Lapisan sial yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisium dan
aluminium, senyawanya dalam bentuk SIO2 dan AI2O2. Pada lapisan ini
terbentuk dari berbagai batuan antara lain batuan sedimen, granit, andesit,
batuan metomorf dan batuan lain yang terdapat di daratan benua. Lapisan sial
dinamakan juga lapisan kerak, bersifat padat dan batu bertebaran rata rata
sampai 35 km. Kerak bumi ini terbagi dua bagian yaitu:
a) kerak benua, merupakan benda padat yang terdiri dari batuan granit, dibagian
atasnya dan batuan beku basalt di bagian bawahnya. Usia lapisan kerak benua
adalah sekitar 3,7-4,28 miliar tahun ditemukan di Narryer Gneiss Terrane di
barat Australia dan di Acasta Gneiss Kanada.
b) Kerak samudra, merupakan benda [padat yang terdiri dari endapan di laut
pada bagian atas, di bawahnya batuan batuan vulkanik dan yang paling bawah
tersusun dari batuan beku gabro dan periodik. Kerak ini menempati dasar
samudra dan usia kerak samudra saat ini adalah sekitar 200 juta tahun.
3.Lapisan Sima
Lapisan sima (silisium magnesium) yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun oleh
logam logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa SIO2 dan MgO.
Lapisan mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada lapisan sial karena
mengandung besi dan magnesium, yaitu mineral ferro magnesium dan batuan
basalt. Lapisan ini bersifat elastis dan mempunyai ketebalan rata rata 65 km.
Litosfer ditopang oleh astenofer, yang merupakan bagian yang lebih lemah, lebih
panas, dan lebih dalam dari mantel. Batas antara litosfer dan astenofer
dibedakan dalam hal responnya terhadap tegangan. Litosfer tetap padat dalam
jangka waktu geologis yang relatif lama dan berubah secara elastis karena
retakan retakan, sedangkan astenosfer berubah seperti cairan kental. Litosfer
terpecah menjadi beberapa lempeng tektonik yang mengakibatkan terjadinya
gerak benua akibat konveksi yang terjadi dalam astenosfer. Konsep litosfer
sebagai lapisan terkuat dari lapisan terkuat bumi dikembangkan oleh Barrel pada
tahun 1914 yang menulis serangkaian paper untuk mendukung konsep itu. Konsep
yang berdasarkan pada keberadaan anomali gravitasi yang signifikan di atas
kerak benua, yang lalu ia memperkirakan keberadaan lapisan kuat (litosfer)
diatas lapisan lemah yang dapat mengalir secara konveksi (astenosfer). Ide ini
lalu dikembangkan oleh Daly pada tahun 1940, dan telah diterima secara luas oleh
ahli geologi dan geofisika. Meski teori tentang litosfer dan astenosfer
berkembang sebelum teori lempeng tektonik dikembangkan pada tahun 1960,
konsep mengenai keberadaan lapisan kuat (litosfer) dan lapisan lembab
(astenosfer) tetap menjadi bagian penting dari teori tersebut.
4. Lapisan Selimut Bumi (mantle)
Lapisan bumi selanjutnya adalah selimut bumi yang terletak tepat dibawah kerak
bumi. Lapisan ini disebut juga dengan selubung bumi dengan ketebalan mencapai
2.900 km. Bagian atas dari lapisan ini merupakan lapisan batuan padat dan di
bagian bawah merupakan lapisan batuan yang likuid (cair-cair padat). Suhu di
lapisan ini dapat mencapai 3000 derajat Celsius. Lapisan ini berfungsi sebagai
pelindung bagian dalam Bumi. Selimut Bumi ini terbagi lagi menjadi 3 bagian,
yaitu:
Litosfer: Litosfer adalah lapisan paling luar dari selimut bumi dengan
ketebalan mencapai 50-100 km. Lapisan ini tersusun dari bahan-bahan
padat terutama batuan. Litosfer memiliki 2 lapisan utama, yaitu lapisan
sima (silisium dan magnesium) serta lapisan sial (silisium dan aluminium).
Lapisan bumi yang terakhir adalah inti bumi (core) yang terletak dibawah selimut
bumi atau tepat ditengah bumi. Lapisan yang memiliki ketebalan 3.500 km ini
menjadi lapisan yang paling dalam dari bumi. Lapisan ini sangat padat dan menjadi
pusat massa dari bumi. Di lapisan ini pula gravitasi dan aktivitas magnetik bumi
dibangkitkan. Kandungan terbesar dalam inti bumi adalah besi dan nikel. Tekanan
dalam inti bumi sangat besar dan suhunya mencapai 6000 derajat Celsius.
Lapisan ini terbagi lagi menjadi 2 bagian utama, yaitu lapisan inti luar (outer
core) dan lapisan inti dalam (inner core). Inti luar memiliki ketebalan sekitar
2.000 km dan memiliki suhu mencapai 3.800 derajat celsius. Lapisan ini sebagian
besar tersusun atas besi cair. Sedangkan, lapisan inti dalam adalah lapisan yang
menjadi pusat bumi. Bentuknya seperti bola dengan diameter 2.700 km dan
memiliki suhu 6000 derajat celsius. Bahan utama penyusun lapisan ini adalah besi
dan nikel.
1. Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair dan pijar
yang dikenal dengan magma. Ada dua macam batuan beku, yaitu batuan beku dalam
(contohnya granit) dan batuan beku luar (contohnya andesit). Untuk mengetahui
ketepatan jenis batuan harus dilakukan uji laboratorium dengan menggunakan mikroskop
untuk melihat bentuk kristal dan mineral penyusun batuan.
2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat litifikasi bahan rombakan
batuan asal maupun hasil denudasi atau hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan
organisme. Ada beberapa macam batuan sedimen, yaitu batuan sedimen klastik,
hancuraan batuan beku, contohnya breksi, konglomerat dan batu pasir. Sedimen
kimiawi berupa endapan dari suatu pelarutan, contohnya batu kapur dan batu
giok. Sedimen organik berupa endapan sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut,
contohnya batu gamping dan koral.
1) Tektonisme
Tektonisme adalah gejala alam yang berupa peristiwa pergerakan lapisan kerak
bumi yang menyebabkan perubahan pada permukaan bumi. Peristiwa alami karena
tektonisme dapat berupa pelipatan, pergeseran, ataupun pengangkatan
membentuk struktur permukaan bumi. Beberapa contoh bentuk alam
yang disebabkan oleh gejala tektonisme antara lain adanya lembah, gunung,
jurang, dan bukit.
2) Vulkanisme
Vulkanisme adalah gejala alam yang berupa peristiwa keluarnya magma dari perut
bumi ke permukaan dinamakan. Vulkanisme terjadi akibat tekanan gas di dapur
magma yang temperaturnya tinggi, sehingga magma mendesak keluar. Aktivitas
gunung berapi merupakan contoh peristiwa vulkanisme.
1) Pelapukan
2) Pelapukan merupakan proses alami hancurnya batuan tertentu menjadi
berbagai jenis tanah. Berdasarkan penyebabnya, proses pelapukan
dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu pelapukan kimia, fisika, dan
biologi.
Pelapukan kimia adalah pelapukan yang terjadi karena reaksi kimia yang
mengakibatkan hancurnya batuan. Peristiwa pelapukan kimia dapat terjadi
karena batuan bereaksi dengan bahan kimia tertentu, misalnya batuan
gamping yang melapuk karena terkena air.
Pelapukan fisika adalah proses hancurnya batuan karena proses fisika pada
batuan tersebut. Pelapukan jenis ini biasanya tidak akan mengubah sifat
dasar dan komposisi batuan yang mengalaminya. Pelapukan fisika biasanya
terjadi karena temperatur di sekitar batuan selalu berubah-ubah secara
cepat.
2) Erosi
Erosi didefinisikan sebagai proses terjadinya pengikisan pada bagian-bagian
tertentu di muka bumi. Materi dari bagian yang mengalami pengikisan tersebut
dapat mengalami perpindahan dari tempat asalnya. Proses perpindahan materi
tersebut dinamakan transportasi. Berdasarkan penyebabnya, erosi dapat
dibedakan menjadi lima jenis sebagai berikut.
Ablasi, yaitu erosi yang terjadi karena aliran air yang mengikis batuan atau
permukaan bumi. Saat terjadi hujan di gunung, batuan dan tanah yang ada
di permukaan gunung terkikis oleh air hujan yang mengalir dari puncak ke
kaki gunung.
Korosi terjadi karena hembusan angin yang membawa butiran pasir. Angin
yang meniupkan butiran pasir menerpa bagian batuan tertentu sehingga
batuan tersebut melapuk dan terkikis.
Abrasi terjadi di pantai karena gelombang air laut mengikis tepian pantai.
Contohnya, pasir pantai dan karang yang tergerus oleh gelombang laut
yang surut.
3) Sedimentasi / Pengendapan
Sedimentasi merupakan proses pengendapan material hasil erosi pada tempat
tertentu. Semua yang mengendap kemudian akan menyatu dan membentuk batuan
baru yang disebut batuan sedimen. Berdasarkan penyebabnya, sedimentasi dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
Pelapukan fisika atau mekanik adalah pelapukan yang disebabkan oleh faktor alam
seperti suhu, cuaca, angin, dan air. Saat suhu udara panas, batuan dapat
mengembang sedangkan saat suhu dingin, batuan dapat menyusut. Perubahan
suhu panas dan dingin yang terjadi terus menerus akan membuat batuan retak.
Lama kelamaan batuan ini akan menjadi butiran kecil dan butiran tersebut akan
menjadi butiran halus. Saat terjadi hujan, butiran halus ini akan terbawa air
hujan dan mengendap di daerah aliran. Pengendapan ini lama kelamaan akan
menyebabkan terjadinya tumpukan atau lapisan tanah.Angin juga dapat
menyebabkan pelapukan batuan. Batuan yang terkena angin kencang lama
kalamaan akan mengalami pengikisan. Pengikisan tersebut dapat menimbulkan
erosi. Erosi yang terjadi sangat lama, akan membuat batuan tersebut menjadi
butiran halus yang disebut pasir.Air juga dapat menyebabkan pelapukan batuan.
Contonya, batuan yang terkena ombak, lama kelamaan akan mengalami pengikisan.
Samakin lama, batuan tersebut akan berubah menjadi tanah karena terkikis oleh
ombakPelapukan mekanik hanya mengubah bentuk atau wujud bendanya. Dalam proses
pelapukan mekanik susunan kimia batuan tersebut tidak berubah, hanya ukurannya saja
yang berubah. Pelapukan ini dapat disebabkan oleh perubahan suhu.Setiap batuan
tersusun atas mineral atau unsur yang berbeda-beda. Oleh karena itupelapukan setiap
batuan berbeda-beda.
2.
Pelapukan Biologi
Pelapukan biologi juga dilakukan oleh bakteri dan organisme kecil yang ada di
dalam tanah. Jadi, pelapukan biologi disebabkan oleh aktivitas makhluk hidup.
Biasanya pelapukan ini terjadi di tempat yang lembab misalnya di pinggir selokan
terdapat tumbuhan. Selokan yang ditembok akan retak bila tumbuhan semakin
besar.Selain itu binatang juga dapat menyebabkan terjadinya pelapukan batuan.
Di batu-batu yang ada di sekitar pantai, biasanya terdapat lubang-lubang yang
dibuat oleh binatang. Lama kelamaan lubang ini akan bertambah banyak dan besar
sehingga dapat merusak batuan. Batuan tersebut berubah menjadi butiranbutiran kecil dan akhirnya menjadi butiran-butiran halus membentuk tanah.
3.
Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimia adalah pelapukan yang terjadi karena pengaruh zat kimia. Zatzat kimia tersebut dapat berupa oksigen, kabondioksida, uap air, dan jenis-jenis
zat kimia lainnya. Bagaimana pelapukan kimia yang terjadi pada batuan? Batuan
hasil pelapukan kimia mengalami perubahan kimia secara tetap maupun
sementara. Pelapukan ini dapat kamu amati pada perkaratan besi. Besi berubah
warna menjadi cokelat kemerahan dan bersifat rapuh. Proses perkaratan terjadi
karena oksigen bersenyawa dengan uap air. Jadi besi akan mudah berkarat jika
diletakkan di tempat yang lembap. Hujan asam mempercepat proses pelapukan
secara kimia. Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan hujan asam? Kegiatan
industri menghasilkan gas sulfur dioksida dan nitrogen oksida yang mencemari
udara. Gas-gas buangan tersebut di udara bereaksi dengan oksigen dan uap air
membentuk asam sulfur dan asam nitrat. Kemudian terjadilah hujan asam. Hujan
asam menyebabkan kerusakan pada batuan dan logam.
Tanah merupakan bagian penting di permukaan bumi. Tanah memiliki lapisan dari
atas hingga paling bawah yang disebut horizon tanah dan setiap lapisan/horizon
memiliki karakteristiknya masing-masing. Penampang tanah secara horizontal
dapat dibedakan menjadi 5 lapisan yaitu O, A, B, C dan R.
Horizon O
Merupakan lapisan paling atas dan disebut juga lapisan humus karena kaya akan
mineral organik yang berasal dari pembusukan daun, tanaman dan bahan lainnya
oleh dekomposer. Lapisan ini sangat tipis dan hanya beberapa centimeter saja.
Lapisan ini berwarna gelap kehitaman.
Horizon A
Disebut juga lapisan topsoil. Lapisan ini merupakan lapisan tanah bagian atas,
memiliki ketebalan rata-rata 20-35 cm. Horizon a masih realtif subur karena
masih dekat dengan lapisan humus. Warna tanah pad alapisan ini masih cenderung
gelap kehitaman hingga coklat tua.
Horizon B
Disebut juga lapisan subsoil. Tingkat kesuburan lapisan ini mulai berkurang dan
dicirikan warnanya yang mulai merah kekuningan. Horizon ini juga merupakan
batas akar tanaman terbawah.
Horizon C
Merupakan lapisan sisa batuan induk yang melapuk/regolith.
Horizon R/Bedrock
Disebut juga regolith atau lapisan batuan induk. Lapisan ini merupakan bagian
terbawah.
1. Entisol
Yaitu tanah yang baru terbentuk dan dicirikan dengan perkembangan tanah yang
belum terlihat jelas. Tanah Entisol umumnya terdapat pada sedimen yang belum
terkonsolidasi seperti pasir dan beberapa lapisan memperlihatkan horison diatas
lapisan batuan dasar (bedrock).
2. Vertisol
Yaitu tanah yang memiliki kandungan liat yang sangat tinggi, mudah mengembang
ketika basah dan mudah mengkerut ketika kering. Tanah jenis ini seringkali
menghasilkan rekahan tanah yang cukup dalam sehingga lapisan yang ada di
permukaan masuk ke dalam rekahan tersebut.
3. Inceptisol
Yaitu tanah yang masih muda, tetapi lebih berkembang dibandingkan entisol.
Tanah ini sudah memperlihatkan adanya perlapisan dan cenderung subur.
4. Aridisol
Yaitu tanah yang terbentuk di daerah kering (arid) seperti gurun. Pembentukkan
tanah aridosol sangat lambat dengan komposisi bahan organik yang sangat
sedikit.
5. Mollisol
Yaitu tanah lunak yang memiliki horison A yang sangat tebal dan berwarna hitam.
Dalam kondisi kering tanah ini tidak keras.
6. Spodosol
Yaitu tanah yang terbentuk dari proses podsolisasi (daerah pegunungan).
Merupakan tanah yang berasal dari hutan pinus (conifer) dan deciduous yang
terdapat pada daerah beriklim sejuk/dingin.
7. Alfisol
Yaitu tanah yang mengandung alumunium dan besi yang berasal dari akumulasi
lempung dan terbentuk ketika kelembabannya cukup hangat.
8. Ultisol
Yaitu tanah yang mengalami pencucian hebat dan bersifat asam.
9. Oxisol
Yaitu tanah yang sudah tua dan memiliki kandungan oksida sangat tinggi.Tanah ini
menunjukkan batas horison yang sudah tidak jelas.
10. Histosol
Yaitu tanah yang berasal dari pelapukan tumbuhan diatasnya. Tanah ini memiliki
kandungan organik yang tinggi. Contoh dari tanah ini adalah tanah gambut.
4) Aktivitas manusia
Aktivitas manusia dalam mengolah lahan atau tanah yang tidak memperhatikan
kaidah-kaidah konservasi dapat mempercepat rusaknya tanah.