UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL Tinospra crispa, L

TERHADAP Staphylococcus aureus

Proposal Penelitian KTI

diajukan oleh:

Alfi Nurfauziah Rahayu

P2.06.31.1.14.002

JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kulit banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan
karena Indonesia beriklim tropis (Utomo, dalam Rohmawati 2010). Iklim
tersebut yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun
jamur. Penyakit yang sering muncul karena kurangnya kebersihan diri
adalah berbagai penyakit kulit (Kristiwiani, dalam Rohmawati 2010).
Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan sensitisasi dan infestasi
oleh tungau Sarcoptes scabiei varian hominis ke dalam lapisan epidermis
kulit (Stone, dalam Purwanto 2016).
Skabies merupakan penyakit kulit yang masih sering di jumpai di
Indonesia dan tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat (Sudirman,
2006). Prevalensi skabies di negara berkembang dilaporkan sebanyak 627% dari populasi umum dan insidens tertinggi pada anak usia sekolah dan
remaja (Sungkar, dalam Kartika 2008). Menurut Dinas Kesehatan
Tasikmalaya angka kejadian skabies pada tahun 2015 di kota Tasikmalaya
yaitu 6151 (0,93%) kasus. Pada tahun 2016 angka kejadian skabies di Kota
Tasikmlaya dari bulan Januari-Septmber sebanyak 6608 kasus (1%)
sehingga peningkatan angka kejadian dari tahun 2015-2016 sebanyak 457
kasus (Dinas Kesehatan, 2016).
Salah satu upaya untuk menurunkan angka kejadian penyakit
adalah dengan melakukan pengobatan. Namun terdapat beberapa faktor
yang mempersulit penggunaan obat standar yang ada antara lain
kelemahan dari obat standar seperti kontraindikasi pada anak dan wanita
hamil karena bersifat toksik pada susunan saraf pusat, berbau, lengket,
mengotori pakaian, menyebabkan iritasi, tidak efektif terhadap semua
stadium, dan harga yang cukup mahal. Obat herbal yang berasal dari
tanaman kini telah diupayakan guna mengatasi kekurangan dari obat
antiskabies yang sudah ada. (Arundany, 2011). Secara empiris, brotowali

merupakan tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan skabies

(Widyaingrum, 2011). Kecenderungan peningkatan penggunaan obat
herbal untuk pengobatan tidak lagi didasarkan atas pengalaman turunmenurun tetapi dengan dukungan dasar ilmiah.Sementara ini banyak orang
yang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat herbal relatif lebih
aman dibandingkan obat sintesis (Harsini, dalam Suryai 2014).
Ekstraksi diperlukan untuk mendapatkan senyawa yang diinginkan
dalam tanaman. Pemilihan pelarut yang tepat dapat meningkatkan efisiensi
ekstraksi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut
diantaranya adalah selektivitas, toksisitas, kepolaran, kemudahan untuk
diuapkan, dan harga pelarut (Akbar, 2010). Etil asetat merupakan pelarut
dengan toksisitas rendah yang bersifat semi polar sehingga diharapkan
dapat menarik senyawa yang bersifat polar maupun nonpolar dari
Brotowali, selain itu etil asetat mudah diuapkan, tidak higroskopis, dan
memiliki toksisitas rendah (Wardhani dan Sulistyani, 2012). Untuk
mendapatkan senyawa yang lebih spesifik maka dalam penelitian ini
dilakukan fraksinasi.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
Uji Aktivitas Fraksi Etil Asetat terhadap pertumbuhan Sarcoptes
scabiei?
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dirumuskan suatu permasalahan yaitu
Apakah fraksi etil asetat brotowali ((Tinospora crispa, L.) memiliki aktifitas
dalam menghambat parasit Sarcoptes scabiei?

C. Tujuan
Untuk mengetahui aktifitas fraksi etil asetat brotowali ( (Tinospora crispa, L.)
dalam menghambat parasit Sarcoptes scabiei.

D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Manfaat Untuk Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan

peneliti tentang aktivitas tanaman brotowali terhadap tungau
Sarcoptes scabiei.
2

Manfaat Untuk Pembaca

Penelitian ini bermanfaat untuk pengetahuan mengenai

aktivitas tanaman brotowali terhadap tungau Sarcoptes scabiei.

3. Manfaat Untuk Institusi

Penelitian ini bermanfaat untuk sumber referensi untuk
penelitian selanjutnya.