Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridhoNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah yang berjudul
Hukum Islam dan Kontribusi Umat Islam Indonesia. Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan pada semester II dalam mata kuliah
Pendidikan Agama Islam .
Dalam penulisan makalah ini, kami sangat berharap adanya kritik dan
saran yang membangun demi penyempurnaan penyusunan makalah ini. Serta
kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Nurbuana, S.Ag., M.Pd. I selaku dosen
pengampu yang telah memberikan bimbingannya kepada kami.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Serta
dapat dijadikan sebagai pedoman sumber informasi yang bermanfaat bagi
pembaca.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Palembang, 11 Maret 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI .. iii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 4
1.4 Metode Penulisan ............................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sumber Hukum Islam ..................................................................................... 5
2.2 Fungsi Hukum Islam di dalam Kehidupan Bermasyarakat .............................15
2.3 Kontribusi Hukum Islam dalam Perundang-undangan di Indonesia ..............17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
antara para ahli. Kaidah-kaidah yang bersumber dari Allah SWT kemudian lebih
dikonkretkan diselaraskan dengan kebutuhan zamannya rnelalui ijtihad atau
penemuan hukum oleh para mujtahid dan pakar di bidangnya masing-masing,
baik secara perorangan maupun kolektif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada maka dikemukakan
perumusan masalah sebagai berikut ini :
1. Apa saja Sumber Sumber Hukum Islam ?
2. Apakah Fungsi Hukum Islam dalam Kehidupan Masyarakat ?
3. Apa Kontribusi Umat Islam dalam Perumusan Sistem Hukum Nasional
di Indonesia ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai, adalah :
1. Untuk mengetahui sumber sumber Hukum Islam
2. Untuk mengetahui fungsi hukum islam dalam kehidupan masyarakat
3. Untuk menambah wawasan tentang kontribusi umat islam dalam
perumusan sistem hukum nasional
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan yaitu metode kualitatif yaitu penulis menggunakan
informasi melalui studi pustaka/ literature seperti buku, internet, media elektronik,
dan lain-lain.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sumber Hukum Islam
4
Al-kitab
2.
Al-Syifa (obat)
3.
Al-Huda (petunjuk)
membedakan antara yang haq dan yang bathil, serta menjadi peringatan, obat dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman. Sebagaimana yang telah diwahyukan oleh
Allah Swt dalam QS.Al-Isra 82: Dan kamiturunkan dari Al-quran suatu yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.
Al-Quran adalah sumber hukum utama dan pertama dalam islam. Karena
setiap muslim wajib berpegang teguh kepada isi kandungan Al-Quran dan
menempatka Al-Quran sebagai rujukan utama dan pertama dalam menetapkan
suatu hukum Allah SWT berfirman:
Artinya: Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah,
Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. al-Maidah: 44).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
Artinya: Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi
perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu
ketetapan, Akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan
Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah dia telah sesat,
sesat yang nyata. (al- Ahjab: 36).
Kedua ayat ini menegaskan kepada kita untuk selalu berpegang teguh pada
al-quran dan hadis sebagai dasar dan sumber hukum-hukum islam dan melarang
kita untuk menetapkan suatu perkara yang tidak sesuai dengan al-quran dan hadis
serta dilarang untuk mendurhakai allah dan rasul-Nya.
Fungsi Al-Quran
1) Petunjuk bagi Manusia. Allah swt menurunkan Al-Quran sebagai petujuk
umar manusia, seperti yang dijelaskan dalam surat (Q.S AL-Baqarah 2:185), (QS
AL-Baqarah 2:2) dan (Q.S AL-Fusilat 41:44)
2) Sumber pokok ajaran Islam. Fungsi AL-Quran sebagai sumber ajaran Islam
sudah diyakini dan diakui kebenarannya oleh segenap hukum Islam. Adapun
ajarannya meliputi persoalan kemanusiaan secara umum seperti hukum,
ibadah, ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan dan
seni.
3) Peringatan dan pelajaran bagi manusia. Dalam AL Quran banyak diterangkan
tentang kisah para nabi dan umat terdahulu, baik umat yang taat melaksanakan
serta mengganti kebun yang rusak itu dengan kebun lain yang
ditumbuhi pohon-pohon yang berbuah pahit rasanya.
5) Berita tentang zaman yang akan datang.Yakni zaman kehidupan akhir
manusia yang disebut kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat dimulai
dengan peniupan sangkakala (terompet) oleh malaikat Israil. Apabila
sangkakala pertama ditiupkan, diangkatlah bumi dan gunung-gunung,
lalu keduanya dibenturkan sekali bentur. Pada hari itulah terjadilah
kiamat dan terbelahlah langit. (Qs al-Haqqah (69) : 13-16.
6) Benih dan Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
7) Hukum yang berlaku bagi alam semesta.Sebagai sumber hukum yang
utama, maka Al Quran memuat sisi-sisi hukum yang mencakup
berbagai bidang.
Secara garis besar Al Quran memuat tiga sisi pokok hukum yaitu:
1. Hukum Itiqadah. Yakni hukum-hukum yang berhubungan dengan akidah
dan kepercayaan meliputi keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat,
Kitab-kitab, Rasul-rasul, hari Qiyamat dan ketetapan Allah (qadha dan
qadar).
2. Hukum Moral/ akhlaq. Yaitu hukum-hukum yang berhubungan dengan
prilaku orang mukallaf guna menghiasi dirinya dengan sifat-sifat
keutamaan / fadail al amaldan menjauhkan diri dari segala sifat tercela
yang menyebabkan kehinaan.
3. Hukum Amaliyah, yakni segala aturan hukum yang berkaitan dengan
segala perbuatan, perjanjian dan muamalah sesama manusia. Segi hukum
inilah yang lazimnya disebut dengan fiqh Al Quran dan itulah yang
dicapai dan dikembangkan oleh ilmu ushul al-Fiqh.
2. Al-Hadits Sebagai Sumber Hukum Kedua
As-sunnah menurut istilah yang dirumuskan oleh Ulama Hadis adalah
Segala sesuatu yang diambil dari Nabi Muhammad Saw baik berupa
perkataan, perbuatan maupun taqrir (ketentuan), pengajaran, sifat, kelakuan
dan perjalanan hidup baik yang terjadi sebelum masa kenabian atau
sesudahnya. Sedangkan menurut ulama Fiqh : Segala sesuatu yang diambil
Hadis Filiyah
Seluruh hadis yang bersumber dari perilaku atau perbuatan yang
ditampilkan oleh Nabi Muhammad Saw agar diconthkan atau diteladani
oleh umatnya.Contohnya: tata cara wudu , shalat, haji, dan lain-lain yang
diperbua dan dicontohkan oleh Nabi.
c.
Hadis Taqririyah
Seluruh hadis yang berbentuk ketetapan atau persetujuan Nabi
Muhammad Saw terhadap suatu perkara yang dilakuakn sahabat atau
umatnya. Dalam hal ini, Nabi Muhammad Saw memberikan persetujuan
atau ketetapan terhadap hal-hal positif yang dilakukan sahabatnya.
Sebagai contoh, nabi Muhammad saw menyetujui kalimat-kalimat azan
d.
Allah Swt telah mewajibkan agar kita mentaati hukum-hukum dan perbuatanperbuatan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw tersebut.
Firman Allah Swt :
. . . .
"Dan apa yang Rasul berikan untuk mu, maka terimalah ia, dan apa yang ia
larang bagimu, maka jauhilah." (Q.S. al-Hasyr : 7)
Dan taatilah Allah dan Rasul supaya kamu diberi rahmat. (Qs. Ali Imran [3]:
132)
Hadis sebagai sumber hukum islam yang kedua, juga ditetapkan oleh hadis itu
sendiri.sabda rasulullah : aku tinggalkan kepadamu sekalian dua perkara
apabila kamu berpegang teguh pada kedua perkara tersebut niscaya kau tidak
akan tersesat selama-lamanya,kedua perkara itu adalah kitab allah (Al-Quran)
dan sunnah Rasulullah(Hadits). (HR.Bukhari dan Muslim)
Hadits terdiri dari :
1. Matan, yaitu isi atau kandungan dari suatu hadis yang memuat berbagai
pengertian.
2. Sanad, yaitu jalan yang menyampaikan kepada matan hadis,yaitu namanama para perawinya yang berurutan menjadi sandaran dalam
periwayatan hadis menjadi perantara Nabi Muhammad Saw sampai
3.
10
bahu muaz bin jabal tanda setuju. Dan ini merupakan dasar hukum perlunya
ijtihad. Al-quran menjelaskan ada ULIL AMRIyang berarti mereka yang
berwenang menetapkan suatu maslahat bagi umat. Q.S An-Nisa ayat 59.
Persoalan apa sajakah yang boleh di ijtihadkan?
Para ulama sepakat bahwa semua masalah boleh diijtihadkan apabila kita
tidak menentukan penjelasan yang rinci tentang masalah tersebut, baik dalam alquran maupun hadist. Karenanya kita tidak diperkenankan lagi beijtihad dalam
masalah-masalah yang sudah jelas aturan dan dasar hukumnya, seperti shalat,
puasa, zakat dan haji.
Ijtihad semakin dirasakan penting ditengah-tengah kehidupan yang
semakin maju, maka semakin banyak pula permasalahan-permasalahan baru yang
belum pernah terjadi, baik pada masa rasul,sahabat maupun pada masa-masa
sebelunya.kini semakin, banyak masalah yang memerlukan ijtihad para ulama
menentukan status atau ketentuan hukumnya.
Diantara msalah-masalah tersebut misalnya:
1.
2.
3.
Bayi tabung
Ber-KB secara vasektomi dan tebektomi
Transpalantasi organ tubuh seperti jantung buatan, pemotongan hewan
dengan mesin,transfusi darah, dan sih banyak masalah lainnya.
Bentuk-bentuk Ijtihad
a.
Ijma
Menggunakan bahasa Ijma berarti menghimpun, mengumpulkan dan
menyatukan pendapat. Menurut istilah ijma adalah kesepakatan para
ulama tentang hukum suatu masalah yang tidak tercantum di dalam AlQuran dan Al-Hadits.
b.
Qiyas
Menurut bahasa Qiyas berarti mengukur sesuatu dengan contoh yang lain,
kemudian menyamakannya. Menurut istilah, Qiyas adalah menentukan
hukum suatu maslaah yang tidak ditentukan hukumnya dalam Al-Quran
dan Al-Hadits dengan cara menganalogikan suatu masalah dengan masalah
yang lain karena terdapat kesamaan illat (alasan).
c.
Istihsan
Menurut bahasa, Istihsan berarti menganggap/mengambil yang terbaik dari
suatu hal. Menurut istilah, Istihsan adalah meninggalkan qiyas yang jelas
(jali) untuk menjalankan qiyas yang tidak jelas (khafi), atau meninggalkan
12
13
14
main. Agar kepentingan individu dapat dicapai secara adil, maka dibutuhkan
penegakkan aturan main tersebut. Aturan main itulah yang kemudian disebut
dengan hukum islam yang dan menjadi pedomaan setiap pemeluknya. Dalam hal
ini hukum Islam memiliki tiga orientasi, yaitu:
1. Mendidik indiividu (tahdzib al-fardi) untuk selalu menjadi sumber
kebaikan,
2. Menegakkan keadilan (iqamat al-adl),
3. Merealisasikan kemashlahatan (al-mashlahah).
Orientasi tersebut tidak hanya bermanfaat bagi manusia dalam jangka
pendek dalam kehidupan duniawi tetapi juga harus menjamin kebahagiaan
kehidupan di akherat yang kekal abadi, baik yang berupa hukum-hukum untuk
menggapai kebaikan dan kesempurnaan hidup (jalbu al manafi), maupun
pencegahan kejahatan dan kerusakan dalam kehidupan (daru al-mafasid).
Bbegitu juga yang berkaitan dengan kepentingan hubungan antara Allah dengan
makhluknya. Maupun kepentingan orientasi hukum itu sendiri.
Sedangkan fungsi hukum Islam dirumuskan dalam empat fungsi, yaitu:
1. Fungsi Ibadah. Dalam adz-Dzariyat: 56, Allah berfirman: Dan tidak aku
ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu. Maka
dengan dalil ini fungsi ibadah tampak palilng menonjol dibandingkan
dengan fungsi lainnya.
2. Fungsi amar makruf nahi munkar (perintah kebaikan dan peencegahan
kemungkaran). Maka setiap hukum Islam bahkan ritual dan spiritual pun
berorientasi membentuk mannusia yang yang dapat menjadi teladan
kebaikan dan pencegah kemungkaran.
3. Fungsi zawajir (penjeraan). Aadanya sanksi dalam hukum islam yang
bukan hanya sanksi hukuman dunia, tetapi juga dengan aancaman siksa
akhirat dimaksudkaan agar manusia dapat jera dan takut melakukan
kejahatan.
4. Fungsi tandzim wa ishlah al-ummah (organisasi dan rehabilitasi
masyarakat). Ketentuan hukum sanksi tersebut bukan sekedar sebagai
15
batas ancaman dan untuk menakut-nakuti masyarakat saja, akan tetapi juga
untuk rehaabilitasi dan pengorganisasian umat mrnjadi leboh baik. Dalam
literatur ilmu hukum hal ini dikenal dengan istilah fungsi engineering
social.
Keempat fungsi hukum tersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja untuk bidang
hukum tertentu tetapi saatu deengan yang lain juga saling terkait.
2.3 Kontribusi Umat Islam Dalam Perumusan dan Penegakan Sistem
Hukum Indonesia
Hukum islam ada dua sifat, yaitu:
a.
Al- tsabat (stabil), hukum islam sebagai wahyu akan tetap dan tidak berubah
sepanjang masa
b.
Hukum Islam memiliki prospek dan potensi yang sangat besar dalam
pembangunan hukum nasional. Ada beberapa pertimbangan yang menjadikan
hukum Islam layak menjadi rujukan dalam pembentukan hukum nasionalyaitu:
1. Undang-undang yang sudah ada dan berlaku saat ini seperti, UU Perkawinan,
UU Peradilan Agama, UU Penyelenggaraan Ibadah Haji, UU Pengelolaan
Zakat, dan UU Otonomi Khusus Nanggroe Aceh Darussalam serta beberapa
undangundang lainnya yang langsung maupun tidak langsung memuat hukum
Islam seperti UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang mengakui
keberadaan Bank Syari'ah dengan prinsip syari'ahnya., atau UU NO. 3 Tahun
2006 tentang Peradilan Agama yang semakin memperluas kewenangannya,
dan UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
2. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih kurang 90 persen beragama
Islam akan memberikan pertimbangan yang signifikan dalam mengakomodasi
kepentingannya.
3.
16
4.
Politik pemerintah atau political will dari pemerintah dalam hal ini sangat
menentukan. Tanpa adanya kemauan politik dari pemerintah maka cukup
berat bagi Hukum Islam untuk menjadi bagian dari tata hukum di Indonesia.
Untuk lebih mempertegas keberadaan hukum Islam dalam konstalasi
hukum nasional dapat dilihat dari Teori eksistensi tentang adanya hukum Islam di
dalam hukum nasional Indonesia. Teori ini mengungkapkan bahwa bentuk
eksistensi hukum Islam di dalam hukum nasionallndonesia itu ialah:
1. Ada dalam arti sebagai bagian integral dari hukum nasional lndonesia.
2. Ada dalam arti kemandirian, kekuatan dan wibawanya diakui adanya oleh
nasional dan diberi status sebagai hukum nasional.
3. Ada dalam hukum nasional dalam arti norma hukum Islam (agama) berfungsi
sebagai penyaring bahan-bahan hukum nasionallndonesia.
4. Ada dalam arti sebagai bahan utama dan unsur utama hukum nasional
Indonesia.
Bila dilihat dari realitas politik dan perundang-undangan di Indonesia nampaknya
eksistensi hukum Islam semakin patut diperhitungkan seperti terlihat dalam
beberapa peraturan perundangan yang kehadirannya semakin memperkokoh
Hukum Islam:
1.
Undang-Undang Perkawinan
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disahkan dan
diundangkan di Jakarta Pada tanggal 2 Januari 1974 (Lembaran Negara Tahun
1974 No. Tambahan Lembaran Negara Nomer 3019).
2.
17
4.
18
5.
6.
7.
8.
19
20
kehidupan umat Islam, minimal dengan menetapkan apa yang harus dianggap baik
dan buruk, apa yang menjadi perintah, anjuran, perkenan, dan larangan agama.
Kedua, banyak keputusan hukum dan unsur yurisprudensial dari hukum Islam
telah diserap menjadi bagian dari hukum positif yang berlaku. Ketiga, adanya
golongan yang masih memiliki aspirasi teokratis di kalangan umat Islam dari
berbagai negeri sehingga penerapan hukum Islam secara penuh masih menjadi
slogan perjuangan yang masih mempunyai appeal cukup besar.Terkait dengan
upaya tersebut dalam tulisan ini penulis ingin lebih fokus melihat sumbangan
tradisi hukum Islam atau hukum fiqh dalam rangka pembangunan hukum
nasional. Karena, hukum Islam (hukum fiqh) itu sendiri secara umum memang
diakui sebagai salah satu sumber dalam rangka pembaruan hukum di Indonesia,
selain hukum adat dan hukum barat. Bagaimana pun, hukum barat, hukum adat,
maupun hukum Islam itu, mempunyai kedudukan yang sama sebagai sumber
norma bagi upaya pembentukan hukum nasional.
Selain itu, secara sosiologis, kedudukan hukum Islam (hukum fiqh) itu
sendiri di Indonesia, melibatkan kesadaran keagamaan mayoritas penduduk yang
sedikit banyak berkaitan pula dengan masalah kesadaran hukum. Baik norma
agama maupun norma hukum selalu sama-sama menuntut ketaatan. Apalagi, jika
norma hukum itu disebandingkan dengan aspek hukum dari norma agama itu,
akan semakin jelaslah keeratan hubungan antara keduanya. Keduanya sama-sama
menuntut ketaatan dan kepatuhan dari warga masyarakatnya.
Tahir Azhari mengatakan bahwa hukum Islam mengikat setiap individu
yang beragama Islam untuk melaksanakannya, yang implementasinya terbagi
dalam 2 perspektif, yaitu : ibadah mahdlah, dan tanpa campur tangan penguasa
kecuali untuk fasilitasnya muamalah, baik yang bersifat perdata maupun publik,
yang melibatkan kekuasaan negara. Kontribusi baru dari hukum Islam terhadap
hukum nasional adalah berupa kehadiran Kompilasi Hukum Ekonomi Syari'ah
melalui PERMA Nomor 02 Tahun 2008. Pasal 1 Perma tersebut menyatakan
bahwa Kitab ini menjadi pedoman prinsip syari'ah bagi para Hakim dengan tidak
mengurangi tanggung jawab Hakim untuk menggali dan menemukan hukum
untuk menjamin putusan yang adil dan benar.
21
Atas berkat Rahmat Allah Yang Mahakuasa dan dengan didorong oleh
keinginanluhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia,menyatakan dengan ini kemerdekaannya."
2.
3.
masuknya islam ke Indonesia pada abad ke 1 hijriyah atau 7/8 masehi. Sedangkan
hukum barat bary diperkenalkan VOC awal abad 17 masehi. Sebalum islam
masuk indonesia, rakyat indonesia menganut hukum adat yang bermacam-macam
sistemnya dan sangat majemuk sifatnya. Namun setelah islam datang dan menjadi
agama resmi di berbagai kerajaan nusantara, maka hukum islam pun munjadi
hukum resmi kerajaan-kerajaan tersebut dan tersebar manjadi hukum yang
berlaku dalam masyarakat.
Dalam pembentukan hukum islam di indonesia, kesadarn berhukum islam
untuk pertama kali pada zaman kemeerdekaan adalah di dalam Piagam Jakarta 22
juni 1945 , yang di dalam dasar ketuhanan diikuti dengan pernyataan dengan
kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya. Tetapi dengan
pertimbangan untuk persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia akhirnya
mengalami perubahan pada tanggal 18 Agustus 1945 yang rumusan sila
22
23
perlu law inforcement dalam penegakkan hukum islam dengan hukum positif
yaitu melalui perjuangan legislasi. Sehingga dalam perjaalananya suatu ketentuan
yang wajib menurut islam menjadi wajib pula menurut perundangan.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Al-Quran juga di definisikan ialah 'Kalam Allah Swt yang diwahyukan
kepada nabi yang terakhir Muhammad Saw, yang merupakan mukjizat yang
terbesar diberikan Allah Swt terhadap Rasul Saw dan membacanya merupakan
ibadah (pahala).
Hadis merupakan salah satu sumber hukum islam yang wajib kita taati.
Allah Swt telah mewajibkan agar kita mentaati hukum-hukum dan perbuatanperbuatan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw tersebut.
Ijtihad ialah bersungguh-sungguh menggunakan akal pikiran untuk
merumuskan dan menetapkan hukum atau suatu perkara yang tidak ditemukan
kepastian hukumnya dalam Al-Quran maupun Hadits.
Fungsi hukum Islam dalam kehidupan bermasyarakat yaitu fungsi ibadah,
fungsi amar maruf nahi munkar, fungsi zawazir dan fungsi tanzim wa Islah al
Ummah. Serta, kontribusi hokum Islam yang sudah menjadi hokum nasional
antara lain hokum perkawinan, hokum tentang pelaksanaan haji, bagi hasil, infaq
dan wakaf.
24
25