Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk penyelenggaraan

pendidikan keahlian yang memadukan secara sistemik dan sinkron program

penguasaan keahlian yang diperoleh melalui profesional tertentu. Dimana

siswa yang bersangkutan ditempatkan disuatu institusi dalam jangka waktu

tertentu, sehingga siswa lebih jelas untuk mengetahui fungsi dan

kedudukannya sebagai tenaga siap kerja yang terjun langsung kepada

masyarakat tanpa menghadapi hambatan.

Latihan keterampilan yang secara intensif diberikan di bangku

perkuliahan hanya sebagai dasar untuk bekerja di dunia usaha. Keterampilan

lain seperti pengendalian obat, penyuluhan obat, penerapan sikap yang baik

sebagai tenaga kesehatan dan kemampuan untuk bekerjasama dengan tenaga

kesehatan lain serta cara memecahkan masalah yang terjadi di lapangan

belum diberikan secara khusus. Untuk itu, praktek kerja lapangan merupakan

cara terbaik untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang belum

diperoleh selama mengikuti pendidikan di bangku perkuliahan.

Usaha apotek merupakan suatu kombinasi dari usaha pengabdian profesi

farmasi, usaha sosial dan usaha dagang yang masing-masing aspek ini tidak

dapat di pisahkan satu dengan lainnya. Apotek sendiri merupakan salah satu

sarana pelayanan kesehatan yang melakukan pekerjaan kefarmasian dan

1
penyaluran perbekalan farmasi pada masyarakat. Peraturan mengenai apotek

tertuang dalam Keputusan Mentri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002.

Farmasis adalah tenaga ahli yang mempunyai kewenangan dibidang

kefarmasian melalui keahlian yang diperolehnya di dunia pendidikan.

Sifat kewenangan yang berlandaskan ilmu pengetahuan ini memberinya

semacam otoritas dalam berbagai aspek obat atau proses kefarmasian yang

tidak dimiliki oleh tenaga kesehatan lainnya. Farmasi sebagai tenaga

kesehatan yang dikelompokkan profesi, telah diakui secara universal.

Lingkup pekerjaannya meliputi semua aspek tentang obat, mulai penyediaan

bahan baku obat dalam arti luas, membuat sediaan jadinya sampai dengan

pelayanan kepada pemakai obat atau pasien. (ISFI, Standar Kompetensi

Farmasi Indonesia, 2004).

I.2Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) bertujuan agar siswa dapat

mengaplikasikan kompetensi yang telah diperoleh pada kondisi sebenarnya di

tempat kerja. Melalui pendekatan pembelajaran ini peserta PKL diharapkan:

1. Mampu mengetahui proses pengadaan perbekalan sediaan farmasi di

Apotek.

2. Mampu menghitung kalkulasi biaya obat dan perbekalan kesehatan di

Apotek.

3. Mampu melakukan pelayanan resep dan non-resep di Apotek.

2
4. Mampu memberikan pelayanan, informasi dan edukasi obat bebas, obat

bebas terbatas dan perbekalan kesehatan di bawah supervise Apoteker.

5. Mampu melakukan kegiatan administrasi di Apotek.

I.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Kerjasama antara pihak Instansi Pendidikan dengan Apotek dilaksanakan

dalam prinsip saling membantu, saling mengisi, dan saling melengkapi

untuk keuntungan bersama. Berdasarkan prinsip ini, pelaksanaan Praktek

Kerja Lapangan (PKL) akan memberi nilai tambah atau manfaat bagi pihak-

pihak yang bekerjasama, sebagai berikut:

I.3.1 Manfaat Bagi Apotek

Penyelenggaraan PKL memberi keuntungan nyata bagi Apotek antara

lain:

1. Apotek dapat mengenal kualitas peserta PKL yang belajar dan

bekerja di tempat PKL.

2. Umumnya peserta PKL telah ikut dalam proses pelayanan secara

aktif sehingga pada pengertian tertentu peserta PKL adalah tenaga

kerja yang memberi keuntungan

3. Apotek dapat memberi tugas kepada peserta PKL untuk

kepentingan pelayanan sesuai kompetensi dan kemampuan yang

dimiliki.

4. Selama proses pendidikan melalui kerja lapangan, peserta PKL

lebih mudah diatur dalam hal disiplin berupa kepatuhan terhadap

3
peraturan Apotek. Karena itu, sikap peserta PKL dapat dibentuk

sesuai dengan ciri khas kerja di Apotek.

5. Memberi kepuasan bagi Apotek karena diakui ikut serta

menentukan masa depan anak bangsa melalui Praktek Kerja

Lapangan (PKL).

I.3.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

1. Memberi keahlian professional bagi peserta didik agar lebih

terjamin pencapaiannya.

2. Terdapat kesesuaian yang lebih pas antara program pendiddikan

dengan kebutuhan lapangan kerja (sesuai dengan prinsip Link and

Match).

I.3.3 Manfaat Bagi Peserta PKL

1. Menambah wawasan mengenai pengelolaan sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan di Apotek.

2. Mampu menghitung/kalkulasi biaya obat dan perbekalan kesehatan

di Apotek

3. Mampu melakukan pelayanan resep dan non-resep di Apotek

4. Mampu memberikan pelayanan informasi dan edukasi obat bebas,

obat bebas terbatas secara langsung kepada masyarakat yang

didampingi oleh supervise Apoteker.

4
5. Mengetahui dan mampu melakukan kegiatan administrasi di

Apotek.

I.4 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan PKL Apotek

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan selama 2 minggu

di Apotek Kimia Farma 195, Jalan Sutisna Senjaya nomor 26 Kota

Tasikmalaya terhitung sejak tanggal 30 Januari 2017 sampai dengan 11

Februari 2017.

I.5 Jadwal Kegiatan

I.5.1 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Tabel I.1 Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


Januari Februari 2017
Nama
Shift
Mahasiswa
30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Pagi
Raisy
Ikrimah Siang

Pagi
Rini
Anggraeni Siang

Pagi
Risda Rizki
Maulid Siang

Pagi
Rizky Aji
Nugraha Siang

5
I.5.2 Rincian Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

Tabel I.2 Rincian Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)


No Waktu Kegiatan Keterangan
1. 08.00 Datang ke Apotek
08.00 08.30 Mengecek stock obat di Apotek
08.30 09.00 Memisahkan dan mengarsipkan
resep untuk Apotek dan tagihan
kepada BPJS dari dokumen
pasien BPJS Shift Pagi
09.00 15.00 Membantu pelayanan dan
menjalankan kompetensi yang
harus dicapai dalam Kegiatan
Praktek Kerja Lapangan (PKL)
15.00 Pulang
2. 14.00 Datang ke Apotek
14.00 14.30 Mengecek stock obat di Apotek
14.30 21.00 Membantu pelayanan dan
menjalankan kompetensi yang Shift Siang
harus dicapai dalam Kegiatan
Praktek Kerja Lapangan (PKL)
21.00 Pulang

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

II.1.1 Apotek

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun

2009 tentang pekerjaan kefarmasian Apotek adalah sarana pelayanan

kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker.

Pekerjaan kefarmasian yang dimaksud sesuai dengan Ketentuan Umum

Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 meliputi pembuatan,

pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan

dan penyerahan obat atau bahan obat, pengadaan, penyimpanan,

penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya dan pelayanan

informasi mengenai perbekalan farmasi yang terdiri atas obat, bahan obat,

obat asli Indonesia (obat tradisional), bahan obat asli Indonesia (simplisia),

alat kesehatan dan kosmetik (Kemenkes R.I., 2009).

Apotek merupakan suatu institusi yang didalam pelaksanaannya

mempunyai dua fungsi yaitu sebagai unit pelayanan kesehatan (patient

oriented), dan unit bisnis (profit oriented). Dalam fungsinya sebagai unit

pelayanan kesehatan, fungsi apotek adalah menyediakan obat-obat yang

dibutuhkan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

7
II.1.2 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di Apotek yang

berorientasi pada keselamatan pasien, diperlukan suatu standar yang dapat

digunakan sebagai acuan dalam pelayanan kefarmasian di Apotek.

Menurut Permenkes Nomor 35 tahun 2014 pasal 2 tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek bertujuan untuk:

1. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian,

2. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian,

3. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang tidak

rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

Penyelenggaraan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus

didukung oleh ketersediaan sumber daya yang berorientasi kepada

keselamatan pasien. Sumber daya yang dimaksud salah satunya adalah

sumber daya manusia yang memiliki peranan terhadap pelayanan

kefarmasian di Apotek.

Peran Tenaga Teknis Kefarmasian. Menurut Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan

Kefarmasian, Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu

Apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana

Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah

Farmasi/Asisten Apoteker. Tenaga Teknis Kefarmasian memiliki

kewajiban sebagai berikut:

8
1. Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan

standart profesinya.

2. Memberi informasi yang berkaitan dengan penggunaan/

pemakaian obat.

3. Menghormati hak pasien dan menjaga kerahasiaan identitas

serta data kesehatan pasien.

4. Melakukan pengelolaan apotek

5. Pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi.

II.1.3 Ciri-ciri Apotek

Ciri-ciri apotek adalah sebagai berikut:

1. Memiliki apoteker penanggung jawab apotek.

2. Melayani resep dan non resep.

3. Memiliki izin apotek.

4. Tempat informasi yang berkaitan dengan pemakaian obat dan

kegunaannya.

II.1.4 Pelayanan Apotek

1. Apotek wajib dibuka melayani masyarakat mulai pukul 08.00-22.00

2. Apotek wajib melayani resp dokter, dokter gigi, dan dokter hewan.

Pelayanan resep sepenuhnya atas tanggungjawab Apoteker Pengelola

Apotek (APA).

3. Apoteker wajib melayani resep sesuai dengan tanggungjawab dan

keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat.

9
Apoteker tidak di izinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis

didalam resep dengan obat paten.

4. Apoteker wajib memberikan informasi :

5. Berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien.

6. Penggunaan obat secara aman, tepat, rasional, atas permintaan

masyarakat.

7. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker.

8. Resep harus disimpan dan dirahasiakan oleh apoteker dengan baik

dalam jangka 3 tahun.

9. Apabila Apoteker menganggap bahwa dalam resep ada kekeliruan

atau penulisan resep yang kurang tepat, apoteker harus

memberitahukan kepada dokter penulis resep. Bila dokter penulis

resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib membubuhkan

tandatangan yang lazim diatas resep atau menyatakan secara tertulis.

II.2 Tugas dan Fungsi Apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, tugas dan

fungsi Apotek adalah :

1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan Apoteker

2. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian

10
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan

farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan

kosmetika.

4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan

obat tradisional.

Sarana penyaluran perbekalan Farmasi harus menyebarkan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata. Pelayanan kefarmasian

(Pharmaceutical Care) pada saat ini berubah orientasinya yang semula

hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi utama, kini

menjadi pelayanan komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas hidup pasien.

Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, tenaga farmasi

dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan mengubah

perilaku agar dapat melakukan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk

interaksi tersebut antara lain adalah dengan pemberian Komunikasi,

Informasi dan Edukasi mengenai obat (Kemenkes R.I., 2009).

II.3 Struktur Organisasi Apotek

Struktur organisasi adalah susunan hubungan antara atasan dengan

para staff dan aktivitas satu sama lain serta terhadap ke seluruh

11
pertanggungjawaban dan wewenang melalui tujuan perusahaan pada

pencapaian sasarannya. Pengorganisasian tiap-tiap organisasi atau

perusahaan dibuat agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan

memperjelas tugas dan tanggungjawab dari masing-masing bagian yang

terkait, maka diperlukan bagian organisasi.

Struktur organisasi di apotek diperlukan untuk mengoptimalkan

kinerja apotek dalam pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan

dengan adanya struktur organisasi dalam apotek, maka setiap pegawai

memiliki tugas dan tanggungjawab masing-masing sesuai dengan jabatan

yang diberikan serta untuk mencegah tumpang tindih kewajiban serta

wewenang, dengan adanya struktur organisasi dapat memperjelas posisi

hubungan antar elemen. Berikut adalah struktur organisasi apotek:

Gambar II.1 Struktur Organisasi Apotek

Dalam struktur diatas dijelaskan adanya pembagian tugas dan

tanggung jawab secara bertingkat adalah sebagai berikut :

1. Pimpinan dalam hal ini orang yang mempunyai Apotek yang

memberikan perlindungan baik secara hukum maupun secara teknik.

12
2. Apoteker bertugas sebagai penanggung jawab segala hal yang

berhubungan dengan obat-obatan dan segala kegiatan apotek.

3. Asisten Apoteker bertugas menarik obat-obatan yang dipesan melalui

resep dan penanggung jawab yang berhubungan dengan obat.

4. Juru resep bekerja membantu asisten apoteker meracik obat-obat dan

mencatat daftar obat yang telah habis.

5. Administrasi bertugas mengolah seluruh kegiatan manajemen di

apotek dan membuat laporan penjualan bulanan dan juga laporan

keuangan.

6. Kasir bertugas melayani pembaran dari pembeli pasien dan juga

melayani pembeli dari luar.

7. Bagian pelayanan obat bertugas memberi pelayanan kepada pembeli

dan membuat laporan penjualan harian.

13
BAB III

TINJAUAN UMUM OBJEK PKL

III.1 Sejarah Perusahaan

III.1.1 Sejarah PT. Kimia Farma Apotek

Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia

yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama

perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp

dan Co. Berdasarkan kebijaksanaan nasionalisasi atas perusahaan Belanda

di masa awal kemerdekaan, pada tahun 1958 Pemerintah Republik

Indonesia melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi

PNF (Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian

pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi

Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan menjadi PT Kimia Farma

(Persero).

Pada tanggal 4 Juli 2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali

mengubah statusnya menjadi perusahaan publik, PT Kimia Farma

(Persero) Tbk, dalam penulisan berikutnya disebut Perseroan. Bersamaan

dengan perubahan tersebut, Perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek

Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (Sekarang kedua bursa telah merger dan

kini bernama Bursa Efek Indonesia). Berbekal pengalaman selama sepuluh

tahun, Perseroan telah berkembang menjadi perusahaan dengan pelayanan

kesehatan terintegrasi di Indonesia. Perseroan kian diperhitungkan

14
kiprahnya dalam pengembangan dan pembangunan bangsa, khususnya

pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia.

PT Kimia Farma Apotek (KFA) adalah anak perusahaan Perseroan

yang didirikan berdasarkan akta pendirian tanggal 4 Januari 2003. Sejak

tahun 2011. KFA menyediakan layanan kesehatan yang teringtegrasi

meliputi layanan farmasi (apotek), klinik kesehatan, laboratorium klinik

dan optik, dengan konsep One Stop Health Care Solution (OSHCS)

sehingga semakin memudahkan masyarakat mendapatkan layanan

kesehatan berkualitas. Komposisi pemegang saham PT Kimia Farma

(Persero) Tbk yaitu 99,99% dan Yayasan Kesejahteraan Keluarga Kimia

Farma (YKKKF) 0,01%.

Melalui anak perusahaanya yaitu PT Kimia Farma Apotek, Perseroan

menjadi pemimpin di pasar ritel farmasi dengan jumlah apotek sebanyak

412 apotek. Penambahan outlet apotek menjadi salah satu strategi KFA

untuk meningkatkan penetrasi pasar, diantaranya melalui program

franchise. Di tahun 2012, KFA berhasil membuka 29 apotek baru, dimana

5 apotek diantaranya merupakan apotek franchise sehingga keseluruhan

apotek franchise KFA adalah sebanyak 10 apotek.

Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat daerah

Tasikmalaya khusunya dalam pelayanan di bidang kefarmasian maka

berdirilah Apotek Kimia Farma 195 Tasikmalaya tepatnya pada bulan

November 2001 dan diresmikan pada tanggal 16 Januari 2002. Layanan di

Apotek Kimia Farma ini, selain mengelola perbekalan farmasi juga

15
dilengkapi dengan praktek dokter yang terdiri dari dokter umum, dokter

spesialis kandungan serta dokter gigi. Ruang praktek dokter ini berada di

dalam bangunan apotek sehingga akan lebih memudahkan interaksi dan

komunikasi antara apoteker dengan profesional kesehatan lainnya seperti

dokter dan perawat Selain bekerja sama dengan dokter praktek, di Apotek

Kimia Farma 195 juga dilengkapi dengan laboratorium.

Dalam upaya untuk meningkatkan pelayanan dan kenyamanan pasien,

di Apotek Kimia Farma 195 disediakan ruang tunggu pasien yang nyaman

dan tertata baik, kebersihannya selalu terjaga serta dilengkapi dengan

televisi sebagai sarana informasi. Untuk memenuhi kebutuhan konsumen,

di Apotek Kimia Farma 195 Tasikmalaya juga tersedia swalayan farmasi

yang didalamnya tersedia berbagai keperluan mulai dari perbekalan

kesehatan rumah tangga sampai alat kesehatan. Hal ini memberikan nilai

lebih bagi Apotek Kimia Farma untuk menjadi pilihan bagi konsumen

untuk memenuhi kebutuhannya di bidang kesehatan baik untuk tenaga

medis maupun obat-obatan dan alat kesehatan yang diperlukan.

III.1.2 Budaya Perusahaan

Perseroan telah menetapkan budaya perusahaan yang merupakan nilai-

nilai inti Perseroan (corporate values) yaitu I C A R E yang menjadi acuan

atau pedoman bagi Perseroan dalam menjalankan usahanya, untuk

berkarya meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Berikut

adalah budaya perusahaan (corporate culture) perseroan:

16
A. I CARE

Innovative :Budaya berpikir out of the box, smart dan kreatif

untuk membangun produk unggulan

Customer First :Mengutamakan pelanggan sebagai mitra kerja

Accountable :Dengan senantiasa bertanggung jawab atas amanah

yang dipercayakan oleh perusahaan dengan

memegang teguh profesionallisme, integritas dan

kerja sama

Responsible :Memiliki tanggung jawab pribadi untuk bekerja

tepat waktu, tepat sasaran dan dapat diandalkan,

serta senantiasa berusaha untuk tegar dan bijaksana

dalam menghadapi setiap masalah

Eco-Friendly :Menciptakan dan menyediakan produk maupun

jasa layanan yang ramah lingkungan

B. 5 As

5 As dijadikan sebagai ruh budaya perusahaan yang terdiri dari :

Kerja Ikhlas :Siap bekerja dengan tulus tanpa pamrih untuk

kepentingan bersama

Kerja Cerdas :Kemampuan dalam belajar cepat (fast learner) dan

memberikan solusi yang tepat

Kerja Keras :Menyelesaikan pekerjaan dengan mengerahkan

17
segenap kemampuan untuk mendapatkan hasil

terbaik

Kerja Antusia :Keinginan kuat dalam bertindak dengan gairah dan

semangat untuk mencapai tujuan bersama

Kerja Tuntas :..

III.1.3 Simbol PT. Kimia Farma Apotek

PT. Kimia Farma, memiliki logo yang menggambarkan matahari terbit

berwarna orange dan tulisan kimia farma berwarna biru dibawahnya.

Simbol tersebut memiliki makna tersendiri, yaitu:

Gambar III.1 Logo Kimia Farma

A. Simbol Matahari

1. Paradigma baru

Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru kehidupan yang

lebih baik.

2. Optimis

Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut

adalah penggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan

bisnisnya.

18
3. Komitmen

Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam dari arah barat secara

teratur dan terus menerus memiliki makna adanya komitmen dan

konsistensi dalam manjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia

Farma dalam bidang farmasi dan kesehatan.

4. Sumber energi

Matahari sumber energi bagi kehidupan dan Kimia Farma baru

memposisikan dirinya sebagai sumber energi bagi kesehatan

masyarakat.

5. Semangat yang abadi

Warna orange berarti semangat, warna biru berarti keabadian.

Harmonisasi antara kedua warna tersebut menjadi satu makna yaitu

semangat yang abadi.

B. Jenis huruf

Dirancang khusus untuk kebutuhan Kimia Farma disesuaikan dengan nilai

dan image yang telah menjadi energi bagi Kimia Farma, karena prinsip

sebuah identitas harus berbeda dengan identitas yang telah ada. Sifat huruf

pada logo Kimia Farma Apotek adalah:

a. Kokoh

Memperlihatkan Kimia Farma sebagai perusahaan terbesar dalam bidang

farmasi yang memiliki bisnis hulu hilir dan merupakan perusahaan

farmasi pertama yang dimiliki Indonesia.

19
b. Dinamis

Dengan jenis huruf italic, memperlihatkan kedinamisan dan optimism.

c. Bersahabat

Dengan jenis huruf kecil dan lengkung, memperlihatkan keramahan

Kimia Farma dalam melayani konsumennya dalam Konsep Apotek

Jaringan.

Konsep apotek jaringan sendiri telah dicanangkan pada tahun 1998

yang artinya sudah kurang lebih 19 tahun kebijakan itu diberlakukan untuk

menjadikan beberapa Apotek bergabung ke dalam grup yang pada

akhirnya diharapkan menjadi suatu jaringan apotek yang kuat.

III.2 Kegiatan Apotek

Apotek Kimia Farma melayani penjualan langsung, melayani resep

dokter serta menyediakan pelayanan lain, seperti praktek dokter, pelayanan

OTC (swalayan) serta pusat pelayanan informasi obat. Apotek Kimia

Farma dipimpin oleh tenaga Apoteker yang bekerja full time sehingga

dapat malayani informasi obat dengan baik.

Salah satu perubahan yang dilakukan adalah dengan mengubah

persepsi dan citra lama tentang Kimia Farma. Dengan konsep baru bahwa

setiap apotek Kimia Farma bukan lagi terbatas sebagai gerai untuk jual

obat, tetapi menjadi pusat pelayanan kesehatan atau health center, yang

didukung oleh berbagai aktivitas penunjang seperti laboratorium klinik,

20
praktek dokter, pelayanan informasi obat dan gerai untuk obat-obatan

tradisional Indonesia seperti herbal medicine.

Perubahan yang dilakukan secara fisik antara lain dengan

memperbaharui penampilan eksterior dan interior dari apotek-apotek

Kimia Farma yang tersebar di seluruh Indonesia. Bersamaan itu diciptakan

pula budaya baru di lingkungan setiap apotek untuk lebih berorientasi

kepada pelayanan konsumen, dimana setiap apotek Kimia Farma haruslah

mampu memberikan pelayanan yang baik, penyediaan obat yang baik dan

lengkap, berikut pelayanan yang cepat dan terasa nyaman.

III.3 Struktur Organisasi PT. Kimia Farma Apotek

PT. Kimia Farma Apotek dikepalai oleh seorang direktur (Direktur

Utama). Direktur Utama membawahi dua direktur (Direktur Operasional

dan Direktur Pengembangan), serta juga membawahi dua direktur

(Direktur Operasional dan Direktur Pengembangan), serta juga

membawahi langsung tiga Manajer (Manajer SDM dan Umum, Manajer

Keuangan dan Akuntasi, serta Manajer IT).

Direktur Operasional sendiri membawahi: Manajer Operasional,

Manajer Layanan dan Logistik dan Manajer Bisnis. Sedangkan Direktur

Pengembangan membawahi: Manajer Pengembangan Pasar.

Terdapat dua jenis apotek Kimia Farma, yaitu Apotek Administrator

yang sekarang disebut Business Manager (BM) dan Apotek Pelayanan.

BM mengelola beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu

21
wilayah. BM bertugas menangani pembelian, penyimpanan, barang dan

administrasi apotek pelayanan yang berada dibawahnya.

Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah:

1. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah.

2. Apotek pelayanan akan lebih fokus pada kualitas pelayanan, sehingga

mutu pelayanan akan meningkat yang diharapkan akan berdampak

pada peningkatan penjualan.

3. Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang

diharapkan berimbas pada efisiensi biaya administrasi.

4. Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh sumber

barang dagangan yang lebih murah, dengan maksud agar dapat

memperbesar range margin atau HPP rendah.

Selain itu, BM juga membawahi supervisor akuntasi dan keuangan

serta supervisor inventory. Masing-masing dari bagian tersebut terdiri

dari fungsi-fungsi yang menjalankan perannya masing-masing.

Fokus dari apotek pelayanan adalah pelayanan perbekalan farmasi dan

informasi obat pasien, sehingga layanan apotek yang berkualitas dan

berdaya saing mendukung dalam pencapaian laba melalui penjualan

setinggi-tingginya.

Apotek yang dijadikan tempat PKL kami adalah apotek pelayanan.

Struktur organisasi pada semua Apotek Kimia Farma pada prinsipnya sama

yaitu berpedoman pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh Direksi PT.

22
Apotek Kimia Farma (Persero) pusat. Namun demikian masing-masing

apotek dapat menyesuaikan dengan kondisi dan sarana yang tersedia.

Struktur Organisasi merupakan bagan yang menggambarkan fungsi-

fungsi yang terdapat dalam suatu organisasi. Struktur organisasi Apotek

Kimia Farma 195 Tasikmalaya adalah sebagai berikut:

Gambar III.2 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 195

III.4 Tujuan dan Fungsi Kimia Farma Apotek

Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan sesuai dengan

Anggaran Dasar Perseroan yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: AHU-

47137.AH.01.01. Tahun 2008 tentang Persetujuan Akta Perubahan

Anggaran Dasar Perseroan adalah menyediakan barang dan/atau jasa yang

bermutu tinggi dan berdaya saing kuat khususnya di bidang industri kimia,

23
farmasi, biologi, kesehatan, industri makanan serta minuman dan mengejar

keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan

prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Selain itu juga bertujuan untuk

mewujudkan PT. Kimia Farma (persero) Tbk, sebagai salah satu pemimpin

pasar (market leader) di bidang farmasi yang tangguh.

Visi PT. Kimia Farma adalah menjadikan PT. Kimia Farma sebagai

perusahaan farmasi utama pada pasar nasional dan memiliki reputasi dan

citra yang baik di tingkat nasional serta memiliki peran baik dalam pasar

regional maupun global.

Misi PT. Kimia Farma sebagai BUMN adalah menyelenggarakan

kegiatan dalam bidang kesehatan yang meliputi penyediaan, pengadaan,

penyaluran dan pelayanan sediaan farmasi dan alat-alat kesehatan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendukung pemerintah serta

memupuk laba dan mengembangkan diri berdasarkan prinsi-prinsip

pengelolaan usaha yang sehat.

Selain mempunyai visi dan misi. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Juga

mempunyai 3 fungsi yaitu:

1. Mendukung setiap kebijaksanaan pemerintah di bidang pengadaan

obat, mengingat PT. Kimia Farma (Perserp) Tbk. Merupakan salah

satu badan usaha milik negara dalam bidang industri farmasi.

2. Memupuk laba demi kelangsungan usaha.

3. Sebagai agent of development yaitu menjadi pelopor perkembangan

kefarmasian di Indonesia.

24
Seperti halnya apotek yang lain, Kimia Farma apotek juga memiliki

fungsi yang sama menurut PP No 51 Tahun 2009. Tugas dan fungsi apotek

adalah:

1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan apoteker

2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian

3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan

farmasi antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan

kosmetika.

4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi,

pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusi atau

penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan

obat tradisional.

III.5 Sistem Kerja

Apotek Kimia Farma 195 Tasikmalaya ini beroperasi selama 14 jam,

sehingga diberlakukan pembagian jam kerja (shift) untuk pegawainya.

Shift pertama bekerja dari mulai pukul 07.00-14.00, shift kedua bekerja

dari pukul 14.00-22.00.

Apotek Kimia Farma ini bekerja melayani resep dengan pembayaran

tunai ataupun kredit. Resep yang pembayaranya kredit adalah resep BPJS,

Jamsostek PLN, serta Jamsostek Bank Indonesia (BI). Sedangkan resep

25
yang pembayaranya tunai adalah resep dari klinik Kimia Farma sendiri

maupun dari dokter lain. Pada saat pemberian obat beserta informasinya

kepada pasien, harus dilakukan oleh seorang apoteker sekalipun ia sedang

sibuk dengan pekerjaannya yang lain. Akan tetapi jika apotekernya tidak

ada, bisa dilakukan oleh asisten apoteker.

Sebagai apotek pelayanan dan bukan apotek administrator, apotek ini

tidak membuat surat pesanan pengadaan barang untuk distributor,

melainkan hanya membuat Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA) yang

akan diserahkan ke BM. Karena surat pesanan untuk distributor dilakukan

oleh BM (Business Manager) atau apotek administrator.

26
BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan

IV.1.1 Proses Perencanaan

Sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam Kepmenkes No.

1027/Menkes/SK/2004 bahwa dalam membuat perencanaan pengadaan

sediaan farmasi harus dilakukan dengan memperhatikan:

1. Pola Penyakit

2. Kemampuan Masyarakat

3. Budaya Masyarakat

Perencanaan pengadaan sediaan farmasi memberikan gambaran pada

bagian pembelian dan perencanaan mengenai berapa banyak uang yang

harus dihabiskan oleh Apotek untuk membeli kebutuhan sediaan farmasi

dan perbekalan kesehatan.

Di Apotek Kimia Farma 195, proses ini dilakukan berdasarkan

kombinasi antara:

A. Pola Konsumsi

Yaitu perencanaan perbekalan farmasi yang sesuai hasil analisis data

konsumsi obat pada periode sebelumnya yang dapat dilihat dari resep-

resep yang masuk setiap hari.

27
B. Pola Penyakit

Yaitu perencanaan perbekalan farmasi yang disesuaikan dengan data

jumlah pengunjung dan jenis penyakit yang banyak di keluhkan oleh

masyarakat.

Pemantau stok obat setiap harinya dilakukan oleh bagian pengadaan di

Apotek, kemudian stok obat yang habis/akan habis dicatat pada buku

defekta yang merupakan salah satu dokumen perencanaan yang ada di

Apotek Kimia Farma 195. Selain itu, pemantauan stok obat di Apotek juga

dilakukan dengan Stock Opname setiap 3 bulan sekali yang bertujuan

untuk mencocokkan keadaan fisik sediaan farmasi dan perbekalan

kesehatan dengan data yang tertera pada sistem komputer sebagai evaluasi

sistem pengelolaan apotek.

IV.1.2 Proses Pengadaan

Pengadaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan barang di Apotek sesuai dengan data perencanaan

yang telah disusun sebelumnya yang dicatat pada buku defekta. Sistem

pengadaan di Apotek Kimia Farma 195 dilakukan menggunakan prinsip

Pareto-ABC. Prinsip pengendalian ini bekerja berdasarkan nilai jual

dengan memprioritaskan penyediaan sediaan farmasi dan perbekalan

kesehatan yang banyak dibeli atau dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu,

prinsip Pareto-ABC ini juga dilakukan untuk mencegah penumpukan

sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di Apotek.

28
Proses pengadaan di Apotek Kimia Farmasi 195 dilakukan dua kali

dalam seminggu, yaitu pada Hari Rabu dan Jumat. Bagian pengadaan akan

mengajukan sejumlah pesanan melalui BPBA (Bon Permintaan Barang

Apotek) kepada Business Manager (BM) yang dibuat secara online

melalui sistem komputer.

Apotek Kimia Farma 195 menerima pendistribusian sediaan farmasi

dan perbekalan kesehatan dari BM Priangan Timur. Pendistribusian ini

dilakukan dengan merekap terlebih dahulu semua pesanan dari setiap

outlet penjualan Kimia Farma. Apabila barang tersedia di Gudang BM,

maka barang akan dikirim langsung ke outlet yang bersangkutan. Namun,

jika barang yang diminta tidak tersedia, BM akan mengajukan pesanan ke

PBF (Pedagang Besar Farmasi) dan PBF akan mengirimkan pesanan

barang tersebut ke Gudang BM dilengkapi dengan faktur pembeliannya.

Setelah barang tersedia, BM akan mendistribusikan pesanan sediaan

farmasi dan perbekalan kesehatan ke setiap outlet dengan sistem dropping.

Gambar IV.1 Alur Pengadaan Secara Umum Di Apotek Kimia Farma 195

29
Proses pengadaan barang juga dapat dilakukan antar outlet pelayanan

Kimia Farma tanpa melalui BM, karena semua data sediaan farmasi dan

perbekalan kesehatan sudah tercatat secara otomatis pada sistem komputer.

Berbeda dengan sistem pengadaan sediaan farmasi lainnya, pengadaan

obat golongan narkotik, prikotropika dan prekursor dapat dilakukan secara

langsung oleh bagian pengadaan di setiap outlet kepada PBF melalui Surat

Pesanan (SP) khusus yang ditandatangani oleh Apoteker Penanggung

jawab Apotek (APA).

Lembar SP Narkotika dibuat sebanyak 4 rangkap sebagai arsip untuk

Apotek, PBF, Dinas Kesehatan Kota dan BPOM yang isinya memuat satu

item pesanan obat golongan narkotika. Sedangkan untuk SP Psikotropika

dan SP Prekursor dibuat sebanyak 2 rangkap untuk arsip Apotek dan PBF

yang berisikan satu golongan obat, terdiri dari satu atau beberapa item.

Pada proses pendistribusian obat golongan narkotika, prikotropika dan

prekursor, PBF akan langsung mengirimkan pesanan obat ke outlet

penjualan Kimia Farma yang bersangkutan tanpa melalui BM, dan disertai

dengan faktur pembeliannya.

Gambar IV.2 Alur Pengadaan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor

IV.1.3 Proses Penerimaan

30
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis

spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam

surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.

Pada proses penerimaan barang di Apotek Kimia Farma 195, barang

yang datang akan dicek langsung oleh Apoteker atau Asisten Apoteker.

Pengecekan dilakukan dengan menyesuaikan faktur atau dropping dengan

barang yang datang ke Apotek. Jika barang tidak sesuai dengan yang

tertera pada dokumen penerimaan faktur atau dropping atau terdapat

kerusakan fisik pada sediaan, maka petugas apotek membuat nota

pengembalian barang yang dikirimkan ke distributor yang bersangkutan

untuk ditukar dengan barang yang sesuai dengan pesanan atau barang yang

berada dalam kondisi yang lebih baik.

IV.1.4 Proses Penyimpanan

Pesanan barang yang datang ke Apotek Kimia Farma 195 akan

disimpan di Gudang sebagai stok persediaan. Sebagian kecil dari stok itu

ada yang disimpan di belakang rak obat untuk memudahkan

pengambilannya.

Sistem penyimpanan obat di Outlet Penjualan Apotek disusun

berdasarkan:

1. Golongan farmakoterapi

2. Bentuk Sediaan

3. Status Obat (JKN/Non-JKN)

31
4. Stabilitas Obat

5. Narkotika/Psikotropika.

Untuk Obat branded golongan bebas dan bebas terbatas sebagian

disimpan di etalase swalayan apotek bersama dengan vitamin, obat herbal,

alat kesehatan serta makanan dan minuman yang dijual di Apotek yang

disusun secara rapi agar mudah dilihat oleh konsumen. Penyimpanan obat

ethical dan DOWA disimpan di rak bagian dalam. Sedangkan untuk obat

golongan Narkotika dan Psikotropika disimpan pada lemari khusus di

belakang rak obat bagian dalam agar keamanannya tetap terjaga. Lemari

ini dilengkapi dengan dua pintu dan dua kunci yang berbeda sesuai dengan

ketentuan yang mengaturnya.

Pada proses penyimpanan obat, Apotek Kimia Farma 195 juga

menerapkan metode FIFO (First in First Out) dan FEFO (First Expired

First Out) untuk mencegah obat yang kadaluwarsa di Apotek.

IV.1.5 Proses Pelaporan Sediaan

Untuk Obat golongan Bebas, Bebas Terbatas, Keras dan Obat Wajib

Apotek dilaporkan secara online melalui sistem komputerisasi kepada BM

Kimia Farma. Apotek akan meyimpan dokumen tersebut sebagai bukti

pada saat monitoring.

Sedangkan untuk obat golongan narkotika dan psikotropika dilaporkan

langsung secara online ke http://sipnap.kemkes.go.id/ yang merupakan

32
situs resmi dari Kementerian Kesehatan untuk memonitoring penggunaan

dan pengelolaan obat golongan narkotika dan psikotropika di Indonesia.

IV.2 Kalkulasi Biaya Obat di Apotek

Apotek Kimia Farma 195 menjual harga obat dan perbekalan

kesehatan berdasarkan harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan

melalui sistem komputerisasi. Secara umum harga obat ditentukan dengan

menghitung:

Harga Jual= Harga Distributor Pajak PPN Faktor Penjualan

faktor penjualan yang dimaksud diatas adalah persentase keuntungan atau

margin yang akan diambil oleh perusahaan dari setiap item barang yang

dijual. Kimia Farma membatasi margin pada penjualannya, yaitu tidak

boleh lebih dari 1,3 %.

Bagian keuangan di Apotek harus menghitung kalkulasi biaya

penjualan termasuk didalamnya omset yang didapat setiap bulan oleh

apotek, biaya pembelian, dan biaya operasional apotek. Semua kalkulasi

biaya tersebut harus didokumentasikan sebagai bukti pemasukan dan

pengeluaran apotek.

IV.3 Pelayanan Resep dan Non-Resep

IV.3.1 Pelayanan Resep

Pelayanan resep di Apotek Kimia Farma 195 didahului dengan proses

skrining yang meliputi pemeriksaan kelengkapan resep, keabsahan dan

33
tinjauan kerasionalan obat. Resep yang lengkap harus ada nama, alamat

dan nomor ijin praktek dokter, tempat dan tanggal resep, tanda R/ pada

bagian kiri untuk tiap penulisan resep, nama obat dan jumlahnya, kadang-

kadang cara pembuatan atau keterangan lain (iter, prn, cito) yang

dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda tangan atau paraf

dokter.

Apotek Kimia Farma 195 melayani beberapa kelompok resep, yaitu

resep tunai dan resep kredit. Resep tunai terdiri dari resep yang dibawa

oleh pasien dari luar Klinik Pratama Kimia Farma dan Resep yang

didapatkan langsung dari pasien yang telah melakukan cek kesehatan dan

konsultasi kepada dokter yang melaksanakan praktek di Klinik Pratama

Apotek Kimia Farma, sedangkan resep kredit terdiri dari resep klinik

pasien BPJS, resep PRB, resep Inhealth, resep Yanaka dan resep bagi

peserta instansi Bank Indonesia dan PLN.

Untuk pasien BPJS dan PRB yang akan menebus obat di Apotek Kimia

Farma 195 harus melengkapi beberapa dokumen diantaranya:

1. Surat Eligibilitas Pasien (SEP)

2. Resep dari dokter spesialis

3. Copy Resep klinis dari instansi (pemberian obat selama 7 hari)

4. Fotocopy kartu BPJS atau ASKES

Dokumen tersebut berlaku juga untuk resep PRB, namun dengan tambahan

dokumen yaitu:

1. Surat rujuk balik

34
2. Salinan resep dari sokter keluarga atau dokter di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan Pertama.

Untuk resep kredit yang dapat ditebus di Apotek Kimia Farma 195

pasien harus melampirkan fotocopy kartu anggota Bank Indonesia atau

PLN dan instansi yang bersangkutan lainnya sebagai bukti dan arsip

apotek pada saat melakukan penagihan kepada instansi tersebut.

Secara umum, alur pelayanan resep di Apotek Kimia Farma 195 sudah

sesuai dengan Permenkes RI Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Standar

Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.

Skrining Obat disiapkan


Resep dari Pasien (Administratif, (dilakukan
Farmasetik, Klinis) dispensing obat)

Penyerahan obat
kepada pasien
Obat diserahkan ke
disertai dengan
apoteker
pemberian
informasi obat
Gambar IV.3 Alur Pelayanan Resep di Apotek Kimia Farma 195

IV.3.2 Pelayanan Non-Resep

Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non Resep atau

pelayanan swamedikasi. Pengobatan sendiri adalah suatu perawatan

35
sendiri oleh masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan

menggunakan obat-obatan yang dijual bebas di pasaran atau obat keras

yang bisa didapat tanpa resep dokter dan diserahkan oleh apoteker di

apotek.

Pada pelayanan obat non-resep, pasien dapat menentukan sendiri obat

golongan bebas dan bebas terbatas yang dijual di swalayan apotek. Atau

dapat juga berkonsultasi dengan Apoteker atau Asisten Apoteker untuk

menentukkan obat yang sesuai dengan kondisi yang dialami oleh pasien

tersebut.

IV.4 Pelayanan Informasi dan Edukasi Obat

Tujuan utama pelayanan informasi obat adalah penyempurnaan

perawatan pasien melalui terapi obat yang rasional. Pelayanan Informasi

dan Edukasi Obat merupakan tugas dan fungsi apotek sebagai salah satu

fasilitas pelayanan kesehatan untuk memberikan pemahaman mengenai

obat kepada pasien yang membutuhkan.

Pemberian Informasi Obat (PIO) di Apotek Kimia Farma 195

dilakukan oleh Apoteker yang bertugas saat menyerahkan obat kepada

pasien atau keluarga pasien. Apoteker di Apotek Kimia Farma 195

menggunakan beberapa label sebagai penanda pada obat yang akan

diberikan, hal ini bertujuan agar penyampaian informasi obat kepada

pasien atau keluarga pasien lebih efisien.

36
IV.5 Pengadministrasian Dokumen

Pengadministrasian dokumen di Apotek dilakukan dengan

mengarsipkan resep. Resep di Apotek dikelompokkan berdasarkan cara

pembayarannya yaitu pembayaran kredit dan tunai. Semua resep kredit

dikelompokkan berdasarkan kelompok pasien.

Resep kredit yang didapatkan oleh Apotek Kimia Farma 195 akan

dientri setiap harinya oleh Asisten Apoteker. Biaya dari resep tersebut akan

ditagih ke pihak yang bersangkutan setiap bulan dengan melampirkan

daftar dokumen yang telah dientri sebelumnya.

Penyimpanan resep sebagai arsip apotek akan dikumpulkan setiap

bulannya dan disimpan di Gudang Penyimpanan Apotek. Biasanya

pemusnahan resep dilakukan setiap tiga tahun sekali.

Dokumen lain yang terdapat di Apotek Kimia Farma 195 adalah kartu

stok obat yang merupakan dokumen pencatatan untuk mempermudah

monitoring terhadap pemasukan dan pengeluaran obat. Data yang harus

diisi pada kartu stok obat adalah tanggal, expired date, jumlah obat yang

dibutuhkan, dan jumlah obat yang tersisa. Untuk kartu stock obat narkotika

harus dilengkapi dengan nama pasien yang membutuhkan obat tersebut.

Pada penyimpanan bukti penerimaan obat baik itu faktur ataupun

dropping disimpan di tempat khusus untuk memudahkan pengecekkan

barang dan mempermudah proses pengadministrasian.

37
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil Praktek Kerja Lapangan

yang dilaksanankan di Apotek Kimia Farma 195 di Jalan Sutisna Senjaya

No. 26 adalah sebagai berikut:

V.1.1 Pengelolaan sediaan farmasi dilakukan melalui 5 proses yaitu:

1. Proses Perencanaan, dilakukan dengan berdasarkan pola konsumsi

dan pola penyakit yang dikeluhkan oleh pasien yang datang untuk

membeli obat atau membawa resep obat ke Apotek.

2. Proses Pengadaan, Apotek Kimia Farma 195 melakukan pengadaan

dengan menggunakan metode Pareto-ABC yang dilakukan dua kali

dalam seminggu oleh bagian pengadaan dengan membuat BPBA

yang dikirim secara komputerisasi ke BM Kimia Farma.

3. Proses Penerimaan, proses ini dilakukan ketika barang yang sudah di

pesan datang ke Apotek. Penerimaan dilakukan dengan memeriksa

kesesuaian antara bukti penerimaan dapat berbentuk faktur atau

dropping dengan fisik barang yang datang.

4. Proses Penyimpanan, dilakukan dengan metode FIFO dan FEFO.

Sediaan Farmasi di Apotek Kimia Farma 195 dikelompokkan

berdasarkan golongan farmakoterapi, bentuk sediaan, status obat

38
(JKN/Non-JKN), stabilitas Obat, dan obat narkotika/psikotropika

dan disimpan pada tempat yang berbeda. Sedangkan untuk obat

branded golongan bebas dan bebas terbatas sebagian disimpan di

etalase swalayan apotek bersama dengan vitamin, obat herbal, alat

kesehatan serta makanan dan minuman yang dijual di Apotek.

5. Proses Pelaporan, untuk obat golongan Bebas, Bebas Terbatas, Keras

dan Obat Wajib Apotek dilaporkan melalui sistem komputerisasi ke

BM Kimia, sedangkan untuk obat narkotika dan psikotropika

dilaporkan langsung secara online ke situs resmi Kementerian

Kesehatan RI.

V.1.2 Kalkulasi Biaya Obat dan Perbekalan Kesehatan di Apotek

Apotek Kimia Farma 195 menjual harga obat dan perbekalan kesehatan

berdasarkan harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan PT. Kimia

Farma Apotek.

V.1.3 Pelayanan Resep dan Non-Res

1. Apotek Kimia Farma 195 melayani beberapa kelompok resep, yaitu

resep tunai dan resp kredit. Resep tunai terdiri dari resep yang dibawa

oleh pasien dari luar Klinik Pratama Kimia Farma dan resep dari

dokter klinik yang dibayar langsung oleh pasien non BPJS,

sedangkan resep kredit terdiri dari resep klinik pasien BPJS, resep

39
PRB, resep Inhealth, resep Yanaka dan resep bagi peserta instansi

Bank Indonesia dan PLN.

2. Pelayanan Non-Resep, dilakukan untuk obat golongan Bebas, Bebas

Terbatas, alat kesehatan dan barang lain yang dijual di Swalayan

Apotek.

V.1.4 Pelayanan Informasi dan Edukasi Obat

PIO dilakukan oleh Apoteker dengan memberikan informasi dan

melabelkan penanda obat pada saat penyerahan kepada pasien atau

keluarga pasien.

V.1.5 Pengadministrasian Dokumen

Pengadministrasian dokumen di Apotek dilakukan dengan

mengarsipkan resep, faktur, dropping, dan administrasi pengelolaan

sediaan farmasi termasuk didalamnya buku defekta dan kartu stok.

V.2 Saran

V.2.1 Bagi Apotek

Peningkatan dalam hal pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan

kesehatan perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya kekosongan obat

pada waktu tertentu.

40
V.2.2 Bagi penulis

Mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pelaksanaan PKL

agar menjadi TTK yang memiliki daya saing dan pengetahuan farmasi

klinik yang baik.

41
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 1027 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.

Kemenkes RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Pemerintah RI , Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51


tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, Pemerintah Republik Indonesia,
Jakarta.

Pemerintah RI, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36


tahun 2009 tentang Kesehatan, Pemerintah Republik Indonesia, Jakarta.

PT. Kimia Farma Apotek, www.kimiafarma.co.id

42
CURICULLLUM VITAE

NAMA : Raisy Ikrimah

NIM : P2.06.30.1.14.026

TEMPAT/TGL LAHIR : Tasikmalaya, 11 Oktober1996

JURUSAN : FARMASI

PROGRAM STUDI : D III FARMASI

PENGALAMAN ORGANISASI :

1. Anggota Siaga Pramuka SDN 2 Setiamulya (2006 2009)

2. Anggota Paskibra SDN 2 Setiamulya (2007 2009)

3. Bendahara I OSIS SMPN 1 Tasikmalaya (2009 2010)

4. Koordinator Komisi A Badan Legislatif (2015 2016)

Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

ALAMAT : Jl. Tamansari No.56, Gegernoong Kel. Setiamulya

Kec. Tamansari Kota Tasikmalaya

TELEPON/HP : 089610625448

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata

dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Tasikmalaya, 17 Februari 2017

(Raisy Ikrimah)
NIM. P2.06.30.1.14.026

43
CURICULLLUM VITAE

NAMA : Rini Anggraeni

NIM : P2.06.30.1.14.029

TEMPAT/TGL LAHIR : Tasikmalaya, 20 April 1996

JURUSAN : FARMASI

PROGRAM STUDI : D III FARMASI

PENGALAMAN ORGANISASI :

1. Anggota Bidang Kerohanian HIMA (2015 2016)

Farmasi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

ALAMAT : Jl. Paseh Gg. H. Hasan RT/RW 04/04 Kelurahan

Tuguraja Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya

TELEPON/HP : 085793605667

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata

dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Tasikmalaya, 17 Februari 2017

(Rini Anggraeni)
NIM. P2.06.30.1.14.029

44
CURICULLLUM VITAE

NAMA : Risda Rizki Maulid

NIM : P2.06.30.1.14.030

TEMPAT/TGL LAHIR : Tasikmalaya, 13 Agustus 1995

JURUSAN : FARMASI

PROGRAM STUDI : D III FARMASI

PENGALAMAN ORGANISASI :

1. Anggota Bidang Kerohanian HIMA (2015 2016)

Farmasi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

ALAMAT : Jalan Jiwa Besar Gg. Melati RT. 02 RW. 06 Kota

Tasikmalaya

TELEPON/HP : 087826505282

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata

dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Tasikmalaya, 17 Februari 2017

(Risda Rizki Maulid)


NIM. P2.06.30.1.14.030

45
CURICULLLUM VITAE

NAMA : Rizky Aji Nugraha

NIM : P2.06.30.1.14.031

TEMPAT/TGL LAHIR : Jakarta, 3o November 1995

JURUSAN : FARMASI

PROGRAM STUDI : D III FARMASI

PENGALAMAN ORGANISASI :

1. Anggota Bidang Hubungan Masyarakat (2015 2016)

HIMA Farmasi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

ALAMAT : Kp. Kebonkalapa No.38 Desa Manggungjaya Kec.

Rajapolah Kab. Tasikmalaya

TELEPON/HP : 088802020349 / 08999634633

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata

dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Tasikmalaya, 17 Februari 2017

(Rizky Aji Nugraha)


NIM. P2.06.30.1.14.031

46
Lampiran 1. Surat Pesanan

47
48
49
Lampiran 2. Surat Pesanan Prekursor

Lampiran 3. Surat Pesanan Psikotropika

50
51
Lampiran 4. Surat Pesanan Narkotika

Lampiran 5. Kartu Stock

52
Lampiran 6. Kwitansi Apotek

53
Lampiran 7. Label Obat

54
Lampiran 8. Faktur

Lampiran 9. Klip Obat

55
Lampiran 10. Etiket Obat

Lampiran 11. Nota Penerimaan Obat

56
PRB
Lengkap

PRB
tidak lengkap

57
Kronis Lengkap Kronis tidak lemgkap

58
Lampiran 12.

Copy

Resep

59
Lampiran
13.

60
Pengambilan atau Pengantar Obat

Lampiran 14. Perkamen

Lampiran 15. Resep Klinik (Menggunakan copy resep untuk sementara)

61
62
Lampiran 16. Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 195

63

Anda mungkin juga menyukai