Anda di halaman 1dari 27

Staphylococcus aureus

A. Pengertian

Klasifikasi ilmiah
Domain:

Bacteria

Kerajaan:

Eubacteria

Filum:

Firmicutes

Kelas:

Bacilli

Ordo:

Bacillales

Staphylococcus aureus (S.


aureus) adalah bakteri gram positifyang
menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob
fakultatif, tidak menghasilkan spora dan
tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan
maupun berkelompok, dengan diameter
sekitar 0,8-1,0 m. S. aureustumbuh dengan
optimum pada suhu 37oC dengan waktu
pembelahan 0,47 jam. S.
aureus merupakan mikroflora normal
manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada
saluran pernapasan atas dan kulit.
Keberadaan S. aureuspada saluran
pernapasan atas dan kulit pada individu
jarang menyebabkan penyakit, individu
sehat biasanya hanya berperan sebagai
karier. Infeksi serius akan terjadi ketika
resistensi inang melemah karena adanya
perubahan hormon; adanya penyakit, luka,
atau perlakuan menggunakansteroid atau
obat lain yang memengaruhi imunitas
sehingga terjadi pelemahan inang.

Infeksi S. aureus diasosiasikan


dengan beberapa kondisi patologi,
Famili:
Staphylococcaceae
diantaranya
bisul, jerawat, pneumonia, meningitis,
Genus:
Staphylococcus
dan arthrititsSebagian besar penyakit yang
disebabkan oleh bakteri ini memproduksi
Spesies:
S. aureus
nanah, oleh karena itu bakteri ini disebut
piogenik. S. aureus juga
Nama binomial
menghasilkankatalase, yaitu enzim yang
mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2, dankoagulase, enzim yang
menyebabkan fibrin berkoagulasi dan menggumpal. Koagulase diasosiasikan
dengan patogenitas karena penggumpalan fibrin yang disebabkan oleh enzim ini

terakumulasi di sekitar bakteri sehingga agen pelindung inang kesulitan mencapai


bakteri dan fagositosis terhambat.

B. Morfologi dan identifikasi


Bakteri Staphylococcus berbentuk bulat menyerupai bentuk buah
anggur yang tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain. Sifat dari bakteri ini
umumnya sama dengan bakteri coccus yang lain yaitu :
1.

Berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 0,5 1,5 m.

2.

Warna koloni putih susu atau agak krem

3.

Tersusun dalam kelompok secara tidak beraturan.

4.

Bersifat fakultatif anaerobic

5.

Pada umumnya tidak memiliki kapsul

6.

Bakteri ini juga termasuk juga bakteri nonsporogenous (tidak berspora)

7. Sel-selnya bersifat positif-Gram, dan tidak aktif melakukan pergerakan


(non motile)
8.
9.

Bersifat pathogen dan menyebabkan lesi local yang oportunistik


Menghasilkan katalase

10. Tahan terhadap pengeringan, panas dan Sodium Khlorida (NaCl) 9 %


11. Pertumbuhannya dapat dihambat dengan cepat oleh bahan kimia
tertentu
seperti Hexachlorophene 3%.
12. Sebagian besar adalah saprofit yang hidup di alam bebas, namun habibat
Alamiahnya adalah pada permukaan epitel golongan primate/mamalia.
Bakteri yang memiliki genus Staphylococcus ini mempunyai ciri-ciri morfologi
sebagai berikut:

warna koloni putih susu atau agak krem,


bentuk koloni bulat, tepian timbul,
sel bentuk bola, diameter 0,5-1,5 um,
terjadi satu demi satu, berpasangan, dan dalam kelompok tidak teratur,

Menurut Holt et al, (1994), bakteri Staphylococcus sp. Gram +, tidak berspora, tidak
motil, fakultatif anaerob, kemoorganotrofik, metil red positif, tumbuh optimum pada

suhu 30-370C dan tumbuh baik pada NaCl 1-7%, dengan dua pernapasan dan
metabolisme fermentatif. Koloni biasanya buram, bisa putih atau krem dan kadangkadang kuning keorangeorangean. Bakteri ini katalase positif dan oksidase negatif,
sering mengubah nitrat menjadi nitrit, rentan lisis oleh lisostafin tapi tidak oleh
lisozim.
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu
Suhu

Optimum pertumbuhan 35-37oC


Minimum pertumbuhan 10oC
Maksimum pertumbuhan 42oC
Lethal 62oC 30-60 menit
Lethal 72oC 15 menit

A. Ciri khas organisme : staphylococcos adalah sel yang berbentuk bola dengan
diameter 1m yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur,kokus
tunggal,berpasangan,tetrad dan berbentuk rantai juga tampak dalam biakan
cair.staphylococcus bersifat non motil dan tidak membentuk spora.Di bawah
pengaruh obat seperti penisilin,staphylococcus mengalami lisis.
Spesies mikrococcus sering kali mirip staphylococcus.mereka hidup bebas di
lingkungan dan memebentuk kumpulan yang teratur terdiri atas 4 atau 8
kokus.Koloninya berwarna kuning,merah atau orange.
B. Biakan : Staphylococcus tumbuh dengan baikpada berbagai media bakteriologi
di bawah suasana aerobik atau mikroaerofilik.tumbuh dengan cepat pada
temperatur 37C namun pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada
temperatur kamar 20-35C.Koloni pada media yang padat berbentuk bulat,lembu
dan mengkilat.S.aureus biasanya membentuk koloni abu-abu hingga kuning
emas.Tidak ada pigmen yang di hasilkan secara anaerobik atau pada media
cair.berbagai macam tingkat hemolisis di hasilkan oleh S.aureusdan kadang-kadang
oleh spesies lain.
C. Karakteristik Pertumbuhan : Staphylococcus menghasilkan katalase,yang
membedakannya dengan streptococcus.staphylococcus memfermentasi karbohidrat
menghasilkan asam laktat dan tidak menghasilkan gas.Aktivitas proteolitik
bervariasi dari 1 jalur k jalur yang lain.Staphylococcusyang patogenik menghasilkan
beberapa produk ekstra seluler.
Staphylococcus sensitif terhadap beberapa obat antimikroba.resistansinya di
kelompokkan dalam beberapa golongan:
1. Biasanya menghasilkan enzim beta laktamase,yang berada di bawah kontrol
plasmid,dan membuat organisme resisten terhadap beberapa penisilin.

2. Galur S.aureus yang mempunyai tingkat kerentanan menengah terhadap


vankomisin(kadar jhambat minimum 4-8 mg/mL),telah di isolasi di jepang,AS dan
beberapa negara lain dan ini sangat mendapat perhatian dari pada klinisi.S.aureus
pada umumnya di isolasi dari pasien yang menderita infeksi kompleks yang
mendapat terapi vankomisin jangka panjang.Sering terdapat kegagalan terapi
dengan vankomisin.Mekanisme resistensi berkaitan dengan peningkatan sinteris
dinding sel dan perubahan dalam dinding sel serta bukan di sebabkan oleh
genvan seperti yang di temukan pada enterococcus.GalurS.aureus dengan tingkat
kerentanan menengah terhadap vankomisin biasanya resisten terhadap nafsilin
tetapi pada umumnya rentan terhadap oxazolidinon dan terhadap
quinupristin/dalfopristin.
3. Plasmid juga dapat membawa gen untuk resistensi terhadap
tetrasiklin,eritromisin,aminoglikosida dan obat-obat lainnya.hanya pada beberapa
galur staphylococcus masih peka terhadap vankomisin.
4. Akibat sifat toleran berdampak bahwa staphylocaccus di hambat ole obat teapi
tidak di bunuh oileh obat tersebut misalnya terdapat perbedaan yang besar antara
KHM(Kadar Hambat Minimal) dan KBM(Kadar Bunuh Minimal)dari obat
antimikroba.pasien dengan endokarditis yang di sebabkan olehS.aureus yang
toleran dapat mengalami perjalanan penyakit yang lama di bandingkan dengan
pasien yang mengalami endokarditis yang di sebabkan oleh S.aureus yang
sepenuhnya rentan terhadap antimikroba.Toleransi suatu zat dapat di hubungkan
dengan kurangnya aktivitas enzi autolitik di dalam dinding sel.
D. Variasi : Biakan Staphylococcus mengandung beberapa bakteri dengan karakter
yang berbeda dalam sebagian besar populasi,misalnya ukuran koloni,pigmen dan
hemolisis,kompeleksitas kerja enzim,resistansi obat dan dalam hal
patogenitas.Invitro,ciri khas inio di pengaruhi oleh kondisi-kondisi
pertumbuhan:jika S.aureus yang resisrtan terhadap nafsilin di inkubasi pada agar
darah suhu 37C,1 dari 107organisme menjadi resistan terhadap nafsilin:jika di
inkubasi pada suhu 30C pada agar yang mengandung NaCl 2-5% 1 dalam
103organisme menjadi resistan terhadap nafsilin.

C. Klasifikasi staphylococcus aureus


1.

Berdasarkan morfologi

Bentuknya bulat(kokus) atau lonjong (0,8 sampai 0,9), jenis yang tidak
bergerak, tidak berspora dan gram positif. Tersusun dalam kelompok seperti buah
anggur. Pembentukan kelompok ini terjadi karena pembelahan sel terjadi dalam tiga
bidang dan sel anaknya cenderung dekat dengan sel induknya. Bersifat aerob dan
tumbuh baik pada pembenihan yang sederhana pada temperatur optimum 37oC
dan pH 7,4. Merupakan salah satu bakteri yang cukup kebal diantara

mikroorganisme yang tidak berspora tahan panas pada suhu 60oC selama 30 menit,
tahan terhadap fenol selama 15 menit.

2.

Berdasarkan filogenik (garis keturunan)

Scientific Classificatin

Domain
Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species

:
:
:
:
:
:
:
:

Bacteria
Eubacteria
Firmicutes
Bacilli
Bacillales
Staphylococcaceae
Staphylococcus
S. aureus

Bentuknya Coccus/bulat, Ukurannya berdiameter 0,8-1 m Susunannya 2-2, 4-4,


bergerombol seperti buah anggur

3.

Berdasarkan sifat pewarnaan

Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang


menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerobfakultatif, tidak menghasilkanspora dan
tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok,dengan diameter
sekitar 0,8-1,0 m.S. aureus tumbuhdengan optimum pada suhu 37oC dengan
waktu pembelahan0,47 jam.
S. aureusmerupakanmikroflora normalmanusia.Bakteri ini biasanya
terdapat pada saluran pernafasan atas dan kulit.Keberadaan S. aureus
padasaluran pernafasan atas dan kulit pada individu jarangmenyebabkan penyakit,
individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi
ketikaresistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon;adanya
penyakit, luka, atau perlakuan menggunakansteroid atau obat lain yang
memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang

4.

Berdasarkan aktivitas metabolisme

1.

Kebutuhan akan O2

Staphylococcus aureus tumbuh dengan baik pada berbagai media


bakteriologi di bawah suasana aerobic atau microaerofilik.Koloni akan tumbuh
dengan cepat pada temperatur 37C namun pembentukan pigmen yang terbaik
adalah pada temperatur kamar (20C-35C) koloni pada media padat akan
berbentuk bulat,lembut dan mengkilat.
Pada pembenihan cair menyebabkan kekeruhan yang merata tidak membentuk
pigmen.pada nutrien agar setelah di inkubasi selama 24 jam kolonin berpigmen
kuning emas,ukuran 2-4mm,bulat,cembung tapi rata.pada agar darah atau media
BAP sekeliling koloni akan terlihat zona beta hemolisa (zona jernih) yang lebar.
2.

Produksi toksin dan enzim

Staphylococcus aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuan


berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan
berbagai zat ekstraseluler.beberapa zat ini adalah enzim.sedangkan yang lain di
duga toksin,meskipun berfungsi sebagai enzim kebanyakan toksin berada di bawah
pengendalian genetik plasmid atau DNA yang berbentuk cekuler yang terdapat
dalam kromosom.
Hemolisa:Staphylococcus aureus dapat di bedakan menjadi 3 hemolisa yang di
sebut alfa,beta dan gama.Semua hemolisa ini antigennya berbeda.Hemolisa alfa
dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah kelinci dan domba dengan
cepat,hemolisa alfa di sebabkan oleh jenis koagulase positif dan penting pada
patogenesis infeksi pada manusia.
Koagulase:Staphylococcus aureus menghasilkan koagulase suatu protein yang
mirip enzim yang dapat menggumpalkan plasma yang telah di beri oksalat atau
sitrat dengan bantuan suatu faktor yang terdapat pada banyak serum.Faktor serum
bereaksi dengan koagulase untuk menghasilkan enterase dan menyebabkan
aktivitas pembekuan.Koagulase dapat mengendapakan fibrin pada
permukaanStaphylococcus.Staphylococcus aureus membentuk koagulase positif di
anggap mempunyai potensi menjadi patogen invasive.
Katalase:Staphylococcus menghasilkan katalase yang mengubah hydrogen
peroksida (H2O2) menjadi air dan oksigen.tes katalase
membedakan Staphylococcus positif dariStreptococcus yang negatif.
D. Struktur sel
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram-positif, tidak bergerak,
tidak berspora dan mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun
seperti buah anggur. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media
pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus memiliki
diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. S. aureus mempunyai dinding

sel yang terdiri dari peptidoglikan, asam teikoik, fibronectin binding


protein, clumping factors dan collagen binding protein.
Komponen utama dinding sel adalah peptidoglikan yang menyusun hampir
50% dari berat dinding sel. Peptidoglikan tersusun dari polimer polisakarida (asam
N-asetilglukosamin dan asam N-asetilmuramik), polipeptida (L-Ala, D-Glu, L-Lys, DAla, D-ala) dan sebuah jembatan pentaglisin. Melalui katalisis transpeptidase oleh
Penicillin-Binding Protein (PBP), setiap peptidoglikan akan saling berikatan dengan
peptidoglikan lainnya dengan cara merubah rantai alanin agar berikatan dengan
jembatan pentaglisin dari peptidoglikan lainnya. Proses menghasilkan suatu struktur
dinding sel yang padat. Beberapa enzim juga dihasilkan oleh S.aureus, diantaranya
koagulase, clumping factor, hialuronidase dan b-laktamase.
Dinding sel S. Aureus juga mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari
berat kering dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari
Staphylococcus. Asam teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin.
Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob fakultatif yang mampu
menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase,
fosfatase, protease dan lipase.Staphylococcus aureus mengandung lysostaphin
yang dapat menyebabkan lisisnya sel darah merah. Toksin yang dibentuk
olehStaphylococcus aureus adalah haemolysin alfa, beta, gamma, delta dan epsilon.
Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin dan eksoenzim
dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang mempengaruhi saluran
pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit sehingga daya tahan tubuh akan
menurun. Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit dengan tanda-tanda
kulit terkena luka bakar.
Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35o 37o C
dengan suhu minimum 6,7o C dan suhu maksimum 45,4oC. Bakteri ini dapat
tumbuh pada pH 4,0 9,8 dengan pH optimum 7,0 7,5. Pertumbuhan pada pH
mendekati 9,8 hanya mungkin bila substratnya mempunyai komposisi yang baik
untuk pertumbuhannya. Bakteri ini membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan
akan distimulir pertumbuhannya dengan adanya thiamin. Pada keadaan anaerobik,
bakteri ini juga membutuhkan urasil. Untuk pertumbuhan optimum diperlukan
sebelas asam amino, yaitu valin, leusin, threonin, phenilalanin, tirosin, sistein,
metionin, lisin, prolin, histidin dan arginin. Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada
media sintetik yang tidak mengandung asam amino atau protein.
Selain memproduksi koagulase, S. aureus juga dapat memproduksi berbagai toksin,
diantaranya :

Eksotoksin-a yang sangat beracun.

Eksotoksin-b yang terdiri dari hemosilin, yaitu suatu komponen yang dapat
menyebabkan lisis pada sel darah merah.

Toksin F dan S, yang merupakan protein eksoseluler dan bersifat leukistik.

Hialuronidase, yaitu suatu enzim yang dapat memecah asam hyaluronat di


dalam tenunan sehingga mempermudah penyebaran bakteri ke seluruh tubuh.

Grup enterotoksin yang terdiri dari protein sederhana.

Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran


pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan
tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. Bakteri ini juga
sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran
usus. Selain dapat menyebabkan intoksikasi, S. aureus juga dapat menyebabkan
bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis,
pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan.

Foto dari mikroskop elektron (Scanning electron microscope) dariStaphylococcus


aureus.
S.aureus sudah dikenal sebagai penyebab infeksi sejak tahun 1882 oleh
Ogston. Mikroorganisme ini merupakan flora yang juga ditemukan pada area
perianal, inguinal, aksila dan hidung (nares anterior). Sekitar 11-32% individu sehat
mempunyai mikroorganisme ini dan 25% ditemukan pada tenaga kesehatan rumah
sakit. Persentase tersebut lebih tinggi lagi pada pengguna obat suntik, pasien
dengan masalah kulit dan pengguna infus. Individu-individu karier yang terpapar ini
mempunyai makna klinis karena berresiko lebih tinggi terjadi infeksi dibandingkan
bukan karier.

Kuman Stafilokokus mengandung polisakarida dan protein yang


bersifatantigenik. Bahan-bahan ekstraseluler yang dibuat oleh kuman ini
kebanyakan jugabersifat antigenik (Arif et al, 2000).Polisakarida yang ditemukan

pada jenis virulen disebut polisakarida A, danyang ditemukan pada jenis yang tidak
patogen disebut polisakarida B. Polisakarida Amerupakan komponen dinding sel
yang dapat dipindahkan dengan memakai asamkompleks peptidoglikan asam
teikhoat dan dapat menghambat fagositose.Bakteriofage terutama menyerang
bagian ini (Arif et al, 2000).
8Antigen protein A terletak di luar antigen polisakarida, keduaduanyabersama-sama membentuk dinding sel kuman

Struktur antigen dari Staphylococcus terdiri atas :

1)

Peptidoglikan

2)

Asam teikhoik.

3)

Protein A

4)

Kapsul

5)

Enzim dan Toksin-toksin yang ada pada Staphylococcus aureus

1.

Peptidoglikan

Peptidoglikan (murein) adalah polisakarida yang terdiri dari dua gula turunan
yaitu asam-N-asetil glukosamin serta asam-N-asetil muramat yang dihubungkan

ikatan -1,4, dan sebuah rantai peptida pendek yang contohnya terdiri dari asam
amino l-alanin, d-alanin, d-asam glutamat, dan baik l-lisin atau asam
diaminopimelik (DAP)-asam amino langka yang hanya ditemukan pada dinding
sel prokariot.[1][2]Peptidoglikan adalah komponen utama dinding sel bakteri yang
bersifat kaku dan bertanggungjawab untuk menjaga integritas sel serta
menentukan bentuknya. [1] Struktur dasar peptidoglikan adalah sebuah selubung
yang menyelimuti sel yang tersusun dari utas-utas peptidoglikan yang
berdampingan satu sama lain dan dihubungkan dengan ikatan silang tetrapeptida
yang terbuat dari asam amino. [2]
Peptidoglikan hanya ditemukan pada spesies bakteri,
contohnyaStaphylococcus aureus, namun tidak semua bakteri memiliki DAP pada
peptidoglikannya. Peptidoglikan ditemukan baik pada bakteri gram positif maupun
bakteri gram negatif, tetapi dengan struktur yang sedikit berbeda. Bakteri gram
positif memiliki dinding sel yang tersusun dari lapisan peptidoglikan yang lebih
tebal, sedangkan bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih
tipis dan mempunyai strukturlipopolisakarida yang tebal. Metode yang digunakan
untuk membedakan kedua jenis kelompok bakteri ini dikembangkan oleh ilmuwan
Denmark,Hans Christian Gram pada tahun 1884. Terdapat lebih dari 100 jenis
peptidoglikan yang berbeda yang telah diketahui.
2.

Protein A

Letak protein A ada pada dinding sel S. aureus dan dapat mengganggu sistem
imun inang dengan mengikat antibodiimmunoglobin G .
3.

Kapsul
Kapsul melindungi bakteria dengan cara mencegah fagositosis bakteri
terhadap leukosit polimorfonuklear (PMN). Mikrokapsul polisakarida pada beberapa
strain Staphylococcus aureus berperan sebagai antifagosit (Carter dan Wise, 2004).
Kapsul merupakan lapisan terluar dinding sel Staphylococcus aureus yang
diselubungi oleh kapsula polisakarida. Sebelas serotype kapsular Staphylococcus
aureus diidentifikasi Staphylococcus auerus, dengan serotype 5 dan 8 yang
mayoritas sebagai penyebab infeksi. Kapsul Staphylococcus aureus berfungsi
mencegah fagosit berinteraksi dengan determinan subkapsular bakteri, sehingga
tidak terjadi penelana oleh fagosit. Kapsul juga tidak mengikat komplemen,
akibatnya komplemen tidak dapat berinteraksi dengan reseptor C-3 pada fagosit
.Polisakarida pada Staphylococcus aureus biasa disebut dengan mikrokapsul karena
hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop electron, tidak seperti kapsul
bakteri pada umumnya yang dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Strain
Staphylococcus aureus yang diisolasi dari kasus infeksi menunjukkan peningkatan
ekspresi polisakarida tetapi secara cepat akan kehilangan kemampuan
antigenesitasnya bila dikultur
4.

Enzim dan Toksin-toksin

Staphylococcus aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuan


berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan
berbagai zat ekstraseluler.beberapa zat ini adalah enzim.sedangkan yang lain di
duga toksin,meskipun berfungsi sebagai enzim kebanyakan toksin berada di bawah
pengendalian genetik plasmid atau DNA yang berbentuk cekuler yang terdapat
dalam kromosom.
Hemolisa:Staphylococcus aureus dapat di bedakan menjadi 3 hemolisa yang di
sebut alfa,beta dan gama.Semua hemolisa ini antigennya berbeda.Hemolisa alfa
dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah kelinci dan domba dengan
cepat,hemolisa alfa di sebabkan oleh jenis koagulase positif dan penting pada
patogenesis infeksi pada manusia.
Koagulase:Staphylococcus aureus menghasilkan koagulase suatu protein yang
mirip enzim yang dapat menggumpalkan plasma yang telah di beri oksalat atau
sitrat dengan bantuan suatu faktor yang terdapat pada banyak serum.Faktor serum
bereaksi dengan koagulase untuk menghasilkan enterase dan menyebabkan
aktivitas pembekuan.Koagulase dapat mengendapakan fibrin pada
permukaanStaphylococcus.Staphylococcus aureus membentuk koagulase positif di
anggap mempunyai potensi menjadi patogen invasive.
Katalase:Staphylococcus menghasilkan katalase yang mengubah hydrogen
peroksida (H2O2) menjadi air dan oksigen.tes katalase
membedakan Staphylococcus positif dari Streptococcusyang negatif.
E.

ket :

Daur Hidup

MRSA : Methicillin-resistant Staphylococcus aureus


PVL

: Panton-Valentine Leukocidin

PMN
neutrophil

: Polymorphonuclear leukocytes, or granulocyte; Polymorphonuclear

MRSA terdiri dari 2 bagian, yaitu lukS-PV dan lukF-PV yang keduanya
mengandung PVL. PVL dimediasi oleh nekrosis sel epitel.
Pada sel bakteri terdapat lapisan yang mengandung PMN. Kemudian PVL
menempel pada lapisan terluar bakteri yang bisa mengakibatkan 2 kejadian, yaitu :
jika kandungan PVL kecil, sel tersebut akan mengalami apositosis ; sedangkan bila
kandungan PVL besar, sel akan mengalami sitolisis. Jika mengalami sitolisis,
mediator inflamasi atau ROS dirilis untuk membuat PVL menjadi lisis yang
mengarah ke jaringan nekrosis

F.

Epidemiologi

Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit dengan produksi toksin


preformed maupun oleh menginfeksi baik jaringan lokal dan sirkulasi sistemik.
Penularan penyakit dapat terjadi pada bagian-bagian di bawah ini.

Gastrointestinal: Staphylococcus aureus dapat menyebabkan infeksi akut


keracunan makanan melalui preformed enterotoxins. Bahan makanan mungkin
terinfeksi oleh bakteri Staphylococcus aureus yang terdapat pada produk daging,
unggas, produk telur, salad seperti telur, tuna, ayam, kentang, dan makaroni, krim
pengisi roti, kue pai, kue sus coklat, dan produk susu.

Infeksi kulit dan rambut: Staphylococcus aureus umumnya hidup berkoloni


pada permukaan kulit nasofaring, dan perineum. Infeksi di permukaan ini dapat
terjadi terutama bila penghalang kulit mengalami gangguan fungsi atau kerusakan.

Infeksi sistemik: Staphylococcus aureus pada umumnya menyebabkan infeksi


endokarditis pada penderita osteomyelitis, penderita infeksi sinus, dan penderita
epiglotitis (biasanya anak-anak).

Infeksi nosokomial: resisten methicillin Staphylococcus staphylococcal (MRSA)


adalah strain bakteri yang umumnya terlibat dalam infeksi nosokomial . Faktor risiko
untuk kolonisasi MRSA atau infeksi yang terjadi di rumah sakit antara lain sebelum
paparan antibiotik, saat masuk ke unit perawatan intensif, insisi bedah, maupun
paparan pasien yang terinfeksi.

G. Patogenesis
Umumnya dapat menimbulkan penyakit pembekakan (abces) seperti :
1)
2)
3)
4)
5)

Jerawat
Periapikal Abces
Infeksi saluran kemih (primer)
Infeksi ginjal (sekunder)
Infeksi kulit

Kemampuan patogenik dari galur Staphylococcus aureus adalah


pengaruh gabungan antara faktor ekstraseluler dan toksin bersama dengan sifat
daya sebar invasif. Pada satu sisi semata-mata diakibatkan oleh ingesti enterotoksin
dan pada sisi lain adalah bakteremia dan penyebaran abses pada berbagai organ.
Peranan sebagai bahan ekstraseluler pada patogenesis berasal dari sifat masingmasing bahan tersebut.
Staphylococcus aureus yang patogenik dan hanya bersifat invasif menghasilkan
koagulase dan cenderung untuk menghasilkan pigmen kuning dan menjadi
hemolitik. Staphylococcus aureus yang nonpatogenik dan tidak bersifat invasif
seperti Staphylococcus epidermidis adalah koagulase negatif dan cenderung
nonhemolitik. Organisme semacam itu jarang menyebabkan supurasi tetapi dapat
menginfeksi proteosa di bidang ortopedi atau kardiovaskular atau menyebabkan
penyakit pada orang yang mengalami penurunan daya tahan tubuh (Jawetz, dkk,
2005 : 322).
Staphylococcus aureus ini terbawa di hidung, tenggorokan, aksila, sela jari kaki,
dan perineum pada 30-50% orang sehat tanpa menyebabkan infeksi klinis.
Pembawa asimtomatik ini penting secara klinis karena bakteri dapat dipindahkan ke
bagian tubuh yang rentan (misalnya dari hidung ke luka) atau dari individu
asimtomatik sehat ke seseorang yang kurang sehat yang akan menderita infeksi
klinis (Gould, 2003 : 152)
Sebagian bakteri Stafilokokus merupakan flora normal pada kulit, saluran
pernafasan, dan saluran pencernaan makanan pada manusia. Bakteri ini juga
ditemukan di udara dan lingkungan sekitar. S. aureus yang patogen bersifat invasif,
menyebabkan hemolisis, membentuk koagulase, dan mampu meragikan manitol
Infeksi oleh S. aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang disertai
abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus adalah
bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih berat diantaranya
pneumonia, mastitis, plebitis, meningitis, infeksi saluran kemih, osteomielitis, dan

endokarditis. S. aureus juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial,


keracunan makanan, dan sindroma syok toksik (Ryan, et al., 1994; Warsa, 1994).
Bisul atau abses setempat, seperti jerawat dan borok merupakan infeksi kulit di
daerah folikel rambut, kelenjar sebasea, atau kelenjar keringat. Mula-mula terjadi
nekrosis jaringan setempat, lalu terjadi koagulasi fibrin di sekitar lesi dan pembuluh
getah bening, sehingga terbentuk dinding yang membatasi proses nekrosis. Infeksi
dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui pembuluh getah bening dan
pembuluh darah, sehingga terjadi peradangan pada vena, trombosis, bahkan
bakterimia. Bakterimia dapat menyebabkan terjadinya endokarditis, osteomielitis
akut hematogen, meningitis atau infeksi paru-paru
Kontaminasi langsung S. aureus pada luka terbuka (seperti luka
pascabedah) atau infeksi setelah trauma (seperti osteomielitis kronis setelah fraktur
terbuka) dan meningitis setelah fraktur tengkorak, merupakan penyebab infeksi
nosokomial Keracunan makanan dapat disebabkan kontaminasi enterotoksin dari S.
aureus. Waktu onset dari gejala keracunan biasanya cepat dan akut, tergantung
pada daya tahan tubuh dan banyaknya toksin yang termakan. Jumlah toksin yang
dapat menyebabkan keracunan adalah 1,0 g/gr makanan. Gejala keracunan
ditandai oleh rasa mual, muntah-muntah, dan diare yang hebat tanpa disertai
demam .
Sindroma syok toksik (SST) pada infeksi S. aureus timbul secara tiba-tiba
dengan gejala demam tinggi, muntah, diare, mialgia, ruam, dan hipotensi, dengan
gagal jantung dan ginjal pada kasus yang berat. SST sering terjadi dalam lima hari
permulaan haid pada wanita muda yang menggunakan tampon, atau pada
anakanak dan pria dengan luka yang terinfeksi stafilokokus. S. aureus dapat
diisolasi dari vagina, tampon, luka atau infeksi lokal lainnya, tetapi praktis tidak
ditemukan dalam aliran darah

1. Faktor Virulensi S. aureus


S. aureus dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya tersebar
luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler. Berbagai
zat yang berperan sebagai faktor virulensi dapat berupa protein, termasuk enzim
dan toksin, contohnya :
1. Katalase
Katalase adalah enzim yang berperan pada daya tahan bakteri terhadap proses
fagositosis. Tes adanya aktivtias katalase menjadi pembeda
egnus Staphylococcus dari Streptococcus (Ryan et al., 1994; Brooks et al., 1995).
2. Koagulase

Enzim ini dapat menggumpalkan plasma oksalat atau plasma sitrat, karena adanya
faktor koagulase reaktif dalam serum yang bereaksi dengan enzim tersebut.
Esterase yang dihaslki an dapat meningkatkan aktivitas penggumpalan, sehingga
terbentuk deposit fibrin pada permukaan sel bakteri yang dapat menghambat
fagositosis.
3. Hemolisin
Hemolisin merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona hemolisis di sekitar
koloni bakteri. Hemolisin pada S. aureus terdiri dari alfa hemolisin, beta hemolisisn,
dan delta hemolisisn. Alfa hemolisin adalah toksin yang bertanggung jawab
terhadap pembentukan zona hemolisis di sekitar koloniS. aureus pada medium agar
darah. Toksin ini dapat menyebabkan nekrosis pada kulit hewan dan manusia. Beta
hemolisin adalah toksin yang terutama dihasilkan Stafilokokus yang diisolasi dari
hewan, yang menyebabkan lisis pada sel darah merah domba dan sapi. Sedangkan
delta hemolisin adalah toksin yang dapat melisiskan sel darah merah manusia dan
kelinci, tetapi efek lisisnya kurang terhadap sel darah merah domba
4. Leukosidin
Toksin ini dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan. Tetapi
perannya dalam patogenesis pada manusia tidak jelas, karena Stafilokokus patogen
tidak dapat mematikan sel-sel darah putih manusia dan dapat difagositosis
5. Toksin eksfoliatif
Toksin ini mempunyai aktivitas proteolitik dan dapat melarutkan matriks
mukopolisakarida epidermis, sehingga menyebabkan pemisahan intraepithelial
pada ikatan sel di stratum granulosum. Toksin eksfoliatif merupakan
penyebabStaphylococcal Scalded Skin Syndrome, yang ditandai dengan
melepuhnya kulit
6. Toksin Sindrom Syok Toksik
Sebagian besar galur S. aureus yang diisolasi dari penderita sindrom syok
toksik menghasilkan eksotoksin pirogenik. Pada manusia, toks in ini menyebabkan
demam, syok, ruam kulit, dan gangguan multisistem organ dalam tubuh
7. Enterotoksin
Enterotoksin adalah enzim yang tahan panas dan tahan terhadap suasana
basa di dalam usus. Enzim ini merupakan penyebab utama dalam
keracunan
makanan, terutama pada makanan yang mengandung
karbohidrat dan protein.

2. Pengobatan
Pengobatan terhadap infeksi S. aureus dilakukan melalui pemberian
antibiotik, yang disertai dengan tindakan bedah, baik berupa pengeringan abses
maupun nekrotomi. Pemberian antiseptik lokal sangat dibutuhkan untuk menangani
furunkulosis (bisul) yang berulang. Pada infeksi yang cukup berat, diperlukan
pemberian antibiotik secara oral atau intravena, seperti penisilin, metisillin,
sefalosporin, eritromisin, linkomisin, vankomisin, dan rifampisin. Sebagian besar
galur Stafilokokus sudah resisten terhadap berbagai antibiotic tersebut, sehingga
perlu diberikan antibiotik berspektrum lebih luas seperti kloramfenikol, amoksilin,
dan tetrasiklin

3.

Tempat berkembang biak bakteri Staphylococcus aureus

Adapun tempat berkembang biaknya bakteri staphylococcus yaitu pada rongga


mulut,hidung dan saluran kemih.

4.

Patologi Staphylococcus aureus

Kelompok Staphylococcus aureus yang menetap di folikel rambut menyebabkan


nekrosis jaringan (faktor dermonekrotik). Koagulase dihasilkan dan mengkoagulasi
fibrin di sekitar lesi dan di dalam limfatik membentuk dinding yang menghambat
proses penyebaran dan diperkuat lagi oleh akumulasi sel inflamasi dan kemudian
jaringan fibrosa. Di dalam pusat lesi, terjadi likuefaksi dan nekrosis jaringan (dipacu
oleh hipersensitivitas tipe lambat) pada bagian abses yang lemah. Drainase cairan
pusat jaringan nekrotik diikuti dengan pengisian secara kavitas oleh jaringan dan
akhirnya terjadilah penyembuhan.
Supurasi lokal (abses) adalah khas untuk infeksi stafilokokus. Dari tiap fokus
manapun, organisme dapat menyebar melalui aliran limfatik dan aliran darah ke
bagian lain dalam tubuh. Pada osteomielitis, fokus primer
pertumbuhan Staphylococcus aureus khas adalah di pembuluh darah tepi dari
metafisis tulang panjang, mengakibatkan nekrosis tulang dan supurasi
kronik. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan pneumonia, meningitis,
empiema, endokarditis atau sepsis dengan supurasi di tiap organ. Stafilokokus yang
mempunyai kemampuan invasi yang rendah, terlibat dalam banyak infeksi kulit
(misalnya akne, pioderma atau impetigo).
Stafilokokus juga menyebabkan penyakit melalui produksi toksin tanpa infeksi
invasif yang nyata. Eksfoliasi bulosa, sindroma kulit terkelupas disebabkan oleh
toksin eksfoliatif. Sindroma syok toksik berhubungan dengan toksin sindroma syok
toksik

Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit apabila pada keadaan


abnormal seperti infeksi folikel (akar) rambut dan kelenjar keringat, bisul, infeksi
pada luka, meningitis, pneumonia .
H. Analisa Laboratorium
A. Cara Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan menggunakan lidi kapas steril dan di swab pada luka
bernanah, dimasukkan ke media Nutrient Broth, lidi dipatahkan untuk menghindari
kontaminasi serta dihomogenkan. Sampel dimasukkan ke dalam termos, dibawa
menuju Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan. Lakukan pewarnaan
sederhana untuk memastikan ada tidaknya bakteri, kemudian inkubasi pada
inkubator dengan suhu 37oC selama 18 24 jam.
B.Metode yang dilakukan:
1. Pewarnaan Sederhana
Dibuat sediaan, fiksasi di atas api.
Warnai dengan Methilen Blue selama 1 2 menit.
Buang sisa zat warna menggunakan air mengalir.
Objek glass dikeringkan dengan cara diangin anginkan.
Amati dibawah mikroskop.
2.

Penanaman pada Media Nutrient Agar

Media ini berfungsi untuk melihat warna koloni, bentuk koloni dan untuk
mendapatkan koloni yang terpisah dari biakan koloni.
Ambil 1 ose steril sampel dari biakan Nutrient Broth, kerjakan dekat api bunsen.
Goreskan pada media Nutrient Agar dengan menggunakan metode gores.
Inkubasikan pada inkubator dengan suhu 370C selama 18 24 jam.
Amati bentuk, tepi, permukaan, warna, diameter dan aspek koloni.
3.

Pewarnaan Gram

Tujuan dari Pewarnaan Gram adalah untuk membedakan dunia bakteri menjadi
dua kelompok yaitu Gram positif (+) dan Gram (-). Adapun cara pewarnaan
dilakukan sebagai berikut:

Teteskan NaCl fisiologis pada objek glass, selanjutnya diambil koloni yang
terpisah dari Nutrient Agar dengan menggunakan ose steril dan campurkan pada
NaCl di atas objek glass. Aduk dan fiksasi di atas api bunsen.
Kemudian pada objek glass tersebut tambahkan Kristal Violet selama 3-5 menit,
bilas dengan air mengalir.
Teteskan larutan lugol selama 1 menit, lalu cuci dengan air mengalir.
Lunturkan dengan alkohol 96 % selama 10 detik hingga zat warna menghilang,
cuci dengan air mengalir.
Teteskan larutan Fuchsin atau Safranin selama 1 menit, cuci dengan air mengalir.
Keringkan dan amati di bawah mikroskop.
Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat warna biru kristal violet sehingga
dibawah mikroskop terlihat warna ungu, sedangkan bakteri gram negatif zat warna
kristal violet akan larut oleh penambahan alkohol 95 % dan mengikat zat warna
kedua yaitu Safranin/fuchsin sehingga dibawah mikroskop akan terlihat berwarna
merah.
4.

Uji Katalase

Teteskan H2O2 3 % diatas objek glass.


Dengan menggunakan ose steril, ambil 1 koloni terpisah (koloni yang sama) pada
Nutrient Agar dan homogenkan dengan H2O23 %.
Amati hasil yang diperoleh.
5.

Penanaman pada Nutrient Agar Miring

Dengan menggunakan ose steril, ambil 1 koloni terpisah (koloni yang sama) dari
Nutrient Agar.
Bekerja secara asepsis di dekat lampu spiritus.
Tanamkan pada media Nutrient Agar Miring membentuk zig zag.
Inkubasikan pada inkubator dengan suhu 37oC selama 24 jam.

6.

Uji Gula gula (Glukosa dan Manitol)

Larutan glukosa dan manitol dimasukkan kedalam tabung yang berisi tabung
durham yang telah dibalik.

Ambil 1 ose steril biakan dari koloni terpisah (koloni yang sama) pada Nutrient
Agar.
Masukkan ose ke dalam tabung yang berisi glukosa, kocok hingga bakteri
terlepas dari ose.
Ose disterilkan kembali dan diambil bakteri dari koloni yang sama, dimasukkan
ke dalam tabung yang berisi Manitol.
Inkubasikan pada inkubator selama 18 24 jam dengan suhu 37oC.
Tujuan dari uji gula-gula yaitu untuk melihat kemampuan bakteri dalam
memfermentasikan glukosa dan Mannitol, hasil proses fermentasi berupa asam
akan menurunkan pH media dan merubah warna indikator.
7.

Penanaman pada Blood Agar

Dengan menggunakan ose steril, ambil bakteri dari koloni terpisah (koloni yang
sama) yang terdapat pada media Nutrient Agar.
Ditanam pada media Blood Agar dengan menggunakan metode gores.
Inkubasikan dalam inkubator selama 18 24 jam pada suhu 37oC
8.

Uji Sensitivitas terhadap Antibiotika

Sehari sebelum dilakukan uji sensitivitas, lakukan biakan dari Nutrient Agar
disegarkan kembali kedalam Nutrient Broth dan diinkubasikan kedalam inkubator
selama 24 jam pada suhu 370C.
Lidi kapas steril dicelupkan kedalam biakan bakteri Nutrient Broth, kemudian
diswab merata keseluruh permukaan media Muller-Hinton Agar (MHA).
Diamkan beberapa saat, setelah itu letakkan pada permukaan media MHA
beberapa jenis cakram antibiotik untuk melihat sensitivitas bakteri tersebut
terhadap antibiotik.
Inkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC dalam inkubator.
Kemudian diamati dan diukur diameter zona yang terbentuk disekitar cakram
antibiotik.

1.

HASIL PENGAMATAN

1.

Pewarnaan Sedarhana

Setelah diamati di bawah mikroskop terlihat adanya bakteri yang berbentuk


kokus, seperti kumpulan anggur. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang diperiksa
terdapat bakteri, seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pewarnaan Sederhana


Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna untuk
meningkatkan kontras antara mikroorganisme dengan sekelilingnya dengan tujuan
melihat ada atau tidaknya bakteri sebelum pemeriksaan selanjutnya dilakukan.
Lazimnya pewarnaan ini menggunakan zat warna basa seperti kristal violet, biru
metilen, karbol fuchsin basa, safranin atau hijau malachit.
2.

Pengamatan Pada Media Nutrient Agar

Hasil pengamatan pada media Nutrient Agar, didapatkan beberapa koloni


terpisah dan hasil pengamatan pertumbuhan koloni dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Biakan bakteri pada media Nutrient Agar


Dari hasil pengamatan koloni yang terpisah dan sifat koloni diperoleh :
Ukuran

: 2 mm

Bentuk

: Bulat

Konsistensi

: Lunak

Warna

: Putih kekreman

Permukaan

: Halus

Aspek

: mengkilat

Tepi koloni

: Rata

Elevasi

: Cembung

Sifat tembus cahaya

: Opaque

3.

Pewarnaan Gram

Metode pewarnaan gram ini ditemukan oleh Christian Gram pada tahun
1883 yang merupakan ahli bakteriologi Denmark. Pada uji pewarnaan Gram
didapatkan bakteri Gram positif, berbentuk kokus bergerombol membentuk untaian
seperti buah anggur. Hasil pewarnaan Gram dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pewarnaan Gram pada pembesaran 1000x


Ada tiga tujuan pewarnaan gram bakteri, yaitu untuk mengamati
penampakan morfologi bakteri lebih baik karena telah memiliki warna,
mengidentifikasi organel-organel sel bakteri yang bisa diamati, serta
mempermudah proses identifikasi dan membedakan organisme yang memiliki ciriciri serupa.

4.

Uji Katalase

Hasil dari uji katalase yaitu katalase positif, dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Terbentuk gelembung O2 pada uji katalase


Pada Gambar 4. terlihat gelembung udara ( katalase positif), karena H2O2 bersifat
toksik bagi bakteri, sehingga bakteri akan menghasilkan enzim katalase untuk
menetralisirkan H2O2 menjadi O2dan H2O. Terbentuklah gelembung O2 pada
permukaan objek glass.
5.

Pengamatan pada Nutrient Agar Miring

Penanaman bakteri pada media Nutrient Agar miring dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Koloni yang tumbuh pada Nutrient Agar miring


Pada Gambar 5. Terlihat bakteri dengan ciri-ciri pertumbuhan yang menyebar
memenuhi seluruh permukaan agar dan tampak seperti bergelombang.
6.

Uji Gula-gula (manitol dan glukosa)

Hasil pengamatan pada uji gula-gula (manitol dan glukosa) menunjukkan


adanya perubahan pada manitol, hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Hasil uji Gula-gula pada Manitol (A) dan Glukosa (B)
Pada Gambar 6. Terlihat manitol positif karena terjadi fermentasi glukosa
ditandai dengan terjadinya perubahan warna larutan dari warna ungu menjadi
kuning. Sedangkan glukosa negatif, tidak terjadi fermentasi yang ditandai dengan
tidak terjadinya perubahan warna larutan.
7.

Pengamatan pada Blood Agar

Hasil penanaman pada media Blood Agar yang diambil dari biakan media Nutrient
Agar dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Hasil Penanaman pada Media Blood Agar


Pada Gambar 7. Terlihat media Blood Agar jernih artinya terjadi hemolisis selsel darah secara lengkap disebut juga hemolisis beta. Media Blood Agar merupakan
media untuk pertumbuhan mikroorganisme yang sulit untuk dibiakkan dan juga
untuk membedakan kelompok mikroorganisme yang melisis atau tidak melisiskan
sel darah merah. Beberapa bakteri menghasilkan sitolisin yang dapat melarutkan
sel darah merah.
8.

Uji Sensitivitas terhadap Antibiotika

Hasil uji sensitivitas antibiotik dapat dilihat pada Tabel 1.

Gambar 8. Zona hambat antibiotik


Keterangan:
1.

Zona hambat Gentamicin

2.

Zona hambat Tetraciclin

3.

Zona hambat Vancomycin

4.

Zona hambat Penicillin

5.

Zona hambat Ampicilin

Pada Gambar 8. Terlihat bahwa kelima antibiotik yang digunakan


menunjukkan adanya zona hambat. Akan tetapi pada antibiotik Gentamicin,
Tetraciclin dan Vancomicin memperlihatkan zona hambat yang lebih luas
dibandingkan dengan Penicillin dan Ampicilin. Antibiotik Penicillin dan Ampicillin
mempunyai luas zona hambat 6 mm dan 4 mm, sehingga Penicillin dan Ampicillin
resisten terhadap bakteri tersebut.
DIAGNOSA
Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang telah dilakukan, sifat-sifat biakan
dan sifat-sifat biokimia dari bakteri dapat diketahui bahwa bakteri ini termasuk
dalam golongan Gram positif (+), berbentuk kokus bergerombol, mampu

memfermentasikan glukosa sehingga dapat diindentifikasi bahwa bakteri tersebut


adalah Staphylococcus aureus.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang
menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak
menghasilkanspora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun
berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 m. S. aureus tumbuh dengan
optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S.
aureusmerupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya terdapat pada
saluran pernapasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernapasan
atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya
hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang
melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan
menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi
pelemahan inang.
B.

Saran

Kami sebagai penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Kami juga menyadari masih banyak kekurangan di dalam makalah yang
kami buat. Untuk itu kami mohon maaf apabila terjadi kesalahan maupun
kekurangan di dalam makalah ini. Sebagai bahan perbaikan kami meminta kritik
maupun saran kepada para pembaca agar menjadi pertimbangan dalam penulisan
makalah selanjutnya.

Daftar pustaka
1.

Karsinah, Lucky H.M., Suharto, dan Mardiastuti H.W. 1994. Batang Negatif
Gram dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta :
Penerbit Binarupa Aksara. hal. 161-162.

2. Entjang,dr.Indan.2003.Mikrobiologi dan parasitologi.Bandung:penerbit pt.citra


Aditya Bakti.
3.

Gould, D. 2003. Mikrobiologi Terapan untuk Perawat. Cetakan I. Jakarta : EGC

4. Jawetz, E., Melnick, J.L., dan Adelberg, E.A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran.
Jakarta : Salemba Medika
5.

Retnoningrum, D.S. 1998. Mekanisme dan Deteksi Molekuler Resistensi

Antibiotika pada Bakteri. Bandung: Farmasi ITB. Hal. 1-5, 16-21.


6.

http://mulyadiveterinary.wordpress.com/2011/07/06/147/

7.

http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/mikro_upload.pdf

8.

ombemo.blogspot.com/2011/02/bakteri-staphylococcus.html

9.

http://id.wikipedia.org/wiki/Staphylococcus_aureus

10. http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/09/pustaka_unpad_staphylococcus.pdf

Anda mungkin juga menyukai