Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap harinya dimasyarakat ada saja seseorang yang selalu bertambah tua.
Prosese menua merupakan proses kehidupan yang tak dapat ditolak maupun diminta
tetapi dengan waktu itu akan terlihat sedikit demi sedikit.
Sebagian orang mengecap bahwa pada lanjut usia setelah berumur lebih dari
60 tahun maka akan memiliki rambut utih, muka kendor, bangun susah, sakitsakitan. Jika ditinjau lebih dalam lansia memang memiliki banyak perubahan dalam
dirinya seperti biologis, fungsional, psikososial, ekonomi, dan lain sebagainya. Itu
terjadi karena kinerja sel-sel yang kita miliki sudah menurun dalam segala hal.
Seperti halnya demensia, demensia atau pikun itu biasanya di derita pada umur
lansia tapi tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang yang bukan lansia juga
bisa mengalami penyakit ini.
Demensia memiliki dampak buruk bagi kesehatan karena berhubungan
dengan ingatan maka kegiatan apapun yang dilakukan terkadang lansia lupa dan
mengulanginya kembali, jika tidak ada pengawasan dari orang terdekatnya maka
jika lupa makan karena merasa lapar sudah sangat lambat proses pencernaan dalam
tubuhnya jadi bisa mengakibatkan kekurangan gizi maupun kelebihan gizi pada
lansia.
Melihat hal tersebut maka kami membuat makalah ini dengan tujuan agar
mulai memahami penyakit pikun atau demensia yang menimpa lansia sehingga
dapat ditangani dengan pengobatan yang tepat dalam asuhan keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar penyakit demensia pada lansia?
2. Konsep dasar asuhan keperawatan seperti apakah yang dapat memperbaiki
kondisi pklien dengan tepat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit demensia pada lansia.
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada
pasien lansia dengan demensia.

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Kelenjar hipofisis terletak dalam rongga dinding tulang, sella tursika tulang
sphenoid, yang terletak berdekatan dengan kiasma optikum dan sinus kavernosus.
Kelenjar hipofisis memiliki dua komponen yaitu adhenohipofisis (lobus anterior)
berasal dari kantong Rathke dan neurohipofisis (lobus posterior) yahng merupakan
perluasan bagian ventral hipotalamus.
Berbagai jenis sel hipofisis anterior memproduksi tujuh jenis hormone yang berbeda
yaitu adenocorticotropic hormone (ACTH), melanocyte stimulating hormone (MSH),
thyrotropin (TSH), growth hormone (GH), follicle stimulating hormone (FSH),
luteinizing hormone (LH) dan prolaktin (PRL).
Berikut fungsi dari hormone-hormon yang dihasilkan oleh hipofisis anterior:
1. Growth Hormon meningakatkan pertumbuhan binatang dengan mempengaruhi
banyak fungsi metabolisme di seluruh tubuh.
2. MSH

merupakan

unsure

pokok

dari

proopiomelanokortin.

Hormone

ini

meningkatkan pigmentasi kulit dengan merangsang disperse granula-granula


melanin dalam melanosit.
3. Adrenokortikotropin mengatur sekresi beberapa hormon korteks adrenal yang
selanjutnya mempengaruhi metabolisme glukosa, protein dan lemak. ACTH
(Adrenocorticotropic Hormon) merangsang biosintesis dan pelepasan kortisol oleh
korteks adrenal.
4. TSH merangsang pertumbuhan dan fungsi kelenjar tiroid. TSh menyebabkan
pelepasan tiroksin (T4) dan triyodotironin (T3). TSH (Thyroid Stimulating
Hormon : tirotropin) merangsang uptake yodida dan sintesis serta pelepasan hormon
tiroid oleh kelenjar tiroid.
5.

Prolaktin meningkatkan perkembangan kelenjar mammae dan pembentukan susu.

6.

Gonadotropin
a. Hormon perangsang folikel / FSH (Follicte Stimulating Hormon) merangsang
perkembangan folikel de graaf dan sekresi hormone esterogen dan ovarium serta
spermatogenesis pada testis.
b. Hormon Luteinisasi (LH) mendorong ovulasi dan luteinasi folikel yang sudah
masak di dalam ovarium. Pada laki laki hormon ini, yang dahulunya disebut

hormon perangsang sel interstisialis (ICSH=Interfisial Cell Stimulating


Hormon), merangsang produksi dan pelepasan testosteron oleh sel sel leydig di
testis.
c. Hipofisis posterior menghasilkan dua jenis hormone yaitu antidiuretik hormone
(ADH) dan oksitosin. Berikut fungsi hormone hipofisis posterior:
1) Antidiuretik hormone (ADH):
a) Mengatur osmolaritas dan volume air dalam tubuh
b) Meningkatkan permeabilitas tubula ginjal terhadap air sehingga lebih
banyak air yang di reabsorbsi.
c) Menstimulasi rasa haus.
2) Oksitosin:
a) Mengkonsentrasikan

alveolus

payudara,

sehingga

mambantu

mengalirkan susu dari kelenjar mammae ke puting susu salama


penghisapan.
b) Meningkatkan kontraksi uterus bila sudah ada his
Insufisiensi hipofisis biasanya mempengaruhi semua hormone yang
normalnya disekresi oleh hipofisi anterior yang disebut sebagai
panhipopituitarisme. Gangguan pada hipofisis juga dapat mengakibatkan
hipersekresi

dari

hormone

yang

dihasilkan

seperti

GH

yang

menyebabkan gigantisme dan akromegali.


Hipopituitarisme adalah hipofungsi kelenjar hipofisis. Panhipopituitarisme (penyakit
Simmod) merupakan keadaan tidak adanya seluruh sekresi hipofisis dan penyakit ini
jarang dijumpai. Hipopituitarisme adalah insupisiensi hipofisis akibat kerusakan mudos
anterior kelenjar hipofise. Panhipopituitarisme (penyakit simmod) adalah tidak
terdapatnya sekresi semua hipofisis secara total dan merupakan kondisi yang jarang
terjadi. Nekrosis hipofisis post partum (sindrom Sheehan) adalah penyebab tidak umum
dari gagal hipofisis anterior. Kondisi lebih sering terjadi pada wanita dengan kelainan
darah hebat, hipovolemia, dan hipotennsi saat melahirkan. Hipopituitarisme merupakan
komplikasi radiasi pada kepala dan leher. Kerusakan kelenjar hipofise total oleh trauma,
tomur atau lesi vaskuler menghilangkan semua stimuli yang normalnya diterima oleh
tiroid, kelenjar gonad, dan kelenjar adrenal.
Hipopituitarisme disebabkan oleh macam-macam kelainan antara lain nekrosis,
hipofisis post partum (penyakit shecan), nekrosis karena meningitis basalis trauma

tengkorak, hipertensi maligna, arteriasklerosis serebri, tumor granulema dan lain-lain


(Kapita Selekta Edisi:2)
Kelenjar Hipofisis atau nama lainnya adalah kelenjar pituitary merupakan kelenjar
yang sebesar kelereng namun mempunyai makna fisiologis yang sangat penting bagi
kelangsungan dan homeostasis tubuh manusia. Selain itu hipofisis, terutama bagian
anterior, memiliki kemampuan dalam mengatur kelenjar-kelenjar endokrin lainnya. Hal
inilah yang menyebabkan kelenjar ini diberi nama Master of Gland.
Pituitary adalah kelenjar majemuk sekresi internal yang terletak di dalam sel tursika,
yakni suatu lekukan di dalam tulang sphenoid. Kelenjar hipofisis manusia dewasa terdiri
dari lobus posterior atau neurohipofisis sebagai lanjutan dari hipotalamus, dan lobus
anterior atau adenohipofisis yang berhubungan dengan hipotalamus melalui tangkai
hipofisis. Pada manusia lobus Intermedia terdapat menyatu dengan lobus anterior.
Suatu

struktur

vaskular,

yaitu

sistem

portal

hipotalamus-hipofisis,

juga

menghubungkan hipotalamus dengan bagian anterior kelenjar hipofisis. Melalui sistem


vaskular ini hormon pelepasan dari hipotalamus dapat mencapai kelenjar hipofisis untuk
mempermudah pelepasan hormon.
Kelenjar hipofisis terbentuk sejak awal perkembangan embrional dari penyatuan dua
tonjolan ektodermal yang berongga. Kantung rathke, suatu invaginasi dari atap daerah
mulut primitif yang meluas ke atas menuju dasar otak dan bersatu dengan tonjolan dasar
ventrikel ketiga yang akan menjadi neurohipofisis.
2.

Etiologi
Keadaan hipofungsi kelenjar hiposis dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar
hipofisis sendiri atau pada hipotalamus; namun demikian, akibat kedua keadaan ini pada
hakekatnya sama. Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan lobus anterior
kelenjar hipofisis. Kegagalan hipofisis anterior juga dapat disebabkan oleh adanya
nekrosis hipofisis pascapartus (syndrome Sheenan) namun merupakan penyebab yang
jarang.
Hipopituitarisme juga merupakan komplikasi terapi radiasi pada bagian kepala dan
leher. Kerusakan total kelenjar hipofisis akibat trauma, tumor atau lesi vaskuler akan
menghilangkan semua stimulus yang secara normal diterima oleh kelenjar tiroid, gonad
dan adrenal.
Beberapa proses patologik dapat menyebabkan insufisiensi hipofisis dengan cara
merusak sel-sel hipofisis normal yaitu tumor hipofisis, thrombosis vaskuler yang

menyebabkan nekrosis kelenjar hipofisis normal, penyakit granulomatosa infiltratir dan


idiopatik atau mungkin penyakit yang bersifat autoimun.
3.

Klasifikasi
a. Hipofisis Anterior (Adenohipofisis)
Merupakan kelenjar yang sangat vaskuler dengan sinus - sinus kapiler yang luas
diantara sel sel kelenjar, 0,6 gr dan diameternya sekitar 1 cm sekresi hipofisis
anterior diatur oleh hormon yang dinamakan releasing dan inhibitory hormones
(atau factor) hipotalamus yang disekresi dalam hipotalamus sendiri dan
kemudian dihantarkan kehipofisis anterior melalui pembuluh darah kecil yang
dinamakan pembuluh partal hipotalamik hipofisial. Kelenjar hipofisis anterior
terdiri atas beberapa jenis sel. Pada umumnya terdapat satu jenis sel untuk setiap
jenis hormon yang dibentuk pada kelenjar ini, dengan teknik pewarnaan khusus
berbagai jenis sel ini dapat dibedakan satu sama lain. Satu-satunya kemungkinan
pengecualiannya adalah sel dari jenis yang sama mungkin menyekresi hormon
iuteinisasi dan hormon perangsang folikel.
Berdasarkan ciri-ciri pewarnaannya, sel-sel hipofise anterior dibedakan ke
dalam 3 kelompok klasik: Kromofobik (tanpa granul), Eosinofilik, dan
Basofilik. Sel-sel eosinfilik dianggap bertanggung jawab untuk sekresi ACTH,
TSH, LH serta FSH.
1) ACTH (Adrenocorticotropic Hormon) merangsang biosintesis dan pelepasan
kortisol oleh korteks adrenal.
2) Hormon perangsang tiroid / TSH (Thyroid-Stimulating Hormon : tirotropin)
merangsang uptake yodida dan sintesis serta pelepasan hormon tiroid oleh
kelenjar tiroid.
3) Hormon perangsang folikel/FSH (Follicte-Stimulating Hormon) merangsang
perkembangan folikel de graaf dan sekresi hormon esterogen dan ovarium
serta spermatogenesis pada testis.
4) Hormon Luteinisasi (LH) mendorong ovulasi dan luteinasi folikel yang
sudah masak di dalam ovarium. Pada laki laki hormon ini, yang dahulunya
disebut hormon perangsang sel interstisialis (ICSH=Interfisial Cell
Stimulating Hormon), merangsang produksi dan pelepasan testosteron oleh
sel sel leydig di testis.

5) Prolaktrin (PRL) merangsang sekresi air susu oleh payudara ibu setelah
melahirkan.
6) Pengendalian sekresi hipofisis anterior. Sistem rangkap (dual system) yang
mengendalikan sekresi hormon hipofise anterior melalui 2 mekanisme
kontrol antara lain :
a) Umpan
Balik negatif, dimana hormon dari kelenjar sasaran yang bekerja pada
tingakat hipofise/hipotalamus menghambat sekresi hormon trofiknya.
b) Pengendalian
Oleh hormonhormon hipotalamus yang berasal dari sel-sel neuronai
di dalam atau di dekat eminensia medialis dan disekresikan ke sirkulasi
partai hipofise.
b. Hipofisis Posterior (Neurohipofisis)
Kelenjar hipofisis posterior terutama terdiri atas sel-sel glia yang disebut pituisit.
Namun, pituisit ini tidak mensekresi hormon, sel ini hanya bekerja sebagai
struktur penunjang bagi banyak sekali ujung-ujung serat saraf dan bagian
terminal akhir serat dari jaras saraf yang berasal dari nukleus supraoptik dan
nukleus paraventrikel hipotalamus. Jaras saraf ini berjalan menuju ke
neurohipofisis melalui tangkai hipofisis, bagian akhir saraf ini merupakan knop
bulat yang mengandung banyak granula-granula sekretonik, yang terletak pada
permukaan kapiler tempat granula-granula tersebut mensekresikan hormon
hipofisis posterior berikut: Hormon antidiuretik (ADH) yang juga disebut
sebagai vasopresin yaitu senyawa oktapeptida yang merupakan produk utama
hipofise posterior. Memainkan peranan fisiologik yang penting dalam
pengaturan metabolisme air.
Hormon antidiuretik (ADH) dalam jumlah sedikit sekali, sekecil 2
nanogram, bila disuntukkan ke orang dapat menyebabkan anti diuresis yaitu
penurunan ekskresi air oleh ginjal. Stimulus yang lazim menimbulkan ekskresi
ADH adalah peningkatan osmolaritas plasma. Dalam keadaan normal
osmolaritas plasma dipertahankan secara ketat sebesar 280 mOsm/kg plasma.
Kalau terjadi kehilangan air ekstraselular, osmolaritas plasma akan meningkat
shingga mengaktifkan osmoreseptor, kemudian sinyal untuk pelepasan ADH,
peningkatan osmolaritas plasma juga merangsang pusat rasa haus yang secara
anatomis berdekatan / berhubungan dengan nukleus supraoptikus. Kerja ADH

untuk mempertahankan jumlah air tubuh terutama terjadi pada sel sel ductus
colligens ginjal. ADH mengerahkan kemampuannya yang baik untuk mengubah
permeabilitas membran sel epitel sehingga meningkatkan keluarnya air dari
tubulus ke dalam cairan hipertonik diruang pertibuler/interstisial. Aktifitas ADH
dan rasa haus yang saling terintigritas itu sangat efektif untuk mempertahankan
osmolaritas cairan tubuh dalam batas batas yang sangat sempit.
c. Hipofisis Pars Intermedus
Berasal dari bagian dorsal kantong Rathke yang menjadi satu dengan hipofisis
posterior. Pars intermedus mengeluarkan hormon MSH (melanocyte stimulating
hormon) melanotropin sama dengan intermedian. MSH terdiri dari sub unit alfa
dan sub untui beta, beta MHS lebih menentukan khasiat hormon tersebut. Pada
manusia, pars intermedus sangat rudimeter sehingga pada orang dewasa tidak
ada bukti bahwa MSH dihasilkan oleh bagian ini. Beta MSH memiliki struktur
kimia yang mirip dengan ACTH (adrenocortico tropic hormon), sehingga ACTH
memiliki khasiat seperti MSH.
4.

Manifestasi Klinis
Hipopituitarisme mempengaruhi fungsi kelenjar endokrin yang dirangsang oleh

hormon-hormon hipofisa anterior, karena itu gejala bervariasi tergantung kepada jenis
hormon apa yang kurang. Gejala-gejalanya biasanya timbul secara bertahap dan tidak
disadari selama beberapa waktu, tetapi kadang terjadi secara mendadak dan dramatis.
Bisa terjadi kekurangan satu, beberapa atau semua hormon hipofisa anterior.
a.

Kekurangan gonadotropin (LH dan FSH) pada wanita pre-menopause bisa

menyebabkan:
1) terhentinya siklus menstruasi (amenore)
2) kemandulan
3) vagina yang kering
4) hilangnya beberapa ciri seksual wanita.
b. Pada pria, kekurangan gonadotropin menyebabkan:
1) impotensi
2) pengkisutan buah zakar
3) berkurangnya produksi sperma sehingga terjadi kemandulan
4) hilangnya beberapa ciri seksual pria (misalnya pertumbuhan badan dan rambut
wajah).
c. Kekurangan gonadotropin juga terjadi pada sindroma Kallmann, yang juga
menderita:
1) celah bibir atau celah langit langit mulut
2) buta warna

3) tidak mampu membaui sesuatu.


d. Kekurangan hormon pertumbuhan pada dewasa biasanya menyebabkan sedikit
gejala atau tidak menyebabkan gejala; tetapi pada anak-anak bisa menyebabkan
lambatnya pertumbuhan, kadang-kadang menjadi cebol (dwarfisme).
e. Kekurangan TSH menyebabkan hipotiroidisme, yang menimbulkan gejala berupa :
1) Kebingungan
2) Tidak tahan terhadap cuaca dingin
3) Penambahan berat badan
4) Sembelit
5) Kulit kering.
f. Kekurangan kortikotropin saja jarang terjadi, bisa menyebabkan kurang aktifnya
kelenjar adrenal, yang akan menimbulkan gejala berupa:
1) Lelah
2) Tekanan darah rendah
3) Kadar gula darah rendah
4) Rendahnya toleransi terhadap stres (misalnya trauma utama, pembedahan atau
infeksi).
g. Kekurangan prolaktin yang terisolasi merupakan keadaan yang jarang terjadi, tetapi
bisa menjelaskan mengapa beberapa wanita tidak dapat menghasilkan air susu
setelah melahirkan.
h. Sindroma Sheehan merupakan suatu komplikasi yang jarang terjadi, dimana terjadi
kerusakan sebagian kelenjar hipofisa. Gejalanya berupa lelah, rontoknya rambut
kemaluan dan rambut ketiak serta ketidakmampuan menghasilkan air susu.
i. Sakit kepala dan gangguan penglihatan atau adanya tanda-tanda tekanan intara
kranial yang meningkat. Mungkin merupakan gambaran penyakit bila tumor
menyita ruangan yang cukup besar.
j. Gambaran dari produksi hormon pertumbuhan yang berlebih termasuk akromegali
(tangan dan kaki besar demikian pula lidah dan rahang), berkeringat banyak,
hipertensi dan artralgia (nyeri sendi).
k. Hiperprolaktinemia : amenore atau oligomenore galaktore (30%), infertilitas pada
wanita, impotensi pada pria.
l. Sindrom Chusing : obesitas sentral, hirsutisme, striae, hipertensi, diabetesmilitus,
osteoporosis.
m. Defisiensi Vasopresin : poliuria, polidipsia, dehidrasi, tidak mampu memekatkan
urin.
5.

Patofisiologi
Hipofungsi kelenjar hipofisis (hipopituitarisme) dapat terjadi akibat penyakit pada
kelenjar hipofisis sendiri atau pada hipotalamus, namun demikian akibat kedua
keadaan ini pada hakekatnya sama. Hipopituitarisme dapat terjadi akibat kerusakan

lobus anterior kelenjar hipofisis. Panhipopituitarisme (penyakit Simmond) merupakan


keadaan tidak adanya seluruh sekresi hipofisis dan penyakit ini jarang dijumpai.
Nekrosis hipofisis pascapartus (sindrom Sheehan)

merupakan penyebab lain

kegagalan hipofisis anterior yang jarang. Keadaan ini lebih cenderung terjadi pada
wanita yang mengalami kehilangan darah, hipovolemia dan hipotensi pada saat
melahirkan.
Hipopituitarisme juga merupakan komplikasi terapi radiasi pada bagian kepala dan
leher. Kerusakan total kelenjar hipofisis akibat trauma, tumor atau lesi vaskuler akan
menghilangkan semua stimulus yang secara normal diterima oleh kelenjar tiroid, gonad
dan adrenal. Akibatnya adalah penurunan berat badan yang ektrim, pelisutan tubuh,
atrofi semua kelenjar serta organ endokrin, kerontokan rambut impotensi anemor,
hipometabolisme dan hipoglikemia. Koma dan kematian akan terjadi jika tidak
dilakukan terapi hormone pengganti.

6. Pathway
Terapi radiasi di kepala dan leher, traumatik, tumor, lesidestruktif, thrombosis
vaskuler, auto imun
Lesi destruktif
Merusak Koordinasi Hipotalamus
Menekan dinding sel
tursika
Kelenjar pituitari anterior
Tekanan Intrakranial
Defisiensi Hormon Multiple
meningkat

Tumor

Traumatik

Auto imun

Menghasilkan hormone yang

Sekresi hormone

dapat mengganggu hormone lain

hipofisis menurun

Mal fungsi kelenjar


hipofisis

Merusak sel hiposis normal

Hipoptuitarisme

Hormon MSH menurun

Menekan dasar tengkorak

Warna kulit pucat

Mengenai nervus optikum

Grow Hormon menurun


Timbul celah bibir

Buta warna

Gangguan
pertumbuhan
tulang
Kerusakan
Integritas kulit
dan otot

Gangguan Persepsi Sensori

Hormon Gonat, LH, FSH


menurun
Rangsangan untuk memproduksi
hormone reproduksi berkurang
Gangguan fungsi sekunder
Terlambat pubertas atau gagal

Dwarfisme

Gangguan Citra Tubuh

maturasi
Ansietas

10

7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorik ditemukan Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17
hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun.
2. Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis ditemukan Sella Tursika.
a) Foto polos kepala
b) Poliomografi berbagai arah (multi direksional).
c) Pneumoensefalografi.
d) CTScan.
e) Angiografi serebral.
3. Pemeriksaan Lapang Pandang.
a) Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan.
b) Adanya tumor hipofisis yang menekankiasma optic
4. Pemeriksaan Diagnostik.
a) Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron.
b) Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH.
c) Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan
dengan melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum.
d) Tes provokatif.
8. Komplikasi
a. Kardiovaskuler:

hipertensi,

tromboflebitis,

tromboembolisme,

percepatan

aterosklerosis
b. Imunologi: peningkatan risiko infeksi dan penyamaran tanda-tanda infeksi
c. Perubahan mata: glaucoma, lesi kornea
d. Musculoskeletal: pelisutan otot, kesembuhan luka yang jelek, osteoporosis
dengan fraktur kompresi vertebra, fraktur patologik tulang panjang, nekrosis
aseptic kaput femoris.
e. Metabolic: perubahan pada metabolism glukosa sindrom penghentian steroid
f. Perubahan penampilan: muka seperti bulan (moonface), pertambagan berat
badan, jerawat.
9. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan hipopituitarisme mencakup penggantian hormone-hormon yang
kurang. GH manusia, hormone yan ghanya efektif pada manusia dihasilkan dengan
teknik rekombinasi asam deoksiribonukleat (DNA), dapat digunakan untuk
mengobati pasien dengan defisiensi GH dan hanya dapat dikerjakan oleh dokter
spesialis.
Insufisiensi adrenal yang disebabkan karena defisiensi sekresi ACTH diobati
dengan memberikan hidrokortison oral. Pemberian tiroksin oral dapat mengobati
hipotiroidisme yang diakibatkan defisiensi TSH. Pemberian androgen dan estrogen

11

dapat mengobati defisiensi gonadotropin, namun pemberian gonadotropin tersebut


dapat pula menginduksi ovulasi. Defisiensi GH membutuhkan GH setiap hari.
Bila defisiensi disebabkan oleh tumor, umumnya dilakukan radiasi. Bila gejalagejala tekanan oleh tumor progresif maka dilakukan operasi. Terapi substitusi
dengan pemberian hidrokortison antara 20 30 mg sehari per oral. Umumnya
disesuaikan dengan siklus harian sekresi steroid yaitu 10 15 mg waktu pagi, 10 mg
waktu malam. Prednisone dan deksametason tidak diberikan karena kurang
menyebabkan retensi garam dan air. Bila terdapat stress (infeksi, operasi dan lainlain), dosis oral dinaikkan atau diberikan parenteral.
Bila terjadi krisis adrenal, syok diatasi segera dengan pemberian cairan
parenteral NaCl-glukosa, steroid dan vasopressin. Puluis tiroid/tiroksin diberikan
setelah terapi dengan hidrokortison. Pada penderita laki-laki diberikan suntikan
testosterone enantot atau testosterone siprionat 200 mg intramuscular tiap 2 minggu.
Dapat juga diberikan fluoxymetron 10 mg per oral setiap hari. Estrogen diberikan
pada wanita secara siklik untuk mempertahankan siklus haid. Diberikan juga
androgen dosis setengah dosis pada laki-laki dan dihentikan bila ada gejala virilisasi
GH bila terdapat dwarisme. Pemberian desmopresin dengan insuflasi masal dalam
dosis terukur.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Hipopituitarisme
1. Pengkajian
Pengkajian mencakup hal-hal berikut ini:
a. Riwayat penyakit masa lalu
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien serta
riwayat radiasi pada kepala.
b. Sejak kapan keluhan dirasakan
Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi
gonadotropin nyata pada masa pra remaja.
c. Apakah keluhan terjadi sejak lahir
Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir terdapat pada pasien kretinisme
d. Kaji tanda-tanda vital untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan
datang.
e. Berat dan tinggi badan saat lahir atau kaji pertumbuhan fisikk klien. Bandingkan
dengan standar pertumbuhan anak.
f. Kaji keluhan utama klien seperti:
1) Pertumbuhan lambat
2) Ukuran otot dan tulang kecil

12

3) Tanda-tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada rambut pubis dan
rambut aksila, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak mendapat
haid dan lain-lain.
4) Infertilitas.
5) Impotensi.
6) Libido menurun.
7) Nyeri senggama pada wanita.
g. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi: amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan
ukuran buah dada, pertumbuhan rambut aksila dan pubis pada klien pria
amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis).
2) Palpasi: palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar
tergantung pada penyebab hipotuitari, perlu juga dikaji data lain sebagian
data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukkan
pemeriksaan terhadap fungsi serebrum dan fungsi nervus kranialis dan
adanya keluhan nyeri kepala.
3) Dampak perubahan fisik terhadap klien dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya.
4) Data penunjang dari pemeriksaan seperti: foto cranium untuk melihat
pelebaran dan atau erosi sela tursika, pemeriksaan serum darah untuk
menilai LH, FSH, GH, prolaktin, aldosteron, testosterone, kortisol, androgen,
tess stimulasi yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid
releasing hormone.
h. Kaji dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya.
i. Data penunjang dari pemeriksaan diagnostic
1) Foto cranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika.
2) Pemeriksaan serum darah: LH, FSH, GH, androgen, prolaktin, testosterone,
kortisol, aldosteron, test stimulating yang mencakup uji toleransi insulin dan
stimulasi tiroid releasing hormone.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:
a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan
fungsi tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormone
pertumbuhan.
b. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan
transmisi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus.
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan.

13

d. Risiko gangguan integritas kulit (kekeringan) berhubungan dengan


menurunnya kadar hormonal.
3. Intervensi Keperawatan
No

Tujuan Dan
Intervensi
Rasional
Kriteria
Hasil
Dx
1 Setelah diberikan tindakan a. Dorong individu untuk a. Kita dapat mengkaji
keperawatan selama

mengekspresikan

sejauh

perasaan.

penolakan

diharapkan klien

mana

tingkat
terhadap

dapat memiliki kembali

kenyataan akan kondisi

citra tubuh yang positif

fisik

dan

mempercepat

teknik

penyembuhan

harga

diri

tinggi

dengan kriteria hasil :


a. Melakukan

b. Dorong individu untuk


bertanya

mengenai

penerimaan,

masalah,

penanganan,

penampilan misalnya

perkembangan,

kerapian

prognosa kesehatan.

postur

kegiatan

pakaian,
tubuh,

pola

makan dan kehadiran


diri.
b. Penampilan

dalam

perawatan

untuk

penanganan.
b. Dengan
mengetahui
proses

perjalanan

penyakit tersebut maka


klien secara bertahap

c. Tingkatkan komunikasi
terbuka,

akan mulai menerima

menghindari

kenyataan.
kritik / penilaian tentang c. Membantu untuk tiap
perilaku klien.

individu

untuk

memahami area dalam

diri/tanggungjawab
peran.

tubuh,

d. Berikan
berbagi

kesempatan
rasa

individu

dengan
yang

mengalami pengalaman
yang sama.
e. Bantu staf mewaspadai

program sehingga salah


pemahaman

tidak

terjadi.
d. Sebagai

problem

solving

dan menerima perasaan


sendiri

bila

pasien lain.

merawat

e. Perilaku

menilai,

perasaan jijik, marah


dan

aneh

dapat

mempengaruhi
perawatan/ditransmisik

14

2.

Setelah dilakukan asuhan a. Kurangi penglihatan


keperawatan selama

yang berlebih.

ketegangan otot mata,

diharapkan

meningkatkan relaksasi

penglihatan

berangsur-

mata.

angsur membaik dengan b. Orientasikan terhadap


kriteria hasil :
a. Menunjukkan
adanya

tanda
yang

menimbulkan
gangguan

(orang, tempat, waktu).

tes

c. Sediakan waktu untuk

dalam

indera

penglihatan.
c. Meningkatkan
indera

penglihatan

tanpa gangguan.

melalui

stimulus

indera

khususnya penglihatan.
d. Mempertahankan

menghilangkan faktor

rasionalisasi

sensori

kepekaan

sensori.
b. Mengidentifikasi dan
resiko jika mungkin.
c. Menggunakan

mengetahui

faktor penyebab melalui

istirahat bagi klien


persepsi

b. Untuk

keseluruhan 3 bidang

penurunan

gejala

d. Gunakan berbagai

normalitas

melalui

metode untuk

waktu lebih muda bila

menstimulasi indera.

tidak

tindakan penanganan
3.

an pada klien.
a. Mengurangi tingkat

mampu

menggunakan

penglihatan.
Setelah diberikan asuhan a. Kaji tingkat kecemasan a. Untuk
mengetahui
keperawatan selama

pasien

sampai berat

diharapkan

kecemasan

baik

ringan

sampai

sejauh

mana

tingkat kecemasan klien

klien

sehingga memudahkan

berkurang dengan kriteria

penanganan/pemberian

hasil :

askep se-lanjutnya.

a. Pasien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan

b. Agar klien tidak terlalu


b. Berikan kenyaman dan
ketentraman hati

kondisinya.

gejala cemas
b. Pasien mampu

memikirkan
c. Untuk mengetahui cara

c. Kaji

intervensi

mengidentifikasi dan

dapat

menunjukkan tekhnik

ansietas.

yang

menurunkan

mana

yang

paling

efektif

untuk

menurunkan/

untuk mengontrol

mengurangi

cemas

kecemasan

tingkkat

15

c. Ekspresi wajah
pasienmenunjukkan

d. Bertujuan agar pasien


d. Berikan aktivitas yang
mengurangi

dengan

senang

melakukan

berkurangnya

dapat

aktivitas

kecemasan.

kecemasan/

karena sesuai dengan

ketegangan.

keinginannya dan tidak


bertentangan

4.

hati

dengan

program perawatan.
Setelah diberikan asuhan a. Pertahankan kecukupan a. Mengurangi
keperawatan selama

masukan cairan untuk

ketidaknyamanan yang

x diharapkan integritas

hidrasi yang adekuat.

dihubungkan

kulit

dalam

normal

dengan

dengan

kondisi

membran mukosa yang

kriteria

kering

hasil :
a. Mengidentifikasi
faktor penyebab.
b. Berpartisipasi dalam

b. Berikan

dorongan

latihan rentang gerak


dan mobilisasi.

rencana

pengobatan c. Ubah

yang

dilanjutkan

posisi

atau

mobilisasi.

c. Menggambarkan

d. Tingkatkan

rehidrasi.
b. Meningkatkan
pemeliharaan

fungsi

otot / sendi.
c. Meningkatkan

posisi

fungsional

pada

masukan

dan

kehilangan pengaturan

karbohidrat dan protein

metabolisme

etiologi dan tindakan

untuk mempertahankan

makanan

pencegahan.

keseimbangan nitrogen

mengakibatkan

d. Memperlihatkan

positif.
e. Pertahankan

terhadap
dapat

malnutrisi.
e. Posisi datar menjaga

integritas kulit bebas


dari luka tekan.

untuk

ekstrimitas.
d. Kelemahan

untuk meningkatkan
penyembuhan luka.

dan

tempat

tidur sedatar mungkin.

keseimbangan

tubuh

dan mencegah retensi


cairan

pada

daerah

tertentu sehingga tidak


terjadi edema local.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi keperawatan

16

5. Evaluasi Keperawatan
a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan fungsi
tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormone pertumbuhan.
1) Klien dapat melakukan kegiatan penerimaan, penampilan (kerapian pakaian,
postur tubuh, pola makan dan kehadiran diri).
2) Klien dapat merubah penampilan dalam perawatan diri/tanggungjawab peran.
b. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan transmisi
impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus.
1) Klien menunjukkan tanda adanya penurunan gejala yang menimbulkan
gangguan persepsi sensori.
2) Klien mengidentifikasi dan menghilangkan faktor resiko jika mungkin.
c. Klien menggunakan rasionalisasi dalam tindakan penanganan
1) Pasien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2) Pasien mampu mengidentifikasi dan menunjukkan tekhnik untuk mengontrol
cemas.
3) Ekspresi wajah pasienmenunjukkan berkurangnya kecemasan.
d. Risiko gangguan integritas kulit (kekeringan) berhubungan dengan menurunnya
kadar hormonal.
1) Klien mengidentifikasi faktor penyebab gangguan integritas kulit.
2) Klien berpartisipasi dalam rencana pengobatan yang dilanjutkan untuk
meningkatkan penyembuhan luka.
3) Klien menggambarkan etiologi dan tindakan pencegahan.

17

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Sistem endokrin biasanya tidak diketahui dalam prosesnya sehingga ketika
mengalami penyakit yang berpengaruh pada endokrin akan bertanya-tanya seperti salah
satunya hiperpituitarisme.
Hiperpituitarisme yaitu suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau
hyperplasia hipofisis sehingga menyebabkan peningkatan sekresi salah satu hormone
hipofisis atau lebih (rumahorbo H, 2006).
Hipopituitari mengacu kepada keadaan sekresi beberapa hormone hipofisis anterior
yang sangat rendah. Panhipopituirarisme mengacu pada penurunan sekresi semua
hormone pituitarisme.
Hal tersebut memerlukan pengkajian, diagnose, intervensi untuk membuat kondisi
sakit menjadi membaik.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca khusunya dalam bidang
keperawatan. Dalam makalah ini masih banyak memiliki kekurangan untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
selanjutnya.

18

DAFTAR PUSTAKA
Ovedoff,

David.2002.Kapita

Selekta

Kedokteran.

Jakarta

Binarupa

Aksara.

Price, Silvia A., & Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Greenstein, Ben, & Diana Wood. 2010. At a Glance Sistem Endokrin edisi kedua. Jakarta:
Erlangga.
Silbernagl, Stefan, & Florian Lang. 2007. Teks & Atlas Bewarna Patofisiologi . Jakarta: EGC

19

Anda mungkin juga menyukai