23
Juli
2007
dan
SK
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor:
pengobatan bagi karyawan yang sakit, dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
dan pemeriksaan laboratorium.
Pelayanan kesehatan yang ada di Poltekes Tanjungkarang hanya berupa
pelayanan kuratif dimana pelayanan tersebut diberikan kepada karyawan yang
sudah jatuh sakit atau yang sudah mengalami sakit.
Pelayanan preventif yang seharusnya dilakukan oleh karyawan Poltekes
Tanjungkarang yang merupakan ujung tombak penyedia sumberdaya manusia
dalam memberikan pelayanan kesehatan tidak di lakukan seperti olah raga,
penyuluhan kesehatan untuk meningkat kesehatan dalam pencegahan atau
meminimalkan resiko terkena penyakit terutama penyakit kardiovaskuler yang
berhubungan dengan pencegahan atau menghindarkan rokok.
3. Karakteristik responden
Karakteristik responden di Poltekes Tanjungkarang ditampilkan dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, IMT,
Tekanan Darah dan Jumlah Rokok Pada karyawan yang Merokok di Poltekes
Tanjungkarang
NO .
1.
Umur
2.
< 40 th
3.
> 40 th
Kategori
JUMLAH
PERSENTASE
8
26
23,5
76,5
4.
5.
6.
Tekanan Darah
Normal
Hipertensi
24
10
70,6
29,4
7.
8.
9.
10.
IMT
Underweight
Normal
Overweight
8
14
12
23,5
41,2
35,3
11.
12.
13.
Jumlah Rokok
< 20 batang
> 20 batang
28
6
82,4
17,6
4. Analisa Univariat
Setelah dilakukan pemeriksaan EKG pada responden yang merokok
dan tidak perokok
standar deviasi mean, minimum dan maksimum. Hasil tabulasi dari analisis
tersebut disajikan dalam tabel berikut
Tabel 3
Distribusi Hasil pemeriksaan EKG pada responden yang merokok pada karyawan
Poltekes Tanjungkarang Bandar Lampung
Variabel
EKG
Std.Deviasi
2,293
Mean
14,88
Min
13
Max
20
N
34
Diketahui hasil EKG pada responden yang merokok rata- rata 14,88
sedangkan nilai minimum 13 dan nilai maximum 20 dengan standar
deviasi 2,293
Tabel 4
Distribusi Hasil pemeriksaan EKG pada responden yang tidak merokok pada
karyawan
Poltekes Tanjungkarang Bandar Lampung
Variabel
EKG
Std.Deviasi
0,424
Mean
13,11
Min
13
Max
15
N
27
denagn nilai minimum 13 dan nilai maximum 15 dan standa deviasi 0,424
5. Analisa Bivariat
Tabel 5
Perbandingan Hasil Pemeriksaan EKG pada responden yang merokok dengan
yang tidak merokok pada karyawan Poltekes Tanjungkarang
Variabel
Mean
Std. Deviation
EKG Merokok
EKG tidak merokok
1.771
1.771
0,424
2,293
Std. Error
p-value
0,000
61
mean
.448
402
Diketahui nilai f 65,562 dengan probabilitas (sig.) 0,000. Hal ini berarti H0
ditolak yang berarti ada perbedaan gambaran EKG pada kelompok perokok
dan bukan perokok. Hasil ini membuktikan ada perbedaan gambaran EKG
pada kelompok bukan perokok lebih normal dibandingkan perokok.
B. PEMBAHASAN
rokok selama mereka di rumah. Lebih dari sepertiga (37,3%) pelajar biasa
merokok dan yang lebih mengejutkan lagi adalah 30,9% atau 3 diantara 10
pelajar menyatakan pertama kali merokok pada umur dibawah 10 tahun.
Data Riskesdas tahun 2013 juga memperlihatkan tingginya prevalensi
penduduk yang perokok aktif umur > 15 tahun adalah 35,4% (65,3% lakilaki dan 5,6% perempuan), berarti 2 diantara 3 laki-laki adalah perokok
aktif. Lebih bahaya lagi 85,4 % perokok aktif merokok dalam rumah
bersama anggota keluarga sehingga mengancam keselamatan kesehatan
lingkungan. Merokok dapat merubah metabolisme khususnya dengan
meningkatnya kadar kolersterol darah, di samping itu dapat menurunkan
HDL. Tingginya kadar kolesterol darah mempunyai pengaruh yang besar
terhadap terjadinya PJK (Setyani, 2009).
Menurut laporan WHO (2006), tingkat merokok di Asia pada laki-laki
(sekitar > 40%) jauh lebih tinggi dari pada laki-laki di Barat (30-40%).
Sebaliknya, tingkat merokok di Asia pada perempuan (< 20%) jauh lebih
rendah dibandingkan pada wanita Barat (20-40 %).
Alim dkk,2008 melaporkan pada studinya bahwa terdapat kenaikan denyut
jantung yang signifikan pada perokok dan pengunyah tembankau. Selain itu juga
terdapat pemendekan durasi kompleks QRS, dan pemendekan interval TP yang
signifikan pada perokok dan pengunyah tembakau dibanding dengan kelompok
kontrol. Hal ini dikarenakan adanya nikotin yang terkandung dalam rokok dan
tembakau yang bersifat simpatomimetik dengan menyebabkan dilepaskannya
katekolamin dan neurotransmitter lain yang bekerja di pusat dan perifer.
Stelli dkk, 2014 dalam strudinya yang membandingkan perubahan EKG pada
perokok dan bukan perokok, mendapatkan adanya pemendekan interval QTc dan
kompleks QRS melebar pada kelompok perokok, meskipun nilainya tidak
bermakna secara statistik. Namun peningkatan denyut jantung, pemendekan
interval RR, interval QT dan segmen ST yang ditemukan pada kelompok perokok
signifikan secara statistik. Hasil tersebut ditemukan sebagai efek akut maupun
kronik merokok.
tudi belah lintang yang dilakukan oleh Rahman dan Amir terhadap 105 subyek
penelitian (30 subyek bukan perokok dan 75 subyek perokok yang telah
merokok selama lebih dari 5 tahun) tidak mendapati adanya perubahan
gelombang EKG kecuali interval PR.
Hal ini mungkin juga di sebabkan oleh jika dilihat dari karakteristik
responden yang merokok didapatkan rata rata umur responden adalah
lebih dari 47 dimana umur pada resiko PJK
diartikan
bahwa
IMT
responden
merupakan
IMT
yang
QTc
lebih
panjang
pada
wanita.
Laki-laki
memiliki
Selain itu fibrilasi atrium lebih sering terjadi pada laki-laki, namun perbedaan
prevalensi ini akan menghilang terutama setelah wanita berusia lebih dari 75
tahun Alim (2008).
Besarnya pengaruh rokok terhadap kesehatan tubuh manusia merupakan hal yang
harus di waspadai oleh setiap individu sehingga terhindar dari penyakit penyakit
yang berhubungan dengan rokok . Hal ini bisa di lakukan sendiri oleh individu
dengan cara katakan tidak atau tananmkan kebiasaan bahwa tangan anda telah
terkunci untuk menyentuh rokok.