalah DNA ekstrakromosomal yang dapat bereplikasi secara autonom dan
bisa ditemukan pada sel hidup. Di dalam satu sel, dapat ditemukan lebih dari satu plasmid
dengan ukuran yang sangat bervariasi namun semua plasmid tidak mengkodekan fungsi
yang penting untuk pertumbuhan sel tersebut. Umumnya, plasmid mengkodekan gen-gen
yang diperlukan agar dapat bertahan pada keadaan yang kurang menguntungkan sehingga
bila lingkungan kembali normal, DNA plasmid dapat dibuang.
Sumber :
2) Struktur plasmid
Sebagian besar plasmid memiliki struktur sirkuler, namun ada juga plasmid linear
yang dapat ditemukan pada mikroorganisme tertentu, seperti Borrelia burgdorferi dan
Streptomyces. Plasmid ditemukan dalam bentuk DNA utas ganda yang sebagian besar
tersusun menjadi superkoil atau kumparan terpilin. Struktur superkoil terjadi karena
enzim topoisomerase membuat sebagian DNA utas ganda lepas (tidak terikat) selama
replikasi plasmid berlangsung. Struktur superkoil akan menyebabkan DNA plasmid
berada dalam konformasi yang disebut lingkaran tertutup kovalen atau covalently closed
circular (ccc), namun apabila kedua utas DNA terlepas maka akan plasmid akan kembali
dalam keadaan normal (tidak terpilin) dan konformasi tersebut disebut sebagai open
circuler (oc).
3) Fungsi plasmid
Plasmid telah diproduksi secara komersil oleh sejumlah perusahaan untuk digunakan
sebagai vektor kloning. Agar dapat digunakan sebagai vektor kloning, plasmid harus
memiliki beberapa kriteria, yaitu berukuran kecil, relatif memiliki jumlah salinan yang
tinggi (high copy number), memiliki gen penanda seleksi dan gen pelapor, serta memiliki
situs pemotongan enzim restriksi untuk memudahkan penyisipan DNA ke dalam vektor
plasmid.