KONSEP STRUCTURE AGENCY

DAN ANALISIS JARINGAN

DALAM TATA KELOLA PEMBANGUNAN
A. MUHAMMADSYAH (2016)

Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Institut

Teknologi

Bandung

Konsep Structure Agency

Sumber: A. Muhammadsyah, 2016

Formal;
Organizational
structure

STRUCTURE

Studi literatur 1
formal (tupoksi)

Kebutuhan pendekatan
institusional

5a

REAL
POWER
AGENT

Kebutuhan
pendekatan 5b
manajemen &
organisasi perilaku

Informal

Studi
Primer

Studi
literatur

Kriteria -vs- Kondisi Real

Analisis

Structure Agency theories

(Giddens): Dua elemen structure:
Rules norma, aturan hukum yang mengendalikan
action
Resources kekuatan dan kemampuan ekonomi
terhadap pihak lain
Merubah structures melalui agency dimungkinkan karena:
Melakukan refleksi terhadap aksi dan memilih arah/bentuk aksi yang
berbeda (diluar tradisi)
Aksi seringkali menghasilkan konsekuensi yang berbeda dan tidak
sesuai harapan diperlukan kesadaran terhadap aksi

Structure Agency theories

Action theories (agency) micro, melihat masyarakat

sebagai intra subyek yang dibentuk melalui interaksi dan

hal-hal yang berarti (sistem nilai) di dalam masyarakat
Structural theories macro, teori deterministik yang
melihat masyarakat sebagai objek dan faktor eksternal
bagi individu
Relationship Structure dan Agent:
Action dapat merubah structure
Structures merupakan aturan main yang seharusnya menyebabkan
action dapat dilakukan

Analisis Jejaring Sosial (SNA)

Tujuan: untuk mengenali garis hubungan antara aktor dan

menentukan aktor mana saja yang berpengaruh dalam

penciptaan perubahan
SNA merupakan pendekatan untuk menilai struktur
jaringan sosial dalam suatu kelompok yang dapat
mengungkap hubungan antar individu yang dapat
mempengaruhi perilaku di luar kebiasaan
Dikaitkan dengan konsep structure-agency: SNA dapat
mengidentifikasi agent yang mempengaruhi structure
o SNA seharusnya dapat mengidentifikasi hubungan dan peran yang
dimiliki oleh suatu pihak atau beberapa pihak terkait sehingga
kebijakan-kebijakan penanganan DAS Hulu Citarum tidak berjalan
sebagaimana diharapkan
o

Analisis Jejaring Sosial (SNA)

Mengapa SNA?
o Karena teori-teori sebelumnya belum dapat mengakomodir kondisi
real yang ada
o Teori kepentingan struktural melihat perubahan sosial dapat timbul
karena terjadinya gerakan sosial hal ini belum terjadi di
Indonesia (gerakan sosial? Kesadaran saja tidak ada!)
o Perlu dicari tahu apabila ingin melakukan perubahan sosial
(mengawali gerakan sosial), siapa pihak yang paling bisa
mendorong pihak yang paling berpengaruh
o SNA menemukenali ketergantungan sistem terhadap suatu pihak
atau pengaruh signifikan suatu pihak terhadap sistem

Penerapan SNA terkait Studi Tatakelola

Apakah SNA bisa diterapkan untuk level institusional?
o

Konsep teoritis dalam SNA sifatnya cenderung micro: mencari

individu yang berpengaruh dalam suatu organisasi

Kalau ditarik ke level yang lebih macro (tata kelola pembangunan

sebagai suatu organisasi), seharusnya bisa menemukenali institusi
di dalam organisasi yang paling berpengaruh terkait penerapan
suatu kebijakan di suatu wilayah

Hipotesanya: kalau kita bisa menemukenali institusi tersebut, maka

pendekatan terbaik adalah:

Menempatkan pimpinan institusi yang bisa menjadi penggerak (faktor

leadership)
Menempatkan staf khusus yang berkompeten di dalam institusi tersebut
(persyaratan kompetensi khusus atau penempatan staf ad.hoc)

Kebutuhan untuk Penerapan Metode SNA

Pengembangan perangkat penelitian
o Kriteria & indikator pengaruh
o Tolok ukur pengaruh
o Software
o Perangkat survey

Kuesioner
Sampling

Untuk institusi disarankan dengan Purposive sampling (non-populasi)

Teknik snowball (metode chain sampling)
Akurasi tinggi apabila kriteria dan indikator serta pendekatan terhadap aktornya tepat
Bisa lebih cepat dan tepat sasaran / validitas tinggi
Perlu pemahaman mendalam terhadap kriteria & indikator serta teknik menggali
jawaban dari aktor yang dituju
Bisa menjadi lebih lama apabila hasil snowball ternyata merujuk pada pihak yang lebih
banyak dari perkiraan