Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

AMPUTASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan Kepaniteraan Klinik


Ilmu Bedah RST dr.Soedjono Tingkat II Magelang

Pembimbing :
Letkol CKM dr. Basuki Widodo, Sp.OT

Oleh :
Sari Oktarini
(01.210.6270)

ILMU BEDAH RST DR.SOEDJONO TINGKAT II MAGELANG


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2014

LEMBAR PENGESAHAN
AMPUTASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan Kepaniteraan Klinik


Ilmu Bedah RST dr.Soedjono Tingkat II Magelang

Disusun oleh :
Sari Oktarini
(01.210.6270)

Telah disetujui dan disahkan oleh :


Dokter Pembimbing
Letkol CKM dr. Basuki Widodo, Sp.OT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan referat dengan judul Amputasi. Referat ini ditulis untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai amputasi dan merupakan salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sultan Agung Semarang.
Pada

kesempatan

dosen pembimbing,

dr.

ini
Basuki

penulis
Widodo,

ingin

mengucapkan

Sp.OT

yang

telah

terima

kasih

kepada

meluangkan

waktu

untuk membimbing dan memberikan pengarahan dalam penyusunan referat ini dari awal
hingga selesai. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan yang membangun dan
saran demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga referat ini dapat berguna bagi kita
semua.

Magelang, September 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...i
LEMBAR PENGESAHAN.....ii
KATA PENGANTAR.iii
DAFTAR ISIiv
BAB 1 PENDAHULUAN...1
1.1. Latar Belakang..1
1.2. Tujuan ....................2
1.3. Manfaat Penulisan...2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..3
2.1. Definisi..3
2.3. Klasifikasi..5
2.4. Etiologi..6
2.5. Patofisiologi..7
2.6. Gejala Klinis.......9
2.7. Diagnosa9
2.8. Diagnosa Banding.11
2.9. Terapi12
BAB III PENUTUP.14
3.1. Kesimpulan14
3.2. Saran..14
DAFTAR PUSTAKA..15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Amputasi dapat dianggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi drastis,
digunakan untuk menghilangkan gejala, memperbaiki fungsi dan menyelamatkan atau
memperbaiki kualitas hidup pasien. Angka kejadian amputasi di Indonesia saat ini
belum diketahui secara pasti. Di Amerika Serikat terjadi 43.000 kasus per tahun dari
jumlah penduduk 280.562.489 jiwa atau sekitar 0.02%.
Menurut

crenshaw , dalam Vitriana (2002) , amputasi alat gerak bawah

mencapai 85%-90% dari seluruh amputasi , amputasi bawah lutut merupakan jenis
operasi amputasi yang paling sering dilakukan. Survey Kayne dan Newman
menemukan 70 % amputasi disebabkan penyakit infeksi dan vaskuler, trauma 22% ,
tumor 5%, dan deformitas kongenital 3%. Kebanyakan amputasi karena penyakit
terjadi pada usia 61-70 tahun, trauma 21-30 tahun, dan tumor 11-20 tahun. Secara
umum, amputasi merupakan pilihan terakhir jika segala pengobatan yang telah
dilakukan tidak berhasil.

1.2.Tujuan
Tujuan umum dari pembuatan referat ini adalah untuk memberikan pengetahuan
mengenai amputasi kepada para tenaga medis dan mahasiswa kepaniteraan klinik
bagian bedah.
1.3.Manfaat
Mahasiswa mampu menjelaskan kembali tentang devinisi amputasi ,etiologi
amputasi, indikasi amputasi, jenis amputasi,

pemilihan lokasi / level amputasi,

komplikasi amputasi dan penatalaksanaan, manajemen rehabilitasi amputasi, dan


prognosis amputasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Amputasi berasal dari kata : amputare (latin) atau apocope (yunani), yang
berarti : pancung. Dalam kamus Dorland dan Soelarto mendefinisikan amputasi
yaitu pembuangan anggota gerak/anggota badan/ hasil perkembangan badan.
Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir
manakala masalah yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin diperbaiki
dengan teknik lain, atau kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh
klien secara utuh atau merusak organ lain , seperti menimbulkan infeksi.
2.2 Etiologi
a. Defek lahir kongenital (5%)
Mayoritas tampak pada populasi pediatrik karena kegagalan pembentukan
sebagian atau seluruh bagian ekstremitas.
b. Didapat (95%)
1. Penyakit oklusi arterial (60%)
Insiden pada usia 60-70 tahun , penyakit vaskuler yang berhubungan dengan
amputasi adalah DM , arteriosklerosis, dan Buergers disease.
2. Trauma (30%)
Lebih banyak terjadi pada alat gerak bawah dengan ratio 10:1 di bandingkan
dengan alat gerak atas. Trauma dari ekstremitas melibatkan kerusakan pada
vaskuler, nervus , dan fraktur yang tidak menyembuh. Ini dapat membuat
ekstremitas secara permanen kurang fungsional. Dalam kasus ini, amputasi
dalam upaya menyelamatkan anggota badan , seringkali merupakan pilihan
terbaik.
3. Tumor (5%)
Adanya tumor yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
2.3 Indikasi amputasi
a. Live saving ( menyelamatkan jiwa )
Trauma disertai keadaan yang mengancam jiwa ( perdarahan dan infeksi ).
b. Limb saving ( memanfaatkan kembali kegagalan fungsi ekstremitas secara maksimal)
Seperti pada kelainan kongenital dan keganasan.

2.4 Jenis
a. Berdasarkan pelaksanaan amputasi , dibedakan menjadi :
1. Amputasi selektif/ terencana
Dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik
serta terpantau secara terus menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan
alternatif terakhir.
2. Amputasi akibat trauma
Amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan. Kegiatan tim
kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi dan memperbaiki kondisi
umum klien.
3. Amputasi darurat
Dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan tindakan yang
memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan
kerusakan/ kehilangan kulit yang luas.
b. Berdasarkan teknik yang dipakai secara garis besar , amputasi dibagi atas :
1. Closed amputation
Dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit
untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 cm dibawah
potongan otot dan tulang. Amputasi jenis ini memerlukan pemasangan drain yang
biasanya di biarkan selama 48-72 jam setelah operasi.

2. Open amputation ( guillotine amputasi)


Ujung stump tidak ditutup dengan flap kulit dan amputasi ini dilakukan sebagai
tindakan sementara. Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi berat . Luka
dibiarkan terbuka sampai infeksi teratasi, kemudian baru dikerjakan reamputasi.

2.5 Pemilihan lokasi / Level amputasi


Ekstremitas atas

Interscapulothoracic (forequarter)
Amputasi ini digunakan untuk avulsi traumatik anggota gerak atas akan tetapi jarang
terjadi , eradikasi tumor ganas dan paliasi nyeri yang tidak bisa ditangani dengan cara
lain.

Disartikulasi sendi bahu


Amputasi ini jarang di indikasi dan jika kaput humerus bisa ditanggalkan maka
penampilan setelah amputasi akan lebih baik. Jika 2,5 cm kaput humerus dapat
ditinggalkan di bawah lipatan aksila depan, maka pothesis masih bisa dipasang.

Amputasi transhumeral
7-10cm proksimal dari distal condylus humeri

Disarticulasi elbow

Amputasi transradial (bawah siku)


Minimal 5bm proksimal dari distal radius

Wrist disarticulation

Transmetacarpal amputation

Transphalangeal amputation

Ekstremitas bawah

Hemipelvictomi (Hindquarter amputation)


Amputasi ini hanya dapat dilakukan untuk keganasan.

Disartikulasi hip
Jarang diindikasikan dan pemasangan protesis akan sulit dilakukan.

Amputasi transfemoral
stump yang lebih panjang akan memberikan kontrol yang lebih baik terhadap
protesis . jika panjang stump kurang dari 18 cm dari puncak trokanter mayor maka
akan sulit mempertahankan stump dalam rongga. 10 cm diatas bagian terbawah dari
femur.

Knee disarticulation

Amputasi transtibial(below knee)


Stump yang sehat akan tepasang dengan baik pada pothesis sehingga memungkinkan
fungsi yang baik dan gait yang mendekati normal. Semakin panjang stump maka
semakin mudah memasang pothesis , akan tetapi panjang stump tidak melebihi 14 cm.
Dengan flap posterior yang panjang dan pemasangan drainage penyembuhan dapat
berlangsung meskipun terdapat gangguan aliran darah.

Above the ankle ( amputasi syme)


Amputasi ini kadangkala memberikan hasil yang sangat baik selama sirkulasi tungkai
baik. Amputasi ini dapat membeikan fungsi yang baik , akan tetapi secara kosmetik
kurang bagus. Flap tidak hanya terdiri dari kulit tetapi juga dari seluruh jaringan fibro
adiposus agar dapat menjadi tumpuan berat badan yang baik. Tulang dipotong sedikit
di atas maleolus .

Amputasi transmetatarsal
- Amputasi jari kaki

2.6 Komplikasi amputasi dan penatalaksanaan


a. Komplikasi dini
-

Hematoma
Hematoma dapat memperlambat penyembuhan luka dan menjadi media yang baik
bagi pertumbuhan bakteri. Hemostasis yang baik sebelum penutupan luka serta
pemakaian suction drrainage akan memperkecil frekuensi terjadinya hematoma.
Hematoma harus diaspirasi dan kemudian dibalut dengan erat.

Kerusakan flap kulit


Biasanya disebabkan oleh iskemik , jahitan yang terlalu tegang atau pada amputasi
below knee disebabkan oleh tibia yang ditinggalkan terlalu panjang dan menekan
flap.

Gas gangren
Clostridia dan spora dari perineum mungkin menginfeksi pada amputasi high
above knee.

b. Komplikasi lanjut

Masalah Kulit
yang paling sering adalah eksema yang disertai pembengkakan purulen . ulserasi
biasanya terjadi karena sirkulasi yang tidak baik dan untuk itu diperlukan
amputasi yang lebih tinggi.

Infeksi
Jika terjadi infeksi pada puntung, jika sifatnya terbuka, memerlukan terapi
antibiotik. Jika sifatnya tertutup, harus dilakukan insisi serta terapi antibiotik.

Otot
Jika terlalu banyak otot yang disisakan di ujung stump, efek bantalan yang tidak
stabil akan menyebabkan prothesis terganggu . pada keadaan ini jaringan lunak
yang brlebih harus dibuang.

- Masalah tulang
- Osteoporosis.
Bisa disebabkan karena penggunaan prostetik yang tidak memberikan pembebanan
pada sistem skeletal (by passing weight bearing).
- Bone spurs (pertumbuhan tulang yang berlebihan yang dapat menimbulkan
tekanan pada kulit).
- Skoliosis
Timbul biasanya pada pasien dengan panjang kaki yang tidak sama. Diterapi
dengan mengkoreksi panjang prosthesis.
-

Sirkulasi arteri
Sirkulasi yang tidak baik akan menyebabkan stump dingin dan kebiruan yang
mudah membentuk ulkus , masalah seperti ini sering terjadi pada amputasi below
knee dan karenanya diperlukan amputasi ulang.

Neuroma
Setiap syaraf yang terpotong akan membentuk neuroma dan kadangkala terasa
nyeri. Dengan mengeksisi 3 cm saraf diatas neuroma kadangkala akan
menghilangkan keluhan.

Phantom Sensation
Normal terjadi setelah amputasi alat gerak. Didefinisikan sebagai suatu sensasi
yang timbul tentang keberadaan bagian yang diamputasi. Pasien mengalami

sensasi seperti dari alat gerak yang intak, yang saat ini telah hilang. Kondisi ini
dapat disertai dengan perasaan tingling atau rasa baal yang tidak menyenangkan.
Dengan berlalunya waktu, phantom sensation cenderung menghilang tetapi juga
terkadang akan menetap untuk beberapa dekade. Sejumlah teori telah diajukan
untuk menjelaskan fenomena ini. Salah satunya adalah teori yang menyatakan
bahwa karena alat gerak merupakan bagian integral dari tubuh, maka akan secara
berkelanjutan memberikan sensory corteks rasa taktil, propriosepsi, dan terkadang
stimuli nyeri yang diingat sebagian besar di bawah sadar sebagai bagian dari
body image. Setelah amputasi, persepsi yang diingat tersebut akan menimbulkan
phantom sensation.
-

Phantom Pain
Dapat timbul lebih lambat dibandingkan dengan phantom sensation. Sebagian
besar phantom pain bersifat temporer dan akan berkurang intensitasnya secara
bertahap serta menghilang dalam beberapa minggu hingga kurang lebih satu
tahun. Rasa nyeri yang timbul merupakan akibat memori bagian yang diamputasi
dalam korteks dan impuls syaraf yang tetap menyebar karena hilangnya pengaruh
inhibisi yang secara normal diinisiasi melalui impuls afferent dari alat gerak ke
pusat .Phantom pain secara bervariasi digambarkan sebagai nyeri yang berbentuk
seperti cramping, electric shock like discomfort, crushing, burning, atau shooting
dan dapat bersifat intermitten, berkelanjutan, hilang timbul dalam suatu siklus
yang berdurasi beberapa menit . Phantom pain berat yang menetap dapat
dikurangi dengan terapi non invasif. Pasien sebaiknya diberikan analgesik yang
adekuat preoperatif dan didorong untuk merawat puntungnya paska operasi untuk
mengurangi sensitivitasnya

Edema
Edema pada stump akan menyebabkan proses penyembuhan yang lambat dan
akan membuat fitting prostetik menjadi sulit. Edema dapat dicegah dengan
berbagai macam cara seperti mempergunakan total-contact sockets, terutama jika
sifatnya inelastik, dengan penggunaan elastic bandaging, plaster cast, air bags
atau Unna .Latihan pada daerah puntung, penggunaan stump board serta
peninggian ujung tempat tidur hingga bersudut kurang lebih 30 drajat juga akan
membantu mengontrol edema.

Dibawah ini beberapa cara untuk mengontrol edema pada puntung:


a. Bandaging
Bandaging merupakan suatu cara yang kontroversial terutama pada pasien
dengan penyakit vaskuler, karena bandaging yang buruk akan menyebabkan
kerusakan pada puntung.
Elastic bandages selain membantu mengontrol edema tetapi

juga akan

mengecilkan dan membentuk alat gerak yang tersisa untuk prosthetic casting.
Sebuah balutan selebar 4 inchi biasanya dipergunakan untuk puntung di bawah
lutut. Untuk mempertahankan bandage, sebuah balutan berbentuk angka delapan
biasanya membalut sendi proksimal yang terdekat dengan puntung. Balutan
dimulai dari proksimal (langkah 1) lalu dibawa ke ujung distal puntung
(langkah2). Balutan lalu dibawa lagi ke proksimal (langkah 3) dan dibalutkan
membungkus sisa ujung distal (langkah 4). Tekanan yang diberikan sebaiknya
sama rata dan menurun ke arah lipat paha. Putaran harus dilakukan secara
diagonal, hindari putaran sirkuler untuk menghindari efek tourniquet yang dapat
menimbulkan edema di bagian distal .
Puntung sebaiknya dibalut ulang sedikitnya tiga kali sehari (paling baik setiap 3-4
jam sekali) dan pada kondisi bandage melonggar, menggeser atau menggulung.
Bandage

harus

dipergunakan

sepanjang

hari

tetapi

dilepaskan

jika

mempergunakan sebuah prosthesis. Pemakaiannya kurang lebih satu tahun dan


pasien beserta keluarganya harus diajarkan cara mempergunakannya secara
mandiri. Pemeriksaan kulit secara teratur harus dilakukan demikian pula dengan
pencucian kaus kaki dan bandage. Jika lutut dalam resiko terjadinya flexion
contracture, sebuah posterior plaster mid-thigh length splint dapat dipergunakan.
Pembalutan yang lebih keras secara progresif dilakukan jika luka sudah sembuh,
walaupun masih sutura belum diangkat. Penggunaan material pembalut diatas
luka harus dihentikan secepat mungkin bila pembentukan puntung yang baik telah
dicapai (9).

b. Massage puntung
Centripetal massage membantu mengurangi edema, memperbaiki sirkulasi dan
mencegah adhesi serta mengurangi ketakutan pasien untuk melatih puntungnya.

Masalah sendi
Kontraktur sendi terjadi karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak di
gerakkan. Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi
serta melakukan latihan sedini mungkin. Sendi diatas amputasi mungkin akan
kaku atau mengalami deformitas.

Manajemen Rehabilitasi Amputasi


A. Periode Pra- operasi
dibuatnya keputusan untuk amputasi.
anak lahir dengan congenital skeletal deficiency.
antibiotik pada kasus infeksi dan profilaksis pada kasus amputasi akibat trauma.

Periode Pasca Operasi


a. Fase akut pasca operasi
Analgetik adekuat
latihan luas gerak sendi secara aktif pada sendi di proksimal tempat
amputasi
b.

Fase pre-prosthetic
Tujuan manajemen rehabilitasi pada fase ini adalah :
Penyembuhan luka bekas operasi
mengontrol nyeri
mencegah dan mengatasi komplikasi pasca nyeri
mempertahankan kekuatan seluruh tubuh dan meningkatkan kekuatan
otot yang mengontrol puntung
edukasi prostetik fitting dan perawatanya
Dukungan untuk adaptasi terhadap perubahan karena amputasi

c. Fase prosthetic
Prosthetic alat pengganti anggota gerak yang berfungsi sebagai pengganti anggota
gerak yang hilang.
Preparatory/temporary prosthetic atau Definitive/permanent prosthesis
2.7 Prognosis
Keberhasilan operasi amputasi tergantung multifaktor dalam hal kepuasan secara
fungsional ataupun secara emosional. Tujuannya adalah bagian yang tersisa dari

amputasi dapat digunakan secara aktif bagi individu tersebut. Sebagian besar
amputasi di Amerika Serikat dilakukan pada orangtua dengan penyakit vaskuler
perifer. Angka kematian yang terkait sebesar 20% dalam tahun pertama dan 40 %
dalam waktu 5 tahun. 25-35% pasien mengalami depresi setelah tindakan
amputasi.

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
- Amputasi adalah

:pembuangan

anggota

gerak/anggota

perkembangan badan.
- Indikasi amputasi

: Live saving dan Limb saving

- jenis amputasi

: open amputation dan closed amputation

- komplikasi amputasi : komplikasi dini dan komplikasi lanjut


- edema dapat diatasi dengan elastic bandage figure of eight.

badan/

hasil

DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong W, Sjamsuhidajat R, Buku Ajar Ilmu Bedah , EGC, Jakarta, 2004.


2. Friedmann, LW. 1990. Rehabilitation of The Lower Extremity Amputee. Frederic J.
Kottke , et al (eds). Krusens Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation. 4th
Edition. Philadelphia : W.B Saunders Company. P.1024-1068
3. Mead

D,

Sharon

2007.

Lower

extremity

Amputation.

HYPERLINK

http//www.fhs.mcmaster.ca/surgery/documents/lower_extremity_amputation.pdf
4. Reksoprodjo, S. 1988. Indikasi dan Kondisi Pra/Pasca Amputasi . Naskah Lengkap
Simposium Kedokteran Fisik dan Rehabilitas Medik dalam Dalam Klinik. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Hal 48-49.
5. Vitriana 2002, Rehabilitas Pasien Amputasi Bawah Lutut dengan menggunakan
Immediate Post Operatve Prosthetic.

Anda mungkin juga menyukai