Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

INDERA RASA KULIT

Oleh :
NAJLA IRHAMNI PHASA
141610101056

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum ini dengan judul: Laporan Praktikum Fisiologi Indera Rasa Kulit
dengan lancar dan tepat waktu.
Laporan Praktikum ini penulis susun sebagai salah satu sarana untuk lebih
mendalami materi tentang indera rasa kulit. Dalam proses penyusunan laporan ini,
penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, sehingga laporan ini
dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam menyusun
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa hasil yang dicapai dalam penulisan laporan ini
masih terdapat berbagai kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan
ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jember, 3 Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI
Daftar Isi

.........................................................................

Bab I :Dasar Teori

.........................................................................

Bab II : Hasil Percobaan

.........................................................................

Bab III : Pembahasan

.........................................................................

Bab IV : Kesimpulan

.........................................................................

Daftar Pustaka

.........................................................................

ii

BAB I
DASAR TEORI
1.
1.1. Kulit
1.1.1. Definisi Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan
membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa
sekitar 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan (Wasitaatmadja,
2010).
1.1.2. Anatomi Kulit
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama
yaitu: lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Lapisan
epidermis terdiri atas:
a. Stratum korneum (lapisan tanduk) merupakan lapisan kulit
yang terluar dan terdiri atas sel-sel gepeng yang mati, tidak
berinti, dan keratin.
b. Stratum lusidum merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti
dengan protoplasma yang telah menjadi protein.
c. Stratum granulosum (lapisan keratohialin) yaitu dua atau tiga
lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma butir kasar dan berinti di
antaranya.
d. Stratum spinosum (stratum Malphigi) terdiri atas beberapa lapis
sel yang berbentuk poligonal dengan besar yang berbeda akibat
adanya proses mitosis.
e. Stratum basale terbentuk oleh sel-sel berbentuk kubus
(kolumnar) yang tersusun vertikal dan berbaris seperti pagar
(palisade).
Lapisan dermis berada di bawah lapisan epidermis dan lebih tebal
daripada lapisan epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan
fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara
garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis yang
berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

b. Pars retikulare, yaitu bagian yang menonjol ke arah subkutan


yang berisi serabut-serabut penunjang misalnya: serabut
kolagen, elastin, dan retikulin.
Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis yang terdiri atas
jaringan ikat longgar berisi sel lemak. Lapisan sel-sel lemak disebut
panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan
ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening
(Wasitaatmadja, 2010).
1.1.3. Faal Kulit
A. Fungsi proteksi, menjaga bagian dalam tubuh terhadap
gangguan fisik atau mekanis, gangguan kimiawi, gangguan yang
bersifat panas, dan gangguan infeksi luar dengan adanya
bantalan lemak. Menurut Lazarus (1999) bahwa stres adalah
keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari
tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial
membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan
individu untuk mengatasinya.
B. Fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air,
larutan dan benda padat dengan permeabilitas terhadap O2,
CO2, dan uap air sehingga kulit ikut ambil bagian dalam fungsi
respirasi. Penyerapan berlangsung melalui celah antar sel,
menembus sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar.
C. Fungsi ekskresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat
yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh
berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.
D. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensoris di
dermis dan subkutis. Rangsang panas oleh badan-badan Ruffini
di dermis dan subkutis, rangsang dingin oleh badan-badan
Krause di dermis. Badan Meissner di papila dermis dan badan
Merkel Ranvier di epidermis berperan terhadap rabaan.
Sedangkan rangsang tekanan oleh badan Paccini di epidermis.
E. Fungsi pengaturan suhu tubuh, dengan cara mengeluarkan
keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit.
F. Fungsi pembentukan pigmen.
G. Fungsi keratinisasi.
2

H. Fungsi pembentukan vitamin D, dengan mengubah 7 dihidroksi


kolesterol melalui pertolongan sinar matahari (Wasitaatmadja,
2010).
1.1.4. Sensasi Rasa Kulit
Alat peraba (Organon tactus) terdapat di kulit. Selain rambut dan
kelenjar (lemak dan keringat), terdapat rseeptor reseptor panas, dingin,
sakit, dan rabaan atau tekanan yang tersebar di seluruh kulit. Di beberapa
tempat terdapat reseptor tertentu yang lebih rapat dan lebih banyak bila
dibandingkan dengan tempat tempat lainnya.
Reseptor pada kulit menurut Radiopetro (1986) adalah :
1. Bulu
2. Badan meissner (Corpusculum tractus), untuk meraba sentuhan
atau rabaan tajam.
3. Badan ruffini (Corpuculum cylintricum), untuk meraba panas.
4. Badan vator paccini (Corpuculum lamellosum), untuk
merasakan tumpul.
5. Serabut syaraf bebas, sebagai reseptor nyeri.
6. Meriscus dan Merchel.
Menurut Radiopetro (1986), terdapat bermacam macam reseptor,
yaitu :
1. Reseptor sakit (Nocireseptor).
a. Sakit tajam dan dangkal, terdapat pada akhiran syaraf
diantara sel ephitel.
b. Sakit tumpul dan dalam, terdapat pada akhiran syaraf di
sekitar pembuluh darah.
2. Reseptor rabaan dan tekanan (Tangoseptor)
a. Meisner (tajam).
b. Merchel (tumpul).
c. Vator-paccum (tumpul).
3. Reseptor panas dan dingin (Thermoreseptor)
a. Kraus (dingin)
b. Ruffini (panas)
c. Golgi mazzim (panas)
Menurut

Ganong

(1983),

reseptor

kinaesthesi

menerima

rangsangan kinaesthesi, yaitu gerakan-gerakan dan ketegangan pada otototot serta selubung persendian. Kegunaannya adalah untuk mengetahui
sikap anggota badan dan beban yang dibawa (berat atau ringan). Senasasi-

sensasi lain berupa pencampuran rangsangan pada beberapa reseptor


secara bersama-sama dalam kondisi tertentu. Sensasi-sensasi tersebut
berupa:
1. Geli, yaitu rasa terhadap reseptor tekanan dengan rangsangan
sub-liminal dan terjadi secara berkali-kali.
2. Gatal, yaitu rasa terhadap reseptor sakit yang besarnya subliminal.
3. Pedih, yaitu rasa terhadap reseptor panas, dingin, dan sakit
yang terjadi secara bersama-sama.
Kita dapat membedakan benda-benda dengan reseptor panas,
dingin, dan atau tekanan, tanpa melihat bendanya. Bentuk dan besar benda
dapat dibedakan dengan reseptor tekanan yang digeserkan.
Diduga bahwa akhiran saraf yang mengelilingi folliliculus rambut
ialah reseptor taktil. Pada tempat-tempat dimana tidak ada rambut, tetapi
dengan kepekaan besar terhadap stimulus taktil, ternyata terdapat banyak
corpusculum tractus. Diduga bahwa meniscus tractus juga merupakan
suatu receptor taktil. Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi perasaan
taktil kasar dan perasaan taktil halus. Impuls taktil kasar dihantarkan oleh
tractus spinothalamicus anterior, sedangkan implus taktil halus dihantarkan
melalui faciculus gracilis dan faciculus cunneatus. (Guyton, 1983).
Perasaan taktil ada dua macam :
1. Perasaan taktil yang halus
Kepekaan terhadap taktil halus diketahui dengan menentukan
jarak terdekat antara dua titik di kulit yang sekaligus distimulasi
dan masih dapat dibedakan sebagai dua titik. Implus taktil ini
dihantarkan melalui fasciculus gracillis cuneatus.
2. Perasaan taktil kasar
Implus taktil ini dihantarkan melalui tractus spinothalamicus
anterior.

Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan dan getaran sering di
golongkan sebagai sensasi terpisah, mereka semua dideteksi oleh jenis
reseptor yang sama. Satu-satunya perbedaan diantara ketiganya adalah:
1. Sensasi raba, umunya disebabkan oleh reseptor taktil di dalam
kulit atau di dalam jaringan tepat dibawah kulut.
2. Sensasi tekanan biasanya disebabkan oleh perubahan bentuk
jaringan yang lebih dalam
3. Sensasi getaran, disebabkan oleh sinyal sensori yang berulang
dengan cepat, tetapi menggunakan beberapa jenis reseptor yang
sama seperti yang digunakan untuk raba dan tekanan.
Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus besar, sehingga
diduga bahwa akhiran syaraf yang mengelilingi foliculus rambut adalah
reseptor taktil. Kita dapat membedakan benda-benda tanpa melihat
bentuknya. Disini yang berperan adalah reseptor kinaesthesi. Bentuk dan
berat benda dapat dibedakan dengan reseptor tekanan yang digeserkan.
Pada tempat di mana tidak ada rambut, tetapi dengan kepekaan
yang besar terdapat stimulus taktil, ternyata banyak corpuscullum tactus.
Diduga bahwa miniscus

tactus

juga merupakan

reseptor taktil.

( Guyton,1994 ).
Mekanisme sensoris yang dapat dirasakan dapat dibagi dalam dua
golongan menurut pilogenesisnya, jalur saraf spinalnya dan daerah korteks
serebri tempat mekanisme ini diintegrasikan.
Golongan pertama, paleo-sensibilitas, yang meliputi rasa-rasa
primitive atau rasa-rasa vital seperti rasa raba, tekan, sakit, dingin, dan
panas. Saraf aferen dari rasa-rasa ini bersinaps dengan interneuroninterneuron yang bersinaps lagi dengan motorneuron-motorneuron dari
medulla spinalis dan sentrum atasan (thalamus dan korteks serebri)
melalui traktus spinotalamikus.
Golongan kedua, gnostic atau neo-sensibilitas, yang meliputi rasarasa yang sangan dideferensiasikan, seperti pengenalan letak rasa tekan,
diskriminasi rasa tekan, diskriminasi kekuatan rangsang, diskriminasi
kekasaran, diskriminasi ukuran dan bentuk. Saraf aferen dari rasa-rasa ini
menghantarkan impuls-impuls yang terutama dialirkan melalui traktus

dorso-spinalis ke arah sensoris di dalam korteks serebri, setelah


diintegrasikan seperlunya pada pusat-pusat di bawahnya (Suhartini dkk,
2014).

BAB II
HASIL PERCOBAAN
2.1 Rasa Panas dan Dingin
A. Pada Jari Tangan
Jari
Kanan
Kiri
KananKiri

Stimulus
Es
Air Hangat
Air Biasa

Respon
Nyeri, sangat dingin, jari menjadi kaku
Sedikit panas
Terasa hangatterasa dingin

B. Pada Punggung Tangan


Lokasi
Punggung tangan
Punggung tangan

Stimulus
Alkohol

Respon
Terasa sejuk
Terasa sangat dingin

2.2 Reaksi-reaksi di Kulit


+
+

++

+
+

+
+

+
+
+

+
+
Telapak Tangan

++
+

++
+ +

++
+ +
+

+
+
+
Lengan Bawah

+
+

+
+

+ +

+
+

+
+

Kuduk
+

+
+

+
+

+
+
+

+
+

Pipi
Keterangan
Panas
Dingin
Nyeri
Tekan

: merah
: hijau
: hitam
: biru

Jumlah Reseptor
No.

Perlakuan

Rata-rata Kulit
Telapak
Tangan

Lengan
Bawah

Kuduk

Pipi

1.

Nyeri

2.

Tekan

3.

Suhu dingin

4.

Suhu panas

2.3 Data Hasil Percobaan Neo-sensibilitas


2.3.1 Lokalisasi Rasa Tekan
Lokasi
Ujung jari
Telapak tangan
Lengan bawah
Lengan atas
Pipi
Kuduk

2.3.2

I
4
2
7
15
5
8

Jarak Titik Tunjuk (mm)


II
III
Rata-rata
0
1
2
1
4
5,6
10
15
4,3
5
6
20
1
4
3,3
2
9
6,3

Diskriminasi Rasa Tekan

Rangsangan Simultan

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Lokasi
Telapak tangan
Lengan bawah
Lengan atas
Pipi
Kuduk
Bibir
Lidah
Depan telinga

Dari Kecil ke Besar


Jarak Dua Titik
(mm)
Rerata
I
II
III
10
12
12
11,3
16
16
22
14,6
18
14
18
16,7
8
8
10
8,6
22
20
22
20,6
14
12
10
12
10
8
10
23
18
16
18
17,3

Dari Besar ke Kecil


Jarak Dua Titik
(mm)
Rerata
I
II
III
8
8
10
8,6
20
16
24
20
14
24
22
20
10
12
10
10,6
26
24
20
26
12
10
12
11,3
10
10
8
9,3
20
22
20
20,6

Rangsangan Berurutan

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Lokasi
Telapak tangan
Lengan bawah
Lengan atas
Pipi
Kuduk
Bibir
Lidah
Depan telinga
2.3.3

Dari Kecil ke Besar


Jarak Dua Titik
(mm)
Rerata
I
II
III
10
10
12
10.6
18
16
18
17,3
14
12
18
14,6
14
12
10
12
20
18
22
20
8
10
8
8,6
10
12
10
10,6
8
10
12
10

Dari Besar ke Kecil


Jarak Dua Titik
(mm)
Rerata
I
II
III
12
10
10
10,6
16
14
18
16
16
16
18
16,6
10
10
14
15,3
20
22
18
20
10
8
10
9,3
12
10
12
11,3
10
12
10
10,6

Diskriminasi Kekuatan Rangsangan atau Hukum


Weber-Fechner

No.

Beban Awal (gram)

Ulangan (gram)

Rerata

I
II
III
(gram)
1.
Beban awal 5 gram
5
5
5
5
2.
Beban awal 10 gram
10
10
10
10
3.
Beban awal 50 gram
10
10
10
10
4.
Beban awal 100 gram
10
15
10
11,6
5.
Beban awal 200 gram
15
15
15
15
Sesuaikah hukum Weber-Fechner dengan hasil percobaan?
Sesuai
Tidak sesuai
Mengapa?
Karena menurut hukum tersebut didapatkan bahwa sebuah rangsang

yang didapatkan akan lebih rendah daripada stimulus yang diberikan


sehingga beban akan terasa lebih ringan dari beban asalnya.
2.3.4 Kemampuan Diskriminasi
2.3.4.1 Kemampuan Diskriminasi Kekasaran

No.
1.
2.
3.
4.

Kekasaran
Kertas
Gosok
0
1
2
3

Jari Tangan

Telapak Tangan

Lengan Bawah

Kuduk

Ulangan

Ulangan

Ulangan

Ulangan

II
X

III

I
X

II
X

III

X
X

2.3.4.2 Kemampuan Diskriminasi Bentuk

II

III

II
X
X

III
X

No.
1.
2.
3.
4.

Jari Tangan

Telapak Tangan

Lengan Bawah

Kuduk

Ulangan

Ulangan

Ulangan

Ulangan

Bentuk
Bulat
Segitiga
Kubis
Bola

II

III

II

III

II

III
X

I
X

II

III

X
X

BAB III
PEMBAHASAN
3

3.1 Percobaan Paleosensibilitas


3.1.1 Rasa Panas dan Dingin
3.1.1.1
Pada Jari Tangan
Percobaan untuk mendeteksi rasa panas dan dingin dilakukan
dengan memasukkan telunjuk kanan ke dalam air es (5oC), telunjuk kiri ke
dalam air panas (40oC), dan kedua telunjuk kedalam air dengan suhu
kamar (30oC). Pada saat jari telunjuk kanan orang coba dimasukkan ke
dalam air es orang coba merasa jarinya semakin dingin tetapi ketika jari
telunjuk tersebut dimasukkan ke dalam air dengan suhu kamar maka jari
akan terasa lebih hangat dari sebelumnya. Sedangkan pada saat jari
telunjuk kanan orang coba dimasukkan ke dalam air panas orang coba
merasa jarinya semakin panas tetapi ketika jari telunjuk tersebut
dimasukkan ke dalam air dengan suhu kamar, jari terasa lebih dingin. Hal
ini disebabkan karena adanya perbandingan atau perbedaan relatif indera
rasa kita saat merasakan panas dan dingin, bukan kekuatan mutlak dari
suhu suatu benda.
3.1.1.2

Pada Punggung Tangan

Pada percobaan dengan menggunakan alkohol, perlakuan


diberikan pada punggung tangan orang coba. Langkah pertama adalah
menempatkan punggung tangan orang coba didepan mulutnya dengan
jarak kurang lebih 10 cm. Kemudian orang coba untuk kulit punggung
tangan secara perlahan-lahan dalam kondisi kering, terasa hembusan nafas
terasa sejuk. Kemudian instruksikan kepada orang coba untuk meniup
secara perlahan pada saat punggung tangan dibasahi dengan alkohol. Pada
percobaan ini didapatkan hasil pengamatan, punggung tangan terasa sangat
dingin seperti terkena air es.
3.1.2

Reaksi-reaksi di Kulit

Percobaan ini dilakukan pada daerah telapak tangan, lengan


bawah, kuduk dan pipi, masing-masing daerah tersebut ditandai sebuah

persegi dengan ukuran 3 x 3. Untuk menentukan titik-titik panas pada


daerah coba digunakan kerucut kuningan yang telah direndam dengan air
panas yang bersuhu 50 C. Lalu untuk menentukan titik-titik dingin
dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam dalam air es.
Lalu untuk menentukan titik nyeri menggunakan jarum. Untuk
menentukan titik-titik tekan menggunakan pensil. Pada semua daerah coba
dirasakan panas,dingin,nyeri dan tekan tetapi tingkat sensibilitas yang
berbeda. Hal ini disebabkan kepadatan titik-titik reseptor di setiap bagian
kulit tidaklah sama.
3.2 Percobaan Neo-sensibilitas
3.2.1 Lokalisasi Rasa Tekan
Pada percobaan kali ini dilakukan dengan cara menekan ujung
pensil dengan kuat pada ujung jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan
atas, pipi dan kuduk. Orang coba menunjukan dengan tepat letak bagian
tubuh yang dirangsang tersebut dan dilakukan 3 kali. Berdasarkan
percobaan yang telah kita lakukan bagian yang paling peka terhadap rasa
tekan adalah pada bagian ujung jari. Hal ini ditunjukan dengan hasil ratarata pada daerah kuduk yang paling kecil yaitu sebesar 2 mm.
3.2.2 Diskriminasi Rasa Tekan
3.2.2.1 Rangsangan Stimultan
Pada percobaan kali ini dilakukan dengan cara menekan ujung
jangka secara stimultan pada telapak tangan, lengan bawah, lengan atas,
pipi, kuduk, bibir, lidah, dan depan telinga. Orang coba menunjukan
dengan tepat letak bagian tubuh yang dirangsang tersebut dan dilakukan 3
kali. Berdasarkan percobaan yang telah kita lakukan bagian yang paling
peka terhadap rasa tekan adalah pada bagian lidah, diikuti lengan atas,
kuduk, depan telinga, bibir, pipi, lengan bawah, dan telapak tangan. Hal ini
ditunjukan dengan hasil rata-rata pada daerah lidah yang paling kecil yaitu
sebesar 0 mm. Hal ini membuktikan bahwa reseptor taktil yang merupakan
reseptor rasa tekan terdapat di beberapa ujung saraf bebas yang dapat
ditemukan di dalam kulit dan di dalam banyak jaringan lain.

3.2.2.2 Rangsangan Berurutan


Pada percobaan kali ini dilakukan dengan cara menekan ujung
jangka secara berurutan pada telapak tangan, lengan bawah, lengan atas,
pipi, kuduk, bibir, lidah, dan depan telinga. Orang coba menunjukan
dengan tepat letak bagian tubuh yang dirangsang tersebut dan dilakukan 3
kali. Berdasarkan percobaan yang telah kita lakukan bagian yang paling
peka terhadap rasa tekan adalah pada bagian lidah dan bibir, diikuti telapak
tangan, pipi, depan telinga, lengan atas, lengan bawah, dan kuduk. Hal ini
ditunjukan dengan hasil rata-rata pada daerah lidah dan bibir yang paling
kecil yaitu sebesar 3,3 mm. Hal ini membuktikan bahwa reseptor taktil
yang merupakan reseptor rasa tekan terdapat di beberapa ujung saraf bebas
yang dapat ditemukan di dalam kulit dan di dalam banyak jaringan lain.
3.2.3

Diskriminasi Kekuatan Rangsangan atau Hukum


Weber-Fechner

Pada percobaan kekuatan rangsangan Hukum Weber-Fechner,


orang coba ditutup matanya kemudian pada telapak tangannya diletakan
beban awal. Kemudian sedikit demi sedikit ditambah bebannya sampai
terasa pertambahan beban tersebut. Pertambahan beban yang terasa
berkisar 11-30 gram. Hasil percobaan tersebut sesuai dengan hukum
Weber Fencher yang menyatakan kemampuan untuk membedakan
kekuatan rangsang rasa-rasa, pada umumnya tidak tergantung pada
kekuatan mutlak dari rangsangan tersebut, tetapi pada perbedaan
relatifnya. Hal ini dibuktikan pada hasil pengamatan, yaitu respon indra
rangsang yang didapatkan lebih rendah daripada stimulus yang diberikan.
Sehingga, beban akan terasa lebih ringan dari berat asalnya.
3.2.4 Kemampuan Diskriminasi
3.2.4.1
Kemampuan Diskriminasi Kekasaran
Pada percobaan ini yang dilakukan adalah kemampuan menebak
kekasaran kertas gosok 0, 1,2, dan 3 (sangat halus, sedikit halus, kasar,
sangat kasar). Bagian tubuh yang dilakukan percobaan yaitu ujung jari,
lengan bawah, telapak tangan, dan kuduk. Bagian yang paling peka dan

benar dalam menebak kekasaran kertas gosok adalah pada jari tangan dan
kuduk, sedangkan pada telapak tangan dan lengan bawah terjadi kesalahan
dalam penebakan terutama dalam menebak kekasaran kertas gosok kasar.
3.2.4.2

Kemampuan Diskriminasi Bentuk

Pada percobaan ini dilakukan pengukuran kemampuan menebak


bentukdari benda yang diberikan kepada orang coba. Pengukuran
kemampuan dilakukan dengan menggunakan beberapa bentukan yaitu
bentukan balok, kubus dan limas. Bentukan diberikan acak pada beberapa
bagian tubuh, yaitu jari tangan, telapak tangan, lengan bawah, dan kuduk.
Bagian yang paling peka dan benar dalam menebak bentuk benda adalah
pada jari tangan dan telapak tangan, sedangkan pada lengan bawah dan
kuduk terjadi beberapa kesalahan dalam menebak bentuk benda.

BAB IV
KESIMPULAN

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa:


-

Rangsangan indera kulit terdiri dari: tekanan atau sentuhan, dingin, panas,

dan nyeri.
Kulit memiliki tingkat kepekaan yang berbeda-beda pada tiap bagiannya.
Rangsangan raba, tekan, dan getaran dideteksi oleh jenis reseptor yang
sama yaitu reseptor taktil yang terdapat di beberapa ujung saraf bebas dan

dapat ditemukan di dalam kulit dan di dalam banyak jaringan lain.


Kepadatan titik-titik reseptor di setiap bagian kulit tidaklah sama,
mengakibatkan tingkat kepekaan yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F. 1983. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : CV. EGC.


Guyton, A. C. 1983. Fisiologi Kedokteran 2. Jakarta : CV. EGC.
Radiopoetro, R. 1986. Psikologi Faal 1. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi UGM.
Wasitaatmadja, S. M. 2010. Faal Kulit, dalam: Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah,
S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam. 7-8. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Wasitaatmadja, S.M.. 2010. Anatomi Kulit, dalam Djuanda, A., Hamzah M.,
Aisah, S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam. 3-4. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai