TIPOLOGI HISTORIS

SEJARAH RUMAH SUSUN DI INDONESIA TELAH DIMULAI SEJAK

1980 BERAWAL DENGAN DIDIRIKANNYA RUMAH SUSUN DI
KAWASAN TANAH ABANG JAKARTA YANG LETAKNYA DITENGAH
KOTA.
SEMAKIN PADATNYA SEBUAH KOTA MAKA SEMAKIN
TERASA PERUNTUKAN TANAH BAGI SUATU PEMUKIMAN
SEMAKIN BERKURANG DAN MAHAL. DI DAERAH PERKOTAAN
KALI TUMBUH WILAYAH-WILAYAH KUMUH YANG PADAT
PENGHUNI
DENGAN
PERMASALAHAN
PERMASALAHAN
DIDALAMNYA.
PERMASALAHAN DIDAERAH INI TIDAK HANYA SEMATA
MATA MASALAH BANGUNAN YANG TIDAK SESUAI DENGAN
STANDAR, MINIMNYA PENERANGAN, KETIADAAN AIR BERSIH,
RENDAHNYA
KUALITAS
INFRASTRUKTUR
TETAPI
JUGA
BESARNYA
MASALAH
SOSIAL
UNTUK
MENGATASI
PERMASALAHAN PEMUKIMAN YANG SULIT DIKALANGAN
MENENGAH KEBAWAH, PEMERINTAH MEMBERIKAN SOLUSI
UNTUK MENGIKUTI NEGARA-NEGARA LAIN SEPERTI MEXICO
CITY, KUALA LUMPUR DAN SINGAPURA DALAM MEMBANGUN
RUMAH TINGGAL BERSUSUN.
PADA ERA 90AN SIRKULASI PADA RUSUN MULAI
BERVARIASI. BENTUK-BENTUK BANGUNAN ADALAH PERSEGI
KARENA MEMPERMUDAH PENEMPATAN UNIT-UNIT HUNIAN
KARAKTERISTIK RUSUN DI ERA INI ADALAH DENGAN
MENGGUNAKAN ATAP PELANA MATERIAL SENG DAN
SIRKULASI TANGGA BERADA PADA BANGUNAN BAGIAN
TENGAH.

TIPOLOGI
FUNGSI

TIPOLOGI
GEOMETRI

BENTUK BANGUNAN YANG BIASANYA BERBENTUK

HURUF H, U, L, DAN T MENCIPTAKAN HUBUNGAN
RUANG (BANGUNAN DAN LINGKUNGAN) BERSIFAT
TERBUKA.

BENTUK DASAR DARI RUMAH SUSUN

ADALAH PERSEGI YANG SIMETRIS DAN
SEDERHANA. BIASANYA MENGGUNAKAN
BENTUK HURUF T, U, H, DAN L UNTUK
DENAH DAN SELANJUTNYA MENGALAMI
PENGURANGAN DAN PENAMBAHAN
SERTA KONFIGURASINYA DIPENGARUHI
KEBUTUHAN RUANG

BERDASARKAN PERATURAN MENTERI

PEKERJAAN UMUM NOMOR 05/PRT/M/2007
TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN
RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT
TINGGI , PERSYARATAN PENAMPILAN
BANGUNAN GEDUNG (B) DALAM HAL DENAH
BANGUNAN GEDUNG BERBENTUK T, L, ATAU U,
ATAU UNTUK MENCEGAH TERJADINYA
KERUSAKAN AKIBAT GEMPA ATAU PENURUNAN
TANAH

MENDUKUNG PERMUKAAN
SITE BERSIFAT LEVEL
KARENA MENURUT
PERMEN PU NO.
05/PRT/M/2007
KONSTRUKSI RUMAH
SUSUN HARUS TERBUAT
DARI BAHAN RINGAN

KAJIAN TEMA UMUM

Arsitektur harus mampu berfungsi sebagai filter terhadap lingkungannya,

baik yang bersifat fisik maupun nonfisik atau sosial. Demikian pula
arsitektur yang fungsional haruslah mampu beradaptasi dengan
lingkungannya, dalam arti arsitektur tersebut harus mampu memberikan
nilai tambah atau meningkatkan kualitas lingkungan tersebut, penyaringan
aspek-aspek negatif lingkungan ini disertai pula dengan pemanfaatan aspekaspek positif yang ada bahkan meningkatkannya. Perilaku dan tanggapan
masyarakat akan berbeda apabila fungsi filter tidak berjalan dengan baik.

KAJIAN TEMA PILIHAN

Arsitektur yang berlandaskan pada pemikiran
meminimalkan penggunaan energi tanpa
membatasi atau merubah fungsi bangunan,
kenyamanan maupun produktivitas
penghuninya dengan memanfaatkan sains dan
teknologi mutakhir secara aktif.
Mengoptimalkan sistem tata udara,tata cahaya,
intergrasi antara sistem tata udara buatanalamiah, sistem tata cahaya buatan-alamiah
serta sinergi antara metode pasif dan aktif
dengan material dan instrumen hemat energi.
Credo form follows function bergeser menjadi
form follows energy yang berdasarkan pada
prinsip konservasi energi (non-renewable
resources).

ENERGY EFFICIENT
ARCHITECTURE

MENGGUNAKAN VOID UNTUK

MENGOPTIMALKAN PENCAHAYAAN
ALAMI(SINAR MATAHARI),PENGHAWAAN ALAMI,
DAN SEBAGAI PENYEIMBANG TEMPERATUR
TIAP LANTAI

KONSEP DESAIN MINIMALIS ADALAH UNTUK

MEMANFAATKAN LAHAN SEMAKSIMAL MUNGKIN DAN
MENGHEMAT BIAYA PEMBANGUNAN TANPA
MENGHILANGKAN UNSUR ESTETIKA BANGUNAN