Anda di halaman 1dari 10

Resume produksi dan standarisasi bahan

alam
1. PENGADAAN BAHAN BAKU
Tanaman budidaya diharapkan akan meningkatkan mutu simplisia dengan
cara :
Pemilihan bibit unggul sehingga simplisia yang dihasilkan memiliki
kandungan senyawa aktif yang tinggi
Pengolahan tanah, pemilihan, pemupukan dan perlindungan tanaman
dapat dilakukan secara seksama dengan menggunakan teknologi
agroindustri yang maju
2. SIMPLISIA
Simplisia merupakan bahan yang belum mengalami perubahan apapun
kecuali bahan alam yang dikeringkan, berupa :
Simplisia nabati
Simplisia hewani
Simplisia mineral

Faktor yang mempengaruhi kualitas simplisia :


Bahan simplisia dan cara penanganan/penyimpanan
Proses pembuatan/pengolahan simplisia
Cara pengemasan dan penyimpanan simplisia
3. TAHAPAN PEMBUATAN SIMPLISIA
Pengambilan/pengumpulan bahan baku
Sortasi basah
Pencucian
Penyaringan
Pengeringan
Sortasi kering
Pengepakan dan penyimpanan
Pemeriksaan mutu

a. Pengumpulan Bahan Baku (Harvesting)

Kadar bahan aktif dalam simplisia tergantung pada :

Bagian tanaman yag digunakan

Usia tanaman atau bagian tanaman saat di panen

Waktu panen

Lingkungan tumbuh

Biji ; Panen tidak bisa dilakukan secara serentak (perbedaan waktu


pematangan dari buah/polong yang berbeda Dilakukan pada saat biji
telah masak fisiologis (pertumbuhan buah sudah maksimal: kulit buah
berubah/ mengering)
Buah ; Dipanen setelah masak fisiologis dengan cara memetik
Pemanenan sebelum buah masak kualitas dan kuantitas rendah.
Mengkudu, jeruk nipis, jambu biji, ceplukan. Pemanenan yang
terlambat penurunan kualitas perombakan zat aktif dan tekstur
buah lembek (busuk)
Daun ; Panen dilakukan saat tanaman telah tumbuh maksimal (dengan
cara memangkas tanaman) Daun jati belanda (1-1,5 thn), Jambu biji
(6-7 bulan), Cincau (3-4 bulan), Lidah buaya (12-18 bulan) setelah
tanam
Rimpang ; Umumnya dipanen saat tanaman berumur 8-10 bulan Jahe
(untuk jahe segar 8-9 bulan, untuk bibit 10-12 bulan, untuk
asinan/permen 4-6 bulan),Temulawak 10-12 bulan kadar kurkumin
dan m. atsiri tinggi. Penanaman rimpang pada saat awal musim hujan
dan dipanen pada pertengahan musim kemarau bagian tanaman di
atas tanah sudah mengering
Bunga ; Bunga segar dipanen saat kuncup/ pertumbuhan maksimal
(mawar, melati), Bunga kering saat bunga mekar
Kayu ; Dipanen setelah pada kayu terbentuk senyawa metabolit
sekunder maksimal . Umur panen tergantung jenis tanaman dan
kecepatan pembentukan metabolit sekunder, Secang 4-5 tahun
Herba ; Pemanenan dilakukan sebelum tanaman berbunga Sambiloto
dipanen 3-4 bulan, Pegagan 2-3 bulan, Ceplukan 1-1.5 bulan (segera
setelah timbul kuncup bunga)

b. cara panen
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih
dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering.
Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi
terbawanya bahan atau tanah yang tidak diperlukan.

Penempatan dalam wadah (keranjang, kantong, karung dan lain-lain)


tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk dan tidak
rusak.

Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan supaya bahan


tidak terkena panas yang berlebihan, karena dapat menyebabkan
terjadinya proses fermentasi/ busuk.
Bahan juga harus dijaga dari gangguan hama (hama gudang, tikus dan
binatang peliharaan).
c. penanganan pasca panen
Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan
tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah
dilakukan proses panen tanaman tersebut.
Selama proses pasca panen sangat penting diperhatikan kebersihan
dari alat-alat dan bahan yang digunakan.
Pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan
sarung tangan.
d. sortasi basah
Penyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua
dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih
kecil.
Pembersihan simplisia dari tanah dapat mengurangi jumlah
kontaminasi mikroba
e. penyucian

Pencucian dilakukan dengan air bersih (mata air, PAM, sumur)

Simplisia yang mengandung zat mudah larut dalam air mengalir, dicuci
dalam waktu sesingkat mungkin

Penting diperhatikan kualitas air pencucian yang digunakan agar tidak


mengandung bakteri

Untuk mengurangi jumlah mikroba awal dapat dilakukan pengupasan


kulit luar

Metode penyucian
Perendaman bertingkat
Penyemprotan
Penyikatan
f. penirisan

Setelah pencucian, bahan langsung ditiriskan di rak-rak pengering.


Khusus untuk bahan rimpang penjemuran dilakukan selama 4 - 6 hari.
Selesai pengeringan dilakukan kembali penyortiran apabila bahan
langsung digunakan dalam bentuk segar sesuai dengan permintaan

Ex: mutu rimpang jahe segar dikategorikan sebagai berikut :

1. Mutu I : bobot 250 g/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak me-ngandung


benda asing dan tidak berjamur.
2. Mutu II : bobot 150 - 249 g/rim-pang, kulit tidak terkelupas, tidak
mengandung benda asing dan tidak berjamur.
3. Mutu III : bobot sesuai hasil analisis, kulit yang terkelupas maksimum 10%,
benda asing maksimum 3%, kapang mak-simum 10%.
g. perajangan
Dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan
penggilingan
Tanaman yang baru di panen sebelum dirajang, terlebih dahulu dijemur
dalam keadaan utuh selama 1 hari
Perajangan dapat dilakukan dengan pisau atau mesin perajang khusus
sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran tertentu
h. pengeringan

Bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak


sehingga dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama

Dengan penurunan kadar air, hal tersebut dapat menurunkan reaksi


enzimatik sehingga dapat dicegah terjadinya penurunan mutu atau
perusakan simplisia

Pengeringan dapat dilakukan pada suhu 30o 90o (terbaik 60o).

Jika simplisia mengandung bahan aktif tidak tahan panas atau


menguap, pengeringan dapat dilakukan pada suhu serendah mungkin,
misalnya 30o 45o atau dengan cara pengeringan vakum

Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa


enzimatis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu
pengeringan sudah berakhir apabila daun atau-pun temu-temuan
sudah dapat dipatahkan dengan mudah.

i. sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan
simplisia.
Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda asing, seperti bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor lain yang masih ada atau
tertinggal pada simplisia kering
Proses ini sebaiknya dilakukan sebelum dilakukan pengemasan
simplisia
j. pengepakan dan penyimpanan
Simplisia dapat rusak atau berubah mutunya karena faktor internal dan
eksternal simplisia seperti :

Cahaya

Oksigen Udara

Reaksi kimia internal

Dehidrasi

Penguapan air

Pengotoran

Serangga

Kapang

Simplisia disimpan di tempat yang memiliki suhu kamar (15o 30o), dapat
pula ditempat sejuk (5o 15o), atau ditempat dingin (0o 5o), bergantung
pada sifat dan ketahanan simplisia
Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang
dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit penanganan, dapat
melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak
bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang
menarik.
Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya
menuliskan ; nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang
digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat
penghasil, berat bersih, metode penyimpanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia
adalah :
Gudang harus terpisah dari tem-pat penyimpanan bahan lainnya
ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.
Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau
kemungkinan masuk air hujan.
Suhu gudang tidak melebihi 300C.
Kelembabab udara sebaiknya diusahakan serendah mungkin (650 C)
untuk mencegah terjadinya penyerapan air.
Masuknya sinar matahari langsung menyinari simplisia harus dicegah.
Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering memakan
simplisia yang disimpan harus dicegah.
k. pemeriksaan mutu
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan waktu pemanenan atau
pembelian dari pengepul atau pedagang

Pada setiap pemanenan atau pembelian simplisia tertentu, perlu


dilakukan pengujian mutu dengan cara membandingkannya dengan
simplisia pembanding
Pengujian simplisia secara kuantitatif dapat mengacu pada farmakope,
dan disesuaikan dengan ketentuan WHO tentang metode kontrol
kualitas tanaman obat.

Standarisasi
Tujuan standarisasi adalah untuk memberikan jaminan mutu pada
produk yang dihasilkan.
Langkah-langkah pembakuan /standarisasi :
1.

Pembakuan Simplisia

Pembakuan simplisia sebagai bahan baku obat tradisional


merupakan titik awal yang penting bagi pembakuan obat tradisional secara
keseluruhan, karena obat tradisional yang bermutu hanya akan dapat
diperoleh bila simplisia yang menjadi bahan bakunya juga bermutu.
2. Pembakuan Ekstrak
Pembakuan ekstrak merupakan hal yang penting yang harus
dilakukan terutama untuk tujuan memperoleh zat identitas. Zat identitas
/penanda(marker) menjadi bagian penting dalam penentuan standar mutu
bahan baku. Penentuan ini dapat dilakukan melalui analisis secara fisikokimia antara lain melalui sidik jari (finger print) dalam pola kromatografi.
3. Pembakuan Sediaan Obat Tradisional
Tiap bentuk sediaan obat tradisional perlu dilakukan pembakuan
guna memperoleh keterulangan dalam identitas bentuk sediaan. Bentuk
sediaan obat tradisional untuk mempermudah pengujian dan
penggunaannya dibuat dalam bentuk larutan, kapsul, tablet dan lain- lain.
Parameter standar mutu

Tujuan : agar obat tradisional memenuhi persyaratan mutu mulai dari


bahan baku sampai formulasi & bentuk sediaannya

Harapan : obat tradisional (bentuk & dosis sediaan yg diketahui)


terulangkan baik safety, eficacy,acceptable.

Parameter standar mutu bahan baku tradisional


1. Nama simplisia
ditulis dalam bahasa latin diikuti nama nasional (dagang) hasil
determinasi

Ex: Curcuma xanthorrhiza rhizoma

Rimpang temulawak

2. Uraian
mencakup definisi (paparan mengenai tanaman/bagian tanaman
yg digunakan,disertai dg nama tanaman & suku, nama varietas)
dan sinonum (nama lain dr tanaman, bila ada).
3. Nama daerah
nama tanaman dan nama simplisia dari berbagai daerah
4. Pemerian
pemerian adalah pengenalan umum simplisia, yang mencakup:

Organoleptis : bau, warna, rasa

Makroskopis :pengenalan secara makroskopis disertai dg


ukurannya

Mikroskopis : pengamatan bagian-bagian simplisia scr


mikroskopis, tmsk simplisia yg telah diserbuk.

5. Baku pembanding
baku pembanding adalah zat murni/zat identitas
tanaman/simplisia, baik zat murni hasil industri bahan baku obat
atau hasil isolasi dari simplisia tsb, digunakan u/ pengenalan
simplisia yg akan dicapai

6. Identifikasi
adalah uji pendahuluan thd simplisia yg ditujukan u/ pengenalan
pendahuluan golongan senyawa kimia aktif biologis, senyawa
aktif atau zat identtas.
7. Uji kemurnian, meliputi:
Kadar abu (diperiksa u/ menetapkan tingkat pengotoran oleh
logamlogam silikat)
Kadar terekstraksi air (penetapan kadar zat terakstraksi air
dilakukan u/ mengetahui kandungan terendah zat larut dlm air
Kadar terektraksi etanol (penetapan kadar zat terekstraksi
alkohol u/ mengetahui kandungan terendah zat yg larut dlm
etanol ttp mungkin tdk larut dlm air)
Bahan organik asing (u/ simplisia ttt agar disebutkan cemaran
bahan organik asing yg biasa/ sering ditambahkan /
penggantian/pemalsuan)
8. Susut pengeringan

ditetapakan u/ menjaga kualitas simplisia, karena susut pengeringan


mempunyai kaitan dengan kemungkinan pertumbuhan jamur/kapang.
Pemeriksaan susut pengeringan dilakukan thd simplisia yg tdk
mengandung ma.

9. Kadar air

ditetapkan dg maksud spt pd penetapan susut pengeringan, namun


dilakukan u/ simplisia yg mengandung ma.

10. Zat identitas

u/ simplisia yg belum diketahui senyawa akatifnya, dilakukan


penetapan zat identitas melalui profil kromatografi, sekurangkurangnya profil KLT

11. Penetapan kadar

u/ simplisa yg diketahui kandungan aktifnya, dilakukan penetapan


kadar dg metode yg sesuai dan memungkinkan

12. Peringatan

u/ simplisia ttt perlu diberi label peringatan

13. Wadah dan penyimpanan

harus memenuhi kriteria ttt krn wadah dan penyimpanan akan


mempengaruhi kualitas simplisia

4.parameter bahan mutu ekstrak

Nama ekstrak

Tanaman sumber

Konsistensi ekstrak

Organoleptis

Berat kering dan berat jenis

Kadar air

Kadar abu

Sisa pelarut

Residu pestisida

Uji batas logam berat

Cemaran mikroba

Sari larut dalam pelarut tertentu

Kadar terlarut dengan spektrofotometer

Profil Kromatografi

Kadar total golongan zat kandungan

Kadar zat aktif/zat identitas

Anda mungkin juga menyukai