Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
Munculnya inovasi pendidikan dilatarbelakangi oleh tantangan untuk menjawab masalahmasalah krusial dalam bidang pendidikan; pengelolaan sekolah, kurikulum, siswa, biaya,
fasilitas, tenaga maupun hubungan dengan masyarakat.Inovasi pendidikan yang berlangsung di
sekolah dimaksudkan untuk menjawab masalah-masalah pendidikan yang terjadi di sekolah guna
mendapatkan hasil yang terbaik dalam mendidik siswa.Ujung tombak keberhasilan pendidikan di
sekolah adalah guru oleh karena itu guru diharapkan mampu menjadi seorang yang inovatif guna
menemukan strategi atau metode yang efektif untuk mendidik.Inovasi yang dilakukan guru pada
intinya berada dalam tatanan pembelajaran yang dilakukan di kelas. Kunci utama yang harus
dipegang guru adalah bahwa setiap proses atau produk inovatif yang dilakukan dan
dihasilkannya harus mengacu kepada kepentingan siswa.
Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari
perencanaan inovasi pendidikan sampai pada pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran
yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa keterlibatan mereka, maka
sangat mungkin mereka tidak perduli dengan inovasi yang ditawarkan, bahkan menolak inovasi
yang diperkenalkan kepada mereka tersebut. Hal ini dikarenakan mereka menganggap inovasi
yang tidak melibatkan mereka bukanlah miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya
mereka menganggap akan mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena
itu dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru
mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, orang tua, teman, dokter, motivator dan lain
sebagainya.
Dari uraian permasalahan diatas, maka dalam makalah ini akan difokuskan pada bagaimana
peranan guru dalam inovasi pendidikan yang menyangkut sikap terbuka dan peka guru terhadap
perubahan (inovasi) serta perannya sebagai agen pembaharuan sekaligus adopter dalam inovasi
pendidikan.

A. Konsep Inovasi
Inovasi (pembaharuan) mengingatkan kita pada istilah invention dan discovery.
Invention adalah penemuan sesuatu yang benar-benar baru artinya hasil karya manuasia.
Discovery adalah penemuan sesuatu (benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya. Dengan
demikian, inovasi dapat diartikan usaha menemukan benda yang baru dengan jalan melakukan
kegiatan (usaha) invention dan discovery. Dalam kaitan ini Ibrahim (1989) mengatakan bahwa
inovasi adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati
sebagai sesuatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat). Maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa Inovasi pendidikan adalah penemuan yang dapat berupa sesuatu ide,
barang, kejadian, metode yang diamati sebagai sesuatu hal yang baru bagi dunia pendidkan.
Contoh bidangnya adalah Managerial, Teknologi, dan Kurikulum.
Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan, meningkatkan kualitas
pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kegiatan pendidikan. Dengan demikian metode baru atau cara baru dalam melaksanakan metode
yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu upaya meningkatkan efektivitas
pembelajaran.
Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu diperhatikan mengingat banyak hasilhasil teknologi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti
penggunaannya untuk teknologi pembelajaran, prosedur supervise serta pengelolaan informasi
pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

Pendidikan Guru dan Inovasi Pendidikan


Banyak program pendidikan baru yang inovatif diberlakukan oleh
pemerintah dalam waktu paling tidak lima tahun terakhir ini, seperti broad
based education, life skills, manajemen pendidikan berbasis sekolah,
contextual teaching-learning (CTL), evaluasi belajar model portofolio, dan
yang terakhir Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Semua itu kurang atau
bahkan tidak mengikutsertakan guru sebagai variabel penting dalam
pelaksanaan program-program itu, padahal semua program baru itu
bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini.
Dengan banyaknya program baru itu, semestinya para guru kita
didorong untuk memiliki profesionalisme yang lebih tinggi. Hal itu juga diikuti
kesejahteraan

yang

lebih

memadai.

Kenyataan

tidaklah

seperti

itu.

Banyaknya program baru itu justru menambah beban kerja guru, karena
guru belum atau tidak mengerti secara sempurna terhadap berbagai inovasi
pendidikan itu. Akibatnya, mereka berada dalam ketidakmenentuan profesi
ketika harus melakukan program-program inovatif di tempat kerja masingmasing.
Penggagas pembaharuan pendidikan memiliki asumsi, guru dengan
serta merta dapat melakukan apa saja yang menjadi program pembaharuan
yang dicanangkan pemerintah. Asumsi inilah yang tidak benar. Sebab,
kenyataannya guru harus mendapatkan retraining yang memadai dan
tersistem untuk dapat melakukan berbagai pembaharuan dalam bidang
pendidikan.
Karena itu, ke depan pemerintah perlu melihat kemampuan yang
memang hanya dimiliki oleh guru untuk melakukan atau mengadopsi setiap
inovasi di bidang pendidikan.

A. Peran Guru dalam Inovasi Pendidikan


Dalam bukunya yang berjudul Reinventing Education, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995),
menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru
sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar,
dan pengarang.
a. Pelatih (coaches); Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesarbesarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan
kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak
memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana
pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu
sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi
yang ada.
b. Konselor; Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajarmengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang
kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu
memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal.
c. Manajer Pembelajar; Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan
otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan
mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran.
c. Partisipan; Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga
berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru
bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran
siswa.
d. Pemimpin; Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu
menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping
sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak
yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar.
e. Pembelajar; Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka
menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya.

f. Pengarang; Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai
karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri
bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku,
melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam
bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis
kualitas profesionaliemenya.
Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Dalam Inovasi pendidikan
Untuk menghindari penolakan seperti yang disebutkan di atas, faktor-faktor utama yang
perlu diperhatikan dalam inovasi pendidikan adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas, dan
program/tujuan,
1. Guru
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat
berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat
menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru
harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai. Ada beberapa hal yang
dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan,
metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik
dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan
seperti adminstrator, misalnya kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya,
pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri.
Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari
perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran
yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka
sangat mungkin mereka akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini
seperti diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi yang tidak melibatkan mereka
adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi sebaliknya mereka menganggap akan
mengganggu ketenangan dan kelancaran tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu inovasi
pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas

sebagai pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagi motivator dan lain
sebagainya. (Wright 1987)
2.

Siswa

Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajar mengajar, siswa
memegang peran yang sangat dominan. Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan
keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan
komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Hal ini bisa terjadi apabila siswa
juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada
mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan,
sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yang harus dilaksanakan
dengan konsekwen.
Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur
lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama
temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi
pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka
tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga

mengurangi resistensi

seperti yang diuraikan sebelumnya.


3. Kurikulum
Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program pengajaran
dan perangkatnya merupakan pedoman dalam

pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di

sekolah. Oleh karena itu kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan
dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan,
kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa
adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi
pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam
pembahruan pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau
perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari
kedua-duanya akan berjalan searah.
4. Fasilitas

Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam dalam
proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembahruan pendidikan,
tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan
diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan
tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal
yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika
dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan
gedung sekolah, bangku, meja dan sebagainya.
5. Lingkup Sosial Masyarakat.
Dalam menerapakan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam
perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaklsanaan
pembahruan pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun
tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya
mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal.
Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa
merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan.
Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan
pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Cece Wijaya, Djaja jajuri, A. Tabrani Rusyam. 1991. Upaya pembaharuan dalam bidang
pendidikan dan pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Inovasi pendidikan Dalam situs http://uharsputra.wordpress.com/pendidikan/inovasipendidikan.Html dikunjungi 25 November 2016
Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesinal Menciptakan pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Noor, Idris H.M. Sebuah tinjauan teoritis tentang inovasi pendidikan di Indonesia. Dalam situs
http://WWW.pdk.go.id/balitbang/publikasi/Jurnal/no_026/sebuah_Tinjauan_teoritis_
Idris.html.dikunjungi 25 November 2016.

Anda mungkin juga menyukai