LAPORAN KASUS
I.IDENTITAS PASIEN
Nama pasien
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Status perkawinan
Agama
Suku
Tanggal rawat di RS
Tanggal pemeriksaan
II.
: Tn. J
: 55 tahun
: Laki - Laki
: Kedungganteng, Sukorejo
: Wiraswasta
: Menikah
: Islam
: Jawa
: 18 juli 2016
: 25 juli 2016
ANAMNESIS
Riwayat penyakit pasien diperoleh secara autoanamnesis.
A. Keluhan Utama
Nyeri pada ulu hati
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Hardjono dengan keluhan nyeri pada ulu
hati tembus hingga belakang dan leher dan disertai dengan sesak. Sesak
yang dirasakan secara mendadak tanpa melakukan aktivitas sebelumnya,
pasien merasa berat pada dadanya seperti diikat. Tidak didapatkan suara
mengi saat bernafas, pasien juga mengeluhkan bengkak pada kedua tungkai.
Semenjak akhir-akhir ini pasien merasa gelisah dan mual muntah jika pasien
makan pasien juga terasa mudah lelah dan nafsu makan turun. Terdapat
kelemahan pada bagian tubuh sebelah kiri. Untuk sesak dan nyeri perut
pasien mengaku belum pernah dibawa ke dokter atau minum obat. Tetapi
untuk kelemahannya pasien sebelumnya pernah mengeluhkan dan dibagian
tubuh yang sama yaitu bagian sebelah kiri. Mual muntah (+), pusing (-)
demam (-). Pasien mengaku sudah 1 bulan yang lalu merasakan keluhannya.
dulunya pasien tidak pernah mengeluhkan keluhan yang seperti ini.
Sebelumnya pasien ada riwayat merokok dan sekitar 1 tahun terakhir sudah
berhenti. Pasien mengaku juga ada riwayat HT (+) yang tidak terkontrol dan
CVA (+) 2 bulan yang lalu dan rawat inap. BAB normal dan BAK terasa
sedikit.
C. RiwayatPenyakitDahulu
1. Riwayat hipertensi
: diakui
2. Riwayat diabetes melitus
: disangkal
3. Riwayat penyakit jantung
: disangkal
4. Riwayat penyakit ginjal
: disangkal
5. Riwayat penyakit liver
: disangkal
6. Riwayat asma
: disangkal
7. Riwayat CVA
: diakui
8. Riwayat trauma
: disangkal
9. Riwayatpenyakitserupa
: disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Riwayat penyakit serupa
2. Riwayat hipertensi
3. Riwayat diabetes melitus
4. Riwayat penyakit jantung
5. Riwayat asma
E.Riwayat Pribadi
1. Merokok
2. Konsumsi alkohol
3. Konsumsi obat bebas
4. Konsumsi jamu
5. Konsumsi kopi
6. Makan tidak teratur
III.
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: diakui
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
A. Kulit
selulitis (-) Ikterik (-), petekie (-), purpura (-), akne (-), turgor cukup,
hiperpigmentasi (-), bekas garukan (-), kulit kering(-), sikatrik bekas operasi
(-).
B. Kepala
Bentuk normosefal, luka (-).
C. Mata
Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-),injeksi konjungtiva (-/-),
perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter 2 mm/2 mm,
reflek cahaya (+/+), edema palpebra (-/-), strabismus (-/-).
D. Hidung
Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-).
E. Telinga
Deformitas (-/-),darah (-/-), sekret (-/-).
F. Mulut
Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), stomatitis (-), mukosapucat (-),
lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-), luka pada tengah bibir (-), luka sudut
bibir (-).
G. Leher
Leher simetris, deviasi trakea (-), JVP (-), pembesaran kelenjar limfe (-).
H. Thorak
1. Paru
- Inspeksi
:
kelainan
bentuk
(-),
simetris
(+),ketinggalan gerak (-),retraksi otot-otot bantu pernapasan (-).
- Palpasi
Ketinggalan gerak
: (-)
Fremitus
: normal
- Perkusi
: sonor pada semua lapang paru
- Auskultasi:
Suara dasar vesikuler (SDV)
Suara tambahan: wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
2. Jantung
- Palpasi
Inspeksi
tampak.
:iktus kordis kuat angkat.
- Perkusi
: batas jantung.
Batas kiri jantung
Atas
: SIC II linea parasternalis sinistra.
Bawah
: SIC V 2 cm linea midclavicula sinistra.
Batas kanan jantung
Atas
:SIC II linea parasternalis dextra.
Bawah
:SIC IV linea parasternalis dextra.
- Auskultasi
:bunyi jantung I-II murni, reguler,
murmur (-), gallop (-).
3. Abdomen
- Inspeksi
: dinding dada sejajar dengan dinding
abdomen, distended (-) venektasi(-).
-
Auskultasi
: peristaltik (+)
normal, metallic sound (-).
- Perkusi
: timpani, pekak alih (-), undulasi (-).
- Palpasi
: nyeri tekan pada daerah epigastrium (+)
hepar dan lien tidak teraba membesar, defans muskuler (-).
4. Pinggang
Nyeri ketok kostovertebra (-/-).
5. Ekstremitas
-
IV.
Superior
: clubbing finger (-), deformitas (-), palmar
eritema (-), edema (+) piting, akralhangat (+).
Inferior
: clubbing finger(-), deformitas
(-) edema (+) piting, akralhangat (+).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan darah rutin
19 juli 2016
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Leukosit
9,6
103 ul
410
Limfosit#
1,6
103 ul
0.84
Mid#
0,8
103 ul
0.1-0.9
Granulosit#
7,2
103 ul
27
Limfosit%
16,5
2040
Mid%
9,0
39
Granulosit%
74,5
5070
Hemoglobin
16,1
gr/dl
1116
Eritrosit
5,71
106ul
3.5 - 5.5
Hematokrit
45,5
3750
Indeks eritrosit
MCV
MCH
79,5
28,2
fl
pg
82-95
27-31
MCHC
35,5
g/dl
3236
Trombosit
239
103 ul
100-300
mg/dl
<140
Hasil
Satuan
Nilai Normal
SGOT
51
uI
038
SGPT
51,5
uI
0 40
Urea
134,69
mg/dl
1050
Kreatinin
2,1
mg/dl
0.7-1.4
Asamurat
8,4
g/dl
3.4 7
Kolesterol
187
mg/dl
140200
C. EKG
V.
Frekuensi : 65 x/menit
Ritme : reguler
R-R : V1
B. Pemeriksaan
1. Vital Sign
Tekanan darah : 130/80 mmHg
2. Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
SGOT
Ul
0-38
SGPT
Ul
0-40
urea
creatinin
UA
Mg/dl
Mg/dl
g/dl
10-50
0,7-1,4
3,4-7
VI.
<140mg/dl
DaftarMasalah
Assesment
Problem
Planning
Planning Terapi
Diagnosa
Plannin
g
Monito
ring
Sesak,
EKG
Tirah
baring
Foto
posisi
setengah
mual, muntah ,
thorax
duduk
-Vital
nafsu
Ct scan
Inf PZ 12 tpm
sign
menurun,lemah
Darah rutin
O2 3L/menit
anggota
gerak
Kimia
InjFarsix 2-2-1
riwayat
darah
Captopril 3x12,5
pada
nyeri
ulu
kiri,
hati,
makan
merokok
(+).
Gangguan
sirkulasi
1.
mg
Digoxin 1-0-0
dan HT(+)
ISDN 3x5mg
Vital sign :
Simvastatin 0-0-1
TD:130/80
Inj.Citicolin
mmHg
2x500
-EKG:
RBBB
-laboratorium:
-EKG
-Klinis
WBC 9,6 ul
HB 16,1 gr/dl
HCT 45,4 %
PLT 239
GDA :143 mg/dl
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI PENYAKIT JANTUNG KORONER
Penyakit jantung koroner (PJK) atau penyakit jantung iskemik adalah
penyakit jantung yang timbul akibat penyempitan pada arteri koronaria.
Penyempitan tersebut dapat disebabkan antara lain aterosklerosis, berbagai jenis
arteritis, emboli koronaria, dan spasme. Oleh karena aterosklerosis merupakan
penyebab terbanyak (99%) maka pembahasan tentang PJK pada umumnya
terbatas penyebab tersebut
Pembentukan Aterosklerosis
Ada beberapa hopotesis yang menerangkan tentang proses terbentuknya
a.
Endotelial yang intake dan licin berfungsi sebagai barrier yang menjamin
aliran darah koroner lancar. Faktor resiko yang dimiliki pasien akan
memudahkan masuknya lipoprotein densitas rendah yang teroksidasi
maupun makrofag ke dalam dinding arteri. Interaksi antara endotelial
injure dengan platelet, monosit dan jaringan ikat (collagen), menyebabkan
terjadinya penempelan platelet (platelet adherence) dan agregasi trombosit
(trombosit agregation).
b.
Formasi plak fibrosis terdiri atas inti atau central cholesterol dan tutup
jaringan ikat (cap fibrous). Formasi ini memberikan dua gambaran tipe
yaitu:
Gambar 2. Formasi plak fibrous yang terdiri atas tutup dan inti
d.
Formasi ini akan membentuk plak yang mudah ruptur (vulnarable plaque),
sehingga menyebabkan terbentuknya trombus dan oklusi pada arteri.
2.2.2
Pl
ak Stabil (Plak yang memiliki dinding tebal dengan lemak yang
sedikit) angina pektoris stabil; dekresendo angina, tanpa
peningkatan enzim jantung
2.3.2
Jenis kelamin
Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan
pada 1 dari 5 laki laki dan 1 dari 17 perempuan. Ini berarti bahwa laki-laki
mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar daripada perempuan. Pada
beberapa perempuan pemakaian oral kontrasepsi dan selama kehamilan
akan
meningkatkan
kadar
kolesterol.
Pada
wanita
hamil
kadar
Hipertensi Sistemik
Risiko PJK secara langsung berhubungan dengan tekanan darah,
untuk setiap penurunan tekanan darah disatolik sebesar 5 mmHg risiko
PJK berkurang sekitar 16 %. Peningkatan tekanan darah sistemik
meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri,
sebagai akibatnya terjadi hipertropi ventrikel untuk meningkatkan
kekuatan kontraksi. Kebutuhan oksigen oleh miokardium akan meningkat
akibat hipertrofi ventrikel, hal ini mengakibat peningkatan beban kerja
jantung yang pada akhirnya menyebabkan angina dan infark miokardium.
2.3.5
Lipid
Dislipidemia diyakini sebagai faktor risiko mayor yang dapat
2.3.6
Merokok
Merokok merupakan faktor risiko mayor untuk terjadinya
penyakit jantung, termasuk serangan jantung dan stroke, dan juga memiliki
hubungan kuat untuk terjadinya PJK sehingga dengan berhenti merokok
akan mengurangi risiko terjadinya serangan jantung.
Peran rokok dalam patogenesis PJK merupakan hal yang
kompleks, diantaranya :
1. Timbulnya aterosklerosis.
2. Peningkatan trombogenesis dan vasokonstriksi (termasuk spasme arteri
koroner)
3. Peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.
4. Provokasi aritmia jantung.
Obesitas
Terdapat saling keterkaitan antara obesitas dengan risiko
peningkatan PJK, hipertensi, angina, stroke, diabetes dan merupakan beban
penting pada kesehatan jantung dan pembuluh darah. Penurunan berat
badan diharapkan dapat menurunkan tekanan darah, memperbaiki
sensitivitas insulin, pembakaran glukosa dan menurunkan dislipidemia.
b. Sifat nyeri: rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat,
seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir.
c. Penjalaran ke: leher, lengan kiri, mandibula, gigi, punggung/interskapula,
dan dapat juga ke lengan kanan.
d. Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau obat nitrat.
e. Faktor pencetus : latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah
makan
f. Gejala yang menyertai : mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin.
g. Hati-hati pada pasien diabetes mellitus, kerap pasien tidak mengeluh nyeri
dada akibat neuropati diabetik.
Berikut perbedaan nyeri dada jantung dan non-jantung
gula
darah
tinggi/normal,
miokard direfleksikan dengan depresi segmen ST, yang sering terlihat pada lead
dengan gelombang R tertinggi (biasanya V5).
Pemeriksaan alternatif lain yang dapat dilakukan adalah ekokardiografi
dan teknik non-invasif penentuan kalsifikasi koroner dan anatomi koroner,
Computed Tomography, Magnetic Resonance Arteriography, dengan sensitifitas
dan spesifitas yang lebih tinggi. Di samping itu tes ini juga cocok untuk pasien
yang tidak dapat melakukan exercise, di mana dapat dilakukan uji latih dengan
menggunakan obat dipyridamole atau dobutamine.
2.5 PENATALAKSANAAN PENYAKIT JANTUNG KORONER
a. Jika riwayat dan anamnesa curiga adanya SKA
1) Berikan asetil salisilat (ASA) 300 mg dikunyah, berikan nitrat sublingual
2) Rekam EKG 12 sadapan atau kirim ke fasilitas yang memungkinkan
3) Jika mungkin periksa petanda biokimia
b. Jika EKG dan petanda biokimia curiga adanya SKA: Kirim pasien ke
fasilitas kesehatan terdekat dimana terapi defenitif dapat diberikan
c. Jika EKG dan petanda biokimia tidak pasti akan SKA
1) Pasien risiko rendah ; dapat dirujuk ke fasilitas rawat jalan
2) Pasien risiko tinggi : pasien harus dirawat
1) Pemberian obat:
a.
b.
c.
Mengatasi nyeri: morfin 2,5 mg (2-4 mg) intravena, dapat diulang tiap
5 menit sampai dosis total 20 mg atau petidin 25-50 mg intravena atau
tramadol 25-50 mg intravena.
Prinsip Management:
STEMI
: MONACO + Reperfusi
NSTEMI
: MONACO + Heparin
Riwayat
stroke
hemoragik,
active
internal
2) Bila sangat mencurigai ada iskemia (depresi segmen ST, insersi T),
diberi terapi anti-iskemia, maka segera dirawat di ICCU; dan
3) EKG normal atau nondiagnostik, maka pemantauan dilanjutkan di
UGD. Perhatikan monitoring EKG dan ulang secara serial dalam
pemantauan 12 jam pemeriksaan enzim jantung dari mulai nyeri dada dan
bila pada evaluasi selama 12 jam, bila:
EKG normal dan enzim jantung normal, pasien berobat jalan untuk
evaluasi stress test atau rawat inap di ruangan (bukan di ICCU), dan
EKG ada perubahan bermakna atau enzim jantung meningkat, pasien
di rawat di ICCU.
terapi reperfusi miokardium dengan cara intervensi koroner dengan balon dan
pemakaian stent sampai operasi CABG (bypass).
Berikut 10 elemen penting untuk penatalaksanaan angina stabil:
A
Aspirin dan anti angina
B
Beta bloker dan pengontrol tekanan darah
C
BAB III
PEMBAHASAN
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mmHg
sistolik dan/atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak
sedang mengkonsumsi obat antihipertensi.1
Penyakit jantung hipertensi adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh tidak
terkontrolnya tekanan darah tinggi dalam waktu yang lama, yang ditandai adanya
hipertrofi ventrikel kiri (HVK) sebagai akibat langsung dari tingginya tekanan darah
tersebut. Hipertrofi ventrikel kiri pada penyakit jantung hipertensi juga dipengaruhi
oleh faktor neurohormonal.6
Hipertrofi ventrikel kiri (HVK) merupakan kompensasi jantung menghadapi
tekanan darah tinggi ditambah dengan faktor neurohumoral yang ditandai oleh
penebalan konsentrik otot jantung (hipertrofi konsentrik). Fungsi diastolik akan mulai
terganggu akibat dari gangguan relaksasi ventrikel kiri, kemudian disusul oleh dilatasi
ventrikel kiri (hipertrofi eksentrik). Rangsangan simpatis dan aktivasi sistem RAA
memacu mekanisme Frank-Starling melalui peningkatan volume diastolik ventrikel
sampai tahap tertentu dan pada akhirnya akan terjadi gangguan kontraksi miokard
(penurunan/gangguan fungsi sistolik).3
Iskemia miokard (asimtomatik, angina pektoris, infark jantung, dan lain-lain) dapat
terjadi karena kombinasi akselerasi proses aterosklerosis dengan peningkatan
kebutuhan oksigen miokard akibat dari HVK. HVK, iskemia miokard dan gangguan
fungsi endotel merupakan faktor utama kerusakan miosit pada hipertensi.3
Tatalaksana medis untuk pasien dengan penyakit jantung hipertensi dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu5: Penatalaksanaan untuk tekanan darah yang meningkat dan
pencegahan dan penatalaksanaan dari penyakit jantung hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
ACC/AHA 2007 Guidelines for the Management of Patients With Unstable Angina/
NonST-Elevation Myocardial Infarction-Executive Summary. J Am Coll
Cardiol, 2007; 50:652-726
Acute Coronary Sindromes. (2010). Journal of the American Medical Association, Vol.
303, No.1
Alwi, Idrus. (2006). Tatalaksana Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid III. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Coughlin, DeBeasi. (2006). Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit (6th ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Guyton, AC dan Hall, JE. (2006). Texbook of Medical Physiology (11th ed.).
Philadelphia: Elsevier Saunders Inc.
Gray, Huon., Dawkins., Morgan, John dan Simpson. (2005). Penyakit Jantung
Koroner. Lecture Notes Kardiologi (4th ed.). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Harun, S. (2006). Infark Miokard Akut Tanpa ST Elevasi. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi IV Jilid III. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kalim, Harmani. (2009). Penanganan Mutakhir Penyakit Jantung Koroner: Sindroma
Koroner Akut. Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Rahman, Muin. (2006). Angina Pektoris Stabil. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi
IV Jilid III. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Tanuwidjojo S, Rifqi S. (2003). Atherosklerosis from theory to clinical practice,
Naskah lengkap cardiology-update. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Tristohadi, Hanafi. (2006). Angina Pektoris Tak Stabil. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi IV Jilid III. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia