Askep RPK
Askep RPK
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Perilaku kekerasan adalah suatu keaadan kehilangan kendalinya perilaku seseorang
yang diarahkan pada diri sendiri,orang lain,atau lingkungan.perilaku kekerasan pada diri
sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membirkan diri dalam bentuk pen
elantaraan diri.perilakukekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang ditujukan untuk m
elukai atau membunuh orang lain. Perlaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku
merusak lingkungan,melempar kaca,genting,dan semua yang ada dilingkungan.pasien yang di
bawa kerumah sakit jiwa sebagian besar akibat melakukan kekerasan dirumah. Perawat harus
jeli dalam melakukan pengkajian untuk menggali penyebab perilaku kekerasan yang dilakuka
n selama di rumah.
Perilaku kekerasan merupakan bagian dari tentang respon marah yang paling maldakti
f,yaitu amuk.marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecem
asan(kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai ancaman.
(stuart&sundeen.1991)
Berdasarkan data pencatatan Rekam Medis (RM) Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
pada periode bulan Januari sampai Maret 2015, ditemukan masalah keperawatan pada klien
rawat inap yaitu Halusinasi 4.021 klien,Resiko Perilaku Kekerasan 3.980 klien, Defisit
Perawatan Diri 1.026 klien dan Waham 401 klien. Dari data di atas kasus Perilaku Kekerasan
menempati urutan ke dua di Rumah Sakit Jiwa Surakarta pernyatan petugas di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta mengalami peningkatan yang paling pesat.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
BAB 2
Tinjauan Teori
2.1.Defenisi
Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respons terhadap stresor yang
dihadapi oleh seseorang. Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri,
orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka
penanganan
pasien
dengan
perilaku
keker
asan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga yang profesional.(Eko
Prabowa.2014)
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai
diamana seseorang melakukan tindakan-tindakan yang dapat membayangkan/menciderai diri
sendiri,orang lain bahkan merusak lingkungan. (Eko Prabowa.2014)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang
diarahkan pada diri sendiri,orang lain,atau lingkungan.perilaku kekerasan pada diri sendiri
dapat berbentuk melukai diri untuk bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk
penelantaran diri. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang tidak dirasakan sebagai ancaman. Amuk
atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol
diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. (Yusuf.2015)
.
2.2.Etiologi
Penyebab terjadinya marah menurut Stuart & Sundeen (1995) : yaitu
1. Harga diri rendah merupakan keadaan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri
2. Hilang kepercayaan diri merasa gagal mencapai keinginan
3. Gangguan ini dapat situasional maupun kronik
Bila kondisi ini berlangsung terus tanpa kontrol, maka akan dapat menimbulkan perilaku
kekerasan.
2.3.Karakteristik
Asertif
MALADAPTIF
Frustasi
Pasif
Agresif
Amuk / PK
1. Asertif adalah kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan ataudi ungkapkan tanpa
menyakiti orang lain, akan memberi kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan
masalah.
2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang tidak
realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Dalam keadaan ini tidak
ditemukan alternatif lain. Selanjutnya individu merasa tidak mampu mengungkapkan
perasaan dan terlihat pasif.
3. Pasif adalah individu tidak mampu mengungkapkan perasaannya, klien tampak pemalu,
pendiam, sulit diajak bicara karena rendah diri dan merasa kurang mampu.
4. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak
dalam bentuk destruktif dan masih terkontol, perilaku yang tampak dapat berupa : muka
masam, bicara kasar, menuntut, kasar disertai kekerasan.
5. Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan kuat disertai kehilangan kontrol diri.
Individu dapat merusak diri sendiri orang lain dan lingkungan.
2.4.Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dengan pengobatan yang tepat.ada pun
pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif tinggi,contoh nya:
cloropromazine HCL yang berguna untuk mengendalikan psikomotor nya.bila tidak ada
juga maka dapat digunakan trasquilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroloptika
tetapi meskipun demikian keduanya mempunyai efek anti tegang,anti cemas dan anti
agitasi.
b. Terapi okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja,terapi ini bukan pemberian
pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan mengembalikan
kemampuan berkomunikasi,karena itu dalam terapi ini harus diberikan kegiatan seperti
membaca koran,main catur dan melakukan kegiatan berdiaolog atau berdiskusi tentang
pengalaman dan arti kegiatan itu bagi dirinya.
c. Peran keluarga
Keluarga merupakan sisten pendukung utama yang memberikan perawatan langsung
pda setiap keadaan(sehat sakit)pasien.perawat membantu keluarga agar dapat melakukan
5 tugas kesehatan yaitu:mengenal masalah kesehatan,membuat keputusan tindakan
kesehatan,memberi perawatan pada anggota keluarga,meniptakan lingkungan keluarga
yang sehat dan menggunakan sumber yang ada pada masyarakat.
(Eko Prabowo.2014)
2.5.Pengkajian
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang,baik secara fisik maupun psikologis.berdasarkan defenisi ini,perilaku kekerasan
dapat
dilakukan
secara
verbal,diarahkan
pada
diri
sendiri,orang
lain,dan
2.6.Pohon masalah
Resiko bunuh diri
efek
CP
Halusinasi
Isolasi sosial
Sebab
Regiken terapeutik inefektif
2.7.Diagnosa keperawatan
1. Resiko menciderai diri sendiri orang lain dan lingkungan yang berhubungan dengan
perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
(Yusuf 2015)
2.8.Strategi
SP.1:Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik ke
dua(evaluasi latihan napas dalam,latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik
kedua{pukul kasur dan bantal}menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua)
SP.2:membantu pasien latihan mengendalikan perasaan dengan obat cloropromazine HCL
(bantu pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar{benar nama pasien,benar
nama obat,benar cara minum obat,benar waktu minum obat,benar dosis obat}disertai
penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat,susun jadwal minum obat teratur)
SP.3:membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
sosial/verbal(evaluasi jadwal harian tentang 2 cara fisik mengendalikan perilaku
kekerasan,latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal{menolak dengan baik,meminta
dengan baik,mengungkapkan perasaan dengan baik},susun jadwal latihan mengungkapkan
marah secara verbal)
c. Kontrak
Topik : Baiklah kita akan membicarakan perasaan Ali saat sedang marah
Tempat : Mau di mana? Bagaimana kalau dikamar perawat?
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit saja?
2. Kerja
a.
b.
c.
d.
e.
Ali pada saat dimarahi Ibu (salah satu penyebab marah), apa yang Ali rasakan?
Apakah ada perasaan kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondar-mandir?
Lalu apa biasanya yang Ali lakukan?
Apakah sampai memukul? Atau marah-marah?
Ali, coba dipraktekkan cara marah Ali pada suster Budi. Anggap suster budi adalah
f.
g.
h.
i.
j. Bagaimana Ali, maukah belajar cara mengungkapkan marah yang benar dan sehat?
k. Baiklah, waktu kita sudah habis.
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Ali setelah kita bercakap-cakap?
b. Evaluasi Obyektif
e. Bagaimana dengan perasaan, cara marah, dan akibat marahnya Ali, masih ada
tambahan (jika perlu ulang satu-satu).
2. Kontrak
a. Topik : Ali masih ingat apa yang akan kita latih sekarang? Betul kita akan latihan cara
marah yang sehat.
b. Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Baik disini saja seperti biasa
c. Waktu : Mau berapa lama? 15 menit ya Ali.
3. Kerja
a.
b.
c.
d.
Ali ada beberapa cara marah yang sehat, hari ini kita pelajari 1 cara
Nah, Ali boleh pilih mau latihan nafas dalam atau pukul kasur dan bantal?
Baiklah, kita latihan nafas dalam
Jadi, kalau Ali kesal dan perasaan sudah mulai tidak enak segera nafas dalam agar
4. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Ali setelah latihan, ada perasaan plong atau lega?
b. Evaluasi Obyektif
Topik: Nah, waktu kita sudah habis, nanti siang kita belajar cara lain.
Waktu: Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00
Tempat: Mau dimana? Disini lagi? Baik, sampai nanti.
2.9.Terapi modalitas
Resiko perilaku kekerasan pada individu dengan gangguan jiwa diawali dengan
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan perilaku asertif dimana seseorang mampu
untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan terhadap orang lain
tanpa menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Salah satu tindakan
keperawatan yang dapat meningkatkan perilaku asertif pada klien gangguan jiwa dengan
riwayat resiko perilaku kekerasan adalah pemberian terapi Social Skill Training (SST).
Latihan asertif adalah suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan,
dirasakan dan dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta
perasaan orang lain. Latihan asertif ini diberikan pada individu yang mengalami kecemasan,
tidak mampu mempertahankan hak-haknya, terlalu lemah, membiarkan orang lain
melecehkan dirinya, tidak mampu mengekspresikan amarahnya dengan benar dan cepat
tersinggung.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan individu berlaku asertif, antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
4. Bermain peran, pemberian umpan balik serta pemberian model perilaku yang lebih
baik. Klien bermain peran sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Konselor
member umpan balik secara verbal, pemberian model perilaku yang lebih baik,
5.
2.10.Evaluasi
1. Pada pasien
a. Pasien mampu menyebutkan penyebab tanda da gejala perilaku kekerasan,
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan serta akibat yang biasa dari perilaku
kekerasan yang dilakukan
b. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara teratur
sesuai jadwal yang meliputi;
secara fisik
secara sosial/verbal
secara spritual
2. Pada keluarga
a. keluarga mampu mencegah terjadinya perilaku kekerasan
b. keluarga mampu menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai pasien
c. keluarga mampu memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol perilaku
kekerasan
d. keluarga mampu mengidentifikasi perilaku pasien yang harus dilaporkan pada
perawat (yusuf.2015)
BAB 3
PENUTUP
Berdasarkan uraian diatas mengenai perilaku kekerasan dan pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap klien, maka dapat diambil beberapa kesimpulan :
1. Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan perilaku kekerasan
ditemukan perilaku mudah marah dan emosi labil, sehingga perlu dilakukan pendekatan
secara terus menerus dan bertahap mengunakan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan untuk terjalinnya hubungan saling percaya.
2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien perilaku kekerasan peran serta
keluarga sangatlah penting, untuk mendukung proses penyembuhan klien. Disamping itu
perawat atau petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam membina
kerjasama dalam memberi perawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat
menyimpulkan bahwa peran serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses
penyembuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Prabowo Eko.(2014).Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:Nuha Medika
Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Bandung : Revika Aditama.
Yusuf.(2015).Kesehatan Jiwa.Jakarta:Salemba Medika
Keliat.(2011).Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.Jakerta:EGC
1.
2.
3.
4.
5.
6.
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
CHRISTINE SIHOMBING
FEBRIANI SAGALA
IMAN SETIA P.GULO
MELVA SIHOMBING
MISI INGGRID ZEGA
YESSIE SITORUS