Intisari
V-1
Abstract
A research employing Induced Polarization method has been done at Gunung Jatibungkus,
Karangsambung, Kebumen, Central Java. This research is aimed to define lithologic contact between
limestone which constructed Gunung Jatibungkus and its surrounding lithology.
Time-domain Induced Polarization was used in measuring seven lines which spread around
West Gunung Jatibungkus. Measurements from the whole seven lines show a dominant resistivity
range of 4 Ohmm 10 Ohmm which is interpreted as claystone. A high resistivitiy range was
observed in Line 3 and Line 7 which is interpreted as limestone from Gunung Jatibungkus. This high
resistivity range is observed at near surface. It is estimated that this limestone body is dipping to
southern direction.
V-2
BAB I
PENDAHULUAN
Jatibungkus yang
I. 2 Tujuan
1. Menentukan batas kontak disekeliling Gunung Jatibungkus, dalam kaitannya
dengan keberadaan batugamping sebagai penyusun Gunung Jatibungkus.
2. Memperkirakan sumber/asal batugamping yang tampak dipermukaan.
V-3
terletak
di
sekitar
Gunung
Jatibungkus,
V-4
BAB II
DASAR TEORI
(Gambar
II.1a) Metode ini menggunakan empat elektroda, dimana arus searah dialirkan
melalui dua elektroda arus (C1 dan C2), kemudian pada elektroda potensial (P1 dan
P2) terukur beda potensial (V). Apabila aliran arus dihentikan, maka nilai beda
potensial antara kedua elektroda potensial tidak segera menjadi nol, melainkan akan
timbul potential decay yang akan menjadi nol setelah beberapa detik. Kurva variasi
perbedaan potensial terhadap waktu yang dihasilkan bebentuk asimtotik dengan
perbedaan potensial (V) mendekati tak hingga atau nol.(Gambar II.1b). Peristiwa
ini terjadi disebabkan oleh proses elektrokimia yang terjadi pada medium yang
terpolarisasi (polarisabel) tersebut
V-5
V-6
polarisasi membran terjadi pada kontak permukaan mineral lempung dengan air
dalam medium, dimana lempung bermuatan negatif. Maka mineral lempung akan
menarik ion positif sehingga akan membentuk awan ion positif di sekitar mineral
lempung tersebut dan akan meluas pada larutan. Apabila dialiri arus listrik maka
akan terjadi penumpukan ion positif dan negatif di dekat permukaan mineral. Adanya
ion negatif yang tidak dapat bergerak menyebabkan gerakan ion-ion tertahan, setelah
arus dimatikan ion-ion akan kembali ke posisi seimbang dalam waktu beberapa
detik.
Gambar II.2 Proses polarisasi membran pada medium oleh mineral lempung dalam
batuan (a) kondisi sebelum medium dialiri arus listrik (b) kondisi ketika
medium dialiri arus listrik
II.2.2 Polarisasi Elektroda
Polarisasi elektroda adalah polarisasi yang terjadi jika mineral konduktif dari
batuan mengalami kontak dengan larutan di dalam pori-pori batuan. Batuan yang
mengandung mineral konduktif dipandang sebagai suatu elektroda yang berada di
dalam elektrolit, sehingga mula-mula akan terjadi proes oksidasi dan reduksi (reaksi
redoks) karena timbulnya beda potensial antara mineral konduktif dengan larutan
sampai terjadi keseimbangan. Dalam keadaan setimbang akan terjadi proses
penggabunagn dan pelepasan muatan antara logam dan larutan dalam jumlah yang
sama dan sama sekali tidak ada arus yang mengalir. Apabila ada gangguan luar
misalnya pengaruh arus yang dialirkan, maka keadaan setimbang akan terganggu
sehingga akan timbul polarisasi pada elektrolit yang dikenal sebagai polarisasi
elektroda.
V-7
Vs (t1 )
x100%
Vp
(2.2)
2. Chargeability
t2
M=
1
Vs(t )dt
VP t1
(2.3)
dimana Vp adalah beda potensial saat arus dialirkan dan Vs(t) beda potensial saat
arus dimatikan.
V-8
l h
x100%
h
PFE
x 2 x 1000
V-9
V-10
Noise akibat frekuensi dari arus di kabel pengukuran, jika kabel yang
digunakan untuk menyambungkan elektroda potensial dan receiver
terlalu panjang maka dapat memungkinkan terjadinya induksi yang
disebabkan oleh medan magnet alam. Untuk mencegah noise ini,
sebaiknya receiver berpindah untuk setiap stasiun sehingga kabel
yang digunakan untuk menyambungkan elektroda potensial dan
receiver dapat sependek mungkin.
terimbas
adalah
konfigurasi
dipole-dipole
(dipole-dipole
array).
Konfigurasi ini menggunakan dua elektroda arus (A dan B) dan dua elektroda
V-11
1
a
2
1
Perlapisan bumi secara vertikal untuk n = 5 adalah 2 a
2
V-12
BAB III
METODE PENELITIAN
IP Scintrex, meliputi :
1. Motor Generator TSQ-4
2. Transmitter Control TSQ-3
3. Receiver Time Domain IPR-12
1 buah multimeter
CuSO4
V-13
Legenda :
Garis Kontur
Jalan
Jalan Setapak
Sungai
Lintasan Pengukuran
Titik Ketinggian
V-14
V-15
2 buah palu
Payung
V-16
permukaan yang lebih dalam. Dengan demikian, konfigurasi dipole-dipole ini dapat
dianggap efektif untuk dipergunakan dalam pemetaan, baik kearah lateral maupun
vertikal.
Unit IPR-12 yang merupakan alat dalam survey IP ini dapat melakukan
pengukuran dan perhitungan beberapa parameter sekaligus untuk setiap dipole
potensial. Beberapa parameter-parameter tersebut diantaranya:
1. Tegangan Primer (Vp)
Tegangan primer diukur pada saat arus diinjeksikan ke medium bumi. Hal
ini dilakukan untuk mengkompensasikan deformasi tegangan primer pada
beberapa medium yang memiliki efek IP cukup besar, ketidakstabilan
transmisi dan noise. Harga tegangan primer akan terus dirata-ratakan selama
durasi pengukuran untuk meningkatkan kualitas sinyal.
2. Chargeability (Mx)
Parameter IP kawasan waktu ini akan diukur selama arus tidak
ditransmisikan ke medium bumi. IPR-12 akan membagi peluruhan tegangan
dalam kawasan waktu menjadi bagian-bagian menurut rentang waktu tertentu
(preset) maupun dalam selang waktu yang ditentukan oleh pengguna.
Pemilihan selang waktu yang digunakan dalam pengukuran tergantung
kebutuhan dan kondisi medium pada daerah penelitian. Chargeability
dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
V-17
M =
1 2
Vs (t )dt
V t1
(3.1)
Dimana :
t1 = waktu awal bagian peluruhan
t2 = waktu akhir bagian peluruhan
Vs = tegangan terukur selama peluruhan
Vp = tegangan terukur saat arus diinjeksikan
3. Faktor Geometri (K)
Perhitungan faktor geometri (K) didasarkan pada rumusan distribusi
potensial pada dipole arus.
V =
I
2
1
1
1
1
+
C1 P1 C1 P2 C 2 P1 C 2 P2
(3.2)
4. Resistivitas semu ( a )
Dihitung dengan persamaan berikut:
a = K
Vp
I
(3.3)
Beberapa parameter lain yang diukur dan dihitung oleh IPR-12 tidak dijelaskan
karena tidak dipergunakan dalam penelitan.
Parameter chargeability (Mx) dan tahan jenis semu (a) diplot dengan
teknik plot pseudodepth-section. Data tersebut diplot pada titik yang
merupakan perpotongan garis yang ditarik dari titik tengah elektroda
V-18
tiap-tiap
lintasan
maka
dilakukan
pemodelan
dengan
menggunakan RES2DINV.
kemudian di
V-19
Informasi geologi
Mulai
Studi Literatur
Studi Pendahuluan
Orientasi Lapangan
Pengambilan Data
Data Lapangan
Vp, I, Mx, a
Pseudodepthsection
a, Mx tiap-tiap
lintasan
Analisa Kualitatif
Selesai
V-20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
V-21
N 355oE
V-22
Lintasan 2
Lintasan 3
V-23
N 330oE
V-24
N 330oE
V-25
Dilihat dari harga reisistivitas yang didapat batas litologi antara batulempung
(soil) dengan batugamping diperkirakan mulai di meter ke- 40 dari lintasan.
Terdapat kecenderungan harga resistivitas yang menurun ke arah yang semakin
ke dalam, dari kecenderungan harga ini dimungkinkan batugamping yang ada hanya
menumpang di atas satuan breksi batulempung formasi Waturanda.
N 140oE
V-26
V-27
Lintasan 4
N265 E. Panjang lintasan pengukuran adalah 140 m dengan spasi antar titik 20 m,
konfigurasi yang digunakan adalah dipole-dipole n=5. Kondisi litologi di area survey
adalah tanah lapuk (soil) dan batupasir.
Nilai resistivitas yang di peroleh dari pengukuran di lapangan berkisar (1.0
17)m sedangkan setelah dilakukan pemodelan dengan RES2DINV diperoleh
harga resistivitas sebenarnya sekitar (0.5 35)m. di akhir lintasan diperoleh nilai
resistivitas sebenarnya tinggi yang diperkirakan sebagai batugamping, hal ini
didukung oleh nilai chargeability yang diperoleh di akhir lintasan berkisar (10 11)ms sampai pada kedalaman 10 m yang merupakan termasuk dalam kisaran
chargeability batugamping (Telford, 1989).
Nilai resistivitas yang tinggi juga ditemukan pada kedalaman (10 25) m
diinterpretasikan sebagai batugamping, namun chargeabilitynya rendah sekitar (1-4)
ms yang merupakan chargeability soil, menunjukkan bahwa batugamping tersebut
sifatnya hanya setempat karena di daerah sekitarnya masih didominasi oleh soil.
N265oE
V-28
N265oE
Lintasan 6
V-29
N 185oE
V-30
N 185oE
Lintasan 7
V-31
V-32
N 265oE
V-33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V..1 Kesimpulan
1.
Pada Lintasan 1 belum dijumpai adanya batas kontak litologi antara soil
dengan batugamping, batas ini baru terlihat di Lintasan 3 pada meter ke
40 dari Lintasan 2, dicirikan dengan harga resistivitas yang jauh lebih
tinggi, tetapi harga ini cenderung mengecil ke arah bawah.
2.
3.
4.
5.
6.
V.2 Saran
1.
2.
3.
Pada saat pengukuran sebaiknya spasi antar titik untuk tiap lintasan sama, agar
dapat dibuat kontur Apperent Resistivity per kedalaman.
V-34
DAFTAR PUSTAKA
V-35
LAMPIRAN I
MODEL GEOLOGI LINTASAN 2,3,4,7
Kedalaman (m)
3.42
10.3
17.4
25.3
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
Jarak (m)
Batupasir
Batugamping
V-36
Kedalaman (m)
10.3
17.4
25.3
34
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Jarak (m)
Batupasir
Batugamping
V-37
Kedalaman (m)
3.42
10.3
17.4
25.3
34
20
40
60
80
100
120
140
160
Jarak (m)
Batugamping
Satuan breksi batulempung
V-38
Kedalaman (m)
1.71
5.13
8.72
12.7
17.0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
Jarak (m)
Batugamping
Satuan breksi batulempung
V-39
LAMPIRAN II
PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN PARAMETER PADA IPR-12
Sistem control
(Misal : TSQ3)
C1
Elektroda arus
kabel
C2
Sistem Penerima
Missal :IPR12
C1
kabel
Elektroda arus
C2
V-40
Tegangan Keluaran
Arus Keluaran
Maksimum 10 A
melebihi
ditetapkan,
50%
kecuali
batas
untuk
yang
daya
Menggunakan LED
Kawasan frekuensi
t:t:t:t
berarti
siklus
on:off:on:off:
dilakukan otomatis
Pembalikan polaritas (kawasan waktu)
Standar : t = 1,2,4,8,16
V-41
78
Suhu operasional
Otomatis
mematikan
diri
pada
diri
pada
pencapaian 3000VA
Proteksi kekurangan beban
Otomatis
mematikan
Ukuran
Berat
25.0 kg
Motor
Alternator
Daya keluaran
3500 V A maksimum
Ukuran
Berat
72.5 kg
2. Sistem penerima
Sistem penerima (misalnya IPR-12) adalah sebuah unit buatan Scintrex Ltd
yang merupakan sistenm penerima survey polarisasi terinduksi kawasan waktu. IPR12 memilki kemampuan untuk menerima sinyal dari 8 elektroda potensial secara
simultan dan kemudian menyimpan data pengukuran dalam sistem memorinya. IPR-
V-42
12 mengukur parameter tegangan primer (Vp), potensial diri (SP), resistivitas dan
parameter terinduksi (Mi), melakukan perhitungan parameter Cole (M dan tau) yang
dapat digunakan untuk membedakan penyebab anomaly polarisasi terinduksi
berdasarkan ukuran tekstural. Perhitungan factor geometri (K)juga dapat dilakukan
berdasarkan masukan posisi elektroda dan jenis konfigurasi yang dipergunakan.
Impedansi masukan
16 M
15V 14 V
Jumlahan Vp2Vp8
14 V
Batas chargeability
0 300 msec
Bata TAU
Akurasi absolut
<1%
Waktu integrasi Vp
Pewaktu transmisi
1,2,4,8,16,32s
sesuai
dengan
sistem
Sistem tapis
beroperasi
pad
tiap
siklus
pengukuran.
Generator tes internal
Sistem pemanas
V-43
Kapasitas memori
400
pembacaan
dengan
dipole,
Catudaya
Suhu operasional
-30C - +50C
Ukuran
Berat
3. Elektroda
Elektroda digunakan sebagai kontak antara peralatan survey dengan medium
bumi. Beberapa elektroda yang sering digunakan dalam survey polarisasi terinduksi
yaitu:
1. Elektroda batang
2. Aluminium foil
3. Porous pot
Elektroda batang terbuat dari besi anti karat dan memiliki keunggulan dalam
ha operasional lapangan karena sangat mudah, ringan dan cepat. Elektroda
aluminium foil memiliki kemampuan kontak dengan medium bumi yang lebih luas
karena bentuknya yang sangat memungkinkan untuk itu. Kedua jenis elektroda
inibiasanya digunakan sebagai elektroda arus, dimana arus dinjeksikan ke dalam
medium bumi.
Elektroda porous-pot dalam survey polarisasi terinduksi digunakan sebagai
elektroda potensial. Elektroda porous-pot terbuat dari porselin semi porus yang
didalamnya diberi larutan elektrolit logam dan garamnya (misalnya Cu dan cusO4).
Tujuan digunakannya elektroda porous-pot sebagai elektroda potensial adalah untuk
mencegah pengukuran kontak potensial dan meminimalkan polarisasi elektroda
antara elektroda logam dengan medium bumi.
V-44
Teoritis, tidak terjadi potensial elektrokimia pada sistem porous pot, namun
dalam kenyataannya hal ini sangat sulit untuk diwujudkan di lapangan. Oleh karena
itu, elektroda porous-pot biasanya dibuat sebagai sistem larutan buffer.
V-45