Anda di halaman 1dari 7

Makalah

Mata Kuliah Statistika Pendidikan

“ Pengujian Hipotesis”

Oleh Kelompok 3

Dewi Fortuna (1902101035) 4B

Azzahra Maharani (1902101044) 4B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

2021
1. Konsep dan Prinsip Menyusun Hipotesis
A.) Pengertian
Surakhmad (1985) menyatakan bahwa hipotesis berasal dari kata hypo (kurang dari) dan
theses (pendapat). Jadi, hipotesis adalah sesuatu yang masih kurang dari sebuah
kesimpulan pendapat. Sebuah kesimpulan, tetapi itu belum final, masih harus diuji
kebenarannya. Suatu jawaban juga yang dianggap besar kemungkinannnya untuk menjadi
jawaban yang benar.
B.) Konsep Hipotesis
Merumuskan hipotesis dengan pendekatan statistika dapat dibedakan atas dau bentuk yaitu
sebagai berikut.
a. Hipotesis nol (Ho) atau hipotesis dasar adalah satu pernyataan mengenai nilai parameter
populasi yang merupakan kesimpulan sementara (anggapan) terhadap suatu kondisi / teori
atau asumsi bagi suatu parameter dari mana subyek akan dilakukan pengujian statistik.
Hipotesis nol biasanya kasus yang kita uji mempunyai sifat yang serba sama (mempunyai
tanda =) dengan notasi matematis Ho: µA > µB ; µA < B ; atau µA ≠ µB.
b. Hipotesis alternatif (Ha) atau hipotesis penelitian adalah suatu pernyataan yang tak ditolak
jika data sampel memberikan cukup bukti bahwa hipotesis nol salah. Hipotesis alternatif
dapat menyimpulkan apa yangg dinyatakan pada Ho dalam Ha ditolak atau kebalikan
hipotesis nolnya terhadap suatu kondisi atau teori yang ada. Hipotesis alternatif
dinyatakan dengan notasi matematika adalah jika Ho: µA = µB, maka µA > µB ; µA < µB
; atau µA ≠ µB.
C.) Prinsip Hipotesis
Menurut Tuckman (1972) dalam menyusun hipotesis memiliki beberapa prinsip-prinsip,
yakni:
 harus memperkirakan hubungan antara dua atau lebih variabel;
 harus dinyatakan secara jelas dan tidak ambigu;
 harus dapat diuji, maksudnya adalah harus ada kemungkinan dinyatakan kembali
dalam bentuk operasional yang selanjutnya dapat dinilai atas dasar data.

2. Postulat dan Aksioma


Postulat/aksioma adalah suatu istilah yang dipinjam dari geometri dan merujuk pada hal-hal
yang (membuktikan sendiri) mungkin dan penting bagi bukti suatu proposisi.
Postulat merupakan konstruksi sistem berpikir ringkas dan sederhana yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Fungsi postulat itu adalah untuk meringkas gejala-gejala yang tak terhingga atau banyak.
Postulat memiliki beberapa varian yaitu:
a. Postulat jenis menentukan bahwa semua kondisi peristiwa atau benda-benda dalam alam
semesta ini mempunyai kesamaan-kesamaan sekaligus memiliki perbedaan-perbedaan.
b. Postulat keajekan, bahwa gejala-gejala alam mempunyai kecenderungan untuk
mempertahankan sifat-sifat hakikatnya dalam keadaan tertentu dan dalam suatu jangka
waktu tertentu.
c. Postulat sebab-akibat,bahwa semua kejadian dalam alam semesta ini terikat pada
rangkaian sebab-akibat.
d. Postulat variabilitas gejala alam, bahwa gejala-gejala dalam alam semesta ini tidaklah
uniform atau seragam sama sekali.
e. Postulat tentang kemampuan manusia bahwa setiap manusia itu sudah barang tentu
memiliki keterbatasan-keterbatasan manusiawi yang dalam proses kegiatan penelitian
berdampak pada reabilitas amatan, reabilitas ingatan dan realitas pemikiran.
Reliabilitas atau reliabel atau andal itu adalah pengetahuan yang stabil dan menunjukkan
kemantapan sehingga dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk mengadakan ramalan
secara teliti dan sebagai landasan kontrol jangka panjang.

3. Kategori dan Contoh Hipotesis Penelitian


Berdasarkan kerangka konseptual dibawah dapat disajikan contoh-contoh hipotesis seperti
berikut:
1) Hipotesis Mengenai Hubungan
a. Rumusan hipotesis kerja (H1) atau hipotesis alternatif (Ha) atau hipotesis asli diambil dari
suatu teori dapat dicontohkan sebagai berikut.
 Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula pendapatannya (H1:
X = Y).
 Apabila pendapatan seseorang tinggi, ia akan memiliki peluang meraih tingkat
pendidikan yang tinggi (H1: Y = X).
 Terdapat hubungan antara pendapatan seseorang dan tingkat kesejahteraan hidupnya
(H1: X = Y).
 Tingkat kesejahteraan hidup seseorang dipengaruhi olet tingkat pendapatan,
pendidikan, kesehatan, dan gizinya (HI Y = X1, X2, X3, X4).
b. Rumusan hipotesis nihil (Ho) atau hipotesis statistik merupakan rumusan yang menihilkan
H1 atau Ha yang akan diuji secara statistik, dapat dicontohkan sebagai berikut.
 Tinggi ataupun rendahnya taraf pendidikan seseorang akan sama saja tingkat
pendapatannya (H1: X ≠Y).
 Orang kaya atau miskin itu memiliki peluang yang sama dalam meraih tingkat
pendidikan (H1: Y ≠ X).
 Tidak ada hubungan antara pendapatan seseorang dan tingkat kesejahteraan hidupnya
(H1: X ≠ Y).
 Tingkat kesejahteraan hidup seseorang tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan,
pendidikan, kesehatan, dan gizinya (H1: Y ≠ X1, X2, X3, X4).

2) Hipotesis Mengenai Perbedaan


a. Rumusan H1 atau Ha dapat dicontohkan sebagai berikut.
 Di antara variasi taraf pendidikan seseorang, terdapat perbedaan pendapatan.
Seseorang yang berlatar belakang pendidikan sarjana lebih tinggi pendapatannya
daripada yang berlatar belakang pendidikan sederajat Sekolah Lanjutan Atas (SLA,
H1: µ1 > µ2). Seseorang yang berlatar belakang pendidikan sederajat Sekolah
Lanjutan Pertama (SLP) lebih tinggi pendapatannya daripada yang berlatar belakang
pendidikan sederajat Sekolah Dasar (SD, H1:µ3 > µ4).
 Perbedaan kelas ekonomi, akan berbeda pula peluang meraih tingkat pendidikan.
Golongan orang kaya berpeluang besar menjadi doktor daripada golongan orang
menengah (HI: µ1 > µ2). Golongan orang menengah peluangnya lebih besar menjadi
sarjana daripada golongan orang miskin (H1: µ2 > µ3).

b. Rumusan Ho atau hipotesis statistik dapat dicontohkan sebagai berikut:


 Di antara variasi taraf pendidikan seseorang, tidak berbeda tingkat pendapatannya.
Seseorang yang berlatar pendidikan sarjana sama saja pendapatannya dengan yang
berlatar belakang pendidikan sederajat SLA (Ho: µ1 = µ2). Seseorang yang berlatar
belakang pendidikan sederajat SLP sama tingkat pendapatannya dengan yang berlatar
belakang pendidikan sederajat SD (Ho: µ3 = µ4).
 Perbedaan kelas ekonomi memungkinkan dimilikinya peluang yang sama dalam
meraih tingkat pendidikan. Golongan orang kaya dan menengah berpeluang sama
untuk menjadi doktor (Ho: µ1 = µ2). Pendidikan tingkat sarjana dapat diraih oleh
semua orang, baik oleh golongan orang menengah maupun golongan orang miskin
(Ho: µ2 = µ3).
3) Hipotesis Mayor-Minor (Mengenai Hubungan)
a. Rumusan H1 atau Ha mayor dapat dicontohkan sebagai berikut
 Secara simultan, tingkat kesejahteraan hidup seseorang itu dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan, pendidikan kesehatan, dan gizinya (H1: β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ 0).
b. Rumusan H1 atau Ha Minor dapat dicontohkan sebagai berikut.
 Secara parsial, antara tingkat pendapatan dan tingkat kesejahteraan hidup terdapat
hubungan yang positif (H1: β1 ≠ β2 ≠ 0).
 Tingkat pendidikan yang tinggi seseorang akan diikuti oleh tingkat kesejahteraannya
(H1: β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0).
 Ada hubungan yang positif antara tingkat kesehatan dan tingkat kesejahteraan
seseorang (H1: β1 ≠ β4 ≠ 0).
 Makin tinggi tingkat gizi seseorang, maka makin tinggi pula tingkat
kesejahteraannya (H1: β1 ≠ β5 ≠ 0).
c. Rumusan Ho mayor dapat dicontohkan sebagai berikut.
 Kemiskinan bukan menjadi sebab terjadinya kebodohan masyarakat (H1: β1 = β2 =
0).
d. Rumusan Ho Minor dan hipotesis mayor tersebut dapat dicontohkan sebagai berikut.
 Antara kemiskinan dan kebodohan tidak terdapat hubungan yang positif (H1: β1 = β2
= 0).
 Tidak ada hubungan yang positif antara derajat kemiskinan dan keterbelakangan (H1:
β1 = β2 = 0).
 Antara kemiskinan dan kebodohan tidak ada hubungan yang searah (H1: β1 = β2 =
0).
4. Kesalahan Dalam Pengujian Hipotesis

Ha yang telah diuji Realitas betul Realitas salah

keputusan tak ditolak keputusan yang benar Beta error (tipe II – β)

keputusan ditolak alpha error ( I – α) Keputusan yang benar

Ada dua macam kesalahan, yakni kesalahan tipe I (α) dan kesalahan tipe II (β).
1) Kesalahan tipe I (α) adalah menolak Ho, padahal Ho benar. Makin besar α, makin
besar kemungkinannya bahwa Ho akan ditolak secara keliru. Artinya, makin banyak
kemungkinannya kesalahan tipe I akan dibuat.
2) Kesalahan tipe II (β) adalah tidak menolak Ho, padahal Ho salah. Nilai spesifik α dan
β seharusnya ditentukan terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian. Dalam hal ini,
besar α dan β menentukan besarnya n (sampel) yang dianalisis secara statistik.
Kesalahan dalam praktik α dan β ditentukan lebih dahulu sehingga untuk mengurangi
kesalahan-kesalahan yang terjadi caranya dengan memperbesar jumlah n (sampel).
Statistik menggunakan metode "pembuktian dengan kontradiksi". Secara umum, peneliti
berharap dapat membuktikan bahwa sesuatu benar (yaitu hipotesis alternatif) dengan menolak
hipotesis nol. Jika bukti-bukti sampel bertentangan dengan hipotesis nol, maka peneliti dapat
menolaknya dan "percaya" terhadap hipotesis alternatif. Sebaliknya, bila informasi sampel
tidak bertentangan dengan hipotesis nol, maka peneliti tetap tidak dapat membuktikan bahwa
hipotesis nol benar. Peneliti hanya menunjukkan bahwa hipotesis nol tak dapat ditolak.
5. Statistik untuk Menguji Hipotesis
Penggunaan alat statistik untuk pengujian hipotesis tergantung pada :
a. Macam statistik :
 Statistika parametrik, merupakan bagian dari statistika inferensia yang
mempertimbangkan nilai dari satu atau lebih parameter populasi.
 statistika nonparametrik merupakan bagian dari statistika inferensia yang tidak
memperhatikan nilai dari satu atau lebih parameter populasi.
b. Jenis data penelitian :
 Data nominal, adalah data yang terdiri atas skalaskala yang berfungsi sebagai label
dan kategori/klasifikasi.
 Data ordinal, adalah data yang terdiri atas skalaskala yang menunjukkan klasifikasi
juga namun antara 1 skala ke skala berikutnya menunjukkan
urutan/tingkatan/peringkat.
 Data interval, adalah data yang terdiri atas skalaskala dimana jarak antar skalanya itu
sama, akan tetapi tidak memiliki nilai 0 mutlak. Nol mutlak adalah nol yang
bermakna tidak ada.
 Data rasio, adalah data yang terdiri atas skala yang memiliki nilai 0 mutlak.
c. Bentuk hipotesis :
 Hipotesis Deskriptif (mendeskripsikan satu sampel)
 Hipotesis komparatif (membandingkan dua sampel)
 Hipotesis komparatif K sampel (membandingkan lebih dari dua sampel)
 Hipotesis asosiatif (Hubungan ) antara variabel penelitian

Anda mungkin juga menyukai