Anda di halaman 1dari 4

d'sam.

laher6303
keindahan dapat dilihat dari diri sendiri yang melihat

Minggu, 30 Oktober 2011


Praanggapan Dan Entailmen
Dalam bab sebelumnya, terdapat gagasan bahwa bahwa penutur menganggap informasi tertentu
sudah diketahui oleh pendengarnya. Karena informasi tesebut sudah diketahui oleh
pendengarnya, dan akibatnya akan menjadi bagian dari apa yang disampaikan namun tidak
dikatakan. Untuk itu istilah presupposisi dan entailmen sejak dini harus diperhatikan, sebab
keberadaannya digunakan untuk mendikripsikan dua aspek yang berbeda jenis informasi. Dan
istilah tersebut dianggap jauh lebih memusat terhadap pragmatik di waktu lampau daripada di
waktu sekarang.
Presupposisi adalah suatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum
menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki presupposisi adalah penutur bukan kalimat.
Entailmen adalah suatu yang secara logis ada atau mengikuti apa yang ditegaskan dalam tuturan.
Yang memiliki entailmen adalah kalimat, bukan penutur.
Mari kita coba mengidentifikasi sebagian informasi yang diasumsikan secara tepat, seperti
berikut:
Saudara laki-laki Mery membeli tiga ekor Kuda.
Dalam tuturan tersebut, penutur memiliki peranggapan bahwa seorang yang bernama Mery ada
dan dia memiliki seorang saudara laki-laki. Penutur mungkin juga menyimpan presupposisi yang
lebih khusus bahwa Mery hanya memiliki seorang saudara laki-laki dan dia memiliki banyak
uang. Sebenarnya semua presupposisi ini hanya milik penutur dan semua praanggapan itu bisa
salah. Kemudian, kalimat tersebut dianggap memiliki entailmen jika saudara laki-laki Mery
membeli sesuatu, membeli 3 ekor kuda, 2 ekor kuda, dan akibat logis lain yang sama.
Sebenarnya entailmen-entailmen ini berada dalam kalimat.
Presupposisi/praanggapan
Presupposisi dibicarakn sebagai hubungan antara dua presupposisi. Jika kita mengatakan bahwa
dalam kalimat (2a.) mengandung proposisi p dan kalimat dalam (2b.) mengandung proposisi q,
maka dengan menggunakan simbol >> yang berarti (yang dipra-anggapkan) kita dapat
menggambarkan hubungan itu seperti dalam (2c.).
(2) a. Anjing Mery itu cantik (= p)
b. Mery mempunyai seekor anjing (= q)
c. p >> q.
Yang menarik jika kalimat dalam (2a.) dibalik menjadi kalimat negatif/menyangkal (TIDAK p),
seperti dalam (3a.) kita akan mendapatkan hubungan preposisi tidak berubah.
(3) a. Anjing Mery tidak cantik (=TIDAK p)
b. Mery mempunyai seekor anjing (= q)
c. (TIDAK p >> q)
Biasanya presupposisi dijelaskan sebagai keajekan dibawah penyangkalan. Maksudnya keajekan
dibawah penyangkalan bahwa presupposisi suatu pernyataan akan tetap benar, walaupu kalimat

tersebut dijadikan menyangkal. Seperti dibawah berikut:


(4) a. Setiap orang tahu bahwa John itu seorang gay. (= p)
b. Tidak semua orang tahu bahwa John itu seorang gay . (= TIDAK p)
c. John itu seorang gay. (= q)
d. (p >> q dan TIDAK p >> q)
walaupun kedua penutur tidak sepakat tentang validas p (4a.), keduanya mengasumsikan
kebenaran q (4c.).
Jenis-jenis Presupposisi
Dalam presupposisi diasosiasikan dengan pemakaian sejumblah besar kata, frasa, dan struktur.
Disini kita meganggap bentuk-bentuk linguistik tersebut sebagai petunjuk-petujuk presupposisi
potensial, yang hanya akan mejadi presupposisi sebenarnya dalam konteks penutur. Dalam hal
ini, penutur diasumsikan terlibat dalam keberadaan entitas-entitas yang disebutkan.
Jika diperhatikan dalam contoh (4) terdapat tipe presupposisi yang berbeda. Kata kerja tahu
dalam setipa orang tahu bahwa q sebagai presupposisi. Informasi yang dipra-anggapkan yang
mengikuti kata kerja tahu dapat dianggap sebagai presupposisi faktif (nyata). Sejumblah kata
kerja lain yang terdapat dalam contoh (6) atau frasa-frasa yang melibatkan kata kerja be
memiliki presupposisi faktif.
(6) a. Dia [pr] tidak menyadari bahwa dia [lk] sakit. (>> Dia [lk] sakit)
b. Kami menyasal mengatakan kepadanya. (>> Kami mengatakan kepadanya)
c. Saya tidak sadar bahwa dia sudah menikah. (>> Dia sudah menikah)
d. Tidak mengherankan bahwa dia berangkat pagi-pagi. (>> Dia berangkat pagi-pagi)
e. Saya gembira bahwa ini berakhir. ( >> Ini berakhir)
Ada sejumblah bentuk lain yang mungkin paling baik dianggap sebagai presupposisi leksikal.
Dalam Presupposisi leksikal, pemakaian dalam suatu bentuk dengan makna yang dinyatakan
secara konvensional ditafsirkan dengan presupposisi bahwa suatu makna lain (yang tidak
dinyatakan) dipahami. Jika kita mengatakan bahwa seseorang melaksanakan untuk melakukan
sesuatu, makna yang ditegaskan adalah orang itu berhasil dalam beberapa hal, dan sebaliknnya.
Dalam kasus tersebut, terdapat presupposisi (yang tidak dinyatakan) bahwa orang itu mencoba
untuk melakukan sesuatu. Jadi, melaksanakan secara konvensional ditafsirkan sebagai
pernyataan yang diberhasilkan presupposisi yang diusahakan.
(7) a. Dia berhenti merokok. (>> Dulu dia biasa merokok)
b. Mereka mulai mengeluh. (>> Sebelumnya mereka tidak mengeluh)
c. Anda terlambat lagi. (>> Sebalumnya anda terlambat)
Presupposisi sruktural, memiliki stuktur kalimat-kalimat tertentu yang telah dianalisis sebagai
presupposisi secara tetap dan konvensional bahwa sebagian struktur itu sudah diasumsikan
kebenarannya. Informasi yang diprasangkakan (karena, dianggap benar) dan dari sisni
kebanarannya diterima oleh pendengar. Hal ini, dapat dilihat dalam contoh-contoh susunan
kalimat tanya.
(8) a. Kapan dia berangkat? (>> Dia berangkat)
b. Dimana anda beli sepeda itu? (>> Anda beli sepeda itu)
c. Kemana dia pergi? (>> Dia pergi)
(9) Seberapa cepat mobil itu berjalan ketika lampu itu berybah menjadi merah? (>> mobil itu
melanggar lampu merah)
Presupposisi ini, dapat menuntun pendengar untuk mempercayai bahwa informasi yang disajikan
itu benar, bukan sekedar presupposisi seseorang yang sedang bertanya.
Presupposisi non-faktif, adalah suatu presupposisi yang diasumsikan tidak benar. Langsung saja

kita liahat dalam conto (10) berikut:


(10) a. Saya bermimpi bahwa saya kaya. (>> Saya tidak kaya)
b. Kami membayangkan bahwa kami di Hawaii. (>> Kami tidak di Hawaii)
c. Dia berpura-pura sakit. (>> Dia tidak sakit)
Pembahasan deksis sebelumnya, telah mempelajari presupposisi faktual tandingan, yang berarti
bahwa apa yang dipra-anggapakan tidak hanya benar, tetapi merupakakan kebalikan dari yang
benar atau bertolak belakang dengan kenyataan. Tetapi, dalam pembahasan ini dikatakan suatu
persyaratan konter-faktual, mempra-anggapkan bahwa informasi dalam kaluasa bersyarat tidak
benar pada saat tuturan terjadi.
(11) a. Andaikata anda temanku, anda akan menolongku. (>> Anda bukan temanku)
b. Jika saya punya uang, saya akan beli rumah. (>> Saya tidak punya uang)
Agar lebih jelas, berikut tabel yang menggambarkan indicator-indikator presupposisi yang yang
sudah dibahas.
Tipe Contoh preuspposisi
Eksistensial X >> X ada
Faktif Saya menyesal meninggalakan >> Saya meninggalkan
Non-faktif Dia berpura-pura bahagia >> Dia tidak bahagia
Leksikal Dia berencana melarikan diri >> Dia mencoba melarikan
Struktural Kapan dia Meninggal? >> Dia meninggal
Konterfaktual Andaikata saya tidak sakit >> Saya Sakit
Masalah Proyeksi
Permasalahan yang akan dibahas dalam masalah proyeksi ini adalah presupposisi kalimat
sederhana menjadi bagian dari kalimat yang lebih kompleks. Inilah salah satu versi gagasan
umum bahwa arti dari keseluruhan kalimat itu merupakan gabungan dari arti gabungangabungan kalimat, akan tetapi arti dari sebagian presupposisi (sebagai bagian-bagian) tidak
mampu menjadi arti beberapa kalimat kompleks (sebagai keseluruhan).
Perlu diketahui, dalam menganalisis tipe ini, kita harus memperhitungkan situasi di mana
seseorang bertutur. Seperti seseorang berkata: saya membayangkan bahwa Kelly sakit dan tidak
seorangpun menyadari bahwa ia (Kelly) sakit. Mari kita lihat apa yang terjadi dengan
Presupposisi q (Kelly sakit).
(12) a. Tidak seorang pun menyadari bahwa Kelly sakit. (= p)
b. Kelly sakit. (= q)
c. p >> q
(padapoin ini, tuturan penutur [12 a.] mempraanggapkan [12 b.]
d. Saya membayangkan bahwa Kelly sakit (= r)
e. Kelly tidak sakit (= TIDAK q)
f. r >> TIDAK q
(pada poin ini, tuturan penutur [12 d.] mempra-anggapkan [12 c.].
g. Saya membayangkan bahwa Kelly sakit dan tidak seorang pun yang menyadari bahwa dia
sakit. (= r & p)
h. r & p >> TIDAK q
Contoh di atas,merupakan teknis analisis secara langsung. Tetapi mungkin sulit untuk
memikirkan suatu konteks di mana seseorang akan bicara secara kontekstual atau tidak langsung,
misalnya dalam adegan opera atau drama.

Entailmen Tersusun
Entailmen sebenarnya bukan konsep pragmatik, tetapi malah dianggap sebagai suatu konsep
logisyang murni, dengan symbol ||-.
(17) Rover mengejar 3 ekor tupai. (= p)
(18) a. Sesuatu mengejar 3 ekor tupai. (= q)
b. Rover melakukan sesuatu terhadap 3 tupai. (= r)
c. Rover mengejar 3 benda. (= s)
d. Sesuatu terjadi. (= t)
dalam hubungan antara (17) dengan (18) sebagai ||- q, secara sederhana kita sudah menandakan
suatu akibat yang logis. Namun, secara khusus penutur akan berkomunikasi dengan cara
penekanan, dimana entailmen diasumsikan sebagai bagian terdepan, atau lebih penting
menginterpresentasikan makna yang dimaksudkan daripada makna lainnya.

Anda mungkin juga menyukai