o
o
o
o
2. Risalah
Risalah bererti bahawa kerasulan beberapa orang lelaki di kalangan
manusia sejak Nabi Adam hingga kepada Nabi Muhammad s.a.w adalah
suatu asas yang penting dalam sistem politik Islam. Melalui landasan
risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allah dalam
bidang perundangan dalam kehidupan manusia. Para rasul meyampaikan,
mentafsir dan menterjemahkan segala wahyu Allah dengan ucapan dan
perbuatan.
Dalam sistem politik Islam, Allah telah memerintahkan agar
manusia menerima segala perintah dan larangan Rasulullah s.a.w.
Manusia diwajibkan tunduk kepada perintah-oerintah Rasulullah s.a.w dan
tidak mengambil selain daripada Rasulullah s.a.w untuk menjadi hakim
dalam segala perselisihan yang terjadi di antara mereka. Firman Allah:
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah,
Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orangorang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di
antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul
kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat
keras hukuman-Nya. (Al-Hasyr: 7)
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati
a. Yusuf al-Qardhawi
Menurut beliau, substansi demokrasi sejalan dengan Islam.
Hal ini bisa dilihat dari beberapa hal, misalnya:
Dalam demokrasi proses pemilihan melibatkan banyak orang untuk
mengangkat seorang kandidat yang berhak memimpin dan
mengurus keadaan mereka. Tentu saja mereka tidak akan memilih
sesuatu yang tidak mereka sukai. Demikian juga dengan Islam.
Islam menolak seseorang menjadi imam shalat yang tidak disukai
oleh makmum di belakangnya.
Usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran juga
sejalan dengan Islam. Bahkan amar makruf dan nahi mungkar serta
memberikan nasihat kepada pemimpin adalah bagian dari ajaran
Islam.
Pemilihan umum termasuk jenis pemberian saksi. Karena itu,
barangsiapa yang tidak menggunakan hak pilihnya sehingga
kandidat yang mestinya layak dipilih menjadi kalah dan suara
mayoritas jatuh kepada kandidat yang sebenarnya tidak layak,
berarti ia telah menyalahi perintah Allah untuk memberikan
kesaksian pada saat dibutuhkan.
Penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak
bertentangan dengan prinsip Islam. Contohnya dalam sikap Umar
yang tergabung dalam syura. Mereka ditunjuk Umar sebagai
kandidat khalifah dan sekaligus memilih salah seorang di antara
mereka untuk menjadi khalifah berdasarkan suara terbanyak.
Sementara lainnya yang tidak terpilih harus tunduk dan patuh. Jika
suara yang keluar tiga lawan tiga, mereka harus memilih seseorang
yang diunggulkan dari luar mereka. Yaitu Abdullah ibn Umar. Contoh
lain adalah penggunaan pendapat jumhur ulama dalam masalah
khilafiyah. Tentu saja, suara mayoritas yang diambil ini adalah
selama tidak bertentangan dengan nash syariat secara tegas.
Juga kebebasan pers dan kebebasan mengeluarkan pendapat, serta
otoritas pengadilan merupakan sejumlah hal dalam demokrasi yang
sejalan dengan Islam.
b. Salim Ali al-Bahnasawi :
Menurut beliau, demokrasi mengandung sisi yang baik
yang tidak bertentangan dengan islam dan memuat sisi negatif
yang bertentangan dengan Islam. Sisi baik demokrasi adalah
adanya kedaulatan rakyat selama tidak bertentangan dengan Islam.
Sementara, sisi buruknya adalah penggunaan hak legislatif secara
bebas yang bisa mengarah pada sikap menghalalkan yang haram
dan menghalalkan yang haram. Karena itu, ia menawarkan adanya
islamisasi sebagai berikut:
3. Macam-Macam Demokrasi
a. Ditinjau berdasarkan penyaluran kehendak masyarakat, terbagi
menjadi dua yaitu:
Demokrasi Langsung: Suatu sistem demokrasi yang melibatkan
seluruh rakyat secara langsung dalam menentukan berbagai
kebijakan umum, urusan negara dan permusyawaratan dalam suatu
negara.
antara lain tercakup dalam khutbah wada dan sabda Nabi kepada
keluarga Bani Hasyim.