REAKSI ESTERIFIKASI
PEMBUATAN ETIL ASETAT
OLEH
KELOMPOK 4
KELAS A
INDRI YULIA
(1207154292)
SUBKHAN MAULANA
(1207136446)
TONI ARISSAPUTRA
(1207112220)
2013
ABSTRAK
Etil asetat adalah salah satu jenis senyawa yang memiliki rumus molekul
CH3COOC2H5. Etil Asetat dari hasil sintesis melalui reaksi esterifikasi fischer dari
asam asetat dengan etanol dengan bantuan katalis Asam Sulfat. Tujuan melakukan
percobaan ini adalah memepelajari reaksi esterifikasi terhadap asam karbosilat dan juga
membuat etil asetat dalam skala labor. Ke dalam labu didih dasar bulat masukkan 23,32 ml
etanol dan 11,43 ml asam asetat dan juga batu didih. Setelah itu ditambah dengan 10 ml asam
sulfat pekat dan dinginkan di dalam air. Kemudian di dalam labu disambungkan dengan
kondensor refluk terbalik selama 70 menit dengan suhu 74-76 C, kemudian dinginkan dan
didestilasi hingga didapatkan destilat dengan pengaturan suhu sekitar 74-76C. Hasil destilat
dimasukkan kedaalam corong pisah dan pisahkan dari air, yang kemudian dicuci
menggunakan Na2CO3 20% sebanyak dua kali, keringkan lapisan ester dengan 1
sendok CaCl2 anhidrat. Volume yang didapat sebesar 6,25 ml dengan rendemen sebesar
31,85%.
Kata Kunci : Asam karbosilat , destilasi, etil asetat, esterifikasi, refluk
ABSTRACT
Ethyl acetate is a type of compound that has the molecular formula CH 3COOC2H5.
Ethyl Acetate from synthesized via Fischer esterification of acetic acid with ethanol in the
presence of sulfuric acid. The purpose of conducting this experiment was my study of the
esterification reaction of the carboxylic acid and ethyl acetate was also made in the laboratory
scale. Into a round bottom boiling flask enter 23.32 ml 11.43 ml of ethanol and acetic acid and
boiling stones. After that coupled with 10 ml of concentrated sulfuric acid in the water and let
cool. Later in the flask connected with a reflux condenser for 70 minutes with the inverse
temperature of 74-76 C, then cool and distilled until the distillate obtained by setting a
temperature of about 74-76 C. Results kedaalam distillate included separating funnel and
separated from the water, which was then washed with 20% Na2CO3 twice, dried ester layer
with 1 tablespoon of anhydrous CaCl2. Volume of 6.25 ml were obtained with a yield of 31.85%.
Key word : Carbosilate acid, distillation, ecetice etyle, esterifications, reflux
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ester merupakan senyawa yang penting dalam industri dan secara biologis.
Maksud secara biologis disini adalah dalam bidang farmasi, beberapa obat
merupakan senyawa ester yang paling populer adalah obat penghilang rasa sakit
serta pelemas otot. Senyawa-senyawa tersebut adalah turunan asam salisilat
seperti aspirin dan minyak gosok.Ester yang merupakan turunan asam karboksilat
yang mana gugus OH pada asam karboksilat (RCOOH) diganti menjadi gugus
R ( alkil ) sehingga menjadi ester dengan rumus RCOOR. Ester terdapat pada
hampir semua makhluk hidup terutama tumbuh-tumbuhan. Ester mempunyai sifat
kimia yang sangat khas yaitu berbau cukup menyengat terutama berbau harum,
sehingga ester banyak diproduksi oleh makhluk hidup untuk menarik lawan jenis
maupun untuk membantu metabolisme dan aktivitasnya terutama pada tumbuhtumbuhan yang digunakan untuk menarik serangga untuk membantu penyerbukan
yang mana bau tersebut berasal dari campuran yang kompleks dari ester volatil.
Oleh karena sifatnya itu ester banyak dimanfaatkan oleh manusia, baik yang
diekstrak langsung dari tumbuh-tumbuhan dan hewan ataupun disintetis melalui
reaksi-reaksi kimia.
Etil asetat merupakan salah satu jenis senyawa yang memiliki rumus
molekul CH3COOC2H5. Produk turunan dari asam asetat ini memiliki
banyak kegunaan serta pasar yang cukup luas, seperti pengaroma buah dan
pemberi rasa seperti untuk es krim, kue, kopi, teh atau juga untuk parfum,
digunakan pada industri tinta cetak, cat dan tiner, lem, PVC film, polimer cair
dalam industry kertas, serta banyak industri penyerap lainnya seperti industry
farmasi, dan sebagainya.
Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut. Etil asetat
disintesis melalui reaksi esterifikasi Fischer dari asam asetat dan etanol, biasanya
disertai katalis asam seperti asam sulfat.
1.2 Tujuan
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Ester
Ester diturunkan dari asam karboksilat dengan mengganti gugus OH
dengan gugus OR (R adalah gugus alkil atau aril). Ester merupakan senyawa
organik yang bersifat netral, tidak bereaksi dengan logam Na dan PCl 3. Ester
termasuk salah satu turunan asam karboksilat yang diperoleh dengan mereaksikan
suatu asam (karboksilat) dengan alkohol atau phenol.
Rumusnya: RCOOR
R COOH
Ester
As.Alkanoat
R OH
Alkohol
R CH2 OH
Alkohol
+ R OH
Alkohol
produk dari suatu reaksi pemadatan pada suatu asam (pada umumnya suatu asam
organik) dan suatu alkohol atau campuran zat asam karbol,walaupun ada cara-cara
lain untuk membentuk ester. Pemadatan adalah suatu jenis reaksi kimia di mana
dua molekul bekerja sama dan menghapuskan suatu molekul yang kecil, dalam
hal ini dua gugus OH yang merupakan hasil eliminasi suatu molekul air.
Pembentukan ester melalui asilasi langsung asam karboksilat terhadap
alkohol, seperti pada esterifikasi Fischer lebih disukai ketimbang asilasi dengan
anhidrarida asam atau asil klorida. Kelemahan utama asilasi langsung adalah
konstanta kesetimbangan kimia yang rendah. Hal ini harus diatasi dengan
menambahkan banyak asam karboksilat, dan pemisahan air yang menjadi hasil
reaksi.
Pemisahan air dilakukan melalui distilasi Dean -Stark atau penggunaan
saringan
molekul.
Untuk
mendapatkan
ester
yang
tinggi
dari
reaksi
ester berasal dari essig-ather jerman, sebuah nama kuno untuk menyebut etil asam
cuka ester (asam cuka etil).
Ester dapat dibuat oleh suatu reaksi keseimbangan antara suatu alkohol
dan suatu asam karbon. Ester dinamai menurut kelompok alkil dari alkohol dan
kemudian alkanoat (bagian dari asam karbon). Sebagai contoh, reaksi antara
metanol dan asam butir menghasilkan ester metil butir C3H7-COO-CH3 seperti
halnya air. Yang paling sederhana adalah H-COO-CH3,metil metanoat. Karena
ester dari asam yang lebih tinggi, alkana menyebut dengan - oat pada akhiran.
Secara umum Ester dari asam berbau harum meliputi benzoat seperti metil
benzoat. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi
langsung antara suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol.
Seperti kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam
karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan detonasi.
Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif dan
eliminasi air akan menghasilkan ester yang dimaksud seperti reaksi singkat
berikut:
Gambar 2.4 Reaksi Pembentukan Etil Asetat (Clark, 2007)
relatif kecil sebaiknya jenis yang digunakan adalah proses batch. Sedangkan
proses esterifikasi kontinyu dipilih untuk kapasitas produksi yang relatif besar.
1. Proses Batch Produksi Etil Asetat
Proses produksi etil asetat secara batch pada prinsipnya adalah
dengan memanaskan 30 bagian asam asetat 80%, 30 bagian etanol 95%
dan 1 bagian asam sulfat dalam sebuah tangki silinder. Pemanasan
dengan menggunakan steam yang dialirkan ke kolom fraksinasi. Suhu
atas kolom fraksinasi dijaga 70oC agar dapat diperoleh komposisi
ternary azeotrop, yaitu 83% etil asetat, 9% etanol dan 8% air. Uap hasil
puncak dikondensasi, sebagian lagi direfluk, sebagian diambil sebagai
produk.
2. Proses Kontinyu Produksi etil asetat
Proses produksi etil asetat secara kontiyu untuk memperoleh
hasil yang maksimal. Asam asetat, etanol dan katalis asam sulfat
direaksikan
pada
reaktor
yang
dilengkapi
dengan
pengaduk.
CH3COOCH2CH3 + HCl
CH3COOCH2CH3 + CH3COOH
ester
melalui
asilasi
langsung
asam
Golongan
1.
Dengan
ester
yang
sangat
mudah
yang kedua.
Golongan 2. Ester dengan kemampuan menguap sebaikmya
dipisahkan dengan cara menghilangkan air yang terbentuk
secara destilasi.Dalam beberapa hal, campuran terner dari
alkohol.air dan ester dapat terbentuk.kelompok
ini layak
dan alkohol,
H+(aq)
H+(aq)
CH3COOH + CH3CH2OH
CH3CH2COOH +CH3OH
Mari kita mengambil contoh ester sama seperti kedua contoh di atas,
tapi menggunakan larutan natrium hdroksida bukan sebuah asam
encer:
CH3COONa
+ CH3CH2OH
natrium etanoat
etanol
CH3CH2COONa
natrium propanat
CH3OH
metanol
Pembahasan
ini
berkaitan
dengan
hidrolisis
basa
(dengan
sederhana.
Terbentuk asam karboksilat - kali ini, garam natrium dari sebuah
asam besar seperti asam oktadekanoat (asam stearat). Garam-garam
ini merupakan komponen sabun yang penting, yaitu komponen yang
melakukan pembersihan.
Juga terbentuk alkohol - kali ini, alkohol yang lebih rumit, propan1,2,3-triol (gliserol). Karena hubungannya dengan pembuatan sabun,
hidrolisis ester dengan basa terkadang disebut sebagai saponifikasi.
C
(ester)
OR
RCH2OH + ROH
(alkohol primer)
2.
3.
4.
5.
konversi
serta
perolehan
biodiesel
melalui
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-alat yang digunakan
Labu didih dasar bulat
3.2
3.3
Kondensor leibig
Corong pemisah
Termometer
Pipet tetes
Batang pengaduk
Corong
Mantel pemanas
Batu didih
Kertas saring
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mantel pemanas
Labu didih dasar bulat
Thermometer
Kondensor
Erlenmeyer
Aliran keluar
7. Aliran masuk
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil dan Perhitungan
Sampel
a. H2SO4 Pekat
b. CH3COOH
c. C2H5OH
d. etanol
0,4 mol Etanol + 0,2 mol Asam Asetat
Volume etanol = mol . Mr / densitas = 0,4 . 46 / 0,789 = 23,32 ml
Volume as. asetat = mol . Mr / densitas = 0,2 . 60 / 1,049 = 11,43 ml
M
B
S
Massa
88
0,2 =
Massa =17,6 gr
Rendemen =
=
17,6
0,897
= 19,62 ml
m
p
x 100%
x 100%
= 31,85%
4.2 Pembahasan
Senyawa etil asetat yang dibuat dalam percobaan ini adalah ester dari etanol
dan asam asetat, dengan wujud berupa cairan tak berwarna dan memiliki aroma
khas (balon). Esterifikasi pada dasarnya adalah reaksi yang bersifat reversibel
(dapat balik) karena ketika asam karboksilat (asam asetat) dan alkohol (etanol)
dipanaskan untuk bereaksi maka akan terjadi reaksi kesetimbangan antara ester
dan air, artinya bahwa ester dan air yang terbentuk dapat kembali menghasilkan
reaktan-reaktannya yaitu asam asetat dan etanol. Oleh karena itu, untuk
memperoleh hasil reaksi yang banyak maka diusahakan agar reaksi cenderung
bergeser ke arah produk yaitu dengan cara reaktan dibuat berlebih yang dalam
percobaan ini etanol dibuat berlebih ketika direaksikan dengan asam asetat.
Pada pembuatan etil asetat hal pertama yang dilakukan adalah
memasukkan etanol 23,32 ml dan asam asetat sebanyak 11,43 ml ke dalam labu
didih dasar bulat, yang ditambah dengan beberapa batu didih. Fungsi batu didih
adalah untuk menghomogenkan campuran, selain itu juga sebagai pemerata
pemanasan. Kemudian ditambah dengan asam sulfat pekat sebanyak 10 ml
sebagai katalis yang berguna untuk mempercepat reaksi dan menurunkan energi
aktivasi yang dilakukan dalam lemari asam. Labu didih yang berisi larutan
tersebut didinginkan dengan air yang terdapat pada panangas air dan digoyang
sempurna. Setelah itu larutan tersebut dipanaskan dengan kondensor refluks
terbalik selama 70 menit dengan rentang suhu 74-76. Maksud dari refluks
terbalik ialah larutan yang menguap dari labu didih akan masuk ke kondensor, dan
akan kembali lagi ke labu didih. Pada saat refluks suhu harus dijaga konstan pada
rentang 74-76 oC. Jika suhu terlalu rendah maka reaksi tidak akan sempurna dan
jika suhu terlalu tinggi, maka etanol akan menguap, karena titik didih etanol
adalah 78.
Setelah 70 menit, kemudian larutan didinginkan. Kemudian larutan
didestilasi sampai didapat destilat pada suhu 74-76oC. Proses destilasi ini
bertujuan memisahkan etil etanoat (etil asetat) dengan air, katalis, asam sisa,
etanol atau dengan kata lain untuk mendapatkan etil asetat murni. Karena produk
lain dari reaksi esterifikasi adalah H2O yang dapat dipisahkan dengan destilat
karena antara air dan etil asetat memiliki perbedaan titik didih (air : 100 0C
sedangkan etil asetat : 770C). Sehingga destilat (memiliki titik didih rendah akan
keluar terlebih dahulu) adalah etil etanoat (etil asetat).
Setelah itu, larutan etil asetat tersebut dicuci dengan Na 2CO3 20% pada
corong pemisah. Penambahan ini dimaksudkan untuk mengekstraksi asam sisa
dalam larutan etil asetat karena Na2CO3 memiliki kemampuan untuk mengekstrak
asam sisa menghasilkan garam natrium yang larut dalam air.
Dari hasil percobaan terlihat bahwa garam natrium yang larut dalam air
ini berada pada lapisan bawah sedangkan senyawa-senyawa organik berada pada
lapisan atas. Pembentukan 2 lapisan ini disebabkan oleh adanya perbedaan berat
jenis, dimana garam natrium yang larut dalam air memiliki berat jenis yang lebih
besar daripada senyawa organik yang terbentuk ( berat jenis Na2CO3 : 2,25 gr/cm3,
sedangkan berat jenis etil asetat : 0,89 gr/cm3). Selain itu, kepolaran juga sangat
mempengaruhi terjadinya pemisahan lapisan ini, dimana garam natrium dalam air
ini bersifat polar sedangkan senyawa-senyawa organik yang dihasilkan (etil
asetat) bersifat non polar.
Berdasarkan sifat kelarutannya, senyawa polar tidak akan larut dalam
pelarut non polar dan begitu pula sebaliknya, pelarut polar tidak dapat melarutkan
senyawa non polar. Lapisan bawah yang terbentuk dibuang sehingga hanya
menyisahkan lapisan atas (etil asetat). Kemudian larutan etil asetat ditambahkan 1
sendok CaCl2 anhidrat yang sebelumnya dipanaskan dalam oven selama 5 menit
pada suhu 100oC supaya dalam CaCl2 tidak ada lagi kandungan air. Hal ini
dimaksudkan agar kadar air yang masih terdapat pada etil asetat tadi dapat diikat
oleh CaCl2 anhidrat, dan terjadi proses pengeringan oleh CaCl2. Akan terbentuk 2
lapisan kembali dan lapisan bawah dibuang sehingga hanya menyisahkan lapisan
atas yang berupa etil asetat murni.
Volume etil asetat yang diperoleh adalah 6,25 ml, dimana volume yang
diperoleh lebih kecil dibandingkan volume awal. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu :
Kemungkinan pada saat proses destilasi, ester masih tersisa pada labu
besar, pemasangan alat destilasi harus rapat contohnya kondensor (tidak terdapat
celah untuk etil asetat menguap, karena etil asetat mudah menguap), juga kondisi
optimum untuk menghasilkan etil asetat yaitu pada suasana asam (penambahan
H2SO4 sebagai katalis perlu diperbanyak juga, karena dapat mempercepat
pembentukan reaksi), serta suhu operasi harus pada suhu optimum dan dijaga
konstan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Volume etil asetat murni yang diperoleh dari percobaan adalah 6.25 ml.
2. Rendemen yang diperoleh dari hasil percobaan adalah 31.85%.
5.2 Saran
1. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, maka ekses reaktan perlu
diperbesar. Mol reaktan berlebih dan mol reaktan pembatas diperbesar.
2. Pada pembuatan ester kita harus menjaga suhunya agar konstan, karena
apabila suhu terlalu tinggi dan terlalu rendah, maka ester yang ingin kita
buat tidak akan terbentuk, dengan kata lain pratikum kita gagal.
DAFTAR PUSTAKA
Alipart, 2011, Pembuatan etil asetat.
http://alipart.blogspot.com/2011/03/pembuatan-etil-asetat.html. diakses (20
april 2013)
Anonim,
2009,
http://www.chem-is-try.org/materi
kimia
/sifat
senyawa
LAMPIRAN A
DOKUMENTASI PRAKTIKUM