Anda di halaman 1dari 48

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Quran adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
melalui malaikat Jibril yang memiliki kemukjizatan lafal, membacanya bernilai
ibadah, diriwayatkan secara mutawatir, yang tertulis secara mushaf, dimulai
dengan surat Al-Fatihah dan di akhiri dengan surat Al-Nas.1 Sebagai pedoman
bagi manusia dalam menata kehidupannya agar memperoleh kebahagian lahir
dan bathin, di dunia dan di akhirat kelak. Konsep konsep yang dibawa AlQuran selalu relevan dengan problem yang dihadapi manusia, karena itu
ia turun untuk berdialog dengan setiap umat yang ditemuinya, sekaligus
menawarkan pemecahan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh umat
manusia.
Tiada bacaan semacam Al-Quran yang dibaca oleh
ratusan juta orang yang tidak mengerti artinya dan atau tidak
dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan dihafal huruf demi
huruf oleh orang dewasa, remaja, dan anak-anak.
Tiada bacaan melebihi Al-Quran dalam perhatian yang
diperolehnya, bukan saja sejarahnya secara umum, tetapi ayat
demi ayat, baik dari segi masa, musim, maupun turunnya,
sampai kepada sebab-sebab serta waktu-waktu turunnya.
Tiada bacaan seperti Al-Quran yang dipelajari bukan
hanya susunan redaksi dan pemilihan kosakatanya, tetapi juga
kandungannya yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada
kesan yang ditimbulkannya. Semua dituangkan dalam jutaan
jilid

buku,

generasi

dan

generasi.

Kemudian

apa

yang

dituangkan dari sumber yang tak pernah kering itu, berbedabeda

sesuai

kecenderungan

dengan
mereka,

perbedaan
namun

kemampuan
semua

dan

mengandung

1 Said Agil Husain Al Munawar, Al-quran; Membangun Tradisi


Kesalehan Hakiki.( Jakarta, Ciputat Press, 2002), Hal. 5

kebenaran.

Al-Quran

layaknya

sebuah

permata

yang

memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan


sudut pandang masing-masing.
Tiada bacaan seperti Al-Quran yang diatur tatacara
membacanya,
dipertebal

mana

atau

yang

diperhalus

dipendekkan,
ucapannya,

dipanjangkan,

dimana

tempat

yang terlarang atau boleh, atau harus memulai dan berhenti,


bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai kepada etika
membacanya.
Sebagai umat Islam seharusnya kita boleh berbanga diri,
Allah SWT membekali kita sebuah kitab yang sangat lengkap
dan sempurna. Al Huda, As Syifa, Al Mauidzah dan

masih

banyak lagi sebutan untuk Al-Quran. Allah SWT menjadikan


Al-Quran sebagai petunjuk kehidupan manusia di dunia dan
rahmat bagi seluruh alam. Selama ini Al-Quran tak ubahnya
sebagai hiasan yang ditaruh di dalam almari, kaligrafi yang
dipajang di dinding atau bahkan dijadikan mantera atau jimat
yang digantungkan atau diletakkan ditempat tertentu. Tentu
ini, bertentangan dengan apa yang diharapkan oleh Al-Quran
sendiri

yang

menawarkan

dirinya

untuk

dibaca,

seperti

tertuang dalam QS. Al-Muzzammil (20):


.
20. Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran

Tak hanya itu, Allah SWT juga memerintahkan manusia


untuk mengkaji dan memahami isinya, kemudian diwujudkan
dalam perilaku sehari-hari, seperti dijelaskan QS. Al-Qamar
(17):


17. dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk
pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran

Wajarlah jika Nabi Muhammad SAW dalam khutbah


wadanya

mengatakan

bahwa

kita

umatnya

tidak

akan

tersesat apabila kita berpegang teguh (mengamalkan) dua hal,


salah satunya

adalah

Al-Quran.

Al-Quran

merupakan

samudra ilmu yang tak akan habis dieksplorasi sepanjang


masa.4 Firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi akhir
zaman, itupun tak basi dan lapuk oleh waktu. Seperti dalam
firman Allah SWT di dalam QS. Al- Kahfi (109):
Era globalisasi telah mewarnai seluruh aspek kehidupan
masyarakat. Saat ini wajah dunia pendidikan kita telah
mengalami perubahan cepat dan signifikan. Berbagai corak
perubahan pada aspek pendidikan tersebut terjadi karena
dipicu oleh ilmu-ilmu pendidikan modern, perkembangan sains
dan teknologi, maupun akibat perubahan masyarakat itu
sendiri. Globalisasi telah menuntut para pendidik, pakari,
pemerhati dan pengelola dunia pendidikan untuk menciptakan
terobosan-terobosan baru yang dapat mengikuti perubahan
tatanan kehidupan masyarakat saat ini. Konsekwensi dari
perkembangan dan perubahan yang terjadi pada era globalisisi
ini,

institusi

melakukan
pembelajaran

penyelenggara
pengembangan
yang

kreatif

pendidikan

dituntut

pengembangan
dan

inovatif,

dalam

untuk
hal

sehingga

menghasilkan model pembelajaran yang berdampak positif


bagi kemajuan lembaga pendidikan yang dikelola.
Dampak dari globaliasasi diantaranya adalah kemajuan
teknologi menjadikan manusia berubah perilakunya. Banyak
kita lihat di sekeliling kita, baik anak-anak, remaja, maupun
orang dewasa, mereka lebih asyik dengan teknologinya.
Terutama anak-anak usia remaja, mereka lebih asyik membaca

media sosial daripada Al-Quran. Lebih senang memegang


Gadget/HP daripada Al-Quran. Hal ini kalau dibiarkan terus
menerus akan mengakibatkan budaya yang kurang baik.
Oleh karena itu sekolah sebagai lembaga pendidikan
harus bisa memberikan terobosan terobosan untuk bisa
menggantikan kebiasaan-kebiasan siswa yang kurang baik
dengan mengadakan program-program yang positif. Agar
mereka terbiasa berperilaku baik dan bisa menjadi penerus
bangsa dan agama yang berilmu dan berakhlakul karimah.
Sebagai salah satu lembaga pendidikan formal, SMP
Unggulan Al-Falah Buduran senantiasa meningkatkan peran
pendidikan agama Islam dalam upaya menyiapkan Generasi
Qurani yaitu generasi yang mencintai Al-Quran, komitmen
dengan Al-Quran dan menjadikan Al-Quran sebagai bacaan
dan pandangan hidup sehari-hari.2 dalam bentuk pembelajaran
Al-Quran kepada para siswanya. Hal ini ditandai dengan
kecintaan yang mendalam terhadap Al-Quran, mampu dan
rajin

membacanya,

kandungannya,

terus

memiliki

menerus

kemampuan

mempelajari
yang

kuat

isi

untuk

mengamalkannya secara kaffah dalam kehidupannya seharihari.3 Islam telah banyak memberikan konsep pendidikan dan
pembinaan anak sebagai upaya menggapai generasi rabbani.
Seorang anak jika telah diberikan pendidikan agama yang baik
2 Asad Humam dkk, Pedoman, Pengelolaan, Pembinaan dan
Pengembangan Membaca, Menulis dan Memahami Al-Quran (M3A),
(Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ Nasional, 2001), hal. 64
3 Budiyanto dkk, Panduan Praktis Pengelolaan Taman Kanak-Kanak AlQuran, Taman Pendidikan Al-Quran, Talimul Quran Lil Aulad (TKA-TPA-TQA)
Daerah Istimewa Yogyakarta, (Yogyakarta: Lembaga Dakwah dan Pendidikan
Al-Quran, 2005), hal. 6.

sejak kecil Insya Allah akan tumbuh menjadi insan yang


mencintai Allah dan Rasul-Nya, berbakti pada orang tua dan
memiliki kepribadian yang luhur.
Anak

sebagai

generasi

penerus

haruslah

mendapat

perhatian dan pendidikan yang serius sebab pada masa inilah


segala sesuatu mulai diperkenalkan. Baik buruk perkembangan
dan pendidikan anak akan bermula dari sini, apabila sejak kecil
dididik dengan baik maka besarnya juga akan memiliki
pendidikan yang baik begitupun sebaliknya. Dalam hal ini
orang tua berperan penting dalam pembentukan jiwa anak
dikemudian hari. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi SAW. yaitu :
Artinya: Setiap anak itu dilahirkan menurut fitrahnya,
maka hanya kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya
seorang Yahudi, seorang Nasrani atau seorang Majusi. (HR
Bukhori).
Sesuai hadits diatas, maka peran orang tua untuk
membimbing pertumbuhan anaknya dari kecil menjadi sangat
urgen

bagi

anaknya

peletakan

dikemudian

pendidikan

formal

dasar
hari.

pendidikan
Selain

memegang

orang

peran

atau
tua,

yang

kehidupan
lembaga

tidak

kalah

urgennya bagi peletakan dasar pendidikan pada usia anak.


Generasi Qurani sebagai penerus estafet perjuangan
haruslah memiliki nilai spiritualitas dan religiusitas yang tinggi,
sehingga dapat membentengi diri dari pengaruh negatif
budaya globalisasi. Dengan memberikan pendidikan agama
yang memadai sejak usia dini diharapkan akan memberikan
pondasi agama yang kuat sebagai benteng terhadap budaya
barat yang tidak sesuai dengan budaya dan syariat Islam.
Kenyataan yang dijumpai, bahwa banyak keluarga yang
tidak mampu memberikan pendidikan dasar agama yang baik

pada anak. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya


pengetahuan

agama

orang

tua,

kesibukan

orang

tua,

kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan agama


anak dan sebagainya. Realita semacam ini tentu akan
berimbas pada pengajaran pendidikan agama Islam baik
dilembaga pendidikan formal ataupun non-formal. Sedang
pendidikan fomal atau sekolah tentunya sangat terbatas
waktunya.
Banyak di antara anak-anak kurang mampu membaca alquran, ada juga yang mampu membacanya dengan fasih dan
mengetahui artinya, akan tetapi kemampuan yang mereka
miliki tidak tercermin dalam kepribadian mereka. Tidak sedikit
keluhan orang tua maupun pendidik tentang
anak

jaman

sekarang

yang

tidak

sikap

sesuai

anakdengan

pengetahuan yang selama ini mereka miliki.


Salah

satu

tujuan

pendidikan

agama

Islam

adalah

pengamalan Al-Quran, yang dimulai sejak dini. Akan sangat


berarti

bagi

pertumbuhan

dan

perkembangan

generasi

Qurani. Penanaman nilai-nilai yang terkandung dalam AlQuran dengan bahasa Arabnya diberikan oleh orang tua dan
guru kepada anak didiknya, memberikan tempat tersendiri
terhadap penguasaan yaitu membaca, menulis dan berbicara.
Pembelajaran Al-Quran dimulai sejak zaman Nabi, bahkan
dapat dikatakan pengajaran Al-Quran merupakan ajaran yang
utama dan pertama dalam pendidikan Islam. Hal tersebut
berlangsung dan berkembang di negara-negara Islam, baik di
negara-negara Arab maupun di negara-negara lain.
Pembelajaran

Al-Quran

di

Indonesia

merupakan

pendidikan non-formal tertua, bahkan lebih tua dari pondok


pesantren, karena pengajian Al-Quran merupakan embrio

yang akan melahirkan pondok pesantren. Pengajian Al-Quran


semacam ini tersebar di seluruh kepulauan Indonesia pada
awal perkembangan Islam di Indonesia. Adapun materi yang
diajarkan dalam pengajian Al-Quran ialah: membaca

Al-

Quran (termasuk huruf hijaiah), ibadah seperti berwudhu,


sembahyang dan sebagainya, keimanan (sifat 20 puluh) dan
akhlak (dengan cerita-cerita).
Keberadaan SMP Unggulan Al-Falah dirasakan sangat
membantu sekali dalam memberikan pendidikan agama
pada siswa, khususnya pembelajaran Al-Quran. Karena
dengan adanya program tersebut mampu menjadikan siswa
nya membaca Al-Quran dengan baik. menunjukkan indikasi
meningkat. Sehingga perlu diadakannya pendidikan serta
pelatihan membaca Al-Quran dengan baik dan benar,
karena kemampuan membaca Al-Quran dan kecintaan
terhadap Al-Quran merupakan modal dasar bagi upaya
pemahaman dan pengamalan isi

kandungan Al-Quran

dalam kehidupan sehari-hari.


Program pembelajaran Al-Quran ini diharapkan
mampu mendorong semangat anak-anak dalam usaha
belajar membaca, menulis Al-Quran dan mempelajari dasar
agama dan mengamalkannya. Sebagaimana hadits nabi:

Sebaik-baiknya kalian adalah yang mempelajari Al
Quran dan mengajarkannya. (HR. Bukhari No. 5027, dari
Utsman).
Bertolak dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti
masalah tersebut. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul
penelitian

Strategi

Menyiapkan

Generasi

Qurani

Melalui

Program Pembelajaran Al-Quran

Di Smp Unggulan Al-Falah

Buduran
A. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini Fokus penelitian atau batasan
penelitian yang di kaji adalah Strategi Menyiapkan Generasi
Qurani,

yaitu

pembelajaran

Al-Quran

kepada

siswa,.

Sedangkan sub fokus penelitian ini adalah:


1. Bagaimana

Konsep

Strategi

untuk

menyiapkan

generasi qurani di SMP Unggulan Al-Falah Buduran?


2. Apa saja indikator-indikator generasi qurani yang
disiapkan melalui Program Pembelajaran Al-Quran di
SMP Unggulan Al-Falah Buduran?
Agar penelitian
persoalan

ini tidak

terseret ombak

ke

lautan

atau bidang-bidang telaah yang lebih luas, maka

perlu ditentukan ruang lingkup penelitian yang hendak


dilakukan. Adapun penelitian ini terfokus pada strategi dan
indikator-indikator

generasi

qurani

yang

dipakai

dalam

pembelajaran Al-Quran kepada siswa SMP Unggulan Al-Falah


Buduran. Karena itu, peneliti tidak akan mendeskripsikan
secara rinci mengenai sesuatu di luar hal tersebut
B. Tujuan
Penelitian
Sehubungan dengan konteks penelitian tersebut, maka
yang menjadi fokus penelitian ini adalah strategi dan indikatorindikator yang di siapkan melalui program pembelajaran AlQuran. Jadi tujuan utama penelitian ini untuk menghasilkan
suatu strategi yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
terciptanya generasi qurani di

sekolah. Seperti yang

diungkapkan oleh Waseno bahwa maksud tujuan penelitian


tindakan adalah untuk memperoleh pengetahuan (harus teruji

dulu?) yang langsung dapat diterapkan pada situasi tempat


itu. Sementara menurut Suparno, bahwa tujuan utama riset
tindakan dalam dunia pendidikan adalah: (1) untuk melakukan
perubahan

atau

peningkatan

praktik

pendidikan

secara

langsung, (2) untuk mendekatkan hasil penelitian dengan


praktik di lapangan sehingga berdasar hasil riset guru dapat
memperbaiki

kinerjanya,

dan

(3)

mengembangkan

profesionalitas dalam lingkup kerja. Dengan demikian adanya


penelitian tindakan diharapkan dapat dijadikan pijakan dasar
dalam menyiapkan generasi Qurani di SMP Unggulan Al-Falah
Buduran dan pengembangan di masa yang akan datang, juga
diharapkan dapat menjadi rujukan bagi SMP-SMP lain yang
ada di wilayah Kota Sidoarjo dan sekitarnya.
Selain hal di atas maka tujuan khusus pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan

strategi

yang

dipakai

untuk

menyiapkan generasi Qurani di SMP Unggulan AlFalah Buduran.


2. Mendeskripsikan indikator-indikator generasi qurani
yang disiapkan melalui program pembelajaran AlQuran di SMP Unggulan Al-Falah Buduran.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif
baik secara teoritis untuk pengembangan keilmuan maupun
secara praktis bagi praktisi pendidikan, diantaranya:
1. Bagi pengembangan khasanah ilmu
Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang
strategi

menyiapkan

generasi

qurani

dalam

melalui

program pembelajaran Al-Quran, sebagaimana yang telah


diimplementasikan oleh SMP Unggulan Al-Falah.

10

2. Bagi lembaga pendidikan


Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran
pengetahuan, informasi dan inspirasi pendidikan baru
dalam mengembangkan program pendidikan Al-Quran bagi
lembaga-lembaga pendidikan
Taman

Pendidikan

pendidikan

Islam

seperti

Quran,

lainnya

Sekolah

Dasar,

dan lembaga-lembaga

terutama

SMP Unggulan Al-

Falah Buduran.
3. Secara teoritis, bagi SMP Unggulan Al-Falah
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi

terutama

tentang strategi menyiapkan generasi

qurani melalui program pembelajaran Al-Quran. Secara


praktis, hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan

kontribusi terutama bagi SMP Unggulan Al-Falah Buduran


agar dapat menyiapkan generasi qurani yang sudah ada,
ada

terobosan-terobosan

khususnya guru

baru

dari

para

pendidikan agama

pendidikdan
Islam

untuk

membumikan nilai-nilai dan ajaran agama dalam kehidupan


sehari-hari, kapan dan dimana saja mereka berada.
4. Bagi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Sebagai bahan kajian untuk melengkapi perpustakaan
serta sebagai bahan dokumentasi, khususnya bagi jurusan
Pendidikan Agama Islam fakultas Tarbiyah dan sebagai
pertimbangan dalam mengembangkan konsep pendidikan
baru khususnya pendidikan Al- Quran.
5. Secara praktis, bagi peneliti
Diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan dan
dapat dijadikan panduan untuk mengadakan penelitian
selanjutnya terutama tentang strategi menyiapkan AlQuran melalui program pembelajaran Al-Quran, sehingga

11

pembelajaran Al-Quran teraktualisasi dalam kehidupan


sehari-hari.
D. Definisi Istilah
Definisi

istilah

merupakan

penjelasan

atas

konsep

penelitian yang ada dalam judul dan fokus penelitian. Definisi


istilah sangat berguna untuk memberikan pemahaman dan
batasan yang jelas agar penelitian ini tetap terfokus pada
kajian yang diinginkan peneliti. Adapun istilah-istilah yang
perlu didefinisikan adalah sebagai berikut:
1. Strategi adalah suatu garis besar haluan dalam bertindak
untuk mencapai tujuan. Strategi pembelajaran merupakan
komponen yang penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai
materi,

keadaan

dan

kemampuan

siswa

menjadikan

pembelajaran lebih optimal.


2. Generasi Qurani yaitu generasi yang mencintai Al-Quran,
komitmen dengan Al-Quran dan menjadikan Al-Quran
sebagai bacaan dan pandangan hidup sehari-hari.4 Hal ini
ditandai dengan kecintaan yang mendalam terhadap AlQuran, mampu dan rajin membacanya, terus menerus
mempelajari isi kandungannya, memiliki kemampuan yang
kuat

untuk

mengamalkannya

secara

kaffah

dalam

kehidupannya sehari-hari.
3. pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh
individu
yang

untuk memperoleh suatu perubahan perilaku

baru

secara

keseluruhan,

sebagai

hasil

dari

pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan


lingkungannya
4 Asad Humam dkk, Pedoman, Pengelolaan, Pembinaan dan
Pengembangan Membaca, Menulis dan Memahami Al-Quran (M3A),
(Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ Nasional, 2001), hal. 64

12

4. Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan secara


mutawattir kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat
dengan perantara Malaikat Jibril yang ditulis ke dalam
mushaf-mushaf dan bertuliskan dengan huruf bahasa Arab,
dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat
An-Nas untuk disampaikan kepada seluruh umat Islam di
dunia dan bagi yang membacanya berpahala dan bernilai
ibadah.
E. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tata
urutan penelitian ini, maka peneliti cantumkan sistematika
laporan penulisan sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan; bab ini mencakup Latar Belakang
Masalah,

Batasan

Kegunaan

dan

Penelitian,

Rumusan

Tinjauan

Masalah,

Pustaka,

dan

Tujuan

dan

Sistematika

Pembahasan.
Bab II: Landasan Teori yang menguraikan beberapa teori
daripara ahli dari berbagai literatur yang relevan dengan
penelitian ini yang terdiri dari; konsep strategi menyiapkan
generasi

qurani

qurani,

indikator-indikator

kemampuan

meliputi

membaca,

pengertian
generasi

strategi,
qurani,

mempelajari

generasi
meliputi

Al-Quran

dan

mengamalkannya, Urgensi pembelajaran Al-Quran di Sekolah.


Berikutnya membahas tentang Nilai-nilai Agama dalam AlQuran.
Bab III: Metode Penelitian; bab ini terdiri dari pendekatan
dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data
dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis
data, teknik pengecekan keabsahan data, dan tahap-tahap
penelitian.

13

Bab IV: Membahas tentang pemaparan data dan hasil


penelitian, yang menjelaskan tentang gambaran umum objek
penelitian,

penyajian

dan

analisis

data

tentang

strategi

menyiapkan generasi qurani melalui program pembelajaran


Al-Quran di SMP Unggulan Al-Falah Buduran.
Bab V: Merupakan diskusi dari hasil temuan penelitian
yang terkait dengan fokus atau rumusan penelitian, tentang
strategi

menyiapkan

generasi

qurani

melalui

program

pembelajaran Al-Quran di SMP Unggulan Al-Falah Buduran.


Bab VI:

Merupakan

bab

penutup

yang

terdiri

dari

kesimpulan, saran, dan rekomendasi kepada beberapa pihak


yang berkaitan dengan fokus penelitian.

14

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Strategi Pembelajaran
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi berasal dari kata strategos (Yunani) atau
strategus. Strategos berarti jendral atau berarti pula perwira
negara (state officer).5 Strategi dapat diartikan sabagai cara/
taktik/ siasat/ kiat/ trik.6 Secara terminologi, strategi adalah
suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai
tujuan.
Adapun kata pembelajaran sebenarnya mengandung
dua makna, yaitu mengajar dan belajar. Mengajar berarti
sesuatu yang biasa diberikan guru kepada muridnya. Tetapi
kadang sebaliknya, belajar sesuatu yang biasa dilakukan
oleh murid, tetapi kadang dilakukan oleh guru.
Pembelajaran sendiri yaitu kegiatan yang direncanakan
dan dilaksanakan untuk peserta didik agar mereka belajar.
Kemudian tujuan pembelajaran adalah hasil perubahan
tingkah laku pada diri siswa sesuai dengan tujuan yang
sudah ditentukan semua. Perubahan yang dimaksud tidak
lain

adalah

perubahan

kognitif,

psikomotorik,

maupun

perubahan afektif.
Strategi

pembelajaran

merupakan

suatu

kegiatan

5 Mufarokah, Annisatul, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta: Teras,


2009). hlm. 36.
6 Tim, Kamus Bahasa Indonesia, Dep Dik Nas (Jakarta: Pusat Bahasa,
2008), hlm. 152.

15

pembelajaran yang

harus

dikerjakan

guru

dan

siswa

agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan


efisien.

Dengan

kata

lain

strategi

belajar

mengajar

merupakan siasat guru untuk mengoptimalkan interaksi


antara peserta didik dengan komponen-komponen lain dari
sistem intruksional secara konsisten. Sedangkan strategi
pembelajaran menurut beberapa ahli sebagaimana dikutip
oleh Wina Wijaya,

Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah


suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat
diatas, Dick dan Grey juga menyebutkan bahwa strategi
pembelajaran itu adalah suatu riset materi dan
prosedur pembelajaran yang digunakan secara
bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada
siswa.7
Dari berbagai pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu cara atau
alat untuk mencapai tujuan, selain itu strategi pembelajaran
adalah suatu bagian dari komponen proses pendidikan.
2. Komponen Strategi Pembelajaran
Dick

dan

komponen

Carey

strategi

menyebutkan
pembelajaran,

bahwa
yaitu

terdapat
(1)

kegiatan

pembelajaran pendahuluan, (2) penyampaian informasi, (3)


pertisipasi peserta didik, (4) tes dan (5) kegiatan lanjutan.
Berikut

akan

diuraikan

penjelasan

masing-masing

komponen:8
a. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
7 Wina Wijaya, Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana,2007), hlm.
126.

16

Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu


sistem

pembelajaran

secara

keseluruhan

memegang

peranan penting. Pada bagian ini guru diharapkan dapat


menarik minat peserta didik atas materi pelajaran yang
akan disampaikan.
Kegiatan pendahuluan yang disampaikan dengan
menarik

akan

dapat

peserta

didik.

Cara

pelajaran

melalui

meningkatkan
guru

motivasi

belajar

memperkenalkan

materi

contoh-contoh

ilustrasi

tentang

kehidupan sehari-hari atau cara guru meyakinkan apa


manfaat

mempelajari

pokok

bahasan

tertentu

akan

sangat mempengaruhi motivasi belajar peserta didik.


b. Penyampaian informasi
Guru yang mampu menyampaikan informasi dengan
baik,

tetapi

tidak

melakukan

kegiatan

pendahuluan

dengan mulus akan menghadapi kendala dalam kegiatan


pembelajaran selanjutnya.
Dalam kegiatan ini, guru juga harus memahami
dengan

baik

situasi

dan

kondisi

yang

dihadapinya.

Dengan demikian, informasi yang disampaikan dapat


diserap oleh peserta didik dengan baik. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penyampaian informasi
adalah urutan penyampaian, ruang lingkup materi yang
disampaikan dan materi yang disampaikan.
c. Partisipasi peserta didik
Berdasarkan prinsip student centered, peserta didik
merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Hal ini
dikenal dengan istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
8 Hamzah, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mnegajar
yang Kreatif dan Efektif (Jakarta: Bumi Aksara, 2009) hlm. 3-7.

17

yang diterjemahkan dari SAL (Student Active Learning),


yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan
lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan
latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan
pembelajaran yang sudah ditetapkan.
d. Tes
Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru
untuk

mengetahui

tercapainya

tujuan

pembelajaran

secara khusus dan pencapaian keterampilan oleh peserta


didik.
Pelaksanaan tes biasanya dilakukan diakhir kegiatan
pembelajaran setelah peserta didik melalui berbagai
proses pembelajaran, penyampaian informasi berupa
materi pelajaran. Pelaksanaan tes juga dilakukan setelah
peserta didik melakukan latihan atau praktik.
e. Kegiatan Lanjutan
Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari
suatu hasil kegiatan yang telah dilakukan seringkali tidak
dilaksanakan

dengan

baik

oleh

guru.

Dalam

kenyataannya, setiap kali seetelah tes dilakukan selalu


saja terdapat peserta didik yang berhasil dengan baik
atau diatas rata-rata. Peserta didik seharusnya menerima
tindak lanjut yang berbeda sebagai konsekuensi dari hasil
belajar yang bervariasi tersebut. Strategi pembelajaran
merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang
berbeda. Variable strategi pembelajaran diklasifikasikan
menjadi

tiga, yaitu :
f. Strategi pengorganisasian

Strategi pengorganisasian merupakan cara untuk

18

menata

isi

suatu

bidang

studi

dan

kegiatan

ini

berhubungan dengan tindakan pemilihan isi atau materi,


penataan isi, pembuatan diagram, format dan sejenisnya.9
Strategi

pengorganisasian

membuat

urutan

adalah

(sequencing)

cara

dan

untuk

mensintesis

(synthesizing) fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang


berkaitan, suatu isi pembelajaran. Sequencing terkait
dengan cara pembuatan urutan penyajian isi suatu bidang
studi

dan

synthesizing

terkait

dengan

cara

untuk

menunjukkan kepada siswa hubungan atau keterkaitan


antara fakta, konsep, prosedur atau perinsip suatu isi
pembelajaran.
Synthesizing bertujuan untuk membuat topik-topik
dalam suatu bidang studi menjadi lebih bermakna bagi
siswa. Hal ini dilakukan dengan menunjukkan keterkaitan
topik-topik dalam keseluruhan isi bidang studi.10
g. Strategi penyampaian
Strategi

penyampaian

adalah

cara

untuk

menyampaikan pembelajaran pada siswa atau untuk


menerima
mengenai

respon

dan

strategi

menekankan pada

masukan

dari

siswa.

penyampaian

media

apa

yang

Uraian

pembelajaran
dipakai

untuk

menyampaikan pembelajaran, kegiatan belajar apa yang


dilakukan siswa dan struktur belajar mengajar bagaimana
yang

digunakan.

Strategi

penyampaian

adalah cara-

cara yang dipakai untuk menyampaikan pembelajaran


9 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Jakarta:
Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 5.
10 Ibid., hlm. 7-8.

19

kepada

siswa

merespon

dan

sekaligus

masukan-

untuk

masukan

dari

menerima
siswa.

serta

Dengan

demikian, strategi ini juga dapat disebut sebagai strategi


untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Pada

dasarnya

strategi

penyampaian

mencakup

lingkungan fisik, guru, bahan pembelajaran dan kegiatankegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran. Dalam hal
ini

media

penting

pembelajaran

dari

strategi

merupakan

satu

penyampaian

komponen

pembelajaran.

Secara lengkap terdapat tiga komponen yang perlu


diperhatikan

dalam

mendeskripsikan

strategi

penyampaian, yaitu sebagai berikut :


a) Media imuati pesan yang akan disampaikan
kepada siswa, baik berupa orang, alat ataupun
bahan
b) Interaksi siswa dengan media adalah komponen
strategi

penyampaian

pembelajaran

yang

mengacu kepada kegiatan apa yang dilakukan


oleh siswa dan bagaimana
dalam

merangsang

peranan media

pembelajaran

adalah

komponen strategi penyampaian yang dapat


dkegiatan belajar
c) Bentuk
strategi

belajar

mengajar

penyampaian

adalah

komponen

pembelajaran

yang

mengacu kepada apakah siswa belajar dalam


kelompok besar, kelompok kecil, perorangan
ataukah belajar mandiri.11
h. Strategi pengelolaan
Strategi pengelolaan adalah cara untuk menata
11 Ibid., hlm. 9.

20

interaksi antara siswa dan variable strategi pembelajaran


lainnya. Strategi pengelolaan pembelajaran berhubungan
dengan pemilihan tentang strategi pengorganisasian dan
strategi penyampaian yang digunakan selama proses
pembelajaran

berlangsung.

Strategi

pengelolaan

pembelajaran

berhubungan

dengan

penjadwalan,

pembuatan catatan kemajuan belajar dan motivasi.


Strategi pengelolaan pembelajaran sangat penting
dalam sistem strategi pembelajaran secara keseluruhan.
Bagaimanapun

baiknya

pengorganisasian

perencanaan

dan

strategi

strategi

penyampaian

pembelajaran, namun jika strategi pengelolaan tidak


diperhatikan

maka

efektivitas

pembelajaran

terkait

dengan usaha penataan interaksi antarsiswa dengan


komponen
berupa

startegi

strategi

penyampaian

pembelajaran

yang

pengorganisasian

pembelajaran.

terkait,

maupun

Strategi

baik

strategi

pengelolaan

berkaitan dengan penetapan kapan suatu strategi atau


komponen strategi tepat dipakai dalam suatu situasi
pembelajaran. Terdapat empat
dengan strategi

hal yang berkaitan

pengelolaan, yaitu :12

a) Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran


b) Pembuatan catatan kemajuan belajar siswa
c) Pengelolaan motivasional
d) Kontrol belajar
B. Konsep Generasi Qurani
1. Pengertian Generasi Qurani
Generasi Qurani adalah Secara bahasa generasi berarti
angkatan
12 Ibid., hlm. 11.

atau

keturunan.

Sedangkan

secara

istilah

21

generasi berarti sekumpulan angkatan yang hidup pada


masa atau waktu yang sama. Dan Al-Quran secara bahasa
berarti bacaan atau yang dibaca.

Sedangkan menurut

Istilah Al-Quran berarti kalam Allah yang diturunkan kepada


Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat jibril
sebagai kitab sucinya umat Islam.
Al-Quran merupakan kitab suci Umat Islam yang berisi
petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia untuk
menjalani hidup dan kehidupan ini sesuai dengan ketentuan
Allah SWT. Dan untuk memahami aturan hidup yang
tercantum dalam Al-Quran tidak ada cara lain kecuali
dengan mempelajarinya seperti membaca dan mengkaji isi
kandungannya.
Menerapkan Al-Quran dalma kehidupan sangatlah penting
karena Al-Quran merupakan pedoman untuk mencapai
kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Dengan
demikian Al-Quran merupakan petunjuk bagi umat manusia
yang meliputi seluruh aspek kehidupan, karena Al-Quran
dan hidup adalah sebuah khasanah yang komplit yang jika
difahami oleh semua orang akan membuat kehidupan di
dunia

ini

menjadi

harmonis.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa generasi qurani


yaitu generasi atau angkatan yang hidup dan menjalani
kehidupan sebagai pengamal Al-Quran, yang menjunjung
tinggi nilai-nilai Al-Quran, berpegang teguh terhadap AlQuran serta bangga terhadap Al-Quran.
2. Ciri-ciri generasi qurani ini antara lain yaitu sebagai berikut
:
a. Berjiwa tauhid, yaitu generasi yang meyakini bahwa
ilmu yang ia miliki adalah bersumber dari Allah SWT,

22

dengan demikian ia tetap rendah hati dan semakin


yakin akan kebesaran Allah SWT.
b. Berakhlak Al-Quran, yaitu generasi yang berperilaku
dan bertindak berdasarkan tuntunan Al-Quran. Hal ini
dijelaskan oleh Rasulullah SAW
Ketika

Aisyah

RA

ditanya

dalam hadistnya

tentang

akhlak

nabi

Muhammad SAW, maka beliau menjawab akhlaknya


adalah Al-Quran.(HR Ahmad dan Muslim).
C. Pengertian Pembelajaran Al-Quran
1. Pembelajaran Al-Quran
Tuntutan dan anjuran untuk mempelajari Al-Quran
dan menggali kandungannya serta menyebarkan ajaranajarannya

dalam

praktek

kehidupan

mesyarakat

merupakan tuntutan yang tidak akan pernah habis.


Tantangan dunia modern yang bersifat sekuler dan
materialis,

umat

Islam

dituntut

untuk

menunjukkan

bimbingan dan ajaran Al-Quran yang mampu memenuhi


kekosongan

nilai

moral

kemanusiaan

dan

spiritual.

Disamping membuktikan ajaran-ajaran Al-Quran yang


bersifat rasional dan mendorong umat manusia untuk
mewujudkan

kemajuan

dan

kemakmuran

serta

kesejahteraan.13 Dalam kaitannya dengan masalah ini


penulis akan mencoba menguraikan tentang bentuk
aktualisasi nila-nilai qurani yang diterapkan di SMP
Unggulan Al-Falah dalam bentuk Pembelajaran Al-Quran.
Pembelajaran merupakan sesuatu aktivitas (proses)
yang sistematis dan sistemik yang terdiri atas banyak

13 Said Agil Husain al-Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qurani Dalam


Sistem Pendidikan Islam (Ciputat: PT Ciputat Press, 2005), 6.

23

komponen

yang

berkaitan.14

saling

Sedangkan

pembelajaran menurut SISDIKNAS No. 20 tahun 2003


adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.15
Dalam kegiatan pembelajaran Al-Quran, pembelajaran
mencakup kegiatan belajar mengajar antara guru dengan
murid

yang

didukung

pula

beberapa

komponen

pembelajaran dan berada pada lingkungan tertentu.


Dalam

kegiatan

Pembelajaran,

terjadi

interaksi

antara dua pihak, yaitu antara peserta didik yang


melakukan

kegiatan

belajar

dengan

pendidik

yang

melakukan kegiatan Pembelajaran. Pembelajaran juga


berarti

membelajarkan

pendidikan

maupun

siswa

teori

menggunakan

belajar

yang

asas

merupakan

penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran


juga dapat diartikan sebagai suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur manusiawi, material kapasitas,
perlengkapan

dan

prosedur

untuk

mencapai

tujuan

pembelajaran.16
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses
mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar
anak

didik,

sehingga

dapat

menumbuhkan

dan

mendorong siswa untuk melakukan proses belajar.


Sedangkan

Al-Quran

menurut

bahasa

berarti

bacaan. Dan menurut istilah Al-Quran adalah kalam


14 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 242.
15 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-Undang dan Peraturan
RI tentang Pendidikan (Jakarta: DEPAG RI, 2006), 7
16 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfa
Beta, 2005), 61.

24

Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW


yang merupakan mukjizat yang diriwayatkan secara
mutawatir dan merupakan ibadah membacanya. 17
Maka

berdasarkan

disimpulkan

uraian

diatas,

dapat

bahwa Pembelajaran Al-Quran adalah

suatu kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar


mengajar Al-Quran, dengan didukung metode dalam
pembelajarannya. Pembelajaran Al-Quran adalah proses
interaksi peserta didik dengan
belajar pada

pendidik

suatu lingkungan belajar

dan sumber
dalam upaya

untuk memberikan pemahaman kepada anak didik dalam


proses kegiatan pembelajaran Al-Quran.
2. Tujuan Pembelajaran Al-Quran
Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak
akan mempunyai makna yang berarti. Ibarat seorang
yang bepergian tak tentu arah maka hasilnya pun tidak
lebih dari pengalaman selama perjalanan. Pendidikan
merupakan usaha yang dilakukakan secara sadar dan
jelas

memiliki

tujuan.

Sehingga

diharapkan

dalam

penerapannya ia tidak kehilangan arah dan pijakan.


Dalam

perkembangannya

teori-teori

tentang

tujuan

pendidikan Islam menjadi perhatian yang cukup besar


dari para pakar pendidikan.
Secara etimologi
haluan.

.18

, tujuan adalah arah, maksud atau

Secara terminologi, tujuan berarti sesuatu

yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau


17 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara,
2003), 60.
18

25

kegiatan

selesai.19

menurut

al-Syaibani,

yang

mengemukakan bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam


adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. 20
Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang
bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya,
mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang
berbentuk jasmani maupun rohani. Potensi jasmaniah
manusia adalah seluruh potensi yang berkenaan dengan
seluruh organ fisik manusia. Sedangkan potensi ruhaniah
manusia itu meliputi kekuatan yang terdapat di dalam
batin manusia.
Berdasarkan pendapat para pakar di atas, dapat
dipahami

bahwa

tujuan

pendidikan

Islam

adalah

mencetak generasi Islam yang utuh, baik itu potensi


jasmaniah maupun ruhaniah sehingga menjadi bekal
untuk kehidupan dunia dan akhirat. Melalui sosok pribadi
yang demikian, peserta didik diharapkan akan mampu
memadukan

fungsi

berkesinambungan

iman,
bagi

ilmu

dan

terbinanya

amal

kehidupan

secara
yang

harmonis, baik dunia maupun akhirat.


Pembelajaran adalah proses perubahan tingkah laku
anak

didik

menggapai,

setelah

anak

menguasai

didik

bahan

tersebut

pelajaran

menerima,
yang

telah

diberikan oleh pengajar. Strategi pembelajaran Al-Quran


menurut Zarkasyi adalah sebagi berikut :
a. Sistem

sorogan

atau

individu

(privat).

Dalam

19 S. Nasution, Pengembangan Kurikulum (Bandung: Citra Aditya Bakti,


1993), 9.

20 Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syabany, Falsafah Pendidikan Islam


(Jakarta: Bulan Bintang, 1984), 478.

26

prakteknya santri bergiliran satu persatu menurut


kemampuan bacaannya, (mungkin satu, dua atau
tiga bahkan empat halaman)
b. Klasikal individu, dalam prakteknya sebagian waktu
guru

dipergunakan

untuk

menerangkan

pokok-

pokok pelajaran, sekedar dua atau tiga halaman dan


seterusnya,

sedangkan

membacanya

sangat

ditekankan, kemudian nilai prestasinya.


c. Klasikal

baca

menerangkan

simak.

Dalam

prakteknya

pokok

pelajaran

yang

guru

rendah

(klasikal), kemudian para santri atau siswa pada


pelajaran ini dites satu persatu dan disimak oleh
semua santri. Demikian seterusnya sampai pada
pokok pelajaran berikutnya.
3. Metode Pembelajaran
Metode (method), menurut Fred Percival dan Henry
Ellington adalah cara yang umum untuk menyampaikan
pelajaran kepada peserta didik atau mempraktikkan teori
yang

telah

dipelajari

dalam

rangka

mencapai

tujuan

belajar.21
Pendapat
berhubungan
bagi

diatas

menunjukkan

bahwa

metode

dengan memilih metode sangat berpeluang

terciptanya

kondisi

pembelajaran

yang

kondusif,

menyenangkan, sehingga kegiatan pembelajaran dapat


berlangsung secara efektif dan efisien dalam memfasilitasi
peserta didik untuk meraih hasil belajar sesuai yang
diharapkan. Dengan demikian metode merupakan suatu
komponen yang sangat menentukan terciptanya kondisi
21 Milan Rianto, Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran
(Malang: Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP, 2006),
hlm. 6.

27

selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.


4. Metode Mengajar Baca Tulis Al-Quran
Dalam
peranan

proses
penting

pembelajaran.

pembelajaran,
dalam

Dalam

upaya

mempelajari

metode

mempunyai

pencapaian
Al-Quran,

tujuan
terutama

baca-tulis Al-Quran diperlukan metode yang cocok agar


tujuan dapat tercapai dengan mudah, terarah dan efisien.
Dahulu, bila orang ingin bisa membaca Al-Quran diperlukan
waktu yang bertahun- tahun lamanya bahkan belajar sejak
kecil hingga dewasa baru mampu membaca Al-Quran
dengan benar. Tapi sering kali juga tidak menjamin waktu
yang lama tersebut, adakalanya sudah belajar Al-Quran
bertahun- tahun tapi tetap saja belum bisa dengan benar
membaca Al-Quran.
Dari hal di atas maka muncullah bermacam-macam
metode pengajaran Al-Quran yang disusun oleh para
sarjana dan tokoh dari kalangan pondok pesantren untuk
mempermudah,

mempercepat

serta

menarik

perhatian

dalam pengajaran Al-Quran. Tetapi dalam beberapa metode


ini

ada

beberapa

kekurangan

dan

kelebihan-kelebihan

masing-masing. Metode-metode tersebut antara lain :


1) Metode Qowaidul Baghdadiyah
Qowaidul

Baghdadiyah

berasal

dari

Irak

dikota

Baghdad, tanpa tahun, tanpa penyusunan dan tanpa


petunjuk cara mengajarnya. Metode ini digunakan umat
Islam hampir diseluruh dunia Islam. Melalui

metode ini

telah melahirkan banyak kaum muslimin yang mahir


membaca Al-Quran, meski membutuhkan waktu yang
relatif

lebih

lama

untuk

mengajarkannya.

Metode

Baghdadiyah kurang mendapat perhatian, sehingga kaum

28

muslimin yang hidup pada abad 20 kurang mengenal


metodologi Baghdadiyah secara baik dan sempurna.
2) Metode Jibril
M. Bushori Alwi, sebagai pencetus metode Jibril
mengatakan bahwa, teknik dasar metode jibril bermula
dengan membaca satu ayat atau waqaf lalu di tirukan
oleh orang-orang yang mengaji. Guru membaca satu dua
kali lagi, kemudian di tirukan lagi oleh seluruh orangorang yang mengaji. Begitulah seterusnya sehingga
mereka dapat menirukan bacaan guru dengan tepat.22
3) Metode Qiroati
Metode qiroati ditemukkan tahun 1963, berjumlah
10 jilid, kemudian disempurnakan tahun 1986 menjadi 6
jilid. Metode qiroati pertama-tama dikenalkan oleh H.
Dachlan

Salim

Zarkasyi

dari

Semarang.

Metode

ini

memiliki ciri dalam cara membaca Al-Qurannya, yaitu


langsung memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil
sesuai dengan kaidah tajwidnya.
4) Metode Al-Barqi
Metode ini disusun oleh Muhajir Shulton Surabaya,
dirancang pada tahun 1965 untuk kalangan sendiri,
karena dirasa berhasil mengajarkan cara belajar AlQuran, metode ini pada tahun 1983 mulai digunakan
secara

umum

dipendidikan-pendidikan

Al-Quran,

kemudian baru dicetak pertama kali tahun 1990. Metode


ini tidak berjilid-jilid namun berbentuk satu buku. Metode
ini sifatnya tidak mengajar, namun mendorong hingga
gurunya bisa Tutwuri handayani.
22 H.R Taufiqurrahman, Metode Jibril Metode PIQ-Singosari Bimbingan
KHM (Malang: IKAPIQ Malang, 2005), hlm .11-12.

29

5) Metode Iqra
Metode Iqra adalah suatu sistem mempelajari cara
membaca Al-Quran yang sistematis dimulai dari yang
sederhana ketahap yang lebih sulit. Buku Iqra disusun
oleh Asad Human, terdiri dari enam jilid. Metode ini
termasuk salah satu metode yang sangat di kenal
masyarakat karena proses penyebarannya melalui banyak
jalan. Seperti melaui jalur Depag atau melalui cabangcabang yang menjadi pusat Iqra. Metode Iqra dalam
prakteknya tidak melalui alat yang bermacam-macam
karena hanya ditekankan pada membaca huruf Al-Quran
dengan fasih. Sifat metode Iqra adalah bacaan langsung
tanpa dieja. Artinya tidak diperkenalkan nama-nama huruf
hijaiyah dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih
bersifat individual. Bila harus terpaksa klasikal, santri
dikelompokkan berdasarkan kemampuan/jilid. Guru hanya
menerangkan
klasikal

pokok-pokok

pelajaran

secara

dengan menggunakan alat peraga, dan secara

acak santri dimohon membaca bahan latihan. Metode ini


dalam

prakteknya

bermacam-macam,

tidak
karena

membutuhkan
hanya

alat

yang

ditekankan

pada

bacaannya (membaca huruf Al-Quran dengan fasih).

29

6) Metode an-Nahdliyah (Cepat tanggap belajar


Al-Quran )
Metode

an-Nahdliyah

adalah

suatu

sistem

mempelajari cara membaca Al-Quran yang disusun oleh


L.P. Maarif NU cabang Tulungagung pada tahun 1990,
metode ini disebut juga metode cepat tanggap belajar AlQuran, metode ini tidak jauh beda dengan metode

30

Qiroati

dan

Iqra.

Metode

an-Nahdliyah

ini

lebih

ditekankan pada kesesuaian dan keteraturan bacaan


dengan ketukan atau lebih tepatnya pembelajaran AlQuran pada metode ini lebih menekankan pada kode
ketukan.
Metode ini memang pada awalnya kurang dikenal
dikalangan masyarakat karena buku paketnya tidak dijual
bebas dan bagi yang ingin menggunakannya atau ingin
menjadi guru atau ustad-ustadzah pada metode ini harus
sudah mengikuti penataran calon ustadz metode AnNahdliyah.
5.

Pendekatan Pembelajaran al-Qur'an


Pendekatan selalu berkaitan dengan metode dan
strategi. Karena metode yang bersifat teknis dalam
pengajaran

tidak

akan

terlepas

dari

strategi

yang

digunakan. Sementara strategi sebagai rencana yang


menyeluruh tentang penyajian materi pendidikan selalu
didasarkan pada pendekatan. Dan pendekatan selalu
merujuk

kepada

tujuan

pendidikan

yang

telah

ditetapkan sebelumnya.23
Pendekatan dalam teori pendidikan Islam adalah
usaha

dalam

rangka

aktivitas

penelitian

untuk

mengadakan hubungan antara peneliti dengan orang


yang diteliti. Hal ini menitikberatkan pada interaksi sosial
diantara keduanya.
Maka

pendekatan

yang

digunakan

dalam

Pembelajaran pendidikan agama Islam yang meliputi:


1. Pendekatan Individual
23 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam
(Jakarta: Ciputat Press, 2002), 107.

31

Perbedaan

individual

pada

anak

didik

dapat

memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi


pengajaran

harus

memperhatikan

perbedaan

anak

didik pada aspek individual ini. dengan kata lain, guru


harus melakukan pendekatan individual dalam strategi
belajar mengajarnya. Bila tidak, maka strategi belajar
tuntas yang menuntut penguasaan penuh kepada
anak didik tidak akan pernah menjadi kenyataan. Paling
tidak dengan pendekatan individual dapat diharapkan
kepada anak didik dengan tingkat penguasaan yang
optimal.24
Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat
penting
kelas

bagi

kepentingan

sangat

memerlukan

pengajaran.

Pengelolaan

pendekatan

individual.

Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan


kegunaan pendekatan individual, sehingga guru dalam
melaksanakan tugasnya selalu melakukan pendekatan
individu

terhadap

anak

didik

di

kelas.

Persoalan

kesulitan belajar anak akan lebih mudah dipecahkan


dengan menggunakan pendekatan individual walaupun
suatu saat pendekatan elompok juga diperlukan.
2. Pendekatan Kelompok
Pendekatan

kelompok

memang

suatu

waktu

diperlukan dan perlu digunakan. Pendekatan kelompok


dalam

kegiatan

dimaksudnya

yaitu

Pembelajaran
pada

setiap

al-Qur'an

disini

diri

didik

anak

diharapkan tumbuh dan berkembang rasa sosial yang


tinggi. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois
yang

ada

di

dalam

diri

mereka

masing-masing,

24 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar


(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), 56.

32

sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial terutama


dalam lingkup lingkungan kelas.
Ketika

guru

ingin

menggunakan

pendekatan

kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan


bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan,
fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai
dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik.64
Karena itu, pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan
secara sembarangan, tetapi harus memperhatikan halhal yang mempengaruhi dalam penggunaannya.
Dalam

pengelolaan

berhubungan

dengan

kelas,

terutama

penempatan

anak

yang
didik,

pendekatan kelompok sangat diperlukan. Perbedaan


individual anak didik pada aspek biologis, intelektual,
dan

psikologis

dijadikan

sebagai

pijakan

dalam

melakukan pendekatan kelompok.


3. Pendekatan Bervariasi
Guru akan menghadapi permasalahan dari anak
didik yang sangat bervariasi. Permasalahan itu timbul
dikarenakan oleh adanya perbedaan karakteristik anak,
latar belakang keluarga dan lain sebagainya. Setiap
masalah yang timbul dari anak didik tidak sama. Maka
dari itu guru juga harus menggunakan pendekatan
bervariasi.
Pendekatan

bervariasi

bertolak

dari

konsepsi

bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak


didik bermacam-macam dalam belajar. Kasus yang
biasanya muncul dalam belajar dengan berbagai motif,
sehingga

diperlukan

untuk setiap kasusnya.

variasi

tehnik

pemecahan

33

Maka kiranya pendekatan bervariasi ini sebagai


alat yang dapat digunakan guru untuk kepentingan
pengajaran. Oleh karena itu dengan berpijak dari
beberapa hal di atas, maka pendekatan dalam proses
pendidikan Islam mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam upaya mencapai tujuan. Karena hal itu
menjadi sarana yang sangat bermakna bagi materi
pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan.
Sehingga dapat dipahami atau diserap oleh anak didik
dan menjadi pengertian-pengertian yang fungsional
terhadap tingkah lakunya.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran
al-Qur'an
Untuk mencapai tujuan pembelajaran al-Qur'an, ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan dan menjadi
pertimbangan penting dalam melaksanakan pembelajaran
al-Qur'an, diantaranya :
1. Faktor Tujuan
Mengingat metode itu fungsinya merupakan alat
untuk

mencapai

tujuan.

Maka

dalam,

menentukan

metode pembelajaran yang tepat harus disesuaikan


dengan tujuan yang hendak dicapai.
2. Faktor Guru
Guru sebagai pelaksana pembelajaran, sekalipun
berorientasi pada peserta didik, pemilihan metode tidak
boleh

mengabaikan

kompetensi

guru

itu

sendiri,

terutama yang berhubungan dengan materi pelajaran,


sebab

guru

yang

tidak

biasa

menguasai

teknik

pelaksanannya, suatu metode yang dianggap baik pun


akan gagal.

34

3. Faktor Murid
Dalam

proses

belajar-mengajar,

merupakan unsure yang


mereka

adalah

objek

harus

peserta

diperhatikan,

didik
karena

pertama dalam proses belajar

mengajar. Untuk itu pemilihan metode mengajar harus


memperhatikan

keadaan

peserta

didik,

baik

tingkat

usianya maupun tingkat kemampuan berpikirnya.


4. Faktor Situasi atau Lingkungan
Diantara

keadaan-keadaan

itu

ada

yang

diperhitungkan dan ada yang tidak dapat diperhitungkan


sebelumnya.

Sekalipun

pada

umumnya

dalam

menetapkan suatu metode senantiasa yang dianggap


terbaik dan diperkirakan memenuhi segala perhitungan.
terhadap situasi yang tidak dapat diperhitungkan karena
perubahan yang secara tiba-tiba, diperlukan kecekatan
untuk mengambil keputusan dengan segera mengenai
cara-cara untuk metode yang dipakai.
5. Faktor Fasilitas atau Alat-alat Pendidikan
Segala sesuatu yang dapat mempermudah upaya
atau memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu
tujuan.

Demikian

beberapa

faktor

yang

harus

diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menetapkan


metode pembelajaran, jika ingin nilai pembelajarannya
efektif,

dapat

mencapai

sasaran

dan

tujuan

yang

ditetapkan.
E. Manfaat Pembelajaran al-Qur'an bagi siswa
Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh bagi siswa
dalam

proses

kegiatan

Pembelajaran

al-Qur'an

diantaranya:
1. Siswa mampu membaca al-Qur'an dengan baik dan

35

benar
2. Siswa menjadi generasi qurani yang cerdas dan
pintar.
3. Siswa mendapatkan bekal yang cukup untuk proses
pembelajaran agama Islam selanjutnya.

36

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
kualitatif deskriptif. Karena dalam pendekatan penelitian inilah yang sesuai
dengan kCondisi objek yang diteliti. Telah diungkapkan oleh Bogdan dan
Taylor tentang metode penelitian yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan
perilaku yang dapat diamati.25
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus
dengan rancangan studi multi kasus yaitu strategi penelitian yang mengkaji
secara rinci lebih dari satu latar, subyek atau tempat penyimpanan dokumen.26
Studi multi kasus ini dimaksudkan untuk mencoba mengamati dan berupaya
mencari kebenaran dari perkembangan dan fenomena yang terjadi pada suatu
kelompok atau lembaga atau instansi pendidikan. Dalam hal ini instansi yang
menjadi obyek penelitian adalah SMP Unggulan Al-Falah Buduran.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kasus (case study)
yang sifat utamanya adalah mempertahankan keutuhan dari subyek. Maka data
yang dikumpulkan dalam rangka studi kasus dipelajari sebagai satu
keseluruhan yang terintegrasi yang bertujuan untuk mengembangkan
pengetahuan yang mendalam mengenai subjek penelitian yang ada.
Menurut Lincoln dan Guba yang dikutip oleh Deddy Mulyana
penggunaan studi kasus sebagai suatu metode penelitian kualitatif memiliki
beberapa keuntungan, yaitu :27
25 1Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm.
26 Robert C. Bogdan dan Biklen, Qualitative Research for education :
An Introduction to Theory and Methods, (Boston, 1982), hlm. 27-30
27 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 201

37

1. Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti.


2. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip
dengan apa yang dialami pembaca kehidupan sehari-hari.
3. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan
hubungan antara peneliti dan responden.
4. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang
diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas.
Berdasarkan uraian diatas, metode pendekatan deskriptif yang bersifat
kualitatif ini cocok digunakan dalam penelitian ini. Karena data-data yang
dibutuhkan oleh peneliti merupakan data secara langsung terhadap obyek yang
diteliti, yaitu dengan melakukan wawancara dan mengamati secara langsung
bagaimana strategi menyiapkan generasi qurani melalui pembelajaran AlQuran yang dilaksanakan di SMP Unggulan Al-Falah Buduran.
B. Kehadiran Peneliti
Penelitiaan kualitatif yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri.28 Dalam hal ini, sebagaimana dinyatakan oleh Moleong,
kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus
perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data dan pada
akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitian.29
Adapun tujuan kehadiran peneliti dilapangan untuk mengamati secara
langsung keadaan dan fenomena yang terjadi di pesantren yang diteliti tersebut.
Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil penelitian yang konkrit melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Sebelum memasuki medan penelitian, peneliti terlebih dahulu
meminta

izin

kepada

pihak

sekolah/yayasan

dengan

memperkenalkan diri pada komponen yang ada di lembaga tersebut


baik melalui pertemuan yang diselenggarakan oleh sekolah baik
28 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung, Alfabeta, 2007),
hlm. 59
29 Moleong, Metode Penelitian Kualitati, hlm. 65

38

yang bersifat formal maupun semi formal serta menyampaikan


maksud dan tujuan
2. Mengadakan observasi di lapangan untuk memahami latar penelitian
sebenarnya,
3. Membuat jadwal kegiatan penelitian berdasarkan kesepakatan antara
peneliti dan subyek penelitian,
4. Melakukan pengumpulan data di sekolah tersebut melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi.
Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kegiatan penelitian, peneliti terlibat
langsung ke lapangan untuk mendapatkan dan mengumpulkan data-data.
Sebagai instrumen kunci, kehadiran dan keterlibatan peneliti di lapangan lebih
memungkinkan untuk menemukan makna dan tafsiran dari

subjek

penelitian dibandingkan dengan penggunaan alat non-human. Jadi, peneliti


dapat mengkonfirmasi dan mengadakan pengecekan kembali. Dengan
demikian keterlibatan dan penghayatan peneliti memberikan judgment dalam
menafsirkan makna yang terkandung di dalamnya.30
Berdasarkan pandangan diatas, pada dasarnya kehadiran peneliti tidak
hanya sebagai instrument saja, tetapi hadir untuk menemukan data yang
diperlukan dalam hubungannya dengan pengembangan pembelajaran AlQuran sekolah, dimana dalam penelitian ini, peneliti terlibat langsung dalam
pembelajaran Al-Quran. Sebagai penunjang dalam rangka mengumpulkan
data, peneliti juga menggunakan instrument lain sebagai pendukung sesuai
dengan metode pengumpulan data.
C. Latar Penelitian
Peneliti melakukan riset memilih tempat di SMP Unggulan Al-Falah
Buduran yang beralamat di. Jl. Makam Ulama No. 8 Kecamatan Buduran
Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur 61252 Indonesia.
Lokasi tersebut dipilih karena selalu berkembangnya minat masyarakat
setiap tahun terhadap pemilihan sekolah tersebut dalam pemberian pendidikan
30 Nana Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 2012), hal. 196

39

Menengah Pertama bagi putra-putrinya dan karena di dalamnya juga terdapat


program pembelajaran Al-Quran maupun pembelajaran berbasis agama Islam
yang mengarahkan siswa untuk memiliki jiwa Qurani dan religius melalui
program pembelajaran Al-Quran di sekolah.
D. Data dan Sumber Data Penelitian
Data adalah bentuk jamak dari datum. Data merupakan keteranganketerangan tentang suatu hal, dapat berupa sesuatu yang diketahui atau suatu
fakta yang digambarkan lewat keterangan, angka, simbol, kode dan lain-lain.31
Sedangkan yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek dari data
itu sendiri. Apabila dalam penelitiannya menggunakan interview atau pedoman
wawancara sebagai alat pengumpulan data, maka sumber data tersebut disebut
responden,

yaitu orang

yang merespon

atau

menjawab pertanyaan-

pertanyaan peneliti, baik berupa pertanyaan tertulis maupun secara lisan.


Apabila peneliti menggunakan observasi, maka sumber datanya bisa berupa
benda, gerak, proses sesuatu, ataupun situasi.32
Dengan demikian berbagai sumber data yang digunakan disesuaikan
dengan data-data yang dikehendaki peneliti. Untuk memperoleh kejelasan data
dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil data dari beberapa sumber
informasi yang sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian ini. Dalam
penelitin ini menggunakan Purposive sampling. Purposive sampling adalah
teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga
akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti.33
Teknik purposive sampling akan memberikan keluasan bagi peneliti
31 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , Hlm 171
32 Suharmi Arikunto, Prosedur Penelitian; Sebuah Pendekatan Praktek,
(Jakarta, PT Rineka Cipta, 2002), hlm. 107
33 Sugiyono, MetodePenelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 218

40

untuk menentukan kapan penggalian informasi dihentikan dan diteruskan.


Biasanya hal ini dilakukan dengan menetapkan informan kunci sebagai sumber
data, yang kemudian dikembangkan ke informan lainnya dengan teknik
snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel
sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar.
Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut
belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang
lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. 34 Dalam penelitian ini
yang menjadi informan kunci (key informan) atau informan utama yaitu siswa,
kepala sekolah, waka kurikulum, dan guru PAI. Sedangkan untuk informan
pendukung yaitu guru terkait Berkaitan dengan sumber data secara umum,
peneliti membagi sumber- sumber yang dimaksudkan menjadi dua (2) bagian,
yaitu:
a. Sumber Data primer (Utama)
Sumber data primer adalah data asli yang langsung diterima dari orang
yang diwawancara. Jadi data primer merupakan data yang langsung
dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya dan data yang
dikumpulkan ini sifatnya benar-benar orisinil atau asli.
Dalam penelitian ini yang menjadi data primer adalah:
a.Kepala sekolah selaku pemimpin yang menjadi pemegang
penuh dalam kebijakan di sekolah. Data yang diambil dari
sumber ini adalah data-data yang berkaitan dengan
gambaran umum tentang strategi menyiapkan generasi
qurani melalui program pembelajaran Al-Quran di SMP
Unggulan Al-Falah.
b.

Guru PAI, sebagai guru mata pelajaran yang dapat


memberikan

informasi

strategi

menyiapkan

generasi

qurani melalui program pembelajaran Al-Quran di SMP


Unggulan Al-Falah dan faktor penghambat maupun
pendukung dari program pembelajaran Al-Quran tersebut
34 Sugiyono, MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatifdan R & D,hlm. 219

41

dalam menyiapkan generasi Qurani.


c.Wakil kepala kesiswaan, guru-guru yang terkait yang dapat
memberikan informasi mengenai penelitian yang akan
dituju. Data yang akan diambil adalah data-data yang
berkaitan dengan sejarah dan visi, misi sekolah, laporanlaporan pembelajaran Al-Quran.
d.

Guru pembina kegiatan ekstrakurikuler atau dikenal


dengan BDI (Badan Dakwah islam)

e.Peserta didik yang dibina untuk pembentukan karakter


religius
2. Data Sekunder
Sedangkan data sekunder adalah data kedua yang diperoleh setelah
data primer yang bentuknya sudah jadi serta dipublikasikan. Data sekunder
disesuaikan dengan kebutuhan dalam penelitian.
Dalam data sekunder, sumbernya berupa buku-buku, artikel ilmiyah,
jurnal maupun majalah serta dokumen-dokumen sekolah dan dokumen
program pembelajaran Al-Quran. Adapun yang akan menjadi data sekunder
dalam penelitian ini adalah laporan-laporan kegiatan pembelajaran AlQuran, dokumentasi progam pembelajaran Al-Quran, struktur organisasi
guru dan siswa SMP Unggulan Al-Falah Buduran.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data.35 Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standart data yang ditetapkan.
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan perlu digunakan pula metode
yang tepat dan relevan dengan permasalahan yang dihadapi, karena metode
yang digunakan akan berpengaruh besar terhadap kadar validitas dan kualitas
data. Sementara validitas dan kualitas data yang diperoleh akan memberi
pengaruh besar terhadap kualitas dan obyektifitas hasil penelitian. Adapun
35 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 62

42

beberapa metode yang peneliti gunakan adalah observasi, wawancara dan


dokumentasi.
Dalam upaya pengumpulan data yang diperlukan, maka peneliti
menggunakan beberapa metode yang dapat mempermudah penelitian ini,
antara lain :
1. Metode Observasi
Observasi merupakan suatu

cara untuk mengumpulkan data penelitian.

Observasi bisa diartikan sebagi pengamatan dan pencatatan secara sistematis


terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.36 Dalam penelitian ini
digunakan juga observasi berperan serta digunakan dengan cara dimana
peneliti memasuki, mengamati dan sekaligus berpartisipasi di dalam latar
atau suasana tertentu. Observasi adalah suatu proses yang mengedepankan
pengamatan dan ingatan.
Dalam penelitian ini, observasi berperan serta yang dilakukan dibagi
menjadi tiga tahapan. (1) Dimulai dari observasi luas untuk menggambarkan
secara umum situasi fisik dan sosial yang terjadi pada latar penelitian. (2)
Observasi dilakukan secara terfokus untuk menemukan kategori-kategori
informasi yang tercakup dalam fokus penelitian. (3) Observasi dilakukan
secara lebih menyempit lagi dengan menyeleksi kejadian-kejadian yang
mampu menggambarkan perbedaan di antara kategori-kategori yang
tercakup dalam fokus penelitian.
Tingkat kedalaman peran serta yang dilakukan oleh peneliti dalam
observasi sangat bervariasi. (1) Dimulai dari tingkat yang paling rendah
keaktifannya, yaitu melakukan observasi hanya untuk melihat dari jauh
kehidupan sehari-hari dan suasana umum yang terjadi pada latar penelitian.
Pada tingkat ini, peneliti tidak melakukan partisipasi sama sekali. Observasi
ini dilakukan peneliti pada saat pertama kali memasuki lokasi dan latar
penelitian. Dalam hal ini peneliti mengobservasi awal dengan melihat
36 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. (Jakarta: Rineka
Ciptaka,2000), hlm. 158

43

suasana umum atau latar penelitian di kedua sekolah tersebut. (2) peran
peneliti dalam observasi lebih ditingkatkan, yaitu secara dekat dan terangterangan peneliti mengamati situasi social tertentu yang terjadi pada latar
penelitian. Pada observasi tingkat ini, peran serta peneliti masih tergolong
pasif. Dalam hal ini peneliti mengamati bagian-bagian peristiwa dan situasi
yang terjadi, sampai pada akhirnya peneliti ikut aktif dalam kegiatan subjek
penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti sudah mengamati dan menanyakan
masalah yang sesuai dengan focus masalah ddan dilakukan pada saat
pembelajaran Al-Quran dengan menggunakan pedoman observasi, catatan
lapangan dan foto. Dengan tujuan memperoleh data tentang progam
kegiatan keagamaan dengan strategi internalisasi nilai-nilai karakter
religius siswa. Instrument observasi, catatan lapangan dan foto digunakan
untuk membandingkan dan mencocokkan dengan data wawancara.
2. Metode Interview
Interview merupakan metode pengumpulan data yang digunakan
untuk mendapatkan keterangan atau informasi melalui percakapan secara
langsung atau tatap muka. Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti.37
Metode ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi

yang

lengkap tentang strategi internalisasi nilai-nilai karakter religius melalui


progam kegiatan pembelajaran Al-Quran. Selain itu, wawancara dilakukan
dengan tujuan untuk membandingkan dan mencocokkan kata-kata, perilaku,
tindakan subyek penelitian dengan pembelajaran yang sebenarnya.
Dalam penelitian ini, menggunakan wawancara untuk mendapatkan
data tentang:
a.Indikator-Indikator Generasi Qurani apa yang
ditanamkan melalui program pembelajaran Al37 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, hlm.72

44

Quran di SMP Unggulan Al-Falah Buduran


b.

Strategi menyiapkan generasi qurani di


SMP Unggulan Al-Falah Buduran.

c.Implikasi dari strategi menyiapkan generasi


qurani

terhadap

pembelajaran

siswa

Al-Quran

melalui
Islam

program
di

SMP

Unggulan Al-Falah Buduran


d.

Tanggapan kepala sekolah, waka kurikulum


dan waka kesiswaan, guru-guru PAI, guru-guru
yang

terkait

tentang

strategi

menyiapkan

generasi qurani melalui program pembelajaran


Al-Quran siswa di SMP Unggulan Al-Falah
Buduran
e.Data tentang tanggapan siswa tentang program
pembelajaran

Al-Quran

siswa

dalam

menyiapkan generasi qurani


3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian.38 Berupa dokumen resmi SMP
Unggulan Al-Falah Buduran untuk mengetahui :
a. Profil SMP Unggulan Al-Falah Buduran
b. Foto atau gambar pembelajaran Al-Quran SMP Unggulan Al-Falah
Buduran
c. Data guru dan pegawai staff SMP Unggulan Al-Falah Buduran Metode ini
digunakan untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya sekolah,
struktur kepengurusan, perkembangan siswa, keadaan guru beserta tingkat
pendidikannya, serta pembelajaran Al-Quran mendukung kelengkapan
38 Margono. Metodologi penelitian pendidikan, hlm.181

45

data yang dibutuhkan dalam penelitian tesis.


F. Teknik Analisis Data
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang telah diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi
sehingga mudah untuk dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain.39 Analisis yang dimaksud merupakan upaya mencari dan menata
secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang persoalan yang diteliti dan
menyajikan sebagai temuan lapangan bagi orang lain.
Secara detail, analisis data yang akan peneliti lakukan adalah sebagai
berikut :
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, membuang yang tak perlu, dan mengorganisasikan data
sedemikian rupa sehingga diperoleh kesimpulan akhir dan diverifikasi.
Laporan-laporan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan.
Mana yang penting dicari tema atau polanya dan disusun lebih sistematis. 40
Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan semua hasil penelitian
yang berupa wawancara, foto-foto, dokumen-dokumen sekolah serta catatan
penting lainnya yang berkaitan dengan strategi internalisasi nilai- nilai
karakter religius siswa melalui program pembelajaran Al-Quran. Penyajian
data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan suatu makna dari
data-data yang sudah diperoleh, kemudian disusun secara sistematis dari
bentuk informasi yang kompleks menjadi sederhana tetapi selektif. Data
yang

sudah

disederhanakan

selanjutnya

disajikan

dengan

mendikripsikan dalam bentuk paparan data secara naratif.


b. Penyajian Data (Data Display)
39 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, hlm. 88
40 Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif,(Bandung:
Thersito, 2003), hlm. 129.

cara

46

Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian


singkat, bagan, hubungan antara kategori, flowchart dan sejenisnya, tetapi
yang sering dipakai adalah dengan teks yang bersifat naratif. 41 Penyajian
data ini memudahkan untuk memahami apa yang telah

terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami


tersebut dan memudahkan peneliti dalam memahami apa yang terjadi dan
merencanakan (langkah) kerja selanjutnya.
c. Penarikan Kesimpulan (Verification)
Teknik ini merupakan rangkaian analisis data puncak dan kesimpulan
membutuhkan verifikasi selama penelitian berlangsung. Oleh karena itu ada
baiknya suatu kesimpulan ditinjau ulang dengan cara memverifikasi kembali
catatan-catatan selama penelitian dan mencari pola, tema model, hubungan
dan persamaan untuk ditarik sebuah kesimpulan.42
Penarikan kesimpulan dilakukan dengan jalan membandingkan dan
memadukan kesesuaian pernyataan dari subyek penelitian dengan makna
yang terkandung, kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang
dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan atau perbedaan agar
penilaian tentang kesesuaian data dengan maksud yang terkandung dalam
konsep-konsep dasar dalam penelitian ini lebih tepat dan obyektif.
G. Pengecekan keabsahan data
Usaha-usaha yang dapat ditempuh oleh peneliti untuk memperoleh
keabsahan temuan penelitian adalah dengan meneliti kredibilitas temuan
dengan menggunakan teknik-teknik perpanjangan kehadiran dilapangan,
memperdalam

observasi,

kecukupan

referensial

(dokumen-dokumen),

triangulasi (menggunakan beberapa sumber informan, metode, teori dan data


peneliti lain), analisis negative, pelacakan kesesuain hasil pengecekan informan
penelitian.
41 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, Hlm. 95
42 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 99

47

Pada penelitian ini, secara tidak langsung peneliti telah menggunkan


beberapa

kriteria

diantaranya

pemeriksaan

keabsahan

data

dengan

menggunakan teknik pemeriksaan sebagaimana yang telah disebutkan untuk


membuktikan kepastian data di kuatkan dengan kehadiran peneliti sebagai
instrument itu sendiri, mencari tema atau penjelasan yang bersifat pembanding,
selanjutnya membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, mengadakan wawancara dengan beberapa informan yang relevan,
diskusi dengan teman-teman sejawat serta menyediakan data deskriptif
secukupnya.
Pengecekan keabsahan data (trustworthiness) menurut Lincoln dan Guba
didasarkan pada empat kriteria yaitu derajat kepercayaan (credibility),
kebergantungan (dependability) dan kepastian (confirmability).43
1. Kredibilitas
Data diperlukan untuk memberikan jaminan pada kebenaran data yang
dapat dikumpulkan oleh peneliti yaitu melalui teknik

triangulasi yaitu

dengan menggunakan beberapa sumber informan dan metode.


Dalam

penelitian

ini

diperlukannya

kebenaran

data

dari

keikutsertaanya peneliti dalam penelitian, meningkatkan pengamatan


kesekolah secara lebih, triangulasi dengan sumber informan yaitu dengan
mengumpulkan data dari sumber data dan membandingkan dengan
mengecek balik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif, sedangkan triangulasi
metode dengan mengecek kembali sumber yang sama tapi dengan teknik
yang berbeda.
2. Dependabilitas
Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. 44 Seiring terjadi
43 Lexy J Moleong, hlm 324
44 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta,
2014), hlm. 131

48

peneliti tidak melakukan penelitian di lapangan namun datanya ada. Maka


dari itu pengujian dependability dilakukan dengan cara audit terhdap
keseluruhan proses penelitian. Dimana audit dalam penelitian ini adalah
pembimbing untuk mengaudit secara keseluruhan aktivitas peneliti dalam
melakukan penelitian. Dari awal mulai menentukan fokus penelitian
sehingga membuat kesimpulan.
3. Konfirmabilitas
Pengujian dalam konfirmability berarti menguji hasil penelitian,
dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Peneliti melakukan peninjauan
ulang terhadap data temuan maupun hasil reduksi data hingga didapatkan.

Anda mungkin juga menyukai