Anda di halaman 1dari 20

SEL PROKARIOTIK

A. Ukuran, Bentuk dan Susunan (Tata letak/arrangement) Sel Bakteri


Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium; jamak: bacteria adalah kelompok
organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Ukuran bakteri sangat kecil berkisar antara
0,5-5m. Bakteri terbesar yang pernah ditemukan adalah Thiomargarita namibiensis dengan
lebar mencapai 750m (0,75 mm) yang membuatnya bisa terlihat dengan mata telanjang.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Thiomargarita_namibiensis

Bentuk sel bakteri meliputi :


1.

Kokus ( Bulat)
Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai
beberapa variasi sebagai berikut:
a) Monokokus yaitu berupa sel bakteri kokus tunggal
b) Diplokokus yaitu dua sel bakteri kokus berdempetan
c) Tetrakokus yaitu empat sel bakteri kokus berdempetan

berbentuk segi

empat.
Sarkina yaitu delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk kubus

Streptokokus yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan membentuk
rantai.
d) Tapilokokus yaitu lebih dari empat sel

bakteri kokus berdempetan seperti

buah anggur.

Sumber :
2.

Basil ( Batang )
Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan
mempunyai variasi sebagai berikut:
a) Monobasil yaitu berupa sel bakteri basil tunggal.
b) Diplobasil yaitu berupa dua sel bakteri basil berdempetan.
c) Streptobasil yaitu beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk rantai.

Sumber :

3.

Spirilum ( Spiral )
Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi
sebagai berikut:
a) Spiral yaitu bentuk sel bergelombang.
b) Spiroseta yaitu bentuk sel seperti sekrup.
c) Vibrio yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma.

Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:


a) Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri). Meliputi: dinding sel,
membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula penyimpanan
b) Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu) Meliputi kapsul, flagelum,
pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan endospora.

Sumber :

B. Struktur Eksternal pada Dinding Sel Prokariotik serta Fungsinya


Struktur dasar bakteri :
a) Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida
(ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila
peptidoglikannya tebal dan bakteri

gram negatif bila peptidoglikannya tipis).

b) Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan
fosfolipid dan protein.
c) Sitoplasma adalah cairan sel.
d) Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan RNA.
e) Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan.

Sumber :
Struktur Tambahan Bakteri :
a) Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu,
bila
lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir. Kapsul
dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.
b) Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol
dari dinding sel.

Sumber :

c) Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari
dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter
lebih kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif.
Fimbria adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.

Sumber :

d) Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung
pigmen

klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya

terdapat pada bakteri yang

melakukan fotosintesis.

e) Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.

Struktur Eksternal Dinding Sel Bakteri :

Sumber :
C.

Komposisi dan Karakteristik Dinding Sel


Dinding Sel Gram + (Positif) dan Gram (Negatif)
Komponen utama dari dinding sel bakteri adalah peptidoglikan atau disebut juga dengan
murein. Peptidoglikan merupakan suatu polimer yang berukuran besar yang dihubungkan
dengan ikatan kovalen. Peptidoglikan terdiri dari dua macam derivat polisakarida, yakni
N-acetylglucosamine dan N-acetylmuramic acid serta asam amino seperti L-alanine, Dalanine, dan D-glutamic acid. Pada polimer peptidoglikan molekul N-acetylglucosamine
bergantian dengan molekul N-acetylmuramic acid yang saling berpaut silang membentuk
glycan tetrapeptide (Gambar 1). glycan tetrapeptide ini melalui tetrapeptida, empat asam
amino. Sebagian besar bakteri gram positif memiliki asam amino ketiga berupa lisin
sedangkan sebagian besar bakteri negatif berupa asam diaminophimelat.

Sumber :
Struktur peptidoglikan yang setiap unit mengalami repetisi membentuk glycan tetrapeptide.

Rantai panjang dari peptidoglikan ini disintesis secara berdampingan untuk membentuk
suatu lembaran yang melingkupi suatu sel. Rantai-rantai peptidoglikan tersebut
dihubungkan secara menyilang oleh asam amino. Sementara ikatan glikosida
menghubungkan gula di dalam untaian glikan secara kovalen.

Sumber :
Struktur peptidoglikan pada Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

1) Dinding Sel Bakteri Gram + (Positif)


Bakteri gram positif adalah bakteri yang dinding selnya menyerap warna violet
dan memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal. Contoh bakteri gram positif adalah
Bifidobacterium, Lactobacillus, staphilococcus, clotridium, actinomyces, arachnia,
propionibacterium, peptostreptococcus.
Pada dinding sel bakteri gram positif memiliki molekul tambahan berupa asam
teikoat yang terdiri atas gliserol, fosfat, dan ribitol gula alkohol dalam bentuk
polimer dengan panjang 30 unit. Polimer-polimer tersebut terkadang memanjang
sampai keluar dari dinding sel dan kapsul. Pada bakteri gram positif memiliki
lapisan peptidoglikan yang relatif tebal dengan ukuran 20-80 nm. Lapisan
peptidoglikan tersebut menempel pada permukaan luar membran sel. Bakteri jenis
ini tidak memiliki membran luar maupun ruang periplasmik. Sehingga dengan
menggunakan pewarnaan gram (Hans Christian Gram), maka bakteri ini akan
nampak berwarna ungu.

Sumber :
(a) struktut asam teikoat; (b) ilustrasi dinding sel bakteri gram positif.

Ciri-ciri bakteri gram positif :


a. Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau
monolayer.
b. Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan
ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari
50% berat ringan. Mengandung asam tekoat.
c. Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
d. Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.
e. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
f. Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
g. Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut
h. Tidak peka terhadap streptomisin
i. Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin

j.
2) Dinding Sel Bakteri Gram (Negative)
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang dinding selnya menyerap warna
merah, dan memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis. Lapisan peptidoglikan pada
bakteri Gram negatif terletak di ruang periplasmik antara membram plasma dengan
membran luar. Bakteri gram negatif memiliki struktur yang lebih kompleks
dibandingkan dengan bakteri gram positif. Komposisi peptidoglikan sekitar 10-20%
dan sisanya berupa polisakarida, protein, dan lipid. Dinding sel terdiri atas
membran luar yang menyusun permukaan luar dinding dan berbatasan dengan
ruang periplasmik yang sangat sempit (Gambar 4). Pada pewarnaan gram, bakteri
ini tidak bisa mempertahankan warna kristal violet pada tahap dekolorisasi. Hal ini
dikarenakan

dinding

selnya

sangat

tipis

dan

jumlah

lipoprotein

serta

lipopolisakarida banyak pada dinding sel. Contoh bakteri gram negatif adalah
aeruginosa, azotobacter, influenzae, rhizobium leguminosarum, salmonella typhi,
helicobacter pylori, neisseria gonorrchoeae, pseudomonas aeruginosa

Diagram dinding sel bakteri gram negatif.

Sumber :

Ciri-ciri bakteri gram negative :

a) Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 15 mm, berlapis tiga atau multilayer.
b) Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan
terdapat didalam.
c) Lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit 10% dari berat kering,
tidak mengandung asam tekoat.
d) Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
e) Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal
violet.
f) Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana.
g) Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
h) Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat.
i) Peka terhadap streptomisin.
j) Toksin yang dibentuk Endotoksin.

Perbedaan antara Bakteri Gram + ( Positif ) dan Bakteri Gram ( Negative )

Karakteristik
Peptidoglikan
Asam Teikoat
Membran Luar
Ruang Periplasmik
Bentuk Sel
Hasil Pencernaan Enzim
Sensitivitas terhadap

Bakteri Gram (+)


Lapisan tebal
Sering dijumpai
Tidak ada
Tidak ada
Kaku
Protoplas
Paling sensitif

Bakteri Gram (-)


Lapisan tipis
Tidak ada
Ada
Ada
Kaku dan fleksibel
Spheroplast
Kurang sensitif

Warna dan Antibiotik

D.

Mekanisme Pengecetan Gram pada Bakteri Gram + (Positif) dan Bakteri Gram
(Negative)
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies
bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram-positif dan gram-negatif, berdasarkan
sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya,
ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (18531938) yang mengembangkan teknik ini

pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella
pneumoniae.
Dengan metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
bakteri Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat
tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya. Oleh
karena itu, pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak
mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp Contoh bakteri yang tergolong bakteri
tahan asam, yaitu dari genus Mycobacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus
Nocardia. Bakteri-bakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah besar zat
lipodial (berlemak) di dalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel tersebut
relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel bakteri tersebut
tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan sederhana atau Gram.
Dalam pewarnaan gram diperlukan empat reagen yaitu :
a) Zat warna utama (violet kristal)
b) Mordan (larutan Iodin) yaitu senyawa yang digunakan untuk mengintensifkan warna
utama.
c) Pencuci / peluntur zat warna (alcohol / aseton) yaitu solven organic yang digunakan
uantuk melunturkan zat warna utama.
d) Zat warna kedua / cat penutup (safranin) digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang
telah kehilangan cat utama setelah perlakuan denga alcohol.

Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu
pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan zat warna metil
ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji
pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu,
yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda.
Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan
perbedaan struktur dinding sel mereka.
Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap yaitu
a. Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu.
b. Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ.
c. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.
d. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding
selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma
organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram
negatif dengan pencucian alcohol memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif

memiliki membran tunggal yang dilapisi peptidohlikan yang tebal (25-50nm) sedangkan
bakteri negative lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).
Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu
pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram-positif akan mempertahankan zat warna metil
ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji
pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu,
yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda.
Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan
perbedaan struktur dinding sel mereka.
Pemberian kristal violet pada bakteri gram positif akan meninggalkan warna ungu
muda. Perbedaan respon terhadap mekanisme pewarnaan gram pada bakteri adalah
didasarkan pada struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri gram positif
mengandung protein dan gram negative mengandung lemak dalam persentasi lebih tinggi
dan dinding selnya tipis. Pemberian alkohol (etanol) pada praktikum pewarnaan bakteri,
menyebabkan terekstraksi lipid sehingga memperbesar permeabilitas dinding sel.
Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah
pada bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi
dengan perlakuan alkohol, pori pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran
menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat masuk sehingga sel berwarna ungu.
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding
selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma
organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram
negatif dengan pencucian alcohol memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif
memiliki membran tunggal yang dilapisi peptidohlikan yang tebal (25-50nm) sedangkan
bakteri negative lapisan peptidoglikogennya tipis (1-3 nm).
E. Kerusakan Pada Dinding Sel Bakteri
Kerusakan pada dinding sel bakteri terjadi karena tekanan osmotik yang disebabkan
tingginya konsentrasi protein dan molekul lainnya dalam sel dibandingkan dengan

lingkungan di luarnya dan dinding sel akan pecah. Osmosis didefinisikan sebagai
perpindahan air melalui membran semipermeabel dari daerah konsentrasi zat terlarut rendah
ke daerah konsentrasi tinggi. Bakteri memiliki dinding sel yang terbuat dari lapisan
peptidoglikan yang membuat sel kaku dan memberikan bentuk.
F. Struktur Internal pada Dinding Sel Prokariotik dan Fungsinya
Sel prokariotik yaitu sel yang tidak memiliki membran inti. Makhluk hidup uniseluler
termasuk

golongan

sel

prokariotik,

contoh

bakteri

(Bacteria)

dan

sianobakteri

(Cyanobacteria). Struktur sel prokariotik sebagai berikut :

Struktur Internal Sel Prokariotik :


a) Plasma Membran: Membran plasma adalah lapisan ganda fosfolipid dengan protein
yang terkait dan molekul lainnya. Ini pada dasarnya adalah tas yang menampung
semua bahan intraseluler dan mengatur pergerakan material ke dalam dan keluar dari
sel.
b) Sitoplasma: ini adalah cairan seperti gel yang mengisi sel, di dalam membran plasma
cairan yang memegang semua organel seluler didalam.
c) Sitoskeleton: adalah sebuah kerangka yang terkandung didalam sitoplasma sel.
Sitoskeleton berupa jaring berkas-berkas protein. Dengan adanya sitoskeletondapat
memberikan dukungan struktural untuk sel dan memainkan peran dalam pembelahan
sel.

d) Ribosom: Semua sel, baik prokariotik dan eukariotik, memiliki beberapa ribosom
dibagian dalam. Ribosom adalah mesin pembuatan protein sel.
G. Endospora Bakteri
1. Pembentukan dan Perkecambahan Endospora
Proses pembentukan endospora disebut juga dengan sporulasi, yang terjadi melalui
tahap-tahap sebagai berikut :
1.

Pada tahap pertama bakteri membentuk filamen aksial. Pembentukan filamen aksial
tidak berlangsung lama.

2.

Pembentukan septum asimetris, menghasilkan sel induk dan calon sel pra-spora.
Masing-masing sel menerima DNA anakan. Selanjutnya terjadi fagositosis sel
praspora oleh sel induk, sehingga sel praspora menjadi bentukan yang disebut
protoplas.

3.

Tahap ketiga adalah perkembangan protoplas yang disebut perkembangan spora-awal


(forespore). Pada perkembangan spora-awal belum terbentuk peptidoglikan, sehingga
bentuk spora-awal tidak beraturan (amorfus).

4.

Pembentukan korteks (peptidoglikan). Spora-awal menyintesis peptidoglikan,


sehingga spora-awal mempunyai bentuk pasti. Pembentukan peptidoglikan oleh
spora-awal disebut juga pembentukan korteks.

5.

Pembentukan

pembungkus

(coat).

Spora-awal

menyintesis

berlapis-lapis

pembungkus spora. Pembungkus spora disintesis baik secara terus-menerus maupun


terputus-putus, sehingga tampak seperti penebalan korteks. Material korteks dan
pembungkus spora berbeda.
6.

Pematangan spora. Spora bakteri menyintesis asam dipokolinat dan melakukan


pengambilan kalsium. Dua komponen ini merupakan karakteristik resistensi dan
dormansi endospora.

7.

Tahap terakhir adalah pelepasan spora. Terjadi lisis sel induk, sehingga spora yang
telah matang keluar. Tidak ada aktivitas metabolic yang terjadi sampai spora siap
untuk melakukan germinasi. Proses sporulasi ini biasanya berlangsung sekitar 15
jam.

Sumber : https://yumechantiq.wordpress.com/2011/07/09/pembentukan-endosporapada-bakteri/

Endospora akan mengalami proses germinasi jika endospora tersebut kembali ke


keadaan vegetatif. Proses germinasi atau perkecambahan ini dipicu oleh kerusakan fisik
pada manterl endospora. Enzim-enzim yang terdapat dalam endospora akan merusak
lapisan-lapisan lain disekeliling endospora, kemudian air dapat masuk, sehingga proses
metabolisme dapat kembali terjadi. Adapun proses germinasi pada endospora adalah
sebagai berikut :
1. Aktivasi merupakan adanya suatu zat yang merusak coat seperti panas, asam,
komponen SH (sulfhidril) dan sebagainya.
2. Inisiasi, Setelah teraktivasi spora germinasi dengan menggunakan sumber makanan
dari media / lingkungannya.
3. Outgrowth, Degradasi dari korteks, sel vegetatif keluar kemudian hidup seperti
semula.

Sumber : http://itshupo.blogspot.co.id/2014/01/proses-sporulasi.html
http://indrimidwife.blogspot.co.id/2011/09/bakteriologi.html
http://file.upi.edu/

2.

Struktur dan Fungsi Endospora

H. Plasmid
1) Plasmid pada bakteri.
Plasmid adalah DNA ekstrakromosomal yang dapat bereplikasi secara autonom dan
bisa ditemukan pada sel hidup. Di dalam satu sel, dapat ditemukan lebih dari satu plasmid
dengan ukuran yang sangat bervariasi namun semua plasmid tidak mengkodekan fungsi
yang penting untuk pertumbuhan sel tersebut. Umumnya, plasmid mengkodekan gen-gen
yang diperlukan agar dapat bertahan pada keadaan yang kurang menguntungkan sehingga
bila lingkungan kembali normal, DNA plasmid dapat dibuang.

Sumber :
2) Struktur plasmid
Sebagian besar plasmid memiliki struktur sirkuler, namun ada juga plasmid linear
yang dapat ditemukan pada mikroorganisme tertentu, seperti Borrelia burgdorferi dan
Streptomyces. Plasmid ditemukan dalam bentuk DNA utas ganda yang sebagian besar
tersusun menjadi superkoil atau kumparan terpilin. Struktur superkoil terjadi karena
enzim topoisomerase membuat sebagian DNA utas ganda lepas (tidak terikat) selama
replikasi plasmid berlangsung. Struktur superkoil akan menyebabkan DNA plasmid
berada dalam konformasi yang disebut lingkaran tertutup kovalen atau covalently closed
circular (ccc), namun apabila kedua utas DNA terlepas maka akan plasmid akan kembali
dalam keadaan normal (tidak terpilin) dan konformasi tersebut disebut sebagai open
circuler (oc).
3) Fungsi plasmid
Plasmid telah diproduksi secara komersil oleh sejumlah perusahaan untuk digunakan
sebagai vektor kloning. Agar dapat digunakan sebagai vektor kloning, plasmid harus
memiliki beberapa kriteria, yaitu berukuran kecil, relatif memiliki jumlah salinan yang
tinggi (high copy number), memiliki gen penanda seleksi dan gen pelapor, serta memiliki
situs pemotongan enzim restriksi untuk memudahkan penyisipan DNA ke dalam vektor
plasmid.

Anda mungkin juga menyukai