Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

STUDY KASUS PELANGGARAN ETIKA BISNIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mandiri


Mata Kuliah Etika Bisnis
Tahun Akademik 2013/2014

Dosen Pengampu : Drs. Ahmad Dasuki Aly, MM

Disusun oleh :
Ai Sari Atikah

SYARIAH/MA II

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)


SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Akhir-akhir ini makin banyak dibicarakan perlunya pengaturan
tentang perilaku bisnis terutama menjelang mekanisme pasar bebas.
Dalam mekanisme pasar bebas diberi kebebasan luas kepada pelaku
bisnis untuk melakukan kegiatan dan mengembangkan diri dalam
pembangunan ekonomi. Disini pula pelaku bisnis dibiarkan bersaing untuk
berkembang mengikuti mekanisme pasar.
Dalam sistem perekonomian pasar bebas, perusahaan diarahkan
untuk mencapai tujuan mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin,
sejalan dengan prinsip efisiensi. Namun, dalam mencapai tujuan tersebut
pelaku bisnis kerap menghalalkan berbagai cara tanpa peduli apakah
tindakannya melanggar etika dalam berbisnis atau tidak.
Hal ini terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung
mencari keuntungan semata sehingga terjadi penyimpangan normanorma etis, meski perusahaan perusahaan tersebut memiliki code of
conduct dalam berbisnis yang harus dipatuhi seluruh organ di dalam
organisasi. Penerapan kaidah good corporate governace di perusahaan
swasta, BUMN, dan instansi pemerintah juga masih lemah. Banyak
perusahaan melakukan pelanggaran, terutama dalam pelaporan kinerja
keuangan perusahaan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. pengertian
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah
Ethos, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom).
Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan
istilah dari bahasa Latin, yaitu Mos dan dalam bentuk jamaknya
Mores, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang
dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari
hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama
pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan,
yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan,
sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk
manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia.
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau
sekelompok

orang

sibuk

melakukan

pekerjaan

yang

menghasilkan

keuntungan. Kata bisnis sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung


skupnya, penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan
usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang
bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas
dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya bisnis pertelevisian.
Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang
dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa.
Etika bisnis merupakan aspek penting dalam membangun hubungan
bisnis dengan pihak lain. Sukses atau gagalnya suatu bisnis sangat
3

ditentukan oleh etika bisnis seseorang. Etika bisnis yang baik juga dapat
membangun komunikasi yang lebih baik dan mengembangkan sikap
saling percaya antarsesama pebisnis. Ada dua hal yang harus Anda
perhatikan dalam berbisnis. Yang pertama adalah memerhatikan
kepentingan dan menjaga perasaan orang lain. Yang kedua adalah
mencegah terjadinya salah paham dengan orang lain, karena masingmasing budaya atau negara mempunyai etika bisnis yang berbeda
sepertihalnya dengan etika bisnis islami yang juga dilandasi dengan tidak
saling merugikan dan saling suka sama suka demi terciptanya
keselamatan duni dan akhirat.

B. ditariknya produk indomie di Taiwan


Dalam surat tersebut dilampirkan pemeriksaan produk Indomie dari
Januari-20 Mei 2010 terdapat bahan pengawet yang tidak diizinkan di
Taiwan di bumbu Indomie goreng dan saus barberque
Pada 8 Oktober 2010 tiba-tiba mendengar pengumuman di media
Taiwan dan Hongkong di kecap Indomie terdapat pengawet yang tidak
sesuai.Indomie ditarik karena mengandung Methyl P-Hydroxybenzoate
yang dilarang di Taiwan.
Analisis kasus berdasar Undang Undang No 8 Tahun1999 tentang
Perlindungan Konsumen
Kasus penarikan indomie di Taiwan dikarena pihak Taiwan menuding
mie dari produsen indomie mengandung bahan pengawet yang tidak
aman bagi tubuh yaitu bahan Methyl P-Hydroxybenzoate pada produk
indomie jenis bumbu Indomie goreng dan saus barberque
Hal ini disanggah oleh Direktur Indofood Sukses Makmur, Franciscus
Welirang berdasarkan rilis resmi Indofood CBP Sukses Makmur, selaku
produsen Indomie menegaskan, produk mie instan yang diekspor ke
Taiwan sudah memenuhi peraturan dari Departemen Kesehatan Biro

Keamanan Makanan Taiwan. BPOM juga telah menyatakan Indomie tidak


berbahaya.
Permasalahan diatas bila ditilik dengan pandangan dalam hokum
perlindungan maka akan menyangkutkan beberapa pasal yang secara
tidak langsung mencerminkan posisi konsumen dan produsen barang
serta hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh produsen
Berikut adalah pasal-pasal dalam UU No 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen yang berhubungan dengan kasus diatas serta
jalan penyelesaian

Pasal 2 UU NO 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Pasal 3 UU NO 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Pasal 4 (c) UU NO 8 tahun 1999 tentang Perlindungan


Konsumen

Pasal 7 ( b dan d )UU NO 8 tahun 1999 tentang Perlindungan


Konsumen

Pasal 2 UU PK adalah tentang tujuan perlindungan konsumen yang


akan menyinggung tentang
Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung
unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen
Perlu ditilik dalam kasus diatas adalah adanya perbedaan standar
mutu yang digunakan produsen indomie dengan pemerintahan Thailand

yang masing-masing berbeda ketentuan batas aman dan tidak aman


suatu zat digunakan dalam pengawet,dalm hal ini In
Pada pasal 7 ( b dan d ) adalah menyinggung tentang
Memberikan informasi yang benar,jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan
penggunaan,perbaikan dan pemeliharaan
menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau
jasa yang berlaku
berdasar pasal 7 (b dan d) diatas maka diwajibkan kepada produsen
untuk mencantum segala informasi mengenai produknya disini adalah
kewajiban PT Indofood untuk mencantum informasi bahan apa saja yang
digunakan dalam produknya
Namun, berdasarkan rilis resmi Indofood CBP Sukses Makmur,
selaku produsen Indomie menegaskan, produk mie instan yang diekspor
ke Taiwan sudah memenuhi peraturan dari Departemen Kesehatan Biro
Keamanan Makanan Taiwan. BPOM juga telah menyatakan Indomie tidak
berbahaya.
Direktur Indofood Franciscus Welirang bahkan menegaskan, isu
negatif yang menimpa Indomie menunjukkan produk tersebut dipandang
baik oleh masyarakat internasional, sehingga sangat potensial untuk
ekspor. Menurutnya, dari kasus ini terlihat bahwa secara tidak langsung
konsumen di Taiwan lebih memilih Indomie ketimbang produk mi instan
lain.Ini bagus sekali. Berarti kan (Indomie) laku sekali di Taiwan, hingga
banyak importir yang distribus

BAB II
PENUTUP
A. kesimpulan
6

Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu
landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik,
sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika
perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
Seperti pada kasus Indomie masalah yang terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan
dan informasi mengenai kandungan-kandungan apa saja yang terkandung dalam produk mie
tersebut sehingga Taiwan mempermasalahkan kandungan nipagin yang ada dalam produk
tersebut. Padahal menurut BPOM kandungan nipagin yang juga berada di dalam kecap dalam
kemasam mie instan tersebut, kadar kimia yang ada dalam Indomie masih dalam batas wajar
dan aman untuk dikonsumsi. Selain itu standar di antara kedua Negara yang berbeda
Indonesia yang merupakan anggota Codex Alimentarius Commision dan karena Taiwan
bukan merupakan anggota Codec sehingga harusnya produk Indomie tersebut tidak
dipasarkan ke Taiwan.
Untuk perusahaan Indofood sebaiknya memperbaiki etika dalam
berbisnis, mestinya perusahaan lebih transparan dalam memberikan
informasi kandungan-kandunga apa saja yang terkandung dalam produk
mie yang mereka produksi ke Taiwan. Meskipun Indomie sudah diakui
internasional adalah produk yang memenuhi standar keamanan untuk
konsumen, agar dapat diterima kembali di Taiwan harusnya perusahaan
menurunkan atau menghilang nilai kandungan Nipagin yang terkandung
pada produk mie yang akan diekspor ke Taiwan, karena Taiwan memiliki
standar kesehatan lebih ketat guna mengurangi keresahan masyarakat
Taiwan akan makanan yang mereka konsumsi (Mie instan produksi
Indomie).

DAFTAR PUSTAKA

file:///E:/semester%204/etika%20bisnis/study%20kasus%5D/KASUS
%20PELANGGARAN%20ETIKA%20%28KASUS%20INDOMIE%20DI
%20TAIWAN%29%20_%20Ughytov%27s%20Blog.htm
file:///E:/semester%204/etika%20bisnis/study%20kasus%5D/Yuniar
%20Risky%20%20ETIKA%20BISNIS%20-%20Kasus%20Hak%20Pekerja,
%20Kasus%20Iklan%20Tidak%20Etis,%20Kasus%20Etika%20Pasar
%20Bebas%20dan%20Kasus%20Whistle%20Blowing.htm
file:///E:/semester%204/etika%20bisnis/study%20kasus%5D/Prayoga
%20Setioutomo%20%20Contoh%20Perusahaan%20Yang%20Melanggar
%20Etika%20Berbisnis%20%28Kasus%20Indomie%20di%20Taiwan
%20%29.htm

Anda mungkin juga menyukai