Universitas Gunadarma 2014
Universitas Gunadarma 2014
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Termasuk bagian kedua yang menjadi pendorong terhadap bangkitnya keinginan mempelajari
sejarah perekonomian Indonesia adalah hasil pengumpulan dan seleksi beberapa data statistik
yang sangat besar yang dilakukan oleh almarhum P. Creutsberg yang merupakan seorang
pensiunan biro pusat statistik Jakarta yang juga saat itu membawahi beberapa kelompok
ekonom kecil Belanda.
Kelompok itu berhasil mengumpulkan statistik perekonomian Indonesia dalam kurun waktu
1816 1940 yang kemudian mengalihkan perhatian beberapa ekonom Australia yang saat itu
turut mempelajari sejarah ekonomi Indonesia masa kini, justru semakin tertarik untuk terlebih
dahulu mempelajari data statistik yang dikumpulkan oleh kelompok ekonom Belanda tersebut
dalam rangka menjadi acuan untuk mempelajari ekonomi Indonesia di masa kini.
1. Sejarah Sistem Perekonomian Indonesia di Masa Sistem Tanam Paksa
Menurut sejarah, sejarah perekonomian Indonesia mencatat bahwa ditahun 1830 terjadi
kebangkrutan yang dialami oleh pemerintah penjajah akibat dari Perang Diponegoro tahun
1825 1930 yang merupakan perang terbesar di tanah Jawa dan juga Perang Paderi tahun
1821 1837 di Sumatera Barat. Kemudian Jendral Van den Bosch selaku Gubernur saat itu
memperoleh izin untuk menerapkan Sistem Tanam Paksa atau yang disebut dengan Cultuur
Stelsel yang memiliki tujuan utama untuk menutupi defisit dari besarnya anggaran
pemerintah serta untuk mengumpulkan kembali kas pemerintahan yang habis terpakai.
Sebenarnya sistem tanam paksa ini lebih kejam dan lebih keras dibanding dengan sistem
monopoli VOC sebab adanya sasaran keperluan pemasukan negara yang memang sangat
dibutuhkan saat itu. Jika dalam masa monopoli VOC para petani diwajibkan menjual hasil
tertentu dari pertaniannya kepada VOC, maka di masa tanam paksa ini pemerintah sekaligus
yang menetapkan harganya. Akibatnya matinya perkembangan sistem pasar yang bebas.
Sistem tanam paksa ini juga banyak dijadikan contoh sejarah klasik yang menindas rakyat
Indonesia khususnya petani di Jawa saat itu. Dengan memaksa para petani untuk bekerja
hingga 4 kali lebih lama dari jam kerja biasa dengan tujuan pokok agar kapasitas hasil
pertanian meningkat demi untuk meningkatkan kondisi ekonomi pemerintahan Belanda saat
itu.
Memang dari hasil sistem Tanam Paksa ini berhasil meningkatkan sejumlah komoditi
pertanian hingga dapat dieskpor ke Eropa, sehingga semakin tinggi penghasilan yang didapat
oleh pemerintahan Belanda saat itu namun upah yang diberikan kepada kaum petani tidak
seimbang dibanding tenaga dan jerih payah yang mereka keluarkan di masa sistem tanam
paksa tersebut.
indonesia.
Setelah kemerdekaan hingga tahun 1965, perekonomian Indonesia memasuki era yang sangat
sulit, karena bangsa Indonesia menghadapi gejolak sosial, politik dan keamanan yang sangat
Orde Lama berlangsung dari tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut,
Indonesia bergantian menggunakan sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi
komando. Hampir seluruh program ekonomi pemerintahan Soekarno kandas di tengah jalan.
Penyebabnya adalah :
1. Situasi politik yang diwarnai manuver dan sabotase, terutama dari kelompok-kelompok
kanan (masyumi, PSI, dan tentara-AD) yang tidak menghendaki kemandirian ekonomi
nasional.
2. Pertarungan kekuasaan antar elit politik di tingkat nasional -yang berakibat jatuhbangunnya cabinet tidak memberikan kesempatan kepada Soekarno dan kabinetnya untuk
teguh menjalankan kebijakan-kebijakan tersebut.
3) Yang paling pokok: borjuasi dalam negeri (pribumi) yang diharapkan menjadi kekuatan
pokok dalam mendorong industrialisasi dan kegiatan perekonomian justru tidak memiliki
basis borjuis yang tangguh.
Masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya
menggunakan prinsip-prinsip liberal.
Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai teori-teori mazhab klasik yang
menyatakan laissez faire laissez passer.Padahal pengusaha pribumi masih lemah dan
belum bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi, terutama pengusaha Cina.
Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia yang baru
merdeka
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :
Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950, untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun.
Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951
lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan
mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan impor asing dengan
membatasi impor barang tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir
pribumi serta memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat
berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena sifat
pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi.
Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem
demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme
(segala-galanya diatur oleh pemerintah).
Dengan sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan
persamaan dalam sosial, politik,dan ekonomi (Mazhab Sosialisme).
Akan tetapi, kebijakan-kebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini
belum mampu memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia.
e. Pada masa ini banyak proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah, dan juga
sebagai akibat politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara Barat.
Sekali lagi, ini juga salah satu konsekuensi dari pilihan menggunakan sistem demokrasi
terpimpin yang bisa diartikan bahwa Indonesia berkiblat ke Timur (sosialis) baik dalam
politik, ekonomi, maupun bidang-bidang lain.
Sitem Perekonomian
Selama masa orde lama, berbagai sistem ekonomi telah mewarnai perekonomian Indonesia,
antara lain :
1. Sistem ekonomi Pancasila & Ekonomi Demokrasi
2. Liberalis
: Awal Berdirinya RI
: Awal 1950an 1957an
3. Sistem Etatisme
sering
Tujuan Pelita I
Untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi
pembangunan dalam tahap berikutnya.
Sasaran Pelita I
Pangan, Sandang, Perbaikan prasarana, perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan
kesejahteraan rohani.
melakukan dominasi ekonomi di Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak
beredar di Indonesia. Terjadilah pengrusakan dan pembakaran barang-barang buatan Jepang.
2. Pelita II (1 April 1974 31 Maret 1979)
Sasaran yang hendak di capai pada masa ini adalah pangan, sandang, perumahan, sarana dan
prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas lapangan kerja . Pelita II berhasil
meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7% setahun. Perbaikan dalam hal
irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikna produksi. Lalu banyak jalan dan jembatan
yang di rehabilitasi dan di bangun.
3. Pelita III (1 April 1979 31 Maret 1984)
Pelita III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan yang bertujuan terciptanya
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan
kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan
nasionalnya adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua
pedoman tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana politik
dan ekonomi yang stabil.
Isi Trilogi Pembagunan adalah sebagai berikut.
1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
4. Pelita IV (1 April 1984 31 Maret 1989)
Pada Pelita IV lebih dititik beratkan pada sektor pertanian menuju swasembada pangan dan
meningkatkan ondustri yang dapat menghasilkan mesin industri itu sendiri. Hasil yang
dicapai pada Pelita IV antara lain swasembada pangan. Pada tahun 1984 Indonesia berhasil
memproduksi beras sebanyak 25,8 ton. Hasil-nya Indonesia berhasil swasembada beras.
kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO(Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia)
pada tahun 1985. hal ini merupakan prestasi besar bagi Indonesia. Selain swasembada
pangan, pada Pelita IV juga dilakukan Program KB dan Rumah untuk keluarga.
5. Pelita V (1 April 1989 31 Maret 1994)
Pada Pelita V ini, lebih menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri untuk
memantapakan swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertanian lainnya serta
menghasilkan barang ekspor.
Pelita V adalah akhir dari pola pembangunan jangka panjang tahap pertama. Lalu dilanjutkan
pembangunan jangka panjang ke dua, yaitu dengan mengadakan Pelita VI yang di harapkan
akan mulai memasuki proses tinggal landas Indonesia untuk memacu pembangunan dengan
kekuatan sendiri demi menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila.
pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang
demokratis dan berkeadilan.
Pembagunan tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah yang
menjadi penyumbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan Irian. Faktor inilah
yang selantunya ikut menjadi penyebab terpuruknya perekonomian nasional Indonesia
menjelang akhir tahun 1997.membuat perekonomian Indonesia gagal menunjukan taringnya.
Namun pembangunan ekonomi pada masa Orde Baru merupakan pondasi bagi pembangunan
ekonomi selanjutnya.
Dampak Positif Kebijakan ekonomi Orde Baru :
1. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan pemerintah
terencana dengan baik dan hasilnyapun dapat terlihat secara konkrit.
2. Indonesia mengubah status dari negara pengimpor beras terbesar menjadi bangsa yang
memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada beras).
3. Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan kesejahteraan rakyat.
4. Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan dasar yang semakin
meningkat.
Dampak Negatif Kebijakan ekonomi Orde Baru :
1. Kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber daya alam
2. Perbedaan ekonomi antardaerah, antargolongan pekerjaan, antarkelompok dalam
masyarakat terasa semakin tajam.
3. Terciptalah kelompok yang terpinggirkan (Marginalisasi sosial)
4. Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme)
5. Pembagunan yang dilakukan hasilnya hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil
kalangan masyarakat, pembangunan cenderung terpusat dan tidak merata.
6. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi
kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang demokratis dan berkeadilan.
7. Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat tapi secara fundamental pembangunan
ekonomi sangat rapuh.
8. Pembagunan tidak merata tampak dengan adanya kemiskinan di sejumlah wilayah
yang justru menjadi penyumbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan
Irian. Faktor inilahh yang selantunya ikut menjadi penyebab terpuruknya
perekonomian nasional Indonesia menjelang akhir tahun 1997
A.
Setelah terjadi berbagai goncangan ditanah air dan berbagai tekanan rakyat kepada presiden
Soeharto, akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dari
jabatannya sebagai presiden RI dan menyerahkan jabatannya kepada wakil presiden B.J.
Habibie. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Baru dan dimulainya Orde
Reformasi.
Untuk memperbaiki perekonomian yang terpuruk, terutama dalam sektor perbankan,
pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Selanjutnya
pemerintah mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Selain itu pada masa ini juga memberi kebebasan dalam menyampaikan pendapat, partisipasi
masyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini terlihat dari munculnya partai-partai politik dari
berbagai golongan dan ideologi. Masyarakat bisa menyampaikan kritik secara terbuka kepada
pemerintah. Di samping kebebasan dalam menyatakan pendapat, kebebasan juga diberikan
kepada pers. Reformasi dalam pers dilakukan dengan cara menyederhanakan permohonan
Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP).
Dengan hadirnya reformasi pembangunan dapat di kontrol langsung oleh rakyat, dan
kebijakan pembangunanpun didasari demokrasi yang bebunyi dari, oleh dan untuk rakyat,
sehingga dengan dasar ini partisipasi rakyat tidak terkekang seperti pada masa orde
baru,kehidupan perekonomian Indonesia dapat didorong oleh siap saja.
Selain pemabangunan nasional pada masa ini juga ditekankan kepada hak daerah dan
masyarakatnya dalam menentukan daerahnya masing-masing, sehingga pembangunan daerah
sangat diutamakan sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang no 32/2004,UndangUndang 33/2004, Undang-Undang 18/2001 Untuk pemerintahan Aceh, Undang-Undang
21/2001 Untuk Papua. Keempat undang-undang ini mencerminkan keseriusan pusat dalam
melimpahkan wewenangnya kepada pemerintah dan rakyat di daerah agar daerah dapat
menentukan pembangunan yang sesuai ratyatnya inginkan.
C. Sistem Pemerintahan
Pemerintahan tidak punya kebijakan (menuruti alur parpol di DPR), pemerintahan lemah, dan
muncul otonomi daerah yang kebablasan, demokrasi Liberal (neoliberaliseme), tidak jelas
apa orientasinya dan mau dibawa kemana bangsa ini.
Politik dan sosial yang tidak stabil semakin parah yang membuat investor asing
menjadi enggan untuk menanamkan modal di Indonesia.
Makin rumitnya persoalan ekonomi ditandai lagi dengan pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung negatif, bahkan merosot hingga 300 poin,
dikarenakan lebih banyaknya kegiatan penjualan daripada kegiatan pembelian dalam
perdagangan saham di dalam negeri.
Pada waktu NKRI dilanda krisis ekonomi lahir gerakan reformasi sebagai responsi dan
koreksi terhadap Orde Baru. Agenda reformasi antara lain sbb:
1. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945;
2. Penghapusan dwifungsi ABRI;
3. Penegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM), dan
pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN);
4. Desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah melalui
penyelenggaraan otonomi daerah;
5. Mewujudkan kebebasan pers; Mewujudkan kehidupan demokrasi
BAB III
KESIMPULAN
Dari makalah ini, kita dapat mengetahui sejarah perkembangan perekonomian Indonesia dari
masa penjajahan, orde lama, orde baru, sampai masa reformasi. Pada masa penjajahansejarah
perekonomian Indonesia mencatat bahwa ditahun 1830 terjadi kebangkrutan yang dialami
oleh pemerintah penjajah akibat dari Perang Diponegoro tahun 1825 1930 yang merupakan
perang terbesar di tanah Jawa dan juga Perang Paderi tahun 1821 1837 di Sumatera Barat.
Kemudian Jendral Van den Bosch selaku Gubernur saat itu memperoleh izin untuk
menerapkan Sistem Tanam Paksa atau yang disebut dengan Cultuur Stelsel yang memiliki
tujuan utama untuk menutupi defisit dari besarnya anggaran pemerintah serta untuk
mengumpulkan kembali kas pemerintahan yang habis terpakai.
Pada masa orde lama, setelah kemerdekaan hingga tahun 1965, perekonomian Indonesia
memasuki era yang sangat sulit, karena bangsa Indonesia menghadapi gejolak sosial, politik
dan keamanan yang sangat dahsyat, sehingga pertumbuhan ekonomi kurang diperhatikan.
Kegiatan ekonomi masyarakat sangat minim, perusahaan-perusahaan besar saat itu
merupakan perusahaan peninggalan penjajah yang mayoritas milik orang asing, dimana
produk berorientasi pada ekspor. Kondisi stabilitas sosial- politik dan keamanan yang kurang
stabil membuat perusahaan-perusahaan tersebut stagnan.
Di awal Orde Baru, Suharto berusaha keras membenahi ekonomi Indonesia yang terpuruk,
dan berhasil untuk beberapa lama. Kondisi ekonomi Indonesia ketika Pak Harto pertama
memerintah adalah keadaan ekonomi dengan inflasi sangat tinggi, 650% setahun, kata Emil
Salim, mantan menteri pada pemerintahan Suharto.
Pada masa krisis ekonomi di masa reformasi, ditandai dengan tumbangnya pemerintahan
Orde Baru kemudian disusul dengan era Reformasi yang dimulai oleh pemerintahan Presiden
Habibie. Pada masa ini tidak hanya hal ketatanegaraan yang mengalami perubahan, namun
juga kebijakan ekonomi. Sehingga apa yang telah stabil dijalankan selama 32 tahun, terpaksa
mengalami perubahan guna menyesuaikan dengan keadaan.
Selama sepuluh tahun terakhir ini kapasitas dan kemampuan administrasi negara
menunjukkan perbaikkan-perbaikkan. Tetapi perlu diakui pula bahwa sepuluh tahun
pertumbuhan ekonomi ini belum dapat menghasilkan perbaikan tingkat hidup bagi sebagian
penduduk. Hal ini tidak mengherankan, karena laju pertumbuhan yang sangat mengesankan,
kalau dilihat secara total, belum berarti banyak bila dijabarkan kedalam perbaikan absolute
dari konsumsi real perkapita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Booth, Anne dan Peter McCawley. Ekonomi Orde Baru. LP3ES.
2. http://obrolanekonomi.blogspot.com/2013/04/sistem-perekonomian-indonesia-padamasa-penjajahan-belanda.html
3. http://imeldaputri231207.blogspot.com/2012/03/kondisi-perekonomian-indonesiamasa.html
4. http://adypato.wordpress.com/2010/06/16/kondisi-ekonomi-indonesia-pada-masaorde-baru/
5. http://hendrybaits.blogspot.com/2012_09_01_archive.html