Anda di halaman 1dari 13

PEMBUATAN TOOLBOX UNTUK PENENTUAN AREA

LAHAN PEMBEBASAN DARI DAMPAK BANJIR DENGAN


MENGGUNAKAN ARCGIS 10.3
(STUDI KASUS DI KOTA SEMARANG)

Disusun Oleh:
Retno Dwi Cahyaningsih T. M. (13.7830)
Muhammad Fadrurrahman (13.7750)
3KS2

SEKOLAH TINGGI ILMU STATISTIK


JAKARTA
2016
DAFTAR ISI
Daftar Isi........................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 2
BAB II PERANCANGAN

2.1 Data....................................................................................................... 4
2.2 Pseudocode........................................................................................... 4
2.3 Model.................................................................................................... 5
2.4 Script Python........................................................................................ 5
BAB III EVALUASI
3.1 Input...................................................................................................... 7
3.2 Proses ...... 8
3.3 Output .. 9
BAB IV LAMPIRAN
4.1 Panduan Penggunaan Tools.................................................................. 11
4.2 Pembagian Pekerjaan............................................................................ 11
4.3 Pendapat................................................................................................ 12

BAB I
PENDAHULUAN
Banjir merupakan peristiwa terjadinya genangan air pada daerah daratan sekitar sungai
sebagai akibat meluapnya air sungai yang tidak mampu ditampung oleh sungai. Selain itu, banjir
adalah hasil interaksi antara manusia dengan alam dan sistem alam itu sendiri.
Kota Semarang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah dengan tingkat terjadinya banjir
yang cukup tinggi . Curah hujan di Kota Semarang secara rata-rata pada tahun 2009 yaitu 2807 mm
(Kota Semarang Dalam Angka, 2009) dengan hari hujan 169 hari.

Menurut Kodoatie RJ. dan Sjarief R. (2005), terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan
banjir, yaitu perubahan tata guna lahan (land-use) di daerah aliran sungai, pembuangan sampah, erosi
dan sedimentasi, kawasan kumuh di sepanjang sungai maupun drainase, perencanaan sistem
pengendalian banjir tidak tepat, curah hujan, pengaruh kapasitas sungai, kapasitas drainase yang
tidak memadai, pengaruh air pasang, penurunan tanah dan rob, drainase lahan, bendung dan
bangunan air, serta kerusakan bangunan pengendali banjir. Perubahan tata guna lahan merupakan
penyebab utama banjir dibandingkan dengan penyebab yang lainnya. Salah satu potensi terjadinya
banjir di Kota Semarang ialah karena adanya pembangunan rumah liar di atas bantaran sungai,
pembuatan tambak yang mempersempit sungai dan penutupan saluran di daerah hilir. Sementara
permasalahan non-teknis yang menjadi penyebab banjir di Kota Semarang yaitu perilaku masyarakat
kota Semarang yang buruk. Perilaku membuang sampah di saluran dan di sembarang tempat.
Rendahnya kesadaran masyarakat kota ditunjukkan dengan adanya banjir di beberapa jalan protokol
kota Semarang, akibat adanya saluran yang tersumbat, namun masyarakat tidak segera mengatasinya
melainkan menunggu petugas dari pemerintah Kota Semarang untuk mengatasi permasalahan pada
saluran tersebut.
Dalam upaya untuk mengantisipasi banjir tersebut, daerah-daerah yang sering terkena banjir
atau kawasan banjir telah dikaji dan diketahui besarnya curah hujan yang terjadi sehingga setiap
tahunnya masyarakat dapat lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi fenomena banjir ini.
Pemetaan daerah tergenang banjir dan curah hujan telah dilakukan untuk membantu pemerintah
dalam mengambil kebijakan terkait antisipasi dini terhadap banjir. Namun hal ini dirasa masih belum
cukup untuk menanggulangi banjir serta mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh banjir makin
membesar. Salah satu kebijakan yang dapat diambil oleh pemerintah dalam menangani masalah ini
ialah melakukan pembebasan lahan (persil).
Pembebasan lahan (persil) termasuk masalah spasial. Kondisi lingkungan pemukiman yang
padat dan kumuh, biasanya merupakan potensi besar terjadinya masalah banjir. Selain banjir, di
lingkungan pemukiman yang padat dan kumuh juga berpotensi besar terjadi beberapa masalah
seperti :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

polusi limbah manusia, rumah tangga, dan industri,


buruknya kualitas dan jumlah air bersih
minimnya ruang terbuka hijau
rawan penyakit demam berdarah, malaria, tipus dan lain sejenisnya
minimnya lapangan kerja
sering terjadi konflik horisontal dan peristiwa kriminal
buruknya kualitas udara
rawan kemiskinan dan rendahnya kualitas kehidupan

Solusi pembebasan lahan sering dikaitkan dengan masalah-masalah ini. Pembebasan lahan
ialah upaya memindahkan sebagian penduduk ke lokasi-lokasi baru yang aman dan menjanjikan
kehidupan yang lebih baik. Dengan membebaskan lahan-lahan mereka, terdapat beberapa potensi
keuntungan atau manfaat :

1) penduduk yang dipindahkan mendapatkan penghidupan dan lingkungan yang lebih baik
di lokasi-lokasi yang baru.
2) Penduduk yang tidak dipindahkan telah mendapatkan penghidupan dan lingkungan yang
lebih baik di lahan-lahan mereka.
3) Lingkungan (sungai, saluran/sumber air, hutan, pepohonan, dan lain sejenisnya) lebih
bersih, segar, dan terpelihara dengan baik kelestariannya; termasuk dimungkinkannya
penyediaan tambahan lahan terbuka hijau dan penanaman kembali area-area yang gundul
4)
5)
6)
7)
8)

dan non-produktif.
Kualitas dan ketersediaan udara segar dan air bersih menjadi lebih baik dan banyak.
Sampah, limbah, dan polusi dapat ditekan hingga jauh berkurang
Potensi bencana banjir dan penyakit jauh berkurang
Rawan kemiskinan, potensi konflik horizontal, dan tindakan kriminal dapat diminimalisir.
Lapangan kerja dapat ditingkatkan

Tentu saja, sebelum mencari lokasi-lokasi yang ideal bagi mereka dan kemudian melakukan
pemindahan, lahan-lahan mereka pada saat ini perlu terlebih dahulu dipetakan, direncanakan,
dianggarkan dan kemudian dibebaskan. Inilah pekerjaan yang perlu dilakukan pada tahap pertama.
Sementara itu, proses pemindahannya adalah pekerjaan lain yang dilakukan pada tahap kedua. Ini
semua memerlukan kesabaran, biaya, tenaga, dan waktu proses.
Berdasarkan uraian tersebut, maka akan dilakukan pekerjaan pada tahap pertama yang akan
dibuatkan solusi spasialnya secara sederhana dengan menggunakan baris-baris kode python untuk
membuat toolbox pada ArcGIS. Melalui toolbox ini akan dijalankan beberapa fungsi sekaligus, yaitu
membuat buffer di area sekitar sungai, menggabungkan buffer sungai dan kawasan banjir hingga
menjadi batasan wilayah pembebasan, serta meng-overlay-kan batas wilayah pembebasan dengan
peta batas-batas lahan atau persil (kepemilikan) untuk mendapatkan kepastian mengenai persil-persil
mana saja yang akan direkomendasikan untuk dibebaskan.

BAB II
PERANCANGAN
2.1 Data
File peta (.shp) yang digunakan dalam proyek ini (peta lahan, sungai, dan kawasan
banjir di Kota Semarang) diperoleh dari beberapa sumber yaitu :
https://erfan1977.wordpress.com/download-peta-gratis/peta-penggunaan-lahan/
http://yoghaken.blogspot.co.id/2014/07/peta-drainase-kota-semarang-format-shp.html
Peta atau layer ini didapat dari hasil kajian-kajian dan/atau pemetaan yang dilakukan
sebelumnya selama beberapa periode. Peta menggunakan sistem koordinat UTM zona
49 S.
2.2 Pseudocode

Ketentuan atau syarat pemilihan lahan-lahan mana saja yang akan dibebaskan adalah
sebagai berikut :
1) Lahan-lahan/persil-persil yang berada di dalam jarak 50 meter (tidak mutlak) dari
pinggir sungai.
2) Lahan-lahan yang terdapat di dalam area atau kawasan banjir di sepanjang
tahunnya.
Oleh karena itu, pseudocode untuk menjawab masalah dalam penelitian ini dengan
menggunakan ArcGIS ialah sebagai berikut :
1) import arcpy
2) tentukan workspace

yang

akan

digunakan

arcpy.env.workspace

"D:/3KS2/sig/TGS UAS/data"
3) inisialisasi :
inputan/parameter : nama_layer = arcpy.GetParameterAsText(index)
nama layer yang akan dibuat : nama_layer = "hasil.shp"
nama value dari atribut tertentu : nama_value = "value"
4) membuat buffer sungai : arcpy.Buffer_analysis(layer_sungai, hasil, jarak_satuan,
kode_sisi_buffer, tipe_akhir, kode_dissolve)
5) menggabungkan
buffer
sungai
dgn

kawasan

banjir

arcpy.Merge_management(layer_yg_digabung, layer_output)
6) meng-overlay-kan batas kawasan banjir dan persil/lahan :
arcpy.SelectLayerByLocation_management("lahan", tipe_overlap, "batas")
7) memilih area yang ter-overlay & menyimpannya ke dalam layer tersendiri :
arcpy.CopyFeatures_management("lahan", layer_hsl_copy, "")
2.3 Model

2.4 Script Python


import arcpy
arcpy.env.overwriteOutput = True

arcpy.env.workspace = "D:/3KS2/sig/TGS UAS/data"


layer_sungai = arcpy.GetParameterAsText(0)
jarak_satuan = arcpy.GetParameterAsText(1)
kode_sisi_buffer = "FULL"
tipe_akhir = "ROUND"
kode_dissolve = "ALL"
layer_buffer = "sungai_buf.shp"
hasil = "buffer.shp"
#
#membuat buffer
arcpy.Buffer_analysis(layer_sungai, hasil, jarak_satuan, kode_sisi_buffer, tipe_akhir,
kode_dissolve)
proyek = arcpy.mapping.MapDocument("CURRENT")
df = arcpy.mapping.ListDataFrames(proyek, "Layers")[0]
buf = arcpy.mapping.Layer(hasil)
arcpy.mapping.AddLayer(df, buf, "BOTTOM")
arcpy.CopyFeatures_management(hasil, layer_buffer)
#
#menggabungkan buffer sungai dgn kawasan banjir
kawasan_banjir = arcpy.GetParameterAsText(2)
batas_pembebasan = "batas_bebas.shp"
layer_yg_digabung = [layer_buffer, kawasan_banjir]
arcpy.Merge_management(layer_yg_digabung, batas_pembebasan)
#
#mengoverlaykan batas kawasan banjir dan persil/lahan
#atau memilih yg teroverlay & menyimpannya ke dlm layer tersendiri
layer_akan_dipilih = arcpy.GetParameterAsText(3)
layer_hsl_copy = "persil_bebas2.shp"
tipe_overlap = "INTERSECT"
arcpy.MakeFeatureLayer_management(batas_pembebasan, "batas")
arcpy.MakeFeatureLayer_management(layer_akan_dipilih, "lahan")
arcpy.SelectLayerByLocation_management("lahan", tipe_overlap, "batas")
arcpy.CopyFeatures_management("lahan", layer_hsl_copy, "")

BAB III
EVALUASI
3.1 Input
Untuk memperoleh solusi lahan/persil yang direkomendasi untuk pembebasan, maka
diperlukan data geospasial (layer/tematik) yang sudah bereferensi spasial dan dalam
sistem koordinat proyeksi peta tertentu, meliputi peta :
1) Persil/lahan
2) Sungai
3) Kawasan banjir
Selain itu, user juga perlu menginput nilai jarak untuk proses buffer.

3.2 Proses

Proses yang terjadi ketika tools dijalankan yaitu :


1) Sistem menerima inputan pertama yaitu layer sungai melalui parameter tool
2) Sistem melakukan buffering terhadap peta sungai dengan jarak yang juga
merupakan inputan dari user. Output dari proses buffering ini yaitu sebuah layer
dengan nama buffer.shp
3) Terhadap buffer.shp dilakukan perintah CopyFeatures_management dimana akan
dikenakan operasi copy pada unsur-unsurnya dan outputnya yaitu feature layer
dengan nama layer_buffer yang tersimpan pada komputer dengan nama
sungai_buf.shp
4) Sebelum menjalankan task berikutnya yaitu Merge_management, sistem
menunggu inputan yang ketiga dari user yaitu layer kawasan banjir.
5) Selanjutnya menggabungkan 2 layer berbeda tetapi memiliki unsur-unsur spasial
sejenis (tipe polygon) yaitu layer hasil buffering sungai dengan layer kawasan
banjir, dengan menjalankan tool Merge_management. Outputnya yaitu layer
dengan nama batas_pembebasan yang tersimpan pada komputer dengan nama
batas_bebas.shp. File batas_bebas.shp ini merupakan peta yang menunjukkan
batas luas area yang akan dikenakan pembebasan lahan hasil penggabungan layer
buffer sungai dan kawasan banjir.
6) Sistem menerima inputan yang keempat dari user yaitu layer Lahan/Persil
7) Dari layer batas_pembebasan dan layer Lahan/Persil dilakukan perintah
MakeFeatureLayer_management untuk membuat layer bantuan masing-masing
dengan nama batas dan lahan
8) Selanjutnya sistem menjalankan operasi overlay unsur spasial dengan tipe
INTERSECT dan menggunakan rujukan layer batas terhadap unsur spasial
yang ada pada layer lahan/persil.

9) Unsur-unsur spasial dari hasil proses overlay di-copykan ke dalam layer dengan
nama layer_hsl_copy atau yang tersimpan pada komputer dengan nama
persil_bebas2.shp
3.3 Output
Tampilan output ketika proses dari tool PembebasanLahan telah sukses dieksekusi :

Tampilan dari file batas_bebas.shp yang merupakan hasil dari proses tool
PembebasanLahan. File output ini secara otomatis akan berada di lokasi yang menjadi
workspace (telah ditentukan sebelumnya dalam script tools.py), ketika tools telah sukses
dieksekusi.

BAB IV
LAMPIRAN

4.1 Panduan Penggunaan Toolbox


1) Jalankan software ArcGIS
2) Munculkan catalog-nya dengan meng-klik icon
3) Scroll-down hingga menemukan Toolbox.tbx, lalu klik untuk drop-down tools
di dalamnya.
4) Double-click pada nama tool Pembebasan_Lahan hingga muncul kotak
dialognya.
5) Pada kotak dialog yang muncul, tekan icon Open (

) yang terdapat pada baris

Layer Sungai untuk mengarahkan pointer file ke sub-direktori dimana shapefile


(SHP) yang akan dibuatkan buffer-nya berada. File ini seharusnya memiliki tipe
line.
6) Pada textbox Jarak Buffer [Meters], ketikkan string nilai jarak buffer (dalam
satuan meter) yang diinginkan; misalkan 50.
7) Tekan icon Open (

) yang terdapat pada baris Layer Kawasan Banjir untuk

mengarahkan pointer file ke sub-direktori dimana shapefile (SHP) Kawasan


Banjir berada. File ini seharusnya memiliki tipe polygon.
8) Tekan icon Open (

) yang terdapat pada baris Layer Persil untuk

mengarahkan pointer file ke sub-direktori dimana shapefile (SHP) Persil/Lahan


berada. File ini seharusnya memiliki tipe polygon.
9) Tekan tombol OK untuk memulai proses eksekusi. Setelah eksekusi berhasil
maka hasilnya berupa shapefile akan terdisplay pada window utama.
4.2 Pembagian Pekerjaan
Retno Dwi C.
:
Mencari ide toolbox yang akan dibuat, membuat script python dan toolboxnya,
menyusun laporan bagian latar belakang, perancangan, evaluasi, dan panduan
penggunaan toolbox.
Muhammad Fadrurrahman :
Menyusun format laporan dan sebagian pendahuluan, menyiapkan file hasil tugas
UTS yang lalu serta membuat file readme.txt
4.3 Write-Up
Retno Dwi C.
Setelah melalui dan menyelesaikan mata kuliah Sistem Informasi Geografis
(SIG), saya mendapatkan banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman terkait
pembuatan peta tematik, layer, membuat script python sederhana, membuat model
dengan model builder hingga membuatnya ke dalam bentuk toolbox. Kendala yang
sering dialami yaitu dalam menentukan langkah-langkah terstruktur yang harus

10

dilakukan untuk mendapatkan solusi ketika mencoba menyelesaikan masalah yang


kompleks dengan membuat script python karena diperlukan ketelitian dan
pemahaman yang baik terkait masalah yang mau diselesaikan serta bahasa Python itu
sendiri dimana saya masih merasa sangat awam dengan bahasa itu. Kendala lain yang
saya hadapi ialah terkadang saya lambat untuk bisa mengikuti praktikum di lab karena
saya harus diberitahu setiap langkah satu persatu. Akibatnya, saya kadang tidak bisa
menyelesaikan praktikum ketika di lab atau di kelas. Saya baru dapat mengerti ketika
mencoba mengulangi kembali dengan belajar sendiri di luar kuliah SIG dengan
mencari tutorial atau bahan belajar lainnya dari internet. Untuk tugas UAS ini,
kesulitan yang dihadapi ialah dalam mencari data yang akan digunakan karena
kebanyakan data yang didapatkan tidak memiliki informasi spasialnya sehingga tidak
bisa diproyeksikan. Kembali ke topik kemampuan yang didapatkan dari mata kuliah
SIG. Ada banyak hal yang bisa saya pelajari dari mata kuliah ini, salah satunya saya
bisa menginstall software ArGIS tentunya walaupun masih versi trial yang hanya
berlaku selama 30 hari. Saya juga mendapatkan pengalaman menggunakan tools yang
ada di ArcGIS seperti : buffer, overlay, polygon to raster, beberapa spatial analyst
tools, raster interpolation, clip dan lain-lain. Selain itu, saya juga belajar melakukan
digitasi, membuat chart pada peta, mengatur layoutnya, mengambil data dari fieldfield tertentu pada file peta, kemudian melakukan perhitungan statistik dari data
tersebut jika diperlukan. Dari praktikum-praktikum dan tugas yang diberikan, saya
belajar membuat model builder untuk melakukan buffering dari beberapa file (.shp)
kemudian membuatnya ke dalam bentuk tools di ArcGIS. Ada juga project melakukan
batch reprojection pada arcgis, dengan bantuan fungsi listdir dari modul os maka filefile bertipe .shp dapat direname secara massal dengan menggunakan fungsi
perulangan/looping. Ada banyak hal yang telah saya pelajari namun sebenarnya lebih
banyak lagi yang belum sempat saya pelajari terkait Sistem Informasi Geografis dan
software-softwarenya, terutama ArcGIS. Untungnya, kesan yang saya dapatkan dari
mempelajari ArcGIS adalah sangat menarik dan menyenangkan. Semoga dengan ini,
saya tidak pernah merasa cukup untuk belajar, khususnya untuk mempelajari ArcGIS.
Muhammad Fadrurrahman_(13.7750)
Setelah mendapatkan pelajaran mata kuliah Sistem Informasi Geografis, saya
jadi mendapat lebih pengetahuan tentang data spasial dan cara menganalisisnya.
Dengan menggunakan aplikasi arcgis kita bisa mengolah data spasial kedalam bentuk

11

peta, banyak analisis yang bisa dilakukan dan banyak tools yang terdapat di dalam
aplikasi arcgis. Tetapi dikarenakan tools yang masih baru dan masih belum terbiasa
dengan interface dan cara memprosesdata yang ada. Jadi masih kesulitan awalnya.
Tatapi setelah beberapa latihan yang dilakukan menjadikan saya menjadi terbuasa
dengan tools yang ada di arcgis. Selain itu saya juga memepelajari Bahasa
pemprogramam baru, yaitu Python. Python digunakan dalam apliaksi arcgis sebagai
pemebentuk script yang bis digunakan sebagai tools untuk melakukan operaasi atau
fungsi. Selain itu script yang dibuat juga berfungsi sebagai modul yang bisa dipakai
didalam Arcgis. Dan selama pembelajaran yang dilakukan di dalam mata kuliah
kemampuan yang saya dapat adalah dapat menggunakan Arcgis dengan baik dan
dapat memproses data spasial. Selain itu kemampuan dalam membuat program
dengan menggunakan Bahasa python adalah salah satu yang baru dan paling menarik,
dikarenakan dengan memepelajari Bahasa baru dalam pemprograman adalah berguna
untuk menambah ilmu di masa depan.
Adapun kendala yang dihadapi dalam menjalani pebelajaran kuliah untuk mata kuliah
system informasi geografis yang dilakukan di semester ini adalah kesuliatan dalam
mengikuti pelajaran didalam kelas, ini karena pembelajaran yang di dalam lab
computer menyebabkan kurang efektifnya pembelajaran bagi saya. Dan dikarenakan
saya agak kesulitan dalam mempelajari sesuatu hal yang baru dengan membaca maka
ini adalah kesulitan tersendiri. Oleh karena itu saya lebih erring meminta bantuan
teman-teman saya dalam meminta bantuan dalam memahami materi dan juga
mengerjakan tugas-tugas sebelumnnya. Kendala lain yang di dapat adalah aplikasi
Arcgis yang adal di laptop saya bermasalah cukup lama. Saya sudah mencoba untuk
mengatasinya tapi selama beberapa minggun berjalannya setelah UTS masih belum
bisa. Masalah yang di dapat yaitu Arcmap yang tidak bisa di buka karena memerlukan
authentikasi. Dan setelah beberapa lama saya kesulitan mengerjakan tugas barulah
saya mendapat crack dari aplikasi Arcgis, dan ini cukup membantu.

12

Anda mungkin juga menyukai