Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MENGGAMBARKAN PROSES PENYUSUNAN DAN


MELAKUKAN PENGUJIAN PENGENDALIAN

Oleh :
Tracy Sondang Panjaitan (1432082)
Dosen : Sir JR. Situmorang

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
2016 / 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang auditing dan manfaatnya untuk
masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sistem informasi Akuntansi mencakup pengelolaan sumber daya keuangan
suatu perusahaan. Resiko dan ancaman terhadap system semakin hari semakin meningkat,
yangdisebabkan oleh kemajuan dibidang IT dan kemajuan di bidang SIA..Para perancang
systemsekarang tidak hanya memahami prosedur system yang bai, tetapi harus juga
mengetahui berbagai sifat system yang baru. Untuk mengurangi ancaman dan resiko terhadap
systeminformasi akuntansi, diperlukan suatu system pengendalian intern yang dirancang dan
dijalankan dengan baik.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Mengenali apa yang dimaksud dengan pengendalian internal.
2. Tujuan dari pengendalian internal.
3. Komponen-komponen yang termasuk struktur pengendalian internal.
4. Mendokumentasikan pemahaman tentang struktur pengendalian internal
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok Auditing
dengan tema pembahasan Pemahaman Struktur Pengendalian Internal. Selain itu tujuan
lainnya dari penulisan makalah ini juga pembaca diharapkan dapat:
1. Memperoleh pemahaman tentang struktur pengendalian internal, dan,
2. Mendokumentasikan pemahaman tentang struktur pengendalian internal.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENGENDALIAN INTERNAL


SOX mengharuskan adanya pengendalian internal yang efektif. Selain itu,
pengendalian internal yang efektif dapat membantu perusahaan mengarahkan kegiatan
operasi mereka dan mencegah pencurian serta tindakan penyalah gunaan lainnya.
Dalam standar Profesi Akuntansi Publik pada SA 319 paragraf 2 pengendalian
didefinisikan sebagai berikut :
Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris,
manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai
tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:
(a) keandalan pelaporan keuangan,
(b) efektivitas dan efisiensi operasi dan
(c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
COSO (COSO:1) mendefinisikan pengendalian internal dengan:
Pengendalian internal adalah suatu proses, dipengaruhi oleh seorang dewan direksi,
manajemen, dan personil lainnya, dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tujuan dalam kategori: Efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan
keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
2.2 PENGENDALIAN RESIKO (Control Risk)
Pengendalian resiko adalah sebuah cara yang sistematis dalam memandang sebuah
resiko dan menentukan dengan tepat penanganan resiko tersebut. Ini merupakan sebuah
sarana untuk mengidentifikasi sumber dari resiko dan ketidakpastian, dan memperkirakan

dampak yang ditimbulkan dan mengembangkan respon yang harus dilakukan untuk
menanggapi resiko (Uher,1996:2).
Sasaran dari pelaksanaan Pengendalian resiko adalah untuk mengurangi risiko yang
berbeda-beda berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima
oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh
lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan Pengendalian
resiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya,bagi entitas
Pengendalian resiko (manusia, staff, dan organisasi).
2.3 PENGUJIAN PENGENDALIAN
Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan
efektivitas desain dan/ atau operasi pengendalian intern. Dalam hubungannya dengan operasi
suatu pengendalian intern, pengujian pengendalian yang dilakukan oleh auditor berkaitan
dengan apakah kebijakan dan prosedur sesungguhnya berjalan dengan baik. Karena kebijakan
dan prosedur akan efektiv bila diterapkan semestinya secara konsisten oleh orang yang
berwenang, pengujian pengendalain yang berkaitan dengan efektivitas operasi difokuskan
ketiga pertanyaan :
Bagaimana pengendalian tersebut diterapkan
Apakah pengendalian tersebut diterapkan secara konsisten
Oleh siapa pengenalian terebut diterapkan
Pengujian pengendalian dapat diterapkan terhadap pengendalian golongan besar
transaksi dan/atau saldo akun. Karena tujuan pengendalian intern mencakup pengendalian
bersamaan terdiri adari prosedur untuk memperoleh pemahaman dan sekaligus untuk
mendapatkan bukti efektivitas pengendalian intern.

Pengujian pengendalian tambahan atau pengujian pengendalian yang direncakan


Pengujian pengendalian ini dilaksanakan oleh auditor dalam pekerjaan lapangan.
Pengujian pengendalian ini dapat memberikan bukti tentang penerapan semestinya kebijakan
dan prosedur pengendalian secara konsisten sepanjang tahun yang diaudit. Pengujian ini
biasanya dilaksanakan oleh auditor jika, berdasarkan hasil pengujian pengendalian bersamaan
yang memperlihatkan pengendalian intern yang efektif, auditor kemudian mengubah strategi
auditnya dari pendekatan terutama substantif ke pendekatan resiko pengendalian rendah.
Dalam kondisi ini, pengujian pengendalian ini seringkali disebut pengujian pengendalian
tambahan. Pengujian pengendalian tambahan ini hanya dilaksanakan bilamana dengan
tambahan bukti tentang efektivitas pengendalian intern, auditor akan mendapatkan taksiran
awal tingkat resiko pengendalian yang rendah dan biaya untuk mendapatkan bukti tersebut
efisien.
2.4 Perancangan Pengujian Pengendalian
Banyak altenatif yang dapat dipilih auditor berkenaan dengan pengujian
pengendalian. Disamping auditor dapat memilih pengujian pengendalian bersamaan atau
pengujian pengendalian tambahan atau pengujian pengendalian yang direncanakan, auditor
dapat memilih jenis prosedur yang akan digunakan dalam pelaksanaan pengujian
pengendalian, saat dan lingkup pengujian pengendalian.
2.4.1 Prosedur pengujian pengendalian
Jenis pengujian pengendalian yang dapat dipilih auditor dalam pelaksanaan pengujian
pengendalian adalah :
1. Permintaan keterangan
Permintaan keterangan dari personel yang berwenang tentang pelaksanaan
pekerjaan mereka, yang berkaitan dengan pelaporan keuangan.
2. Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan oleh auditor terhadap pelaksanaan pekerjaan


personel. Pengamatan atas pelaksanaan pekerjaan personel dapat menghasilkan bukti
yang serupa dengan permintaan keterangan.
3. Inspeksi
Inspeksi dilaksanakan terhadap dokumen dan laporan yang menunjukkan
kinerja pengendalian. Pelaksanaan kembali (reperforming) dilakukan oleh auditor
dengan melaksanakan kembali prosedur tertentu. Prosedur ini cocok digunakan bila
terdapat jejak transaksi yang berupa tandatangan di atas dokumen dan cap
pengesahan.
4. Pelaksanaan kembali
Prosedur pelaksanaan kembali tidak digunakan oleh auditor dalam
pemerolehan pemahaman atas pengendalian intern, namun digunakanuntuk menilai
efektivitas pengendalian intern.
2.4.2 Waktu pelaksanaan pengujian pengendalian
Waktu pelaksanaan pengujian pengendalian berkaitan dengan kapan prosedur tersebut
dilaksanakan dan bagian periode akuntansi mana prosedur tersebut berhubungan. Pengujian
pengendalian tambahan dilaksanakan dalam pekerjaan interim, yang dalan jangka waktu
beberapa bulan sebelum akhir tahun yang diaudit. Oleh karena itu pengujian pengendalian ini
hanya memberikan bukti efektivitas pengendalian intern dalam peridoe sejak tanggal awal
tahun yang diaudit sampai tanggal pengujian, padahal menurut standar auditing yang
ditetapkan oleh IAI, auditor diharuskan untuk mengumpulkan bukti efektivitas pengendalian
intern sepanjangan tahun yang dicakup oleh laporan keuangan yang diaudit. Oleh karena itu,
dengan pengembangan efisiensi, pengujian pengendalian baru dilaksanakan sedekat mungkin
dengan akhir tahun yang diaudit.

2.4.3 Lingkup pengujian pengendalian


Biasanya semakin luas lingkup pengujian pengendalian yang dilakukan oleh aduitor,
akan dapat dikumpulkan bukti lebih banyak mengenai efektivitas pengendalian. Semakin
banyak orang yang dimintai keterangan tentang pengendalian intern atas asersi tertentu
semakin banyak bukti yang dapat dikumpulkan oleh aduitor. Semakin banyak pelaksanaan
tugas personel yang diamati, semakin banyak dokumen yang diinspeksi, semakin banyak
prosedur yang dilaksanakan kembali, semakin banyak bukti tentang efektivitas pengendalian
intern.
2.5 TINGKAT PROSEDUR
Standar auditing memerlukan tes efektivitas kontrol setidaknya setiap tahun ketiga.
Jika kontrol telah berubah sejak terakhir diuji, mereka harus mengujinya pada tahun berjalan.
Risiko signifikan adalah mereka risiko yang auditor yakin memerlukan pertimbangan audit
khusus.
1. Ketergantungan pada bukti dari pemeriksaan tahun sebelumnya.
2. Pengujian pengendalian yang berkaitan dengan risiko signifikan.
3. Pengujian kurang dari selama periode berjalan.
PCAOB standar 5 membutuhkan auditor untuk melakukan pengujian pengendalian yang
memadai untuk menentukan apakah kontrol beroperasi secara efektif pada akhir tahun.
2.6 JENIS-JENIS PENGENDALIAN
Dalam mengembangkan rencana audit keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis
pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
Pengujian pengendalian dilakukan untuk mendukung pengurangan pengukuran risiko
pengendalian, sementara auditor menggunakan prosedur analitis dan pengujian terperinci
saldo untuk memenuhi risiko deteksi. Pengujian substantif transaksi memengaruhi risiko

pengendalian maupun risiko deteksi yang direncanakan, karena mereka menguji efektivitas
pengendalian internal serta jumlah nominal transaksi.
a. Prosedur Pengukuran Risiko
Prosedur pengukuran risiko dilakukan untuk menilai risiko salah saji material dalam
laporan keuangan. Auditor melakukan pengujian pengendalian, pengujian substantif
transaksi, prosedur analitis, serta pengujian atas perincian saldo dalam melakuan penilaian
terhadap salah saji material sebagaimana diharuskan dalam PSA 26 (SA 350). Gabungan
dari keempat jenis prosedur audit lanjutan ini akan memberikan dasar bagi opini auditor.
Bagian terbesar dari prosedur pengukuran risiko dilakukan untuk mendapatkan suatu
pemahaman atas pengendalian internal, serta digunakan untuk mengukur risiko
pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi.
b. Pengujian Pengendalian
Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal digunakan untuk mengukur risiko
pengendalian untuk setiap tujuan audit transaksi. Untuk mendapatkan bukti yang tepat dan
mencukupi untuk mendukung pengukuran tersebut, auditor melakukan pengujian
pengendalian. Pengujian pengendalian, baik secara manual dan otomatis, dapat mencakup
jenis bukti berikut ini :
a. Melakukan tanya jawab yang memadai dengan personel klien.
b. Memeriksa dokumen, catatan dan laporan.
c. Mengamati aktivitas terkait pengendalian.
d. Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien.
Auditor melakukan penelusuran system sebagai bagian dari prosedur untuk
mendapatkan pemahaman sebagai upaya membantunya dal menentukan apakah
pengendalian sudah diterapkan. Penelusuran biasanya diterapkan pada satu atau beberapa
transaksi dan mengikuti transaksi tersebut disepanjang pemrosesannya.
Pengujian pengendalian juga digunakan untuk menentukan apakah penggunaaan
pengendalian tersebut telah efektif dan biasanya digunakan untuk menguji sebuah sampel

transaksi. Prosedur yang dilakukan untuk mendapakan pemahaman ats pengendalian


internal biasanya tidak memberikan bukti tepat yang memadai untuk mendukung bahwa
pengendalian telah berjalann efektif. Jumlah bukti tambahan yang diharuskan untuk
menguji pengendalian bergantung pada dua hal berikut :
1. Keluasan bukti yang didapatkan dalam memperoleh pemahaman atas pengendalian
internal.
2. Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan.
Salah satu cara dimana auditor dapat membuktikan pencatatan transaksi adalah dengan
melakukan pengujian pengendalian. Jika pengendalian telah diterapkan dalam transaksi
penjualan dan penerimaaan kas, auditor dapat melakuakn pengujian pengandalaian untuk
menentukan apakah keenam tujuan audit terkait transaksi untuk sikls tersebut telah
terpenuhi.
c.

Pengujian Substantif Transaksi

Pengujian substantive merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji
rupiah yang secara langsung berpengaruh pada ketepatan saldo laporan keuangan. Auditor
mengandalkan tiga jenis pengujian substantif. Ketiga jenis itu adalah pengujian substantif
transaksi, prosedur analitis substantif, serta pengujian terperinci saldo.
Pengujian substantif transaksi digunakan untuk menentukan apakah keenam tujuan
audit terkait transaksi telah terpenuhi untuk setiap kelompok transaksi. Pengujian
pengendalian maupun pengujian substantif transaksi dilakukan untuk transaksi-transaksi
dalam siklus tersebut, bukan di saldo akhir akun-akunnya. Auditor memverifikasi
pencatatan dan pengikhtisaran transaksi penjualan dan penerimaan kas dengan melakukan
pengujian substantif transaksi.
Auditor dapat melakukan pengujian pengendalian secara terpisah dari semua pengujian
lainnya, namun sering kali lebi efisien untuk melakukan bersamaan dengan pengujian
substantif transaksi.

d. Prosedur Analitis
Prosedur analitis melibatkan perbandingan-perbandingan jumlah yang tercatat dengan
ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Standar audit mengharuskan prosedur analitis
dilakukan selama perencanaan dan penyesaaln audit. Prosedur analitis juga dapat
dilakukan untuk mengaudit saldo akun. Dua tujuan utama dari prosedur analitis dalam
mengaudit saldo akun adalah untuk :
1. Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.
2. Memberikan bukti substantif.
Prosedur analitis yang dilakukan selama tahap perencanaan audit biasanya berbeda
dari yang dilakukan dalam tahap pengujian. Standar audit menyatakan bahwa prosedur
analitis merupakan salah satu jenis pengujian substantif ketika dilakukan untuk
memberikan bukti mengenai suatu saldo akhir akun.
e.

Pengujian Terperinci Saldo

Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar baik untuk akunakun neraca maupun laba rugi. Penekanan utama dalam sebagian besar pengujian atas
perincian saldo adalah pada neraca. Pengujian saldo akhir sangat penting karena bukti
yang biasanya didapatkan dari suatu sumber yang independen dipandang sangat dipercaya.
Seperti halnya untuk transaksi, pengujian auditor atas perincian saldo juga harus
memenuhi semua tujuan audit terkait saldo untuk setiap akun-akun neraca yang signifikan.
Pengujian terperinci saldo membantu menciptakan ketepatan moneter akun-akun yang
tekait, sehingga merupakan pengujian substantif.
KESIMPULAN
Dalam mengembangkan rencana audit keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis
pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar.
Pengujian pengendalian dilakukan untuk mendukung pengurangan pengukuran risiko

pengendalian, sementara auditor menggunakan prosedur analitis dan pengujian terperinci


saldo untuk memenuhi risiko deteksi.
AYAT ALKITAB :
1Yoh. 4:1-6
Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh
itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan
pergi ke seluruh dunia.
1Tes. 5:21
Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/7092/Bab%202.pdf?
sequence=8
http://documents.tips/documents/bab-8-penaksiran-risiko-dan-desain-pengujiandocx.html

http://okta-wiskey.blogspot.co.id/2013/11/keseluruhan-perencanaan-dan-program.html

Anda mungkin juga menyukai