KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah. Puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt. berkat rahmat
dan hidayahnya, kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Studi Kebijakan
Pendidikan Islam yang berjudul Studi Kebijakan Tentang Pengembangan
Kegiatan Ekstrakurikuler
Dengan segala daya upaya kami mencoba menganalisis dan mencari
berbagai hal yang berkesinambungan mengenai Studi Kebijakan Tentang
Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler. Kemudian kami rangkai sedemikian
mungkin, dan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
Demikian terselesainya tugas Studi Kebijakan Pendidikan Islam ini. Demi
kesempurnaannya kami mohon kritik ataupun saran dari pembaca. Adapun kurang
lebihnya dalam proses pembuatan tugas ini kami mohon maaf yang sebesarbesarnya.
Wassalamualaikum wr. wb.
Penyusun
PENDAHULUAN
1.1; Latar Belakang
bagi
masyarakat
luas
untuk
kepentingan
penyantunan
dan
H.A Djazuli, Kaida-kaidah Fiqih; kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalahmasalah yang praktis. (Jakarta: Kencana, 2010) h. 37
menerima
wakaf.
Wakaf
boleh
1; Apa arti kata wakaf pada hakikat yang sebenarnya yang ditinjau dari segi
bahasa dan istilah serta rukun dan syaratnya ?
2; Bagaimana pandangan para ulama madzhab mengenai perbedaan pendapat
tentang diperbolehkan atau tidaknya jual beli yang statusnya sebagai benda
wakaf tersebut ?
1.3; Tujuan
1; Untuk mengetahui makna dari kata wakaf pada hakikat yang sebenarnya
dari segi bahasa, istilah, serta rukun dan syaratnya dari pendapat beberapa
zumhur ulama.
2; Untuk mengetahui pendapat dari berbagai kalangan
madzhab tentang
diperbolehkan atau tidaknya jual beli benda wakaf yang berupa masjid.
BAB II
PEMBAHASAN
A; Pengertian Wakaf
Wakaf (bahasa Arab: , [wqf]; plural bahasa Arab: , awqf;
bahasa Turki: vakf, bahasa Urdu: ) adalah perbuatan yang dilakukan wakif
(pihak yang melakukan wakaf) untuk menyerahkan sebagian atau keseluruhan
harta benda yang dimilikinya untuk kepentingan ibadah dan kesejahteraan
masyarakat untuk selama-lamanya.
Wakaf menurut bahasa,, waqafa berarti menahan atau mencegah,
misalnya saya menahan diri dari berjalan.
Dalam peristilahan syara, wakaf adalah sejenis pemberian yang
pelaksanaannya dilakukan dengan jalan menahan (pemilikan) asal, lalu
menjadikan manfaatnya berlaku umum. yang dimaksud dengan
menahan
(pemilikan) asal ialah menahan barang yang diwakafkan itu agar tidak diwariskan,
digunakan dalam bentuk dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan, dipinjamkan,
dan sejenisnya. Sedangkan cara pemanfaatannya adalah dengan menggunakannya
sesuai dengan kehendak pemberi wakaf tanpa imbalan.
Ada beberapa pendapat para ulama mengenai wakaf diantarnya yaitu:
1; Mazhab maliki, berpendapat bahwa, wakaf tidak terwujud kecuali bila
orang yang mewakafkan bermaksud mewakafkan barangnya untuk selama
selamanya dan terus menerus. itu pula sebabnya, maka wakaf disebut
shadaqah jariyah
2; Sebagian
ulama
Imamiyah
mengatakan:
pembatasan
seperti
itu
terbatas. ini jelas tidak benar, sebab dikalangan Imamiyah wakaf itu berlaku untuk
selamanya.
Dari beberapa pendapat para ulama dapat disimpulkan bahwa pengertian
wakaf ialah mengalihkan hak milik pribadi menjadi milik suatu badan atau
organisasi yang memberikan manfaat bagi masyarakat dengan tujuan untuk
mendapatkan kebaikan dan ridha Allah SWT.
Wakaf juga dapat diartikan pemindahan kepemilikan suatu barang yang
dapat bertahan lama untuk diambil manfaatnya bagi masyarakat dengan tujuan
ibadah dan mencari ridha Allah SWT.
B; Dasar Hukum Wakaf
Adapun yang dinyatakan sebagai dasar hukum wakaf oleh para
ulama, Al Quran surat Ali Imron ayat 92, Allah berfirman:
Artinya:
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan
apa
saja
yang
kamu
nafkahkan
maka
sesungguhnya
Allah
mengetahuinya.
Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam jamaah
kecuali Bukhari dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah ra sesungguhnya Nabi
saw bersabda:
Ahmad sabiq bin latif abu yusuf,kaedah-kaedah praktis Memahami Fiqih islami
(pustaka Al-furqon, 2009) h.47
3
Abu Hazim Mubarok , Fiqh Idola Terjemah Fathul Qorib Karya Syekh Muhammad bin Qasim Al
Ghazzi (Mukjizat : 2011 ) h. 331
ada
ketika wakaf
terjadi.
b;
Hendaknyaorang
yang
menerima
saya
c;
Muhammad bin shalih al Utsaimin, Buku Panduan Wakaf,Hibah dan Wasiat. (Pustaka Imam
Assyafii : 2010 ) hal : 49
10
sebetulnya cukup dengan sifat amanat dan bisa dipercaya. di tambah dengan
kemampuan mengelola wakaf secara sempurna.
Mereka juga sepakat bahwa, wali wakaf itu adalah orang yang dapat
dipercaya yang tidak dikenakan jaminan atas barang itu kecuali bila sengaja
merusaknya atau lalai menjaganya.
Kecuali Imam maliki, Para ulama mazhab sepakat bahwa, pewakaf
berhak menjadikan kekuasaan atas wakaf ketika melangsungkan pewakafan,
berada di tangannya sendiri, atau mensyaratkan orang lain bersama dirinya
sepanjang dia masih hidup, atau untuk waktu tertentu, dan dia pun berhak untuk
menyerahkan penanganan wakaf tersebut terhadap orang lain. Selanjutnya, Para
ulama mazhab berbeda pendapat bahwa apabila pewakaf tidak menentukan siapa
orang yang menjadi wali wakaf: tidak orang lain, dan tidak pula dirinya sendiri
Hambali dan Maliki mengatakan: kekuasaan atas barang wakaf berada
ditangan orang-orang yang diserahi wakaf, mana kala orang-orang itu diketahui
secara pasti. tetapi bila tidak, kekuasaan atas barang wakaf berada
ditangan
hakim.6
F; Mengganti Barang Wakaf
Prinsip-prinsip diatas adalah pemilikan terhadap manfaat suatu barang.
Barang asalnya tetap, tidak boleh diberikan, dijual atau dibagikan. maka barang
yang diwakafkan tidak boleh diganti. namun persoalannya akan lain jika misalnya
barang wakaf itu tadi sudah tidak bisa dimanfaatkan, kecuali dengan
memperhitungkan harga atau nilai jual setelah barang tersebut dijual. artinya hasil
jualnya dibelikan gantinya. dalam keadaan seperti ini mengganti barang wakaf
diperbolehkan.
Adapun sebab-sebab penggantian barang wakaf antara lain sebagaimana
dibawah ini :
Aulia, Redaksi Tim. 2008. Kompilasi Hukum Islam (Hukum Perkawinan, Kewarisan dan
Perwakafan), Bandung: Nuansa Aulia. Hal 78
11
bangunan
masjid
itu
adalah
wakaf,
maka
karena
12
Dari Ibnu Umar radliallahu 'anhuma bahwa Umar bin Khathab
radliallahu 'anhu mendapat bagian lahan di Khaibar lalu dia menemui Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam untuk meminta pendapat Beliau tentang tanah
lahan tersebut seraya berkata: Wahai Rasulullah, aku mendapatkan lahan
di Khaibar dimana aku tidak pernah mendapatkan harta yang lebih bernilai
selain itu. Maka apa yang Tuan perintahkan tentang tanah tersebut? Maka
Beliau berkata: Jika kamu mau, kamu tahan (pelihara) pepohonannya
lalu kamu dapat bershadaqah dengan (hasil buah) nya. Ibnu Umar
radliallahu 'anhu berkata: Maka Umar menshadaqahkannya ( hasilnya ),
dan wakaf tersebut tidak boleh dijual, tidak dihibahkan dan juga tidak
diwariskan, namun dia menshadaqahkannya untuk para faqir, kerabat,
untuk membebaskan budak, fii sabilillah, ibnu sabil dan untuk menjamu
tamu. Dan tidak dosa bagi orang yang mengurusnya untuk memakan
darinya dengan cara yang ma'ruf dan untuk memberi makan orang lain
bukan bermaksud menimbunnya. (HR Bukhori)
Berdasarkan hadist di atas, para ulama berpendapat bahwa aset wakaf
tidak boleh dijual atau ditarik kembali oleh pemiliknya, bahkan sebagian kalangan
menyatakan bahwa hal ini merupakan kesepakatan ulama. Berkata Imam Qurthubi
: Pendapat yang membolehkan penarikan kembali barang yang sudah
diwakafkan adalah pendapat yang menyelesihi kesepakatan ulama, maka tidak
boleh diikuti. Hanya saja dalam rinciannya ternyata para ulama berbeda
pendapat :
Pendapat Pertama : Boleh menjual wakaf dan atau menariknya kembali.
Pendapat ini diriwayatkan dari Abu Hanifah. Tetapi murid-muridnya mengingkari
13
hal ini, berkata Abu Yusuf : Seandainya hadist di atas sampai kepada Abu
Hanifah, niscaya dia akan mengikutinya dan akan menarik pendapatnya yang
membolehkan penjualan aset wakaf.
Pendapat Kedua : Tidak boleh menjual wakaf sama sekali, walaupun
diganti dengan yang lebih baik atau lebih banyak manfaatnya, selama aset wakaf
tersebut tidak terputus manfaatnya. Ini adalah pendapat Imam Malik dan SyafiI,
dan riwayat dari Imam Ahmad.
Adapun dalil pendapat ini sebagai berikut :
Dalil Kedua : Jika dibolehkan untuk ditukar dengan yang lain, hal itu akan
menimbulkan kerusakan dimana-mana, karena setiap Nadhir wakaf,
dengan mudahnya menjual benda wakaf dan menukarnya dengan yang
lain, yang menurutnya lebih baik. Jika ini terjadi, maka akan sulit
mengontrolnya, maka hal ini dilarang untuk mencegah terjadinya
kerusakan tersebut.
Dalil ketiga : Hal ini seperti apa yang difatwakan oleh Imam Malik, ketika
Khalifah Harun Rasyid memintanya izin untuk membongkar Kabah dan
dikembalikan kepada pondasi yang pernah dibangun Nabi Ibrahim, maka
Imam Malik melarangnya dan mengatakan : Jangan sampai Kabah
engkau jadikan sebagai permainan para raja. . Padahal tujuan Khalifah
Harun Rasyid adalah kebaikan.
Tetapi dalam madzhab Maliki sendiri dibolehkan menjual tanah atau rumah wakaf
jika terkena pelebaran masjid, jalan atau kuburan umum, sebagaimana disebutkan
dalam buku Hasyiat ad-Dasyuqi.
14
Dalil Pertama : Atsar Umar bin Khattab ketika sampai kepadanya berita
bahwa Baitul Maal di Kufah telah rusak, maka beliau memerintahkan Saad
bin Abi Waqqas gubernur Kufah untuk memindahkan masjid yang berada
di Tamarin, dan memindahkan Baitul Maal di depan masjid.
Peristiwa ini diketahui oleh para sahabat, dan tidak ada satupun dari mereka yang
menolaknya, hal ini menunjukkan adanya kesepakatan mereka.
15
: ,
: ,
, ,)
Dari Jabir Radliyallaahu 'anhu bahwa ada seseorang berkata pada waktu
penaklukan kota Mekkah: Wahai Rasulullah, aku telah bernadzar bila
Allah menaklukan kota Mekkah kepada baginda, aku akan sholat di Baitul
Maqdis. Beliau bersabda: "Sholatlah disini." Orang tersebut bertanya lagi
dan beliau bersabda: "Sholatlah disini." Orang itu masih bertanya lagi,
maka beliau bersabda: "Kalau begitu, terserah engkau." (HR Ahmad dan
Abu Daud, dan dishahihkan oleh Hakim)
Jika nadzar saja bisa dirubah dengan yang lebih baik, begitu juga wakaf,
Direktorat Pemberdayan Wakaf. 2007. Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia. Depag
RI.
16
sudah
menghibahkannya.
rusak
Juga
sebagaimana
dilarang
dilarang
mengubah
posisi
untuk
dan
menjual
dan
peruntukannya.
Keputusan Konferensi besar Pengurus Syuriah Nahdlatul Ulama ke-2 di Jakarta pada tanggal 1-
17
BAB III
PENUTUP
Wakaf merupakan salah satu ibadah sunah bagi ummat Islam dalam upaya
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tujuan mulia dalam beribadah bukanlah hal
3 Jumadil Ula 1381 H / 11-13 Oktober 1961 M.
18
yang mudah untuk diterapkan sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Terkadang
pada awalnya wakif berniat ikhlas untuk berwakaf namun seiring perkembangan
waktu niat yang mulia itu bergeser menjadi tidak ikhlas, akhirnya harta wakaf
yang telah diserahkan menjadi milik ummat Islam seolah-olah menjadi milik
pribadi dengan ikut serta mengatur dan menentukan kebijakan dalam badan
wakaf, akibatnya wakaf tidak berjalan sebagai mana mestinya.
Hukum Wakaf adalah Sunnah , adapun Rukun-rukun wakaf diantaranya
yaitu :
2; Orang yang mewakafkan (wakif)
Para ulama mazhab sepakat bahwa syarat bagi sahnya melakukan wakaf
yaitu sehat akalnya. Selain itu juga sudah baligh.
2.
yang
menerima wakaf
itu
mempunyai
Adapun hukumnya melaksanakan jual beli wakaf ada beberapa pendapat Ulama,
dan SyafiI,
Pendapat Ketiga : Boleh menjual wakaf jika manfaatnya hilang, atau
wakaf tidak berfungsi lagi, seperti masjid yang roboh, atau masyakat
sekitar masjid tersebut pindah tempat, sehingga tidak ada yang
19
Hazim Abu Mubarok , Fiqh Idola Terjemah Fathul Qorib Karya Syekh
Muhammad bin Qasim Al Ghazzi (Mukjizat : 2011 )
20