Anda di halaman 1dari 4

Aktivitas Ekstrak Dan Fraksi Black Garlic

(Allium sativum L.) Terhadap Penghambatan Enzim α-Glukosidase

Proposal Penelitian

Alfi Nurfauziah Rahayu

13171002

SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan penyakit yang menjadi masalah tidak hanya di Indonesia
tetapi didunia yang ditandai dengan prevalensinya yang terus meningkat setiap tahunnya.
Menurut data Riskesdas tahun 2007, prevalensi nasional diabetes mellitus adalah 1,1%
(berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala) (Riskesdas, 2007). Sedangkan menurut
data riskesdas 2013, prevalensi diabetes mellitus berdasarkan wawancara tahun 2013 adalah
2,1 % (Indonesia), lebih tinggi dibanding tahun 2007 (1,1%) (Riskesdas, 2013), Menurut
International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa jumlah penderita DM di dunia
pada tahun 2017 telah mencapai 425 juta dan diperkirakan akan mengalami peningkatan 48%
menjadi 629 juta pada tahun 2045. Sedangkan di Indonesia penderita DM mencapai. 10,3 juta
orang. Jika tidak ada tindakan yang dilakukan, jumlah ini diperkirakan akan meningkat
menjadi 16,7 juta pada tahun 2045.
Diabetes Melitus adalah penyakit multifaktoral dan merupakan sekelompok gangguan
metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan kelainan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein (Dipiro, 2015). Menurut Sabarina (2016) diabetes mellitus memiliki
hubungan yang sangat erat dengan karbohidrat yang dikonsumsi karena karbohidrat
merupakan sumber energi dan pada proses pencernaannya meningkatkan glukosa, dimana pati
yang terkandung dalam karbohidrat akan terurai menjadi glukosa dalam sistem pencernaan.
Konsumsi glukosa yang berlebih dapat meningkatkan kadar gula darah (Munadi dan Ardinata,
2008). Penyerapan pati yang telah dicerna dapat dipercepat oleh enzim salah satunya yaitu α-
glukosidase (Katzung, 2002). Salah satu cara menurunkan tingkat hidrolisis pati oleh enzim
pencernaan adalah dengan menghambat kinerja enzim yang bertugas untuk menguraikan pati
salah satunya yaitu α- glukosidase. Menurut Rais et al., (2013) inhibitor α- glukosidase
menghambat enzim α -glukosidase yang menguraikan pati dalam usus halus sehingga
menunda penyerapan glukosa hasil pemecahan karbohidrat di dalam usus halus sehingga
dapat menurunkan kadar gula darah postprandial.
Beberapa inhibitor yang digunakan secara klinis seperti akarbosa dan miglitol, Akarbosa
adalah obat antidiabteik yang bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim α-glukosidase
(Dipiro et al., 2008). Penggunaan obat hiperglikemik oral khususnya inhibitor α-glukosidase
memiliki efek samping utama seperti kembung, mual, diare dan flatulensi. Sehingga alternatif
pendekatan terapi dari bahan alam dapat digunakan untuk mengobati hiperglikemia
postprandial karena memiliki efek samping yang rendah (Sudha et al., 2011).
Bawang putih merupakan salah satu tanaman yang sering dimanfaatkan sebagai rempah-
rempah dimasyarakat khususnya Indonesia. Namun tidak hanya digunakan sebagai bumbu
masak, bawang putih banyak digunakan sebagai obat tradisional untuk beberapa penyakit di
masyarakat. Meskipun telah banyak digunakan sebagai pengobatan, bawang putih digunakan
secara empiris dan belum banyak dilakukan penelitian secara klinis. Bawang putih memiliki
khasiat salah satunya sebagai antidiabetes. Menurut Lisisnawati (2017) bawang putih
mengandung Alisin yang dapat digunakan sebagai alternatif terapi Diabetes Melitus tipe 2.
Rasa dan bau yang kuat dari bawang putih menyebabkan orang-orang sulit
menerimanaya. Sehingga bawang putih dapat diolah dengan cara dipanaskan dengan suhu dan
metode tertentu menjadi bawang hitam atau lebih dikenal dengan Black Garlic yang memiliki
tekstur kenyal serta tidak bau . Menurut Kimura et al (2016) perubahan sifat fisikokimia
adalah alasan utama peningkatan bioaktivitas black garlic dibandingkan dengan bawang putih
segar. Selain konsumsi sehari-hari, beberapa penelitian telah melaporkan bahwa ekstrak black
menunjukkan beberapa khasiat, seperti antioksidan, anti alergi, antidiabetes, anti-inflamasi,
dan efek antikarsinogenik.
Menurut Nurfaino (2017) pemberian perlakuan ekstrak bawang hitam tunggal
menyebabkan kematian sel yang ditandai dengan morfologi sel T47D yang berubah menjadi
bulat, berukuran lebih kecil dan tidak beraturan jika dibandingkan dengan kontrol sel. Nilai
IC50 yang didapatkan pada ekstrak etanolik dan fraksi n-Heksana adalah 8,67×103 μg/mL
dan 26,02×103 μg/mL, selain itu Bawang hitam memiliki aktivitas antioksidan lebih kuat
dibandingkan bawang putih. S-allyl-cistein (SAC) adalah salah satu senyawa asam amino
mengandung sulfur utama yang dianggap bertanggung jawab atas manfaat efek bawang putih,
meliputi antioksidan, antikanker dan neurotropik (Kodera et al., 2002). Jumlah SAC dalam
bawang hitam lima sampai enam kali lebih tinggi dari pada bawang putih dengan perlakuan
suhu 700C dan RH 70% (Bae et al., 2014).
Penelitian Kim et al.,(2016) menunjukan bahwa S-allyl cysteine pada jus bawang hitam
dapat berpotensi sebagai antidiabetes yang diuji pada tikus. Menurut Kimura et al., (2016)
Peningkatan aktivitas antioksidan akan efektif terhadap pencegahan diabetes dan
komplikasinya. Penelitian mengenai penghambatan enzim α-glukosidase dari ekstrak dan
fraksi bawang hitam tunggal belum dilakukan sehingga pada penelitian ini dilakukan
pengujian aktivitas ekstrak etanol dan fraksi black garlic terhadap penghambatan enzim α-
glukosidase secara in vitro.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak etanol dan fraksi bawang hitam dapat menghambat aktivitas enzim α-
glukosidase secara in vitro?
2. Berapakah nilai Inhibition Concentratin 50 (IC50) ekstrak etanol dan fraksi bawang
hitam ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol dan fraksi bawang hitam terhadap
penghambatan enzim α-glukosidase secara in vitro
2. Menentukan nilai IC50 ekstrak etanol dan fraksi bawang hitam.

1.4 Manfaat Penelitian


Melalui penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui aktivitas atau potensi bawang hitam
(Allium sativum L.) sebagai agen antidiabetes dalam menghambat enzim α-glukosidase.

Anda mungkin juga menyukai