Pas foto
Nama :
Kelas :
Kelompok Hari
: Tanda tangan
:
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
BAB I Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1 Pengkajian Resep . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
DAFTAR ISTILAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
I. Deskripsi singkat:
Praktikum Pelayanan Farmasi membimbing siswa melakukan Praktik
Pelayanan kefarmasian sesuai Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, meliputi Pengelolaan
Perbekalan Farmasi dan Pelayanan Farmasi Klinis.
II. Tujuan:
Setelah mengikuti praktikum di Laboratorium SMK Qamarul Huda, siswa
jurusan Farmasi mampu melakukan Pengelolaan Sedian Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi Perencanaan,
Pengadaan, Penerimaan, Penyimpanan, Pemusnahan, Pengendalian,
Pencatatan dan Pelaporan, serta mampu melakukan Pelayanan Farmasi
Klinis meliputi Pelayanan Resep dan Pelayanan Swamedikasi.
Tujuan
Pokok Sub Pokok
No. Intruksional Waktu
Bahasan Bahasan
Khusus
1. Mampu melakukan - Perencanaan - Titik Pesan 3 jam
pengelolaan dan Pengadaan - Kartu stock
perbekalan farmasi - Penyimpanan - Golongan obat
- Kondisi - Surat Pesanan,
Pembelian Surat Permintaan
- Pencatatan dan - FIFO, FEFO
Pelaporan - Distributor
- Harga obat - HNA, HJA
- Margin keuntungan
2. Mampu melakukan - Pengkajian - Seni Membaca 27 jam
pelayanan resep Resep, Resep
- Compounding - Administration
& Dispensing, error,
- Pelayanan Pharmaceutica
KIE/Konseling l error,
Clinical error
- Masalah terkait
obat
- Perhitungan dosis
- KIE/Konseling
- Surat Permintaan
Obat
3. Mampu - KIE/Koseling - Pengetahuan 6 jam
melaksanakan - Gejala/keluhan tentang obat dan
pelayanan penyakit produk obat,
swamedikasi - Kebutuhan - Komunikasi verbal,
obat pasien - Kebutuhan pasien
Pendahuluan
Pelayanan kefarmasian telah mengalami pergeseran fokus pelayanan, dari
pelayanan berorientasi produk ke pelayanan berorientasi pasien. Tradisi pelayanan
yang semula hanya melakukan pengelolaan obat sebagai komuditas, menjadi
pelayanan yang komprehensif dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup
pasien.
Sesuai Standar Pelayanan Kefarmasian yang berlaku bagi masing-masing
sarana pelayanan kefarmasian, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi
Puskesmas dan Instalasi Farmasi Klinik hanya boleh melayani resep dari dokter yang
praktik di lingkungan Rumah Sakit, Puskesmas atau klinik dimana Instalasi Farmasi
itu berada. Instalasi farmasi juga tidak boleh melayani pasien untuk keperluan
swamedikasi. Berbeda dengan tiga Instalasi Farmasi di atas, Farmasi Komunitas boleh
melayani resep dari manapun sepanjang ditulis oleh dokter yang berpraktik di daerah
yang sama. Farmasi Komunitas juga boleh melayani pasien untuk keperluan
swamedikasi, dan justru pelayanan swamedikasi yang saat ini lebih memberi
kehidupan bagi apotek di era pelayanan kesehatan dicover oleh Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Menyikapi situasi dan kondisi di atas, Apoteker Komunitas dituntut untuk
secara berkelanjutan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku guna
melaksanakan interaksi langsung terhadap pasien. Bentuk interaksi tersebut meliputi
pelaksaan KIE dan/atau konseling, monitoring penggunaan obat, memastikan tujuan
akhir sesuai harapan dan menyelenggarakan administrasi/pendokumentasian dengan baik.
Apoteker komunitas harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya
kesalahan pengobatan (medication error), serta mengantisipasi kemungkinan
terjadinya masalah terkait obat (drug related problems) baik aktual maupun potensial
dalam proses pengobatan. Di tengah munculnya peran baru sebagai konsekuensi
perubahan orientasi tersebut, apoteker harus tetap menjalankan peran tradisionalnya
sebagai pengelola produk, yang merupakan bagian dari penjaminan mutu pelayanan
kefarmasian.
BAB 2
A. Tinjauan Umum
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk latihan pelaksanaan dan pengawasan pengadaan
perbekalan farmasi sehingga mendapatkan jumlah dan jenis sesuai kebutuhan dan
dana yang tersedia
C. Prosedur
1. Mencatat sisa perbekalan farmasi yang sudah sampai jumlah persediaan pada
TITIK PESAN.
2. Dalam menetapkan jenis dan jumlah pengadaan perbekalan farmasi selalu
mempertimbangkan kebutuhan, harga dan ketersediaan anggaran atau dengan
menggunakan analisa Pareto-ABC atau analisa EOQ-ABC.
3. Membuat Surat Pesanan (SP) ditanda tangan oleh Apoteker Penanggungjawab
Apotek rangkap 2 (dua), menggunakan SP sesuai jenis perbekalan farmasi yang
dipesan (Nakotika, Psikotropika, Reguler, Prekursor), asli untuk distributor/
pemasok dan tembusan untuk arsip.
4. Dibuat Buku Pesanan/Penerimaan barang (sebagai kendali pengadaan) berisi
data pemesanan yang disepakati (nama, spesifikasi, jumlah, dan kondisi
pembelian) serta catatan untuk kondisi barang, tanggal kadaluwarsa dan nomor
bats ketika barang datang
Catatan:
1. Surat pesanan Narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) item
Narkotika
2. Surat pesanan Psikotropika atau Prekursor Farmasi dapat digunakan untuk 1
(satu) atau beberapa item Psikotropika atau Prekursor Farmasi
3. Surat pesanan sebagaimana dimaksud 1 dan 2 di atas harus terpisah dari
pesanan barang lain
II. PENERIMAAN SEDIAAN FARMASI
A. Tinjauan Umum
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
dipesan. Kegiatan ini harus dapat menjamin kesesuaian data yang ada di Buku
Pesanan/Penerimaan barang (nama, spesifikasi, jumlah, harga, dan kondisi
pembelian) serta mencatat kondisi barang, tanggal kadaluwarsa dan nomor batch
(nomor batch harus sesuai antara yang tertera di barang dan di faktur pembelian).
Penenerimaan merupakan kegiatan verifikasi penerimaan/penolakan,
dokumentasi dan penyerahan yang dilakukan dengan menggunakan "checklist" pada
Buku Pesanan/Penerimaan barang yang sudah disiapkan.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk pelaksanaan dan pengawasan penerimaan
perbekalan farmasi.
C. Prosedur
1. Memeriksa legalitas faktur pembelian dan/atau surat pengantar barang.
mencakup: identitas apotek pemesan dan identitas distributor.
2. Mencocokkan faktur dengan buku pesanan berkaitan dengan perbekalan farmasi
yang diterima. Mencakup: kesesuaian barang, spesifikasi, jumlah, harga, dan
kondisi pembelian, serta mencatat kondisi barang, tanggal kadaluwarsa dan
nomor bats (nomor bats harus sesuai antara yang tertera di barang dan di faktur
pembelian). Apabila sudah sesuai, baru diterima dan disimpan.
3. Memberi paraf dan stempel pada faktur penerimaan perbekalan farmasi.
4. Menginformasikan kepada distributor apabila terjadi ketidaksesuaian agar
dilakukan perbaikan.
5. Mencatatkan data jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa perbekalan
farmasi ke dalam kartu stok.
A. Tinjauan Umum
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menata dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima, pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian dan gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Metode penyimpanan dilakukan berdasarkan aspek farmakoterapi, bentuk
sediaan dan alfabetis. Dengan menerapkan prinsip FIFO (First In First Out =
pertama masuk-pertama keluar) dan FEFO (First Expired First Out = pertama
kadaluwarsa-pertama keluar). Tenaga kefarmasian harus rnemperhatikan obat-obat
yang harus disimpan secara khusus seperti: narkotika, psikotropika, obat-obat
tertentu, obat yang memerlukan suhu tertentu, dan obat yang mudah terbakar.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk latihan pelaksanaan dan pengawasan
penyimpanan perbekalan farmasi.
C. Prosedur
1. Mencatat jumlah, nomor bats dan tanggal kadaluwarsa serta mencatat harga
beli dan kondisi pembelian perbekalan farmasi ke dalam kartu stok.
2. Menyimpan perbekalan farmasi yang diterima pada rak yang sesuai
berdasarkan aspek farmakoterapi, bentuk sediaan, secara alfabetis atau,
penyimpanan khusus, dll.
3. Setiap penyimpanan perbekalan farmasi harus mengikuti prinsip FIFO (First
In First Out = pertama masuk-pertama keluar) dan FEFO (First Expired First
Out = pertama kadaluwarsa-pertama keluar).
4. Memasukkan bahan baku obat ke dalam wadah yang sesuai, memberi etiket
yang memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
5. Mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengurangan perbekalan farmasi.
6. Menghindari menyimpan perbekalan farmasi dengan kekuatan yang berbeda
dalam satu wadah.
7. Menyalin Faktur Pembelian pada Buku Pembelian Barang
8. Menghitung Harga Jual Apotik (mengambil margin 25% untuk pelayanan
menggunakan resep dan 10% untuk pelayanan tanpa resep dari HNA + PPN)
CONTOH FAKTUR PEMBELIAN BARANG
CONTOH KARTU STOCK
Kondisi
No. Nama Nama Harga Jml Ketera-
No. Tgl Satuan Jml
Faktur PBF Barang Satuan harga ngan
BAB 3
Pelayanan Resep
Pada akhir praktikum minggu pertama (materi pengelolaan perbekalan
farmasi), setiap praktikan akan menerima masing-masing 1 lembar resep. Resep
tersebut dibawa pulang untuk dikerjakan di rumah. Setelah selesai mengerjakan resep
pertama, masing-masing praktikan saling bertukar lembar resep pertama tersebut
untuk dikerjakan, demikian seterusnya. Resep-resep yang sudah dikerjakan dirumah,
selanjutnya dibawa di hari praktikum berikutnya untuk dilaporkan kepada
pembimbing pada setiap jam praktikum hingga terkumpul sejumlah 25 R/, yang
semuanya dicatatkan ke dalam lembar kendali praktikum dan diparaf oleh
pembimbing penerima laporan.
Disamping mengerjakan dan melaporkan lembar resep yang dibagikan pada
praktikum minggu sebelumnya, pada setiap awal praktikum akan dilakukan latihan
mengerjakan soal ujian yang kecuali berisi resep juga berisi skenario resep,
dengan alokasi waktu pengerjaan resep yang semakin singkat dari minggu pertama
hingga minggu keempat, yaitu 30, 25, 20, dan 15 menit. Urutan pengerjaan resep
meliputi Pengkajian/skrining resep, Compounding dan Dispensing, Pengisian Catatan
Pengobatan Pasien (PMR), dan pelayanan KIE/Konseling. Sisa waktu berikutnya
untuk setiap praktikum, digunakan untuk melaporkan resep-resep yang sudah
dikerjakan di rumah, disertai pelayanan KIE/Konseling.
1. PENGKAJIAN RESEP
A. Tinjauan Umum
Peran Apoteker dalam pelayanan resep adalah bagaimana asuhan kefarmasian
(Pharmaceutical Care) menjadi filosofi dalam praktik pengerjaan resep. Asuhan
kefarmasian adalah tanggung-jawab apoteker dalam penyediaan terapi obat secara
langsung dengan tujuan mencapai manfaat optimal bagi peningkatan kualitas hidup
pasien. Secara praktis yang dilakukan Apoteker adalah bagaimana mencegah
terjadinya dan mengatasi adanya masalah-masalah terkait obat (Drug Related
Problems/DRPs) yang dapat mengganggu keberhasilan terapi. Manfaat terapi sangat
tergantung pada kesesuaian indikasi, besar-kecilnya risiko, efektivitas obat, dan
terpenuhi-tidaknya kebutuhan obat. Manfaat optimal meliputi sembuh dari sakit,
berhentinya atau terhambatnya proses sakit, hilangnya atau berkurangnya gejala
sakit, dan terhindar dari sakit.
Kegiatan pengkajian Resep merupakan langkah awal penerapan filosofi dalam
praktik pengerjaan resep tersebut, meliputi kajian administrasi, kesesuaian farmasetik
dan pertimbangan klinis.
Kajian administrasi meliputi:
1. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
2. Nama dokter, nomor surat izin praktik (SIP), alamat, nomor telepon, paraf
dan tanggal penulisan resep.
3. Kejelasan tulisan dokter
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk latihan melakukan pengkajian Resep
C. Prosedur
1. Setelah praktikan dapat menjawab kuis terkait materi yang akan
dipraktikumkan, praktikan diperbolehkan masuk ke ruang praktikum.
2. Kepada setiap praktikan dibagikan soal ujian berisi skenario pasen dan resep
sebagai latihan yang harus diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
3. Urutan Setetelah praktikan menerima resep, praktikan melakukan kajian resep
menggunakan daftar tilik kajian resep. Ada tidaknya masalah pada kolom
masalah diisikan pada kolom keterangan dan pengatasannya diisikan pada
kolom tindakan pengatasan
Daftar Tilik Kajian Resep Kategori Masalah:
Administratif
A. Tinjauan Umum
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk latihan melakukan Compounding dan Dispensing
terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian KIE.
C. Prosedur
Setelah pengkajian Resep, langkah selanjutnya dilakukan sebagai berikut:
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
a. Menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai Resep;
b. Mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik Obat.
2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. Warna putih untuk Obat dalam/oral;
b. Warna biru untuk Obat luar dan suntik;
c. Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk cair, suspensi atau
emulsi.
4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat.
Setelah penyiapan Obat, langkah selanjutnya dilakukan hal sebagai berikut:
1. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien, dilakukan pemeriksaan kembali
kesesuaian antara penulisan etiket dengan Resep;
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien serta dokter penulis resep;
4. Menyerahkan Obat, disertai pemberian KIE;
5. Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-hal yang terkait dengan
Obat antara lain manfaat Obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping, cara penyimpanan Obat dan lain-lain;
6. Memastikan bahwa yang menerima Obat adalah pasien atau keluarganya;
7. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf oleh Apoteker);
8. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien.
Administratif
Farmasetik
Klinis
3. Etiket (Maksimal 5)
Tuliskan etiket sesuai resep
Usia
Kebiasaan
BB/TB
No.Telp/HP
Hasil
Pekerjaan
Laboratorium
Peserta Asuransi
Bagian yang diblok tidak perlu diisi
Riwayat Pengobatan
Tanggal Aturan
Dokter Nama Obat Indikasi
Mulai Berakhir Pakai
5. Salinan Resep (Maksimal 10)
Buat salinan resep
Pcc
Pro:
6. Lembar KIE/Konseling (Nilai Maksimal 15)
B TEKNIK KOMUNIKASI
Kejelasan Suara
Kecepatan Komunikasi/Bicara
Body Language
Menunjukkan sikap tidak antusias/tidak empati dan memasang jarak
0
terlalu jauh dengan pasien
1 Bersikap antusias/empati dan menjaga jarak yang cukup dengan pasien
Eye Contact
C MATERI KONSULTASI
1 Hanya menjelaskan salah satu: indikasi saja atau aturan pakai saja
PELAYANAN SWAMEDIKASI
A. Tinjauan Umum
Konseling pasien
Konseling dapat didefinisikan sebagai interaksi orang per orang antara
apoteker dengan pasien. Proses ini merupakan suatu proses yang interaktif secara
alami. Dalam proses konseling ini harus dipastikan bahwa informasi yang diberikan
dapat dimengerti oleh pasien dan pasien dapat melaksanakan apa yang disarankan
sehingga meningkatkan keberhasilan terapi.
1. Materi Konseling
Apoteker harus dapat memberikan konseling secara rutin, efektif dan tepat
kepada pasien meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Nama zat aktif dan golongannya (antibiotic, pereda nyeri, dan lain-lain).
b. Petunjuk penggunaan termasuk edukasi cara pemakaian alat bantu seperti alat
takaran obat dan lain-lain.
c. Saran penyimpanan yang sesuai.
d. Interkasi obat-obat atau obat-makanan yang penting
e. Respon terapeutik yang diharapkan dari obat
f. Efek samping yang umum terjadi atau penting
g. Hal yang harus dilakukan pasien untuk memantau respon terapi mereka atau
mendeteksi adanya efek samping
h. Hal yang harus dilakukan pasien jika respon terapi yang diharapkan tidak
tercapai atau terjadi efek samping
7. Area Konseling
Konseling sebaiknya dilakukan di tempat yang semi-private atau privat
dimana tidak banyak lalu lalang orang dan pengganggu konsentrasi. Pastikan tempat
konseling membuat nyaman pasien terutama untuk bertanya.
8. Dokumentasi
Sesi konseling harus didokumentasikan. Dokumentasi dapat dilakukan
dengan mengisi daftar checklist di atas dan menuliskan catatan yang perlu ditambah
dengan tindakan lanjut yang diperlukan dan juga bila pasien tidak ingin diberi
konseling.
Bab 6
Evaluasi Praktikum
Tiap siswa dinyatakan telah menyelesaikan praktikum apabila telah
melaksanakan keseluruhan materi praktikum dan lulus evaluasi praktikum.
Evaluasi praktikum berupa ujian pengelolaan perbekalan farmasi, menyiapkan
resep dan/atau permintaan swamedikasi dalam batas waktu yang ditentukan,
ditambah KIE/konseling saat penyerahan.
Secara rinci evaluasi terdiri dari rangkaian 4 station sebagai berikut:
Station 1:
Setiap praktikan mendapatkan resep yang harus di selesaikan dalam waktu 10 menit,
meliputi langkah-langkah:
a. Skrinning/Pengkajian resep
b. Compounding & Dispensing
c. Pembuatan Etiket
d. Pembuatan Copy resep
Station 2:
Setiap praktikan mengisi kartu stok dan menghitung HJA dengan margin 25% dari
HNA+PPN sesuai Faktur Pembelian yang disediakan, dalam waktu 5 menit
Station 3:
Setiap praktikan membuat beberapa surat pesanan sesuai kartu stock yang disediakan
dalam waktu 5 menit
Station 4:
Setiap praktikan yang dinyatakan dapat menyelesaikan station 1 dengan nilai di atas
nilai minimal, diperbolehkan melanjutkan penyerahan obat resep yang telah
diselesaikan pada station 1, kepada dosen penguji yang bertindak sebagai
pasien/orang tua pasien disertai KIE/Konseling dalam waktu 5 menit
DAFTAR ISTILAH
Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian
oleh Apoteker.
Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan
sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
Bahan Obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang
digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku
farmasi termasuk baku pembanding.
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital
bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-
golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang tentang Narkotika.
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan yang selanjutnya disebut Obat-Obat
Tertentu adalah obat yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat selain
Narkotika dan Psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis terapi dapat
menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Pedagang Besar Farmasi yang selanjutnya disingkat PBF adalah perusahaan
berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi
industri farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang
mengandung ephedrine, pseudoephedrine, norephedrine/phenylpropanolamine,
ergotamin, ergometrine, atau Potasium Permanganat.
Psikotropika adalah obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada
Apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik untuk menyediakan dan
menyerahkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan bagi pasien.
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
Surat Izin Apotek yang selanjutnya disingkat SIA adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Apoteker sebagai izin
untuk menyelenggarakan Apotek.
Surat Izin Praktik Apoteker yang selanjutnya disingkat SIPA adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Apoteker sebagai
pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik kefarmasian.
Surat Izin Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian yang selanjutnya disingkat SIPTTK
adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
kepada tenaga teknis kefarmasian sebagai pemberian kewenangan untuk
menjalankan praktik kefarmasian.
Surat Tanda Registrasi Apoteker yang selanjutnya disingkat STRA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh konsil tenaga kefarmasian kepada apoteker yang
telah diregistrasi
Toko Obat/Pedagang Eceran Obat yang selanjutnya disebut Toko Obat adalah sarana
yang memiliki izin untuk menyimpan obat bebas dan obat bebas terbatas untuk
dijual secara eceran.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan
oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA