A. Pengertian
Klasifikasi ilmiah
Domain:
Bacteria
Kerajaan:
Eubacteria
Filum:
Firmicutes
Kelas:
Bacilli
Ordo:
Bacillales
2.
3.
4.
5.
6.
Menurut Holt et al, (1994), bakteri Staphylococcus sp. Gram +, tidak berspora, tidak
motil, fakultatif anaerob, kemoorganotrofik, metil red positif, tumbuh optimum pada
suhu 30-370C dan tumbuh baik pada NaCl 1-7%, dengan dua pernapasan dan
metabolisme fermentatif. Koloni biasanya buram, bisa putih atau krem dan kadangkadang kuning keorangeorangean. Bakteri ini katalase positif dan oksidase negatif,
sering mengubah nitrat menjadi nitrit, rentan lisis oleh lisostafin tapi tidak oleh
lisozim.
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
A. Ciri khas organisme : staphylococcos adalah sel yang berbentuk bola dengan
diameter 1m yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur,kokus
tunggal,berpasangan,tetrad dan berbentuk rantai juga tampak dalam biakan
cair.staphylococcus bersifat non motil dan tidak membentuk spora.Di bawah
pengaruh obat seperti penisilin,staphylococcus mengalami lisis.
Spesies mikrococcus sering kali mirip staphylococcus.mereka hidup bebas di
lingkungan dan memebentuk kumpulan yang teratur terdiri atas 4 atau 8
kokus.Koloninya berwarna kuning,merah atau orange.
B. Biakan : Staphylococcus tumbuh dengan baikpada berbagai media bakteriologi
di bawah suasana aerobik atau mikroaerofilik.tumbuh dengan cepat pada
temperatur 37C namun pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada
temperatur kamar 20-35C.Koloni pada media yang padat berbentuk bulat,lembu
dan mengkilat.S.aureus biasanya membentuk koloni abu-abu hingga kuning
emas.Tidak ada pigmen yang di hasilkan secara anaerobik atau pada media
cair.berbagai macam tingkat hemolisis di hasilkan oleh S.aureusdan kadang-kadang
oleh spesies lain.
C. Karakteristik Pertumbuhan : Staphylococcus menghasilkan katalase,yang
membedakannya dengan streptococcus.staphylococcus memfermentasi karbohidrat
menghasilkan asam laktat dan tidak menghasilkan gas.Aktivitas proteolitik
bervariasi dari 1 jalur k jalur yang lain.Staphylococcusyang patogenik menghasilkan
beberapa produk ekstra seluler.
Staphylococcus sensitif terhadap beberapa obat antimikroba.resistansinya di
kelompokkan dalam beberapa golongan:
1. Biasanya menghasilkan enzim beta laktamase,yang berada di bawah kontrol
plasmid,dan membuat organisme resisten terhadap beberapa penisilin.
Berdasarkan morfologi
Bentuknya bulat(kokus) atau lonjong (0,8 sampai 0,9), jenis yang tidak
bergerak, tidak berspora dan gram positif. Tersusun dalam kelompok seperti buah
anggur. Pembentukan kelompok ini terjadi karena pembelahan sel terjadi dalam tiga
bidang dan sel anaknya cenderung dekat dengan sel induknya. Bersifat aerob dan
tumbuh baik pada pembenihan yang sederhana pada temperatur optimum 37oC
dan pH 7,4. Merupakan salah satu bakteri yang cukup kebal diantara
mikroorganisme yang tidak berspora tahan panas pada suhu 60oC selama 30 menit,
tahan terhadap fenol selama 15 menit.
2.
Scientific Classificatin
Domain
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
:
:
:
:
:
:
:
:
Bacteria
Eubacteria
Firmicutes
Bacilli
Bacillales
Staphylococcaceae
Staphylococcus
S. aureus
3.
4.
1.
Kebutuhan akan O2
Eksotoksin-b yang terdiri dari hemosilin, yaitu suatu komponen yang dapat
menyebabkan lisis pada sel darah merah.
pada jenis virulen disebut polisakarida A, danyang ditemukan pada jenis yang tidak
patogen disebut polisakarida B. Polisakarida Amerupakan komponen dinding sel
yang dapat dipindahkan dengan memakai asamkompleks peptidoglikan asam
teikhoat dan dapat menghambat fagositose.Bakteriofage terutama menyerang
bagian ini (Arif et al, 2000).
8Antigen protein A terletak di luar antigen polisakarida, keduaduanyabersama-sama membentuk dinding sel kuman
1)
Peptidoglikan
2)
Asam teikhoik.
3)
Protein A
4)
Kapsul
5)
1.
Peptidoglikan
Peptidoglikan (murein) adalah polisakarida yang terdiri dari dua gula turunan
yaitu asam-N-asetil glukosamin serta asam-N-asetil muramat yang dihubungkan
ikatan -1,4, dan sebuah rantai peptida pendek yang contohnya terdiri dari asam
amino l-alanin, d-alanin, d-asam glutamat, dan baik l-lisin atau asam
diaminopimelik (DAP)-asam amino langka yang hanya ditemukan pada dinding
sel prokariot.[1][2]Peptidoglikan adalah komponen utama dinding sel bakteri yang
bersifat kaku dan bertanggungjawab untuk menjaga integritas sel serta
menentukan bentuknya. [1] Struktur dasar peptidoglikan adalah sebuah selubung
yang menyelimuti sel yang tersusun dari utas-utas peptidoglikan yang
berdampingan satu sama lain dan dihubungkan dengan ikatan silang tetrapeptida
yang terbuat dari asam amino. [2]
Peptidoglikan hanya ditemukan pada spesies bakteri,
contohnyaStaphylococcus aureus, namun tidak semua bakteri memiliki DAP pada
peptidoglikannya. Peptidoglikan ditemukan baik pada bakteri gram positif maupun
bakteri gram negatif, tetapi dengan struktur yang sedikit berbeda. Bakteri gram
positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan yang lebih
tebal, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih
tipis dan mempunyai strukturlipopolisakarida yang tebal. Metode yang digunakan
untuk membedakan kedua jenis kelompok bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan
Denmark,Hans Christian Gram pada tahun 1884. Terdapat lebih dari 100 jenis
peptidoglikan yang berbeda yang telah diketahui.
2.
Protein A
Letak protein A ada pada dinding sel S. aureus dan dapat mengganggu sistem
imun inang dengan mengikat antibodiimmunoglobin G .
3.
Kapsul
Kapsul melindungi bakteria dengan cara mencegah fagositosis bakteri
terhadap leukosit polimorfonuklear (PMN). Mikrokapsul polisakarida pada beberapa
strain Staphylococcus aureus berperan sebagai antifagosit (Carter dan Wise, 2004).
Kapsul merupakan lapisan terluar dinding sel Staphylococcus aureus yang
diselubungi oleh kapsula polisakarida. Sebelas serotype kapsular Staphylococcus
aureus diidentifikasi Staphylococcus auerus, dengan serotype 5 dan 8 yang
mayoritas sebagai penyebab infeksi. Kapsul Staphylococcus aureus berfungsi
mencegah fagosit berinteraksi dengan determinan subkapsular bakteri, sehingga
tidak terjadi penelana oleh fagosit. Kapsul juga tidak mengikat komplemen,
akibatnya komplemen tidak dapat berinteraksi dengan reseptor C-3 pada fagosit
.Polisakarida pada Staphylococcus aureus biasa disebut dengan mikrokapsul karena
hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop electron, tidak seperti kapsul
bakteri pada umumnya yang dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Strain
Staphylococcus aureus yang diisolasi dari kasus infeksi menunjukkan peningkatan
ekspresi polisakarida tetapi secara cepat akan kehilangan kemampuan
antigenesitasnya bila dikultur
4.
ket :
Daur Hidup
: Panton-Valentine Leukocidin
PMN
neutrophil
MRSA terdiri dari 2 bagian, yaitu lukS-PV dan lukF-PV yang keduanya
mengandung PVL. PVL dimediasi oleh nekrosis sel epitel.
Pada sel bakteri terdapat lapisan yang mengandung PMN. Kemudian PVL
menempel pada lapisan terluar bakteri yang bisa mengakibatkan 2 kejadian, yaitu :
jika kandungan PVL kecil, sel tersebut akan mengalami apositosis ; sedangkan bila
kandungan PVL besar, sel akan mengalami sitolisis. Jika mengalami sitolisis,
mediator inflamasi atau ROS dirilis untuk membuat PVL menjadi lisis yang
mengarah ke jaringan nekrosis
F.
Epidemiologi
G. Patogenesis
Umumnya dapat menimbulkan penyakit pembekakan (abces) seperti :
1)
2)
3)
4)
5)
Jerawat
Periapikal Abces
Infeksi saluran kemih (primer)
Infeksi ginjal (sekunder)
Infeksi kulit
Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat, karena adanya
faktor koagulase reaktif dalam serum yang bereaksi dengan enzim tersebut.
Esterase yang dihaslki an dapat meningkatkan aktivitas penggumpalan, sehingga
terbentuk deposit fibrin pada permukaan sel bakteri yang dapat menghambat
fagositosis.
3. Hemolisin
Hemolisin merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona hemolisis di sekitar
koloni bakteri. Hemolisin pada S. aureus terdiri dari alfa hemolisin, beta hemolisisn,
dan delta hemolisisn. Alfa hemolisin adalah toksin yang bertanggung jawab
terhadap pembentukan zona hemolisis di sekitar koloniS. aureus pada medium agar
darah. Toksin ini dapat menyebabkan nekrosis pada kulit hewan dan manusia. Beta
hemolisin adalah toksin yang terutama dihasilkan Stafilokokus yang diisolasi dari
hewan, yang menyebabkan lisis pada sel darah merah domba dan sapi. Sedangkan
delta hemolisin adalah toksin yang dapat melisiskan sel darah merah manusia dan
kelinci, tetapi efek lisisnya kurang terhadap sel darah merah domba
4. Leukosidin
Toksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan. Tetapi
perannya dalam patogenesis pada manusia tidak jelas, karena Stafilokokus patogen
tidak dapat mematikan sel-sel darah putih manusia dan dapat difagositosis
5. Toksin eksfoliatif
Toksin ini mempunyai aktivitas proteolitik dan dapat melarutkan matriks
mukopolisakarida epidermis, sehingga menyebabkan pemisahan intraepithelial
pada ikatan sel di stratum granulosum. Toksin eksfoliatif merupakan
penyebabStaphylococcal Scalded Skin Syndrome, yang ditandai dengan
melepuhnya kulit
6. Toksin Sindrom Syok Toksik
Sebagian besar galur S. aureus yang diisolasi dari penderita sindrom syok
toksik menghasilkan eksotoksin pirogenik. Pada manusia, toks in ini menyebabkan
demam, syok, ruam kulit, dan gangguan multisistem organ dalam tubuh
7. Enterotoksin
Enterotoksin adalah enzim yang tahan panas dan tahan terhadap suasana
basa di dalam usus. Enzim ini merupakan penyebab utama dalam
keracunan
makanan, terutama pada makanan yang mengandung
karbohidrat dan protein.
2. Pengobatan
Pengobatan terhadap infeksi S. aureus dilakukan melalui pemberian
antibiotik, yang disertai dengan tindakan bedah, baik berupa pengeringan abses
maupun nekrotomi. Pemberian antiseptik lokal sangat dibutuhkan untuk menangani
furunkulosis (bisul) yang berulang. Pada infeksi yang cukup berat, diperlukan
pemberian antibiotik secara oral atau intravena, seperti penisilin, metisillin,
sefalosporin, eritromisin, linkomisin, vankomisin, dan rifampisin. Sebagian besar
galur Stafilokokus sudah resisten terhadap berbagai antibiotic tersebut, sehingga
perlu diberikan antibiotik berspektrum lebih luas seperti kloramfenikol, amoksilin,
dan tetrasiklin
3.
4.
Media ini berfungsi untuk melihat warna koloni, bentuk koloni dan untuk
mendapatkan koloni yang terpisah dari biakan koloni.
Ambil 1 ose steril sampel dari biakan Nutrient Broth, kerjakan dekat api bunsen.
Goreskan pada media Nutrient Agar dengan menggunakan metode gores.
Inkubasikan pada inkubator dengan suhu 370C selama 18 24 jam.
Amati bentuk, tepi, permukaan, warna, diameter dan aspek koloni.
3.
Pewarnaan Gram
Tujuan dari Pewarnaan Gram adalah untuk membedakan dunia bakteri menjadi
dua kelompok yaitu Gram positif (+) dan Gram (-). Adapun cara pewarnaan
dilakukan sebagai berikut:
Teteskan NaCl fisiologis pada objek glass, selanjutnya diambil koloni yang
terpisah dari Nutrient Agar dengan menggunakan ose steril dan campurkan pada
NaCl di atas objek glass. Aduk dan fiksasi di atas api bunsen.
Kemudian pada objek glass tersebut tambahkan Kristal Violet selama 3-5 menit,
bilas dengan air mengalir.
Teteskan larutan lugol selama 1 menit, lalu cuci dengan air mengalir.
Lunturkan dengan alkohol 96 % selama 10 detik hingga zat warna menghilang,
cuci dengan air mengalir.
Teteskan larutan Fuchsin atau Safranin selama 1 menit, cuci dengan air mengalir.
Keringkan dan amati di bawah mikroskop.
Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat warna biru kristal violet sehingga
dibawah mikroskop terlihat warna ungu, sedangkan bakteri gram negatif zat warna
kristal violet akan larut oleh penambahan alkohol 95 % dan mengikat zat warna
kedua yaitu Safranin/fuchsin sehingga dibawah mikroskop akan terlihat berwarna
merah.
4.
Uji Katalase
Dengan menggunakan ose steril, ambil 1 koloni terpisah (koloni yang sama) dari
Nutrient Agar.
Bekerja secara asepsis di dekat lampu spiritus.
Tanamkan pada media Nutrient Agar Miring membentuk zig zag.
Inkubasikan pada inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam.
6.
Larutan glukosa dan manitol dimasukkan kedalam tabung yang berisi tabung
durham yang telah dibalik.
Ambil 1 ose steril biakan dari koloni terpisah (koloni yang sama) pada Nutrient
Agar.
Masukkan ose ke dalam tabung yang berisi glukosa, kocok hingga bakteri
terlepas dari ose.
Ose disterilkan kembali dan diambil bakteri dari koloni yang sama, dimasukkan
ke dalam tabung yang berisi Manitol.
Inkubasikan pada inkubator selama 18 24 jam dengan suhu 37oC.
Tujuan dari uji gula-gula yaitu untuk melihat kemampuan bakteri dalam
memfermentasikan glukosa dan Mannitol, hasil proses fermentasi berupa asam
akan menurunkan pH media dan merubah warna indikator.
7.
Dengan menggunakan ose steril, ambil bakteri dari koloni terpisah (koloni yang
sama) yang terdapat pada media Nutrient Agar.
Ditanam pada media Blood Agar dengan menggunakan metode gores.
Inkubasikan dalam inkubator selama 18 24 jam pada suhu 37oC
8.
Sehari sebelum dilakukan uji sensitivitas, lakukan biakan dari Nutrient Agar
disegarkan kembali kedalam Nutrient Broth dan diinkubasikan kedalam inkubator
selama 24 jam pada suhu 370C.
Lidi kapas steril dicelupkan kedalam biakan bakteri Nutrient Broth, kemudian
diswab merata keseluruh permukaan media Muller-Hinton Agar (MHA).
Diamkan beberapa saat, setelah itu letakkan pada permukaan media MHA
beberapa jenis cakram antibiotik untuk melihat sensitivitas bakteri tersebut
terhadap antibiotik.
Inkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC dalam inkubator.
Kemudian diamati dan diukur diameter zona yang terbentuk disekitar cakram
antibiotik.
1.
HASIL PENGAMATAN
1.
Pewarnaan Sedarhana
: 2 mm
Bentuk
: Bulat
Konsistensi
: Lunak
Warna
: Putih kekreman
Permukaan
: Halus
Aspek
: mengkilat
Tepi koloni
: Rata
Elevasi
: Cembung
: Opaque
3.
Pewarnaan Gram
Metode pewarnaan gram ini ditemukan oleh Christian Gram pada tahun
1883 yang merupakan ahli bakteriologi Denmark. Pada uji pewarnaan Gram
didapatkan bakteri Gram positif, berbentuk kokus bergerombol membentuk untaian
seperti buah anggur. Hasil pewarnaan Gram dapat dilihat pada Gambar 3.
4.
Uji Katalase
Hasil dari uji katalase yaitu katalase positif, dapat dilihat pada Gambar 4.
Penanaman bakteri pada media Nutrient Agar miring dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 6. Hasil uji Gula-gula pada Manitol (A) dan Glukosa (B)
Pada Gambar 6. Terlihat manitol positif karena terjadi fermentasi glukosa
ditandai dengan terjadinya perubahan warna larutan dari warna ungu menjadi
kuning. Sedangkan glukosa negatif, tidak terjadi fermentasi yang ditandai dengan
tidak terjadinya perubahan warna larutan.
7.
Hasil penanaman pada media Blood Agar yang diambil dari biakan media Nutrient
Agar dapat dilihat pada Gambar 7.
2.
3.
4.
5.
A. Kesimpulan
Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang
menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak
menghasilkanspora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun
berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 m. S. aureus tumbuh dengan
optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S.
aureusmerupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada
saluran pernapasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernapasan
atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya
hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang
melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan
menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi
pelemahan inang.
B.
Saran
Kami sebagai penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Kami juga menyadari masih banyak kekurangan di dalam makalah yang
kami buat. Untuk itu kami mohon maaf apabila terjadi kesalahan maupun
kekurangan di dalam makalah ini. Sebagai bahan perbaikan kami meminta kritik
maupun saran kepada para pembaca agar menjadi pertimbangan dalam penulisan
makalah selanjutnya.
Daftar pustaka
1.
Karsinah, Lucky H.M., Suharto, dan Mardiastuti H.W. 1994. Batang Negatif
Gram dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta :
Penerbit Binarupa Aksara. hal. 161-162.
4. Jawetz, E., Melnick, J.L., dan Adelberg, E.A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran.
Jakarta : Salemba Medika
5.
http://mulyadiveterinary.wordpress.com/2011/07/06/147/
7.
http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/mikro_upload.pdf
8.
ombemo.blogspot.com/2011/02/bakteri-staphylococcus.html
9.
http://id.wikipedia.org/wiki/Staphylococcus_aureus
10. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/09/pustaka_unpad_staphylococcus.pdf