Anda di halaman 1dari 1

Indonesia merupakan negara maritim dengan wilayah lautan yang lebih luas

dibandingkan wilayah daratannya. Hampir dua pertiga dari daerah kekuasan Indonesia
merupakan wilayah lautan. Luasnya wilayah laut akan memberikan potensi ekonomi kelautan
yang sangat besar. Bidang pariwisata, perikanan, transportasi laut merupakan contoh dari
potensi kelautan yang ada. Salah satu wilayah yang memiliki potensi ekonomi kelautan yang
besar dan menjadi daerah penyokong bagi perekonomian masyarakat adalah Pelabuhan
Merak, Banten. Merupakan salah satu wilayah yang potensial dari letak geografisnya. Berada
di ujung barat Pulau Jawa yang menjadi penghubung dengan Pulau Sumatra melalui Selat
Sunda. Juga sebagai alur laut kepulauan Indonesia yang menghubungkan perekonomian antar
negara. Mengingat pentingnya wilayah ini baik sebagai penyokong perekonomian masyarakat
maupun kepentingan perekonomian antar negara, dibutuhkan ketersediaan data yang dapat
memberikan informasi kelautan.
Survei batimetri merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh data kedalaman dan
kondisi topografi dasar laut, juga lokasi objek-objek yang berpotensi menimbulkan bahaya.
Pemetaan batimetri merupakan kubutuhan dasar dalam penyediaan informasi spasial dalam
perencanaan, kegiatan dan pengambilan keputusan terkait informasi di bidang kelautan
(Soeprapto, 2001). Pada aplikasinya, peta batimetri memiliki banyak manfaat dalam bidang
kalautan, terutama dalam kegiatan rekayasa, seperti penambangan minyak lepas pantai,
penentuan jalur pelayaran, mitigasi bencana, dan pembangunan infrastruktur pinggir pantai.
Dikarenakan kondisi dasar laut yang dinamis, peta batimetri harus selalu diperbaharui sesuai
perubahan dan perkembangan perairan tersebut.
Salah satu teknologi dalam survei batimetri adalah echosounder. Merupakan alat
pengukuran kedalaman perairan berbasis gelombang akustik. Memberikan data kedalaman
perairan dengan konsep perhitungan waktu saat gelombang ditembakan sampai gelombang
dipantulkan kembali. Ada banya tipe dari teknologi echosounder, namun yang umum
digunakan yakni singlebeam echosounder dan multibeam echosounder.
Pada pengukuran batimetri menggunakan singlebeam echosounder, didapatkan data
kedalaman yang terbatas sesuai jalur perum yang ditentukan. Sedangkan multibeam
echosounder akan memberikan data kedalaman dengan area lebih lebih luas. Sesuai dengan
International Hydrographic Organization Spesial Publication 44 (2008) beberapa orde
pekerjaan yang telah diatur memerlukan cakupan area sebesar 100%, sehingga dalam
pekerjaan tersebut digunakan multibeam echosounder sebagai alat pengukuran kedalaman.

Anda mungkin juga menyukai