LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. D
Umur
: 56 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Langkapura
Pekerjaan
: Guru SD
ANAMNESA
Keluhan Utama : Lengan dan tungkai kiri lemas sulit digerakkan
Keluhan Tambahan : Riwayat Penyakit Sekarang :
4 tahun yang lalu os mengeluh lengan dan tungkai kiri lemas. Os mengeluh terasa
lemas saat os bangun tidur dan os terjatuh karena sulit menggerakkan lengan dan
tungkai kiri. Os sadar saat kejadian tersebut dan menurut pengakuan anaknya, os
menjadi pelo serta tidak jelas saat berbicara. Os menyangkal adanya keluhan sakit
kepala, mual maupun muntah saat kejadian. Keesokan harinya os dibawa ke IGD RS
BW. Selama perawatan, os menjalani pemeriksaan CT Scan dan dikatakan oleh Sp.S
bahwa terdapat penyumbatan di otak kanan os. Saat di RS BW os diperiksa tekanan
darah dan dikatakan tekanan darah os 150/100 mmHg. Os hanya ingat diberi 8 macam
obat-obatan setelah os pulang dari RS, namun tidak ingat nama-nama obat tersebut.
Os baru mengetahui bahwa memiliki penyakit Tekanan darah tinggi saat kejadian
stroke tersebut. Setelah seminggu perawatan, os diperbolehkan pulang dan dianjurkan
untuk melakukan fisioterapi.
Os melakukan rehabilitasi di Instalasi Rehabilitasi Medik RSAM. Setelah 1 tahun
menjalani fisioterapi, os sudah mulai dapat berjalan, namun masih terbatas dan
menggunakan tongkat sebagai alat bantu. Os masih rutin meminum obat penurun
tekanan darah dan obat-obatan yang dianjurkan oleh dokter. Namun setelah 2 tahun
menjalani pengobatan, os sempat mendapat terapi di RS Stroke Bukittinggi. Disana os
1
mengatakan menjalani berbagai macam terapi seperti menulis, menyusun gambar dan
melakukan aktivitas olahraga ringan berupa menendang bola. Setelah sebulan terapi
di RS Stroke Bukittinggi, os kembali rutin fisioterapi di RSAM selama 3 kali
seminggu hingga saat ini dan rutin kontrol ke Sp.S selama 1 kali dalam sebulan.
2 bulan terakhir os mengeluh tengkuk terasa berat dan os ingin memeriksakan diri
ke poli Penyakit dalam dan dilakukan pemeriksaan darah dengan hasil pemeriksaan
kolesterol yaitu Kolesterol total 316 mg/dl, HDL 65 mg/dl, LDL 199 mg/dl,
Trigliserida 260 mg/dl dan asam urat 5,3 mg/dl. Pasien mengaku diberikan obat oleh
dokter yang os tidak ingat apa namanya. Pasien menyangkal adanya riwayat kencing
manis dan penyakit jantung.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat DM dan penyakit jantung disangkal.
Riwayat darah tinggi baru diketahui sejak 4 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien menyangkal adanya anggota keluaga yang menderita penyakit jantung. Pasien
mengaku bahwa ayah dan kedua kakak pasien menderita hipertensi dan meninggal
karena stroke.
Riwayat Perilaku:
Os memiliki kebiasaan makan asin dan konsumsi makanan pedas. Os mengaku jarang
memakan jeroan.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Vital Sign :
KU
Kesadaran
T. Darah / mmHg Nadi / min Nafas / min
Sedang Compos Mentis
150 / 100
80 x
16 x
Kesadaran
Suhu / oC
36,5
: E4V5M6
: simetris
: sonor
: normal
: vesikuler
Rongga Abdomen
simetris
timpani
soepel
peristaltik (+)
Genitalia
Toucher
Status Neurologis
Sensorium
: Compos mentis
Kranium
Bentuk
Fontanella
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Transiluminasi
: Bulat
: UUB tertutup rata
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
Perangsangan Meningeal
Kaku kuduk
Tanda Kerniq
Tanda Brudzinski I
Tanda Brudzinski II
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
3
: (-)
: (-)
: (-)
:
:
:
:
Oculi Dextra
: tidak dilakukan pemeriksaan
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
+
+
Oculi Sinistra
+
+
:
:
Oculi Dextra
+
(-)
Oculi Sinistra
+
(-)
:
:
:
:
:
:
:
:
3 mm
isokor
(+)
(+)
7 mm
(-)
tidak dilakukan
(-)
3 mm
isokor
(+)
(+)
7 mm
(-)
tidak dilakukan
(-)
Nervus V
Motorik
Membuka dan Menutup mulut
Palpasi otot masseter & temporalis
Kekuatan Gigitan
Sensorik
Kanan
Kiri
: normal
: normal
: normal
normal
normal
normal
Kulit
: normal
normal
4
Selaput Lendir
: normal
normal
: (+)
: (+)
(+)
(+)
Refleks Kornea
Langsung
Tidak Langsung
Refleks Masseter
: normal
normal
Refleks Bersin
: normal
normal
Nervus VII
Motorik
Mimik
Kerut Kening
Menutup Mata
Meniup Sekuatnya
Memperlihatkan gigi
Tertawa
:
:
:
:
:
:
Kanan
Kiri
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
Sensorik
Nervus VIII
Auditorius
Pendengaran
Test Rinne
Test Weber
Test Schwabach
Vestibularis
Nistagmus
Reaksi Kalori
Vertigo
Tinnitus
:
+
: dalam batas normal
:
:
-
:
:
:
:
:
:
:
:
Kanan
Kiri
+
+
tidak dilakukan pemeriksaan
tidak dilakukan pemeriksaan
tidak dilakukan pemeriksaan
(-)
(-)
tidak dilakukan pemeriksaan
(-)
(-)
(-)
(-)
Nervus IX,X
Pallatum Mole
Uvula
Disfagia
Disartria
Disfonia
Refleks Muntah
Pengecapan 1/3 Belakang Lidah
: medial
: medial
: (-)
: (-)
: (-)
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
Nervus XI
Mengangkat Bahu
Kanan
: (+)
Kiri
(+)
5
: normal
Nervus XII
Lidah
Tremor
Atrofi
Fasikulasi
Ujung Lidah Sewaktu Istirahat
Ujung Lidah Sewaktu Dijulurkan
: (-)
: (-)
: (-)
: medial
: medial
normal
SISTEM MOTORIK
Trofi
Tonus Otot
Kekuatan Otot
: eutrofi
: normal
:
ESD : 55555/55555 EID : 55555/44444
EIS : 55555/55555 ESD:55555/33333
REFLEKS
Refleks Fisiologis
Kanan
Kiri
Biceps
Triceps
APR
KPR
:
:
:
:
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Refleks Patologis
Babinski
Oppenheim
Chaddock
Gordon
Schaefer
Hoffman-Tromner
Klonus Lutut
Klonus kaki
Refleks Primitif
:
:
:
:
:
:
:
:
:
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
VERTEBRA
Bentuk
Normal
: (+)
Scoliosis
: (-)
Hiperlordosis
: (-)
6
Pergerakan
Leher
Pinggang
GEJALA-GEJALA SEREBELAR
Ataksia
: (-)
Disartria
: (-)
Tremor
: (-)
Nistagmus
: (-)
Fenomena Rebound
: (-)
Vertigo
: (-)
GEJALA-GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL
IV.
Tremor
: (-)
Rigiditas
: (-)
Bradikinesia
: (-)
RESUME
Pasien perempuan, 58 tahun, datang ke RSUDAM, dengan keluhan sejak 1 minggu
yang lalu sebelum masuk rumah sakit, pasien merasakan lengan dan tungkai kanan
lemas, tetapi masih bisa sedikit digerakkan. Keluhan ini pertama kali dirasakan ketika
pasien sedang berdiri di rumah. Kemudian pasien dibawa ke RSUDAM dengan
keluhan lengan dan tungkai kanan mendadak sulit digerakkan. Pasien juga
mengeluhkan badan lemas semenjak terjadi serangan. Pasien sempat memeriksakan
dirinya ke klinik dokter umum, diberikan obat, tetapi pasien lupa nama obatnya, dan
keluhan tidak berkurang. Pasien mengatakan tidak mengalami sakit kepala yang berat
ketika serangan. Pasien tidak mengeluh adamya muntah dan penurunan kesadaran.
Keluarga mengaku bahwa pasien belum pernah mengalami kejadian seperti ini
sebelumnya. Pasien mengaku mempunyai riwayat darah tinggi sejak 3 tahun yang lalu
dan rajin kontrol. Pasien mengaku sering kontrol kolesterol setiap 2 bulan sekali dan
7
selalu diatas nilai normal, tetapi pasien lupa nilai nya. Pasien menyangkal adanya
riwayat kencing manis dan penyakit jantung.
Vital Sign :
KU
Kesadaran
T. Darah / mmHg Nadi / min Nafas / min
Sedang Compos Mentis
130 / 80
80 x
16 x
Kesadaran
Suhu / oC
36,5
: E4V5M6
Kekuatan Otot :
ESD : 55555/55555 EID : 55555/44444
EIS : 55555/55555 ESS:55555/33333
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
2. EKG
3. CT Scan Kepala
VI.
DIAGNOSA BANDING
1. Hemiparese dekstra ec Stoke Non Hemoragik
2. Hemiparese dekstra ec Stoke Hemoragik
VII.
DIAGNOSA
Diagnosa klinis
: Hemiparese dekstra
Diagnosa etiologi
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa :
a. Hindari rokok, obesitas, dan stres
b. Berolahraga teratur 30 menit setiap hari
c. Terapi okupasi
d. Terapi fisik
2. Medikamentosa :
a. Anti platelet agregasi
: Aspilet 1 x 1 tablet
IX.
PROGNOSA
8
Quo ad Vitam
: dubia ad bonam
Quo ad Fungtionam
: dubia ad bonam
Quo ad Sanationam
: dubia ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
1.
:0
Muntah
:0
Nyeri kepala : 0
Tekanan darah : 100 x 10% = 10
Ateroma
:0
Konstanta
: - 12
Jumlah
:-2
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
DEFINISI
Stroke adalah sindroma klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal
maupun global yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih
dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular (WHO 1983). Stroke
pada prinsipnya terjadi secara tiba-tiba karena gangguan pembuluh darah otak
(perdarahan atau iskemik), bila karena trauma maka tak dimasukkan dalam kategori
stroke, tapi bila gangguan pembuluh darah otak disebabkan karena hipertensi, maka
dapat disebut stroke.
2.2
EPIDEMIOLOGI
Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan
keganasan.Stroke diderita oleh 200 orang per 100.000 penduduk per tahunnya.
Stroke merupakan penyebab utama cacat menahun. Pengklasifikasiannya adalah 6585% merupakan stroke non hemoragik ( 53% adalah stroke trombotik, dan 31%
adalah stroke embolik) dengan angka kematian stroke trombotik 37%, dan stroke
embolik 60%. Presentase stroke non hemoragik hanya sebanyk 15-35%. 10-20%
disebabkan oleh perdarahan atau hematom intraserebral, dan 5-15% perdarahan
subarachnoid. Angka kematian stroke hemoragik pada jaman sebelum ditemukannya
CT scan mencapai 70-95%, setelah ditemukannya CT scan mencapai 20-30%.
2.3
ETIOLOGI
Penyebab stroke antara lain adalah aterosklerosis (trombosis), embolisme, hipertensi
yang menimbulkan perdarahan intraserebral dan ruptur aneurisme sakular. Stroke
biasanya disertai satu atau beberapa penyakit lain seperti hipertensi, penyakit jantung,
peningkatan lemak dalam darah, diabetes mellitus atau penyakit vascular perifer.
2.4
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke iskemik
maupun stroke hemorragik.
2.4.1
Stroke iskemik
11
C.
atrium).
Emboli lemak jarang menyebabkan stroke. Emboli lemak terbentuk
jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran
D.
E.
F.
kokain
dan
amfetamin)
juga
bisa
sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami
kehilangan darah yang banyak karena cedera atau pembedahan,
serangan jantung atau irama jantung yang abnormal.
Macam - macam stroke iskemik
:
A.
TIA
Didefinisikan sebagai episode singkat disfungsi neurologis yang
disebabkan gangguan setempat pada otak atau iskemi retina yang
terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa adanya infark, serta
B.
C.
D.
E.
2.4.2
Stroke hemorragik
Pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan
darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya contoh
perdarahan intraserebral, perdarahan subarachnoid, perdarahan intrakranial et
causa AVM. Hampir 70 persen kasus stroke hemorrhagik terjadi pada
penderita hipertensi.
2.5
FAKTOR RESIKO
2.5.1
Hipertensi
Kenaikan tekanan darah 10 mmHg saja dapat meningkatkan resiko terkena
stroke sebanyak 30%. Hipertensi berperanan penting untuk terjadinya infark
dan perdarahan otak yang terjadi pada pembuluh darah kecil. Hipertensi
mempercepat arterioskleosis sehingga mudah terjadi oklusi atau emboli
pada/dari pembuluh darah besar. Hipertensi secara langsung dapat
menyebabkan arteriosklerosis obstruktif, lalu terjadi infark lakuner dan
mikroaneurisma.Hal ini dapat menjadi penyebab utama PIS.Baik hipertensi
sistolik maupun diastolik, keduanya merupakan faktor resiko terjadinya stroke.
2.5.2
Penyakit Jantung
Pada penyelidikan di luar negeri terbukti bahwa gangguan fungsi jantung
secara bermakna meningkatkan kemungkinan terjadinya stroke tanpa
tergantung derajat tekanan darah.
13
Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan faktor resiko untuk terjadinya infark otak,
sedangkan
peranannya
pada
perdarahan
belum
jelas.
Diduga
DM
Merokok
Merokok meningkatkan risiko terkena stroke empat kali lipat, hal ini berlaku
untuk semua jenis rokok (sigaret, cerutu atau pipa) dan untuk semua tipe
stroke
Riwayat keluarga
Kelainan keturunan sangat jarang meninggalkan stroke secara langsung,
tetapi gen sangat berperan besar pada beberapa factor risiko stroke, misalnya
hipertensi, penyakit jantung, diabetes dan kelainan pembuluh darah. Riwayat
stroke dalam keluarga terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah
menderita stroke pada usia 65 tahun.
2.5.6
2.5.7
2.5.8
Beberapa penyakit infeksi, misalnya lues, SLE, herpes zooster, juga dapat
merupakan faktor resiko walaupun tidak terlalu tinggi frekuensinya.
14
2.6
PATOFISIOLOGI
Trombosis (penyakit trombo oklusif) merupakan penyebab stroke yang paling
sering. Arteriosclerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utama trombosis selebral. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, sakit kepala
adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan
kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis
serebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia
atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralysis berat pada
beberapa jam atau hari.
Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada pada lapisan intima arteria
besar. Bagian intima arteria sereberi menjadi tipis dan berserabut , sedangkan sel sel
ototnya menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen
pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung terbentuk
pada percabangan atau tempat tempat yang melengkung. Trombi juga dikaitkan
dengan tempat tempat khusus tersebut. Pembuluh pembuluh darah yang
mempunyai resiko dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut : arteria
karotis interna, vertebralis bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya intima akan
membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada permukaan yang terbuka
sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit akan
melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi. Sumbat
fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap tinggal di
tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan sempurna.
15
GEJALA KLINIS
Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan
kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi
bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya
jaringan otak yang mati (stroke in evolution). Perkembangan penyakit biasanya (tetapi
tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati
berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun
tergantung dari bagian otak yang terkena.
Beberapa gejala stroke berikut:
A.
B.
C.
D.
E.
16
H. Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan
salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik.
I. Mual atau muntah.
J. Kejang.
K. Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi, baal
atau kesemutan.
L. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.
2.8
DIAGNOSIS
Stroke adalah suatu keadaan emergensi medis. Setiap orang yang diduga mengalami
stroke seharusnya segera dibawa ke fasilitas medis untuk evaluasi dan terapi.
Pertama-tama, dokter akan menanyakan riwayat medis pasien jika terdapat tandatanda bahaya sebelumnya dan melakukan pemeriksaan fisik. Jika seseorang telah
diperiksa seorang dokter tertentu, akan menjadi ideal jika dokter tersebut ikut
berpartisipasi dalam penilaian. Pengetahuan sebelumnya tentang pasien tersebut dapat
meningkatkan ketepatan penilaian.
Hanya karena seseorang mempunyai gangguan bicara atau kelemahan pada satu sisi
tubuh tidaklah sinyal kejadian stroke. Terdapat banyak kemungkinan lain yang
mungkin bertanggung jawab untuk gejala ini. Kondisi lain yang dapat serupa stroke
meliputi:
A.
Tumor otak
B.
Abses otak
C.
D.
E.
F.
G.
Pada evaluasi stroke akut, banyak hal akan terjadi pada waktu yang sama. Pada saat
dokter mencari informasi riwayat pasien dan melakukan pemeriksaan fisik, perawat
akan mulai memonitor tanda-tanda vital pasien, melakukan tes darah dan melakukan
pemeriksaan EKG (elektrokardiogram).
17
Bagian dari pemeriksaan fisik yang menjadi standar adalah penggunaan skala stroke.
The American Heart Association telah mempublikasikan suatu pedoman pemeriksaan
sistem saraf untuk membantu penyedia perawatan menentukan berat ringannya stroke
dan apakah intervensi agresif mungkin diperlukan.
Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragis atau non hemoragis.
antara keduanya, dapat ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis
neurologis, algoritma dan penilaian dengan skor stroke, dan pemeriksaan penunjang.
A. Anamnesis
Bila sudah ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah
berikutnya adalah menetapkan stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke
hemoragis atau stroke non hemoragis. Untuk keperluan tersebut, pengambilan
anamnesis harus dilakukan seteliti mungkin.Berdasarkan hasil anamnesis, dapat
ditentukan perbedaan antara keduanya, seperti tertulis pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Perbedaan stroke hemoragik dan stroke infark berdasarkan anamnesis
18
19
20
Bila skor > 20 termasuk stroke hemoragik, skor < 20 termasuk stroke nonhemoragik. Ketepatan diagnostik dengan sistim skor ini 91.3% untuk stroke
hemoragik, sedangkan pada stroke non-hemoragik 82.4%. Ketepatan diagnostik
seluruhnya 87.5%
Terdapat batasan waktu yang sempit untuk menghalangi suatu stroke akut dengan
obat untuk memperbaiki suplai darah yang hilang pada bagian otak. Pasien
21
memerlukan evaluasi yang sesuai dan stabilisasi sebelum obat penghancur bekuan
darah apapun dapat digunakan.
Penetapan jenis stroke berdasarkan Siriraj stroke score
Tabel 4. Siriraj Stroke Score (SSS)
Catatan
D. Pemeriksaan Penunjang
waktu lebih dari satu jam. MRI dapat dilakukan kemudian selama perawatan
pasien jika detail yang lebih baik diperlukan untuk pembuatan keputusan medis
lebih lanjut. Orang dengan peralatan medis tertentu (seperti, pacemaker) atau
metal lain di dalam tubuhnya, tidak dapat dijadikan subyek pada daerah magneti
kuat suatu MRI.
Metode lain teknologi MRI: suatu MRI scan dapat juga digunakan untuk secara
spesifik melihat pembuluh darah secara non invasif (tanpa menggunakan pipa atau
injeksi), suatu prosedur yang disebut MRA (magnetic resonance angiogram).
Metode MRI lain disebut dengan diffusion weighted imaging (DWI) ditawarkan
di beberapa pusat kesehatan. Teknik ini dapat mendeteksi area abnormal beberapa
menit setelah aliran darah ke bagian otak yang berhenti, dimana MRI
konvensional tidak dapat mendeteksi stroke sampai lebih dari 6 jam dari saat
terjadinya stroke, dan CT scan kadang-kadang tidak dapat mendeteksi sampai 1224 jam. Sekali lagi, ini bukanlah test garis depan untuk mengevaluasi pasien
stroke.
Computerized tomography dengan angiography: menggunakan zat warna yang
disuntikkan ke dalam vena di lengan, gambaran pembuluh darah di otak dapat
memberikan informasi tentang aneurisma atau arteriovenous malformation.
Seperti abnormalitas aliran darah otak lainnya dapat dievaluasi dengan
peningkatan teknologi canggih, CT angiography menggeser angiogram
konvensional.
Conventional angiogram: suatu angiogram adalah tes lain yang kadang-kadang
digunakan untuk melihat pembuluh darah. Suatu pipa kateter panjang dimasukkan
ke dalam arteri (biasanya di area selangkangan) dan zat warna diinjeksikan
sementara foto sinar-x secara bersamaan diambil. Meskipun angiogram
memberikan gambaran anatomi pembuluh darah yang paling detail, tetapi ini juga
merupakan prosedur yang invasif dan digunakan hanya jika benar-benar
diperlukan. Misalnya, angiogram dilakukan setelah perdarahan jika sumber
perdarahan perlu diketahui dengan pasti. Prosedur ini juga kadang-kadang
dilakukan untuk evaluasi yang akurat kondisi arteri carotis ketika pembedahan
untuk membuka sumbatan pembuluh darah dipertimbangkan untuk dilakukan.
23
Carotid Doppler ultrasound: adalah suatu metode non-invasif (tanpa injeksi atau
penempatan pipa) yang menggunakan gelombang suara untuk menampakkan
penyempitan dan penurunan aliran darah pada arteri carotis (arteri utama di leher
yang mensuplai darah ke otak)
Tes jantung: tes tertentu untuk mengevaluasi fungsi jantung sering dilakukan
pada pasien stroke untuk mencari sumber emboli. Echocardiogram adalah tes
dengan gelombang suara yang dilakukan dengan menempatkan peralatan
microphone pada dada atau turun melalui esophagus (transesophageal
achocardiogram) untuk melihat bilik jantung. Monitor Holter sama dengan
electrocardiogram (EKG), tetapi elektrodanya tetap menempel pada dada selama
24 jam atau lebih lama untuk mengidentifikasi irama jantung yang abnormal.
Tes darah: tes darah seperti sedimentation rate dan C-reactive protein yang
dilakukan untuk mencari tanda peradangan yang dapat memberi petunjuk adanya
arteri yang mengalami peradangan. Protein darah tertentu yang dapat
meningkatkan peluang terjadinya stroke karena pengentalan darah juga diukur.
Tes ini dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab stroke yang dapat diterapi atau
untuk membantu mencegah perlukaan lebih lanjut. Tes darah screening mencari
infeksi potensial, anemia, fungsi ginjal dan abnormalitas elektrolit mungkin juga
perlu dipertimbangkan.
25
2.9
PENATALAKSANAAN
Terapi dibedakan pada fase akut dan pasca fase akut.
2.9.1
27
urine, pada laki laki pasang kondom kateter, pada wanita pasang
kateter.
5. Bowel : Kebutuhan cairan dan kalori perlu diperhatikan, hindari
obstipasi, Jaga supaya defekasi teratur, pasang NGT bila didapatkan
kesulitan menelan makanan. Kekurangan albumin perlu diperhatikan
karena dapat memperberat edema otak
B. Pengelolaan berdasarkan penyebabnya
1. Stroke iskemik
a. Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi)
Usaha menghilangkan sumbatan penyebab stroke merupakan upaya
yang paling ideal, obat trombolisis yang sudah di setujui oleh FDA
adalah rt-PA (recombinan tissue plasminogen activator) dengan
dosis 0,9 mg/kgBB maksimal 90 mg (10% diberikan bolus &
sisanya infus kontinyu dalam 60 menit). Sayangnya bahwa
pengobatan dengan obat ini mempunyai persyaratan pemberian
haruslah kurang dari 3 jam, sehingga hanya pasien yang masuk
rumah sakit dengan onset awal dan dapat penyelesaian
pemeriksaan darah, CT Scan kepala dan inform consent yang cepat
saja yang dapat menerima obat ini.
Cara lain memperbaiki aliran
memperbaiki
darah
antara
lain
dengan
darah
dengan
meningkatkan
diberikan adalah heparin dengan dosis awal 1.000 u/jam cek APTT
6 jam kemudian sampai dicapai 1,5 2,5 kali kontrol hari ke 3
diganti anti koagulan oral, Heparin berat molekul rendah (LWMH)
dosis 2 x 0,4 cc subkutan monitor trombosit hari ke 1 & 3 (jika
jumlah < 100.000 tidak diberikan), Warfarin dengan dosis hari I = 8
mg, hari II = 6 mg, hari III penyesuaian dosis dengan melihat INR
pasien.
Pasien dengan paresis berat yang berbaring lama yang berrisiko
terjadi trombosis vena dalam dan emboli paru untuk prevensi
diberikan heparin 2 x 5.000 unit sub cutan atau LMWH 2 x 0,3 cc
selama 7 10 hari.
Obat anti agregasi trombosit mempunyai banyak pilihan antara lain
aspirin dosis 80 1.200 mg/hari mekanisme kerja dengan
menghambat jalur siklooksigenase, dipiridamol dikombinasi
dengan aspirin aspirin 25 mg + dipiridamol SR 200 mg dua kali
sehari dengan menghambat jalur siklooksigenase, fosfodiesterase
dan ambilan kembali adenosin, cilostazol dosis 2 x 50 mg
mekanisme kerja menghambat aktifitas fosfodiesterase III,
ticlopidin dosis 2 x 250 mg dengan menginhibisi reseptor adenosin
difosfat dan thyenopyridine dan clopidogrel dosis 1 x 75 mg
dengan
menginhibisi
reseptor
adenosin
difosfat
dan
thyenopyridine.
c. Proteksi neuronal/sitoproteksi
Sangat menarik untuk mengamati obat-obatan pada kelompok ini
karena diharapkan dapat dengan memotong kaskade iskemik
sehingga dapat mencegah kerusakan lebih lanjut neuron.
Obat-
cara
menambah
sintesa
phospatidylcholine,
Dosis bolus 12 gr IV
Mempunyai
adalah
stabilisasi
atherosklerosis
Efek
sehingga
Evaluasi status
menurun) operasi
Perdarahan putamen
Bila hematoma kecil atau sedang
Bila hematoma lebih dari 3 cm
tak dioperasi
tak dioperasi, kecuali
pada
memungkinkan.
Perdarahan serebelum
Bila perdarahannya lebih dari 3 cm dalam minggu pertama
maka operasi
Bila perjalanan neurologiknya stabil diobati secara medisinal
dengan pengawasan
Bila hematom kecil tapi disertai tanda tanda penekanan batang
otak operasi
33
Hari 3-5
Komunikasi, menelan
Team/family planing
Hari 7-10
2-3 minggu
3-6 minggu
10-12 minggu
Ketika seorang pasien stroke telah siap untuk pulang ke rumah, seorang perawat
sebaiknya datang ke rumah selama periode waktu tertentu sampai keluarga terbiasa
dengan merawat pasien dan prosedur untuk memberikan bermacam obat. Terapi fisik
dapat dilanjutkan di rumah.
Pada akhirnya pasien biasa ditinggalkan di rumah dengan satu atau lebih orang yang
menjaganya, yang sekarang mendapati hidupnya telah sangat berubah. Merawat
pasien stroke di rumah dapat sangat mudah atau sangat tidak mungkin. Pada
waktunya, ini akan menjadi jelas bahwa pasien harus ditempatkan pada fasilitas
perawatan yang terlatih karena perawatan yang sesuai tidak dapat diberikan di rumah
walaupun keluarga bermaksud baik untuk merawatnya.
Macam-macam rehabilitasi fisik yang dapat diberikan adalah :
1. Bed exercise
2. Latihan duduk
3. Latihan berdiri
4. Latihan mobilisasi
5. Latihan ADL (activity daily living)
6. Latihan Positioning (Penempatan)
7. Latihan mobilisasi
34
Latihan berpakaian
2.10
KOMPLIKASI
Komplikasi pada stroke sering terjadi dan menyebabkan gejala klinik stroke menjadi
semakin memburuk. Tanda-tanda komplikasi harus dikenali sejak dini sehingga dapat
dicegah agar tidak semakin buruk dan dapat menentukan terapi yang sesuai.1
Komplikasi pada stroke yaitu:
A. Komplikasi Dini (0-48 jam pertama):
1. Edema
serebri:
Merupakan
komplikasi
yang
umum
terjadi,
dapat
PROGNOSIS
Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara sempurna
asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal ini penting agar
penderita tidak mengalami kecacatan. Kalaupun ada gejala sisa seperti jalannya
pincang atau berbicaranya pelo, namun gejala sisa ini masih bisa disembuhkan.
Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit 48-72 jam
setelah terjadinya serangan. Bila demikian, tindakan yang perlu dilakukan adalah
pemulihan. Tindakan pemulihan ini penting untuk mengurangi komplikasi akibat
stroke dan berupaya mengembalikan keadaan penderita kembali normal seperti
sebelum serangan stroke.
Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke sebaiknya dilakukan
secepat mungkin, idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien stabil. Tiap pasien
membutuhkan penanganan yang berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan pasien.
Proses ini membutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok studi serebrovaskuler & Neurogeriatri, PERDOSSI : Konsensus Nasional
Pengelolaan Stroke di Indonesia, Jakarta, 1999.
2. Kelompok studi serebrovaskuler & Neurogeriatri, PERDOSSI : Guideline Stroke 2000
Seri Pertama, Jakarta, Mei 2000.
3. National Institute of Neurological Disorders and Stroke: Classification of cerebrovascular
disease III. Stroke 1990, 21: 637-76.
4. World Health Organizations: Stroke 1989. Recommendations on stroke prevention,
diagnosis anf therapy. Stroke 1989, 20: 1407-31.
5. Toole J.F.: Cerebrovascular disorder. 4th edition, Raven Press, New York, 1990.
6. Pusinelli W.: Pathophysiology of acute ischemic stroke. Lancet 1992, 339: 533-6.
7. Sandercock P, Huub W, Peter S.: Medical Treatment of acute ischemic stroke. Lancet
1992, 339: 537-9.
8. CP Warlow, MS Dennis, J Van Gijn, GJ Hankey, PAG Ssandercock, JH
Bamford,
37
LAPORAN KASUS
HEMIPARESE DEKSTRA ec STROKE NON HEMORAGIK
Oleh
Sherly Birawati
0818011096
Pembimbing
dr. Sanjoto Santibudi, Sp. RM
39