Anda di halaman 1dari 7

MORFOLOGI BAKTERI

1. Bentuk sel bakteri


Ada tiga bentuk dasar sel bakteri, yaitu: batang (basil), bulat (kokus) dan lengkung
(koma/vibrion dan spiral). Sel-sel bakteri yang berbentuk batang dan bulat seringkali
membentuk kumpulan sel. Kumpulan sel yang mungkin dibentuk oleh sel-sel yang
berbentuk batang antara lain diplobasil (berpasangan dua-dua) dan streptobasil (seperti
rantai).Sedangkan kumpulan sel yang mungkin dibentuk oleh sel-sel yang berbentuk
bulat antara lain diplokokus (berpasangan dua-dua), streptokokus (seperti rantai),
stafilokokus (bergerombol), tetrakokus (seperti bujur sangkar dengan empat sel) atau
'gafkya' dan sarsina (seperti kubus dengan delapan sel).
Selain bentuk-bentuk sel tersebut di atas, kita mengenal beberapa bakteri yang bersel
banyak antara lain: trikom, mikrokoloni dan miselium
Bentuk suatu sel bakteri seringkali mengalami penyimpangan yang disebabkan oleh
faktor lingkungan. Misalnya jenis Bacterium tertentu akan berbentuk batang kecil pada
suhu kamar, tetapi bila dieramkan pada suhu 37'C maka sel-sel akan menjadi lebih
besar dan berbentuk seperti mata pena atau gada. Kecuali itu perlu diketahui juga
bahwa memang ada bakteri tertentu yang berbentuk tidak teratur (pleomorf), misalnya:
Corynebacterium diphtheriae.
2. Ukuran sel bakteri
Umumnya sel bakteri berbentuk bulat dengan diameter sekitar 0,7-1,3 mikron ( 1 mikron
: 0,001 mm ) . Sedangkan sel bakteri yang berbentuk batang lebarnya sekitar 0,2-2.0
mikron dan panjangnya 0,7-3,7 mikron. Bakteri yang kecil sekali, misalnya Dialister
pneumosintes berukuran 0,15-0,30 mikron. Bakteri yang besar sekali seperti misalnya
Spirillum volutans berukuran 1,5 mikron lebarnya dan panjangnya 13-15 mikron. Ukuran
sel bakteri seringkali dipengaruhi oleh umur bakteri, perubahan lingkungan dan cara
pewarnaan sel bakteri.

3. Anatomi sel bakteri


Dengan diketemukannya mikroskop elektron maka bagian-bagian sel bakteri dapat
diketahui dan dibagi dalam tiga golongan, yaitu: dinding sel; protoplasma (membran sel,
mesosom, ribosom, nukleoid, endospora dan lain-lain); dan bagian-bagian sel yang
terletak diluar dinding sel (kapsul, flagel, pili). Bagian-bagian sel bakteri dapat juga
digolongkan dalam dua golongan didasarkan apakah bagian tersebut selalu dimiliki
semua sel bakteri atau tidak selalu. Golongan yang pertama yaitu: bagian- bagian sel
yang selalu didapati pada setiap sel bakteri, misalnya membran sel, ribosom dan
nukleoid. Golongan ini disebut juga golongan invarian. Sedangkan golongan kedua
(varian) adalah bagian-bagian sel yang tidak selalu terdapat pada setiap sel bakteri,
misalnya dinding sel, flagel, pili, kapsul dan lain-lain

3.1. Dinding sel


Dinding sel adalah bagian sel yang berfungsi terutama untuk memberi bentuk dan
kekuatan /perlindungan terhadap sel, mengatur pertukaran zat-zat dari dan ke dalam
sel dan terletak antara kapsul dan membran sel . Tebal dinding sel antara 10-23
nanomikron ( 1 nanomikron = 0,001 mikron) dan beratnya kurang lebih 20 persen dari
berat kering sel bakteri.
Susunan kimia dinding sel terutama tersusun dari makromolekul yang dikenal dengan
nama peptidoglikan (murein, mukopeptida atau mukokompleks). Peptidoglikan tersusun
dari monomer-monomer yang dinamakan tetrapeptida glikan. Tetrapeptida glikan ini
terdíri dari dua zat gula amino (N-asetilglukosamina dan asam N-asetilmuramat) dan
beberapa asam amino. Paling sedikit ada empat macam asam amino,yaitu: L-alanina,
asam D-glutamat, asam mesodiaminopimelat atau L-lisina dan D-alanina.

Kedua zat gula amino tersebut di atas saling berikatan sebagai ikatan beta-1, 4-
glukosida. Ikatan-ikatan tersebut akan menghasilkan suatu rantaian zat gula amino
yang dinamakan glikan. Keempat asam amino dari murein akan membentuk rantai
yang dinamakan tetra peptida. Tetrapeptida dari satu peptidoglikan akan mengadakan
ikatan peptida dengan tetrapeptidaglikan tetangganya. Ikatan tersebut memungkinkan
rantaian-rantaian peptidoglikan membentuk lapisan-lapisan.
Ikatan peptida tersebut terjadi antara D-alanina dengan asam diaminopimelat. Pada
bakteri Gram negatif (Escherichia coli) ikatan peptidoglikan antar rantai peptidoglikan
terjadi langsung antara gugus amino (-NH2) dari asam mesodiaminopimelat dengan
gugus karboksil dari D-alanina. Pada bakteri Gram positif ada sedikit variasi, paling
tidak ada tiga macam ikatan yang diketahui. Ketiga kemungkinan tersebut adalah
a. Pada ikatan peptida yang mengikat kedua rantai peptidoglikan mengandung satu
asam amino tambahan.
b. Ikatan mengandung lima asam amino, biasanya glisina tetapi kadang-kadang juga
serina atau alanina. Oleh karena itu disebut ikatan pentaglisina.
c. Ikatan antara rantai-rantai peptidoglikan mempunyai komposisi yang sama dengan
tetrapeptida.

Asam-asam amino yang sering terdapat pada ikatan kimia antara rantai peptidoglikan
antara lain : glisina, threonina, serina, dan asam aspartat. Asam-asam amino yang tidak
pernah didapatkan adalah asam amino yang bercabang, asam amino aromatis, yang
mengandung belerang, histidin, arginina, dan prolin.
Berdasarkan pewarnaan Gram, bakteri dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu
bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Kedua golongan tersebut mempunyai
dinding sel yang berbeda susunan kimianya . Dinding sel bakteri gram negatif lebih
rumit susunannya daripada bakteri gram positif. Dinding sel bakteri gram positif hanya
tersusun dari satu lapisan saja, yaitu lapisan peptidoglikan yang relatif tebal.
Sedangkan dinding sel bakteri gram negatif mempunyai dua lapisan dinding sel, yaitu:
lapisan luar yang tersusun dari lipopolisakarida dan pro- tein, dan lapisan dalam yang
tersusun dari peptidoglikan tetapi lebih tipis daripada lapisan peptidoglikan pada bakteri
gram positif. Diduga lapisan peptidoglikan pada bakteri gram negatif hanya tersusun
dari satu lapisan molekul, tetapi pada bakteri gram positif terdiri dari banyak lapisan
polime peptidoglikan. Perlu juga diketahui bahwa pada dinding sel bakteri gram positif
mengandung asam teikhoat dan pada bakteri gram negatif tidak.
Asam teikoat merupakan polimer dari fosfat gliserol, fosfat ribitol atau fosfat-gula yang
lain yang terdapat pada membran dan dinding sel bakteri gram positif. Fungsi yang
jelas belum diketahu tetapi diduga berfungsi dalam pengikatan ion, misalnya Mg dan
atau dalam pengaturan aktivitas enzim, Asam teikoat mengikat enzim autolisis yang
terdapat pada dinding sel, oleh karena itu ada juga dugaan bahwa asam teikoat ini juga
berperan dalam pengaturan proses lisis sel secara normal. Jika bakteri ditumbuhkan
dalam medium yang tidak cukup mengandung fosfat maka asam teikoat akan diganti
dengan polimer yang lain, yaitu asam teikuronat yang tersusun dari asam glukuronat
dan N-asetilgalaktosamina.
Susunan kimia dari lipololisakarida yang terdapat pada dinding sel dan bakteri gram
negatif bervariasi. Biasanya mengandung lima sampai dengan sembilan zat gula yang
berbeda-beda, termasuk di dalamnya zat-zat yang tidak umum dijumpai yaitu 3.6-deok
siheksosa dan lipid A. Pada bakteri usus (Enterobacteriaceae), lapisan polisakaridanya
mengandung D glukosa, D galaktosa, N-asetil D-glukosamina, dan dua zat gula yang
tidak umum dijumpai,yaitu : L-glisero-D-manoheptosa dan 2-keto-deoksioktonat.
Fungsi lapisan polisakarida belum diketahui dengan jelas kemungkinan berperanan
dalam patogenisitas suatu bakteri dan menentukan tempat absorbsi daripada
bakteriofag tertentu dan bakteriosin tertentu.
Struktur peptidoglikan hanya terdapat pada hampir semua jenis prokarion.Zat gula N-
asetil muramat tidak pernah diketemukan pada sel eukarion, sedangkan asam amino:
asam diaminepimelat juga merupakan cirí dari sel prokarion. Walaupun tidak semua sel
prokarion mengandung asam diamimopimelat.
Asam amino ini terdapai pada semua bakteri gram negatif dan beberapa bekteri gram
positif Hampir semua bakteri gram positif yang berbentuk bulat (kokus) mempunyai
lisina sebagai pengganti asam diaminopimelat, dan sebagian bakteri gram positif yang
lain mempunyai asam amino yang lain.
Ciri lain daripada dinding sel prokarion adalah adanya dua asam amino yang
berkonfigurasi dekster, yaitu D-alanina dan D-asam glutamat.
3.2. Kapsul dan lendir
Kapsul adalah bagian sel yang merupakan lapisan lendir yang mempat dan
menyelubungi dinding sel. Adanya kapsul pada suatu jenis bakteri dapat dilihat dengan
pewarnaan negatif. Kapsul ini biasanya tersusun dari polisakarida, polipeptida, atau
protein-polisakarida. Sedangkan lendir ('slime') tidak merupakan bagian sel tetapi hasil
sekresi sel dan tidak mempunyai bentuk yang teratur/tertentu.
Polisakarida yang menyusun kapsul dan lendir bakteri disebut juga polisakarida
ekstraseluler. Polisakarida ini dapat dibedakan menjadi homopolisakarida (hanya
tersusun dari satu jenis zat gula) dan heteropolisakarida (tersusun dari dua atau lebih
zat gula). Monosakarida yang menyusun kapsul dan lendir bakteri anatara lain: D-
glukosa, D-galaktosa, dan D-manosa (semuanya heksosa), L-fukosa dan L-rhamnosa
(metilpentosa). Sedangkan asam amino yang diketahui terdapat pada kapsul dan lendir
antara lain: N-asetil-D-glukosamina dan N-asetil-D galaktosamina. Asam uronat yang
terdapat pada kapsul dan lendir antara lain: asam D-glukuronat dan D-galakturonat .
Pentosa seperti misalnya D-ribosa dan D-xilosa jarang terdapat pada kapsul dan lendir
bakteri tetapi sering terdapat pada kapsul dan lendir dari khamir. Seringkali polisakarida
ekstraselluler berkombinasi juga dengan fosfat, asetat, format, atau piruvat.

3.3. Membran sel.


Membran sel (membran sitoplasma atau membran plasma) adalah bagian dari sel yang
merupakan selaput yang membungkus sitoplasma beserta isinya, terletak di bawah
dinding sel tetapi tidak terikat erat dengan dinding sel. Membran sel sangat vital bagi sel
dan merupakan pemisah antara bagian dalam sel dengan lingkungannya. Jika
membran sel ini pecah atau rusak bakteri akan mati.
Berat kering membran sel mencapai kira - kira 10 % dari berat kering total sel. Senyawa
kimia yang menyusun terutama adalah lebih kurang 75 % protein , 20-30 % fosfolipid
dan lebih kurang 2 % karbohidrat.Tebal membran sel sangat bervariasi walaupun pada
satu sel tunggal saja. Pengukuran tebal membran sel dari suatu strain Bacillus cereus
bervariasi antara 5 - 10 nm (nanomikron).
Membran sel terdiri dari dua lapisan molekul yang masing-masing lapisan disebut
membran unit. Tiap-tiap membran unit tersusun dari lapisan-lapisan molekul fosfolipid.
Molekul fosfolipid yang menyusunnya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
bagian yang bersifat hidrofil dan bagian yang bersifat hidrofob. Masing-masing bagian
tersebut akan mengadakan ikatan sehingga membentuk membran unit . Molekul-
molekul yang menyusun membran sel biasanya terdapat pada permukaan membran
sel, tetapi diketemukan juga molekul protein yang terdapat pada bagian tengah
membran sel.
Fungsi membran sel antara lain adalah:
a. sebagai membran yang selektif untuk memelihara gradien osmosis dan transport
larutan makanan,
b. mengorganisir sintesis dinding sel,
c. tempat pelekatan dan pemisahan DNA selama pembelahan sel,
d. tempat berlangsungnya sebagian proses bioenergi, dan
e. tempat perekatan pangkal flagel.
Struktur membran sel prokarion dan eukarion tidak banyak berbeda. Perbedaan
membran sel di antara kedua macam sel tersebut terutama pada jenis fosfolipid dan
protein penyusun membran sel, dan pada membran sel prokarion jarang atau tidak
mengandung sterol. Adanya sterol pada membran sel eukarion belum diketahui
fungsinya dengan jelas. Antibiotika tersebut tidak mempengaruhi kerja membran sel
prokarion. Oleh karena itu diduga sterol pada membran sel berfungsi sebagai alat untuk
memantapkan kerja membran sel.
Membran sel juga dapat mengalami invaginasi-invaginasi. Pada sel prokarion,
invaginasi membran selnya berupa mesosom dan tilakoid.
Sedangkan pada sel eukarion, invaginasi membran selnya menghasilkan retikulum
endoplasma dan badan golgi.
Mesosom merupakan invaginasi membran sel prokarion yang berfungsi dalam
pembentukan dinding sel baru yang melintang pada waktu pembelahan sel. Mesosom
diduga juga berfungsi sebagai kegiatan bioenergi, dan memisahkan nukleoid anakan.
Dugaan yang terakhir ini timbul karena mesosom merupakan penghubung antara
membran sel dengan nukleoid. Ada dua bentuk mesosom, yaitu: mesosom lamela dan
vesikuler. Mesosom lamela mempunyai struktur yang berlapis-lapis, misal nya pada
Lactobacillus plantarum. Sedangkan mesosom vesikuler berbentuk seperti kantong
misalnya pada Bacillus subtilis.
Tilakoid merupakan membran fotosintesis yang terdapat pada sel prokarion yang dapat
berfotosintesis. Tilokoid ini juga digunakan untuk lamela fotosintesis yang terdapat pada
kloroplast dari sel eukarion. Tilakoid-tila- koid pada kloroplast seringkali membentuk
suatu struktur yang padat yang dinamakan grana. Pada bakteri fotosintesis dikenal
beberapa bentuk tilakoid, misalnya berbentuk gelembung, lembaran, dan tabung.
Retikulum endoplasma merupakan sistem membran yang kemungkinan
menghubungkan membran sel dengan membran inti sel eukarion. Para retikulum
endoplasma terdapat ribosom-ribosom yang penting dalam sintesis protein. Retikulum
endoplasma berfungsi juga dalam transpor mRNA dari inti sel. Badan golgi merupakan
kumpulan membran-membran yang rapat dan terdapat pada daerah tertentu sel
eukarion. Badan golgi berfungsi dalam sintesis dinding sel pada tumbuhan. Pada sel
hewan, badan golgi berfungsi untuk mengakumulasikan bahan-bahan untuk selanjutnya
dikeluarkan dari sel .
3.4. Nukleoid
Bakteri tidak mempunyai inti sejati. Bagian sel bakteri yang menyerupai inti disebut
nukleoid. Nukleoid tidak mempunyai membran/dinding inti sel dan nukleolus. Pada
nukleoid terdapat DNA yang tunggal dan merupakan benang yang sirkuler atau
merupakan lingkaran. Panjang benang DNA yang sirkuler tersebut kira-kira 1100
mikron (panjang sel E.coli adalah 1-2 mikron). Pada nukleoid bakteri tidak diketemukan
histon, sejenis protein yang biasa terdapat pada DNA sel eukarion Sebagai gantinya
ada dua zat poliamin yaitu: spermin dan spermidin, tetapi fungsinya yang pasti belum
jelas.
3.5. Endospora
Sebagian bakteri dapat membentuk struktur khusus yang disebut
endospora.Dibandingkan dengan sel yang membentuknya, maka endospora ini lebih
tahan terhadap keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan bagi kehidupan sel
vegetatifnya. Keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan antara lain: panas,
dingin, kering, tekanan osmosis, dan zat kimia tertentu. Keadaan yang ekstrim biasanya
hanya didapatkan dalam situasi laboratorium saja, di alam jarang terjadi keadan
sedemikian ini. Misalnya resistensi endospora terhadap suhu tinggi biasanya
merupakan kejadian yang ditemukan di laboratorium dan kemungkinan tidak terjadi di
alam. Hanya berdasarkan kejadian ekstrim yang tidak dapat merusak endospora maka
timbullah hipotesis bahwa pembentukan endospor mempunyai hubungan yang erat
dengan kekurangan zat makanan pokok bagi kehidupan atau pertumbuhan
vegetatifnya. Jadi pembentukan spora atau sporulasi merupakan bentuk perlindungan
atau perlindungan sel terhadap keadaan kekurangan makanar. Endospora umumnya
hanya terdapat pada marga Bacillus (aerob atau aerob fakultatif) dan Clostridium
(anaerob atau aerotoleran). Tidak seperti pada makhluk pembentuk spora yang lain,
endospora pada bakteri tidak merupakan alat perkembangbiakan. Hal ini disebabkan
karena satu sel bakteri hanya menghasilkan satu endospora saja dan bila sudah
berkecambah satu endospora biasanya hanya menghasilkan satu sel vegetatif saja.
Kemampuan suatu bakteri untuk menghasilkan endospora dapat hilang, dan jika hilang
kemampuan tersebut sulit untuk timbul kembali.

Jenis-jenis bakteri yang mampu membentuk endospora seringkali mempunyai


endospora yang khusus dalam hal bentuk, letak, dan diameternya, Sedangkan letaknya
ada yang di ujung, agak ujung, sisi, atau di pusat/sentral dari sel induknya. diameter
endospora ada yang lebih kecil, sama, atau lebih besar dari diamter sel induknya.
Tetapi dalam perkembangannya yang penuh/masak biasanya diameter endospora
sama atau lebih besar dari sel induknya. Permukaan endospora ada yang halus dan
ada juga yang bergaris- garis tersebut ada yang membentuk lingkaran garis seperti
lingkaran garis pada bola tenis. Dua garis yang lain merupakan setengah lingkaran dan
terdapat di antara liku garis yang membentuk lingkaran .
Anatomi endospora menunjukkan beberapa lapisan/bagian. Lapisan yang tipis, lemas,
dan tidak teratur permukaannya. Lapisan tersebut dinamakan eksosporium. Di bawah
lapisan eksosporium terdapat lapisan yang disebut kulit spora. Kulit spora ini seringkali
tedapat garis-garis dengan susunan tertentu seperti yang diterangkan pada alinea
terdahulu. Di bawah kulit spora terdapat bagian yang disebut korteks spora, merupakan
lapisan yang berlapis-lapis dan di dalamnya terdapat bagian pusat yang dilapisi oleh
membran dalam yang tipis. Bagian pusat tersebut berisi sitoplasma spora dan bagian
dari nukleoid .
Penelitian pada endospora Bacillius menunjukkan adanya sistem enzim pada
endospora. Beberapa enzim yang diketahui terdapat pada endospora antara lain :
pirofosfat anorganik fosfohidrolasa, yang memerlukan Magnesium untuk aktivitasnya;
adenina ribosidasa yang menghidrolisis adenosina; I -ananina rasemasa vang
mengubah I -alanina menjadi D-alanina; beberapa glukosa oksidoreduktasa, keto-1-
fosfat aldehidliasa, proteinasa, esterasa, dan adenilat kinasa.
Untuk sporulasi diperlukan keadaan lingkungan tertentu yang berbeda-beda untuk
jenis bakteri tertentu.Hal-hal yang diperlukan untuk sporulasi antara lain : adanya ion
logam tertentu "(misalnya Cu,Moo, Fe,zn,Mn dan Ca)", glukosa, asam glutamat, cairan
tomat,CaCo3, suhu pertumbuhan yang tepat, oksigen, asam amino tertentu, dan lain
sebagainya. Hal tersebut di atas sering membingungkan jika ditinjau adanya anggapan
bahwa endospora dibentuk jika zat makanan yang hakiki bagi pertumbuhan vegetatif
tidak ada atau sedikit sekali. Bahkan diketahui adanya bakteri (Bacillus subtilis) yang
dapat mengadakan sporulasi jika ditumhuhkan pada medium yang mengandung unsur-
unsur hakiki. Tingkat peruhahan morfologi selama sporulasi dapat dibedakan enam
tingkat .

Endospora yang berkecambah diawali dengan penghilangan kebiasaannya dan disertai


dengan imbibisi air. Pada awal perkecambahan tersebut resistensi terhadap panas dan
kering berkurang dan kemampuannya untuk dicat menjadi bertambah. Setelah itu kulit
endospora akan pecah dan sel anakan baru akan muncul lalu menjadi sel vegetatif
dewasa.
Endospora banyak mengandung garam kalsium dari asam dipikolinat . Senyawa
tersebut mencapai 5-15 % dari berat kering endospora. Asam dipikolinat tidak terdapat
pada sel vegetatif, tetapi segera disintesis selama sporulasi. Endospora menjadi tahan
panas setelah terbentuk asam dipikolinat. Asam dipikolinat akan diekskresikan dalam
medium perkecambahan endospora. Endospora mengandung kalsium 2-10 kali lebih
banyak daripada sel vegetatifnya. Telah dilaporkan bahwa ada hubungan yang positif
antara ratio Ca asam dipikolinat dengan resistensi endospora terhadap panas.
3.6. Ribosom
Ribosom merupakan bagian sel yang berfungsi sebagai tempat pembuatan protein,
terdiri dari lebih kurang 60% rRNA dan 40 % protein, diameternya lebih kurang 20nm,
dan mempunyai tetapan sedimentasi 70 S. Ribosom terdiri dari dua bagian, yaitu
bagian yang besar dan bagian yang kecil. Bagian yang besar tersusun dari 23 S rRNA
dan lebih kurang 50% protein ribosom, sedangkan bagian yang kecil terdiri dari 16 S
rRNA dan kurang lebih 20 % protein ribosom.
Pada eukarion ada dua macam ribosom, yaitu: ribosom yang terdapat bebas di
sitoplasma atau melekat pada retikulum endoplasma, dan ribosom yang terdapat pada
mitokondria dan kloroplast. Ribosom yang terdapat pada sitoplasma berukuran 80 S.
Seringkali diketemukan rantaian ribosom yang dinamakan poliribosom atau polisom
yang tersusun linier sepanjang mRNA.
3.7. Flagel
Flagel merupakan alat gerak sel bakteri. Walaupun perlu dicatat bahwa tidak semua
pergerakan pada bakteri disebabkan oleh adanya flagel. Diameter/tebal flagel bervariasi
tergantung jenis bakterinya. Misalnya Pro-teus vulgaris mempunyai flagel yang
berdiameter lebih kurang 12 nm, sedangkan pada Bdellovibrio bacteriovorus kurang
lebih 28 nm. Panjana flagel biasanya melebihi panjang sel, bahkan ada yang beberapa
kalit lebilh panjang dari panjang selnya. Jumlah dan letak flagel bermacam-macam dan
umumnya tetap, Jumlah flagel bakteri dapat satu, dua, atau lebih.Letak flagel dapat
diujung, sisi, atau pada seluruh permukaan sel. Berdasarkan jumlah dan letak flagel,
dapat dibedakan empat macam bakteri, yaitu: monopolar-monotrik (satu flagel, di
ujung), polipolar monotrik (dua atau lebih flagel, pada satu ujung), amfitrika (satu atau
beberapa flagel, pada kedua ujungnya), dan peritrika (banyak flagel pada seluruh
permukaan selnya). Pembagian tersebut biasanya hanya terdapat pada bekteri
berbentuk batang atau spiral. Pada bakteri yang berbentuk bulat umumnya tidak
mempunyai flagel .
Flagel mempunyai pangkal pada protoplast. Pangkal tersebut dinamakan tubuh basal.
Sebagian besar penyusun flagel adalah protein yang disebut flagelin, dengan berat
molekul antara 15.000- 40.000. Selain itu juga sedikit berbohidrat, kemungkinan juga
lipid, dan selubung flagel yang belum diketahui susunan kimianya.
Jika terjadi pembelahan sel, kedua sel anakan harus mempunyai flagel seperti induknya
(jumlah maupun letaknya). Jika flagel terdapat pada ujung sel, maka proses
pembelahan sel disertai pembentukan flagel yang baru pada bagian pembentukan
sekat. Sedangkan pada sel bakteri peritrik, flagel-flagel yang baru akan dibentuk antara
flagel- flagel yang lama .
Pergerakan flagel yang menyebabkan pergerakan bakteri tergantung macam
bakterinya. Pada bakteri monotrik, skema pergerakan flagel dapat dilihat pada gambar
2.19 a, bakteri amfitrik pada gambar 2.19 b, dan bakteri peritrik pada gambar 2.19 c.

3.8. Pilus (fimbria)


Pada permukaan sel bakteri Gram negatif seringkali terdapat banyak alat seperti
benang pendek yang disebut pilus atau fimbria. Pilus tersebut mempunyai panjang
mencapai 3 mikron dan diameter antara 5 nm.
Macam pilus yang lain terdapat pada beberapa bakteri yang mengalami konjugasi
(salah satu proses rekombinasi genetika). Pilus ini sering disebut pilus kelamin ('sex
pili'). Pilus kelamin ini lebih besar daripada pilus pertama dan flagel. Biasanya tiap sel
hanya mempunyai satu atau dua pilus kelamin. Dibandingkan dengan flagel, maka pilus
lebih kecil diameternya dan tidak merupakan alat pergerakan. Pilus berfungsi sebagai
alat lekat dengan sel bakteri yang lain atau dengan bahan-bahan padat lain yang
merupakan makanannya.

Anda mungkin juga menyukai