Anda di halaman 1dari 34

HEAT INJURIES

MAKALAH
Diajukan kepada Hippocrates Emergency Team
Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Anggota Khusus

Oleh :
ROZA AULIA
HET 11-XXII-346

HIPPOCRATES EMERGENCY TEAM


BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG 2012

HEAT INJURIES

MAKALAH

Oleh :

ROZA AULIA
HET 11-XXII-346

Telah disetujui oleh pembimbing makalah Hippocrates Emergency Team Fakultas


Kedokteran Universitas Andalas

Pembimbing Makalah

Nama
Afni Wahyuni, S.Ked

Jabatan
Pembimbing 1

HET 08-XIX-283
Alfy Maydo Alius, S.Ked

Pembimbing 2

HET 09-XX-295

Tanda Tangan

HEAT INJURIES

MAKALAH

Oleh :

ROZA AULIA
HET 11-XXII-346

Telah dipertahankan di depan penguji makalah Hippocrates Emergency Team


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Penguji Makalah

Nama

Jabatan

dr. Jofril Azmi

Penguji 1

HET 05-XVI-237 LB

Tanda Tangan

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul Heat Injuries. Salawat beriringan salam kita sampaikan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kebodohan ke zaman yang terang benderang yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti saat ini. Makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar anggota khusus pada Hippocrates Emergency
Team Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Keberhasilan dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari peran serta
berbagai pihak, baik itu bantuan, bimbingan, maupun semangat yang tidak pernah
henti-hentinya diberikan kepada penulis. Oleh sebab itu pada kesempatan ini,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini dan tidak lupa pula kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW
2. Orang tua, kakak , dan semua keluarga tercinta yang selalu memberikan
doa dan dukungannya kepada penulis
3. Kakanda dr. Jofril Azmi sebagai penguji yang telah memberikan kritik dan
saran yang sangat bermanfaat bagi kesempurnaan makalah ini
4. Kakanda Afni Wahyuni, S,Ked sebagai pembimbing 1 dan Kakanda Alfy
Maydo Alius, S.Ked sebagai pembimbing 2

yang selalu memberikan

masukan serta meluangkan waktunya untuk membantu kelancaran


penulisan makalah ini
5. Ketua HET, Revi Naldi, dan Ketua Panitia Pengondisian Khusus, Dian
Rahma Kasir, beserta seluruh Panitia Pengondisian Khusus angkatan XXII
yang telah mengangkatkan acara ini serta kesabaran dalam menghadapi
setiap masalah maupun kendala yang timbul selama acara berlangsung
6. Rekan-rekan seperjuangan angkatan XXII Headpunch (Curup, Akbar,
Bagus, Ejak, Ihsan, Aldi, Alit, Dila, Dhini, Dhia, Wici, ii, Mutia, Abe, dan
Kak Upa) atas segala bantuan, semangat dan dukungan yang terus penulis
rasakan.
7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dengan keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki, penulis menyadari


bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari segala pihak.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi HET
kedepannya.

Padang, November 2012

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................i

Daftar Isi......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus.....................................................................................3
1.4 Manfaat..................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi...................................................................................................4
2.2 Epidemiologi..........................................................................................4
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko....................................................................5
2.4 Klasifikasi..............................................................................................6
2.4.1 Heat Cramps........................................................................................6
2.4.1.1 Definisi.............................................................................................6
2.4.1.2 Patofisiologi.....................................................................................6
2.4.1.3 Manifestasi Klinis............................................................................7
2.4.1.4 Tatalaksana.......................................................................................8
2.4.1.5 Prognosis..........................................................................................10

2.4.2 Heat Exhaustion..................................................................................10


2.4.2.1 Definisi.............................................................................................10

2.4.2.2 Patofisiologi.....................................................................................10
2.4.2.3 Manifestasi Klinis............................................................................12
2.4.2.4 Tatalaksana.......................................................................................13
2.4.2.5 Prognosis..........................................................................................14
2.4.3 Heat Stroke..........................................................................................14
2.4.3.1 Definisi.............................................................................................14
2.4.3.2 Patofisiologi.....................................................................................15
2.4.3.3 Manifestasi Klinis............................................................................16
2.4.3.4 Tatalaksana.......................................................................................17
2.4.3.5 Prognosis..........................................................................................20
2.5 Diagnosis................................................................................................20
2.5.1 Anamnesis...........................................................................................20
2.5.2 Pemeriksaan Fisik...............................................................................20
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang......................................................................21
2.5.3.1 Pemeriksaan Laboratorium..............................................................21
2.5.3.2 Elektrokardiografi............................................................................23
2.5.3.3 Imaging Studies................................................................................24
2.6 Diagnosis Banding.................................................................................24
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan

25

3.2 Saran.......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................26

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang terletak di daerah tropis secara alamiah akan

memiliki iklim udara yang panas dengan kelembaban yang tinggi. Kedua faktor
tersebut ditambah dengan aktifitas fisik yang berat dapat menyebabkan cedera
panas (heat injuries). Heat injuries merupakan gejala atau kelainan yang
didapatkan jika seseorang berkontak dengan suhu lingkungan yang panas dalam
waktu yang cukup lama dengan melakukan kegiatan fisik berat dan dapat
mengakibatkan gangguan yang hebat pada fungsi pengaturan suhu tubuh.1
Semua mahkluk hidup memiliki suhu optimal dimana mereka dapat
berfungsi dengan baik. Manusia sebagai mamalia berdarah panas adalah salah satu
spesies yang dapat meregulasi suhu tubuhnya sampai batas yang optimal
walaupun suhu lingkungan berubah - berubah, tetapi suhu lingkungan yang
ekstrim dapat menimbulkan luka - luka dan cedera pada berbagai organ tubuh
kita. Kulit sebagai barier pertama yang rusak. Tubuh mempunyai mekanisme
tertentu untuk selalu mempertahankan suhu tubuh ini. Jika suhu lingkungan
terlalu panas, maka untuk mencegah kenaikan suhu, tubuh akan menghasilkan
keringat. Keringat ini akan menguap dan panas terbuang sehingga suhu tubuh
akan selalu tetap. Sebaliknya, jika suhu lingkungan terlalu dingin, maka tubuh
akan berusaha menghasilkan panas dengan cara melakukan kontraksi otot - otot
yang dikenal dengan istilah menggigil. Akan tetapi, mekanisme ini ada batasnya.
Jika sudah mencapai batasnya, maka tubuh kita tidak mampu lagi mentolerir suhu
lingkungan yang terlalu ekstrim.1

Untuk dapat beraktifitas seluruh organ tubuh memerlukan energi. Jumlah


energi yang dibutuhkan tergantung pada bentuk aktifitas tersebut. Semakin tinggi
aktifitas tubuh, semakin besar energi yang di butuhkan.
Ada tiga tahap yang timbul jika kita terpapar dengan suhu tinggi yang
ekstrim, tahapan ini dapat mulai dari yang paling ringan, lalu berlanjut ke
tingkatan sedang dan jika dibiarkan dapat mencapai tingkatan yang paling berat
yang berpotensi untuk menimbulkan kematian. Tingkatan yang paling ringan
dikenal dengan istilah heat cramps. Gejalanya adalah kram otot yang amat
menyakitkan. Biasanya terjadi pada otot tangan atau kaki. Tingkatan berikutnya
yang lebih berat dikenal dengan istilah heat exhaustion. Gejalanya adalah kulit
yang dingin, lembab atau memerah, sakit kepala, mual, pusing, lemas dan lelah.
Jika heat exhaustion tidak segera ditangani, maka dapat berlanjut ke tingkatan
yang terberat yang dikenal dengan istilah heat stroke. Gejalanya antara lain kulit
yang panas, memerah dan tidak berkeringat (kering), penurunan kesadaran,
denyut nadi yang cepat dan lemah, pernapasan yang cepat dan dalam. Korban
harus segera dibawa ke rumah sakit.1
Sebagai tim bantuan medis

yang

bergerak

dalam

menghadapi

kegawatdaruratan pra rumah sakit, tidak jarang ditemukan kasus heat injuries ini.
Hal itu tentunya menuntut seorang tim bantuan medis yang juga mahasiswa
fakultas kedokteran untuk mampu mendiagnosa kasus ini secepatnya dan mengerti
penatalaksanaannya pra-RS dan RS.

1.2

Rumusan Masalah

10

Pembahasan di dalam makalah ini dibatasi pada definisi, epidemiologi,


etiologi dan faktor risiko, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis,
diagnosis banding, penatalaksanaan dan prognosis heat injuries.
1.3

Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Mengetahui dan memahami penatalaksanaan Heat injuries
1.3.2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.4

Tujuan Khusus
Mengetahui dan memahami definisi Heat injuries
Mengetahui dan memahami epidemiologi Heat injuries
Mengetahui dan memahami etiologi dan faktor risiko Heat injuries
Mengetahui dan memahami klasifikasi Heat injuries
Mengetahui dan memahami patofisiologi Heat injuries
Mengetahui dan memahami manifestasi klinis Heat injuries
Mengetahui dan memahami diagnosis dan diagnosis banding Heat injuries
Mengetahui dan memahami tatalaksana Heat injuries pra-RS dan RS
Mengetahui dan memahami prognosis Heat injuries
Manfaat
Dapat menjadi referensi dan pegangan bagi para anggota HET khususnya

dan mahasiswa Fakultas Kedokteran umumnya dalam memahami dan melakukan


penatalaksanaan kasus heat injuries.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi

11

Heat injuries ialah cedera yang disebabkan oleh suhu lingkungan yang
tinggi. Pajanan lama ke suhu lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan heat
cramp (kram panas), heat exhaustion (kelelahan akibat panas), dan heat stroke.2
2.2

Epidemiologi
Heat injuries yang serius telah mendapat perhatian yang cukup baru-baru ini

karena bencana gelombang panas di Amerika Serikat dan Eropa berdasarkan


tingginya kematian pada atlet dan tentara AS dan Eropa. Studi ini merupakan
penelitian yang dilakukan terhadap tentara Angkatan Darat AS dari tahun 1980
hingga 2002. Sedangkan data rawat inap diperoleh dari database Jumlah Cedera
pada Tentara Hasil Kesehatan (TAIHOD) dikodekan menurut International
Classification of Diseases, Revisi Kesembilan, Modifikasi Klinis (ICD-9-CM).
Dari data tersebut ditemukan bahwa 5.246 tentara dirawat di rumah sakit, dan 37
meninggal karena cedera panas. Hal ini sudah menjadi masalah militer selama
pelatihan dan operasi. Walaupun tingkat rawat inap heat injuries secara umum
menurun, tetapi angka kejadian heat stroke secara nyata meningkat.3
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, 8.015 kematian
disebabkan paparan panas dari tahun 1979-2003, atau rata - rata sekitar 334
kematian per tahun. Heat stroke dan kematian akibat paparan panas yang
berlebihan lebih umum selama musim panas dengan gelombang panas
berkepanjangan. Sebagai contoh, selama gelombang panas tahun 1980 (satu tahun
rekor untuk panas) 1.700 kematian dikaitkan dengan panas dibandingkan dengan
hanya 148 kematian disebabkan oleh panas tahun sebelumnya. Orang tua yang
berusia lebih atau sama dengan 65 tahun menyumbang setidaknya 44% dari kasus.

12

Angka-angka yang dipublikasikan oleh NCHS terlalu diremehkan untuk kejadian


kematian yang sebenarnya berhubungan dengan panas karena angka kematian
akibat penyebab lain (misalnya, penyakit jantung, penyakit pernapasan) juga
meningkat selama musim panas, dan terutama selama gelombang panas.4
Heat stroke jarang di iklim subtropis. Kondisi tersebut diakui semakin
meningkat di negara-negara yang jarang mengalami gelombang panas (misalnya
Jepang), dan biasanya mempengaruhi orang - orang yang melakukan ziarah ke
Mekah, terutama ketika para peziarah datang dari lingkungan yang dingin. Pada
tahun 1998, salah satu gelombang panas terburuk menyerang India dan lebih dari
2600 kematian dalam 10 minggu. Laporan tidak resmi menggambarkan jumlah
kematian yang hampir dua kali lipat angka itu.4
2.3

Etiologi dan Faktor Risiko


Heat injuries secara umum disebabkan oleh suhu yang ekstrim. Individu

yang berisiko ialah mereka yang bekerja atau aktif dalam lingkungan yang panas,
individu yang mengalami penurunan nilai atau belum sempurnanya mekanisme
kontrol suhu seperti bayi, anak-anak, dan orang tua juga menjadi faktor resiko
yang besar. Selain itu, risiko juga meningkat pada orang yang mengkonsumsi
alkohol,

obat

penenang

(mengganggu

aktivitas

neurotransmitter

pusat

termoregulasi hipotalamus), overweight atau obesitas (mempengaruhi kemampuan


tubuh untuk mengatur temperatur suhu tubuh, metabolisme meningkat), serta
orang dengan penyakit kardiovaskular.2,5
2.4

Klasifikasi

2.4.1 Heat Cramp


13

2.4.1.1 Definisi
Heat cramp terjadi akibat hilangnya elektrolit melalui keringat. Tanda utama
adalah kram otot involuntary, biasanya berkaitan dengan olahraga berat.
Mekanisme pembuangan panas mampu mempertahankan suhu inti tubuh.2 Heat
cramp merupakan kram otot tak sadar yang biasanya terjadi selama latihan berat
di lingkungan yang panas. Kram mungkin lebih intens dan lebih lama daripada
yang terjadi pada kram kaki dimalam hari.6
Heat cramp, heat exhaustion, dan heat stroke berhubungan secara kolektif
dan dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan panas. Heat cramp adalah
yang paling ringan dari ketiga hal lainnya tetapi tetap mengkhawatirkan. Heat
cramp merupakan gejala awal dari penyakit yang berhubungan dengan panas.6
2.4.1.2 Patofisiologi
Disebabkan oleh pengeluaran garam dan transpirasi (pengeluaran udara,
berkeringat, atau uap melalui kulit) berlebihan. Penderita mungkin telah minum
banyak untuk mengimbangi pengeluaran cairan, tetapi tidak disertai dengan
asupan garam.7 Asupan cairan yang tidak memadai seringkali berkontribusi
sebagai penyebab. Otot yang paling sering terkena biasanya dari otot betis,
lengan, dinding perut, dan punggung meskipun mungkin melibatkan kelompok
otot lain.6
Ketidakseimbangan elektrolit dan adanya dehidrasi merupakan penyebab
heat cramp. Ketika individu tersebut beraktivitas pada keadaan yang panas, ia
akan berkeringat banyak dan mengeluarkan air serta natrium yang berpengaruh
pada kontraksi dan relaksasi otot. Biasanya ada keringat yang signifikan dengan
14

kejang (spasme) tak terkendali dari otot - otot besar di tubuh. Heat cramp yang
parah dapat menjadi heat exhaustion.5
Ketika semua teori masih dalam penelitian, beberapa peneliti menemukan
bahwa hipotesis mekanisme patofisiologi terletak pada perubahan kontrol
neuromuscular (berhubungan dengan otot dan saraf). Perubahan kontrol
neuromuscular sering dihubungkan dengan kelelahan otot sehingga menghasilkan
gangguan dari koordinasi otot dan gangguan kontrolnya.8
2.4.1.3 Manifestasi Klinis
Penderita mengeluh nyeri kepala, pusing, dan kram otot. Suhu badan tidak
meninggi.7 Gejala kram otot adalah kram yang sangat nyeri, involuntary (tidak
disadari), singkat, intermiten (ditandai oleh periode aktif dan tidak aktif secara
berselang seling), dan biasanya hilang dengan sendirinya.11
Seseorang yang pernah menderita heat cramp biasanya ada kemungkinan
untuk terkena lagi. Kita dapat menegakan diagnosis dari anamnesis korban.5

2.4.1.4 Tatalaksana
Heat cramp biasanya dapat diobati kapan dan dimana saja tergantung
tempat kejadian.5 Tatalaksana yang dapat dilakukan di lapangan seperti: 6,7,8
-

Pindahkan korban ke daerah yang lebih sejuk untuk beristirahat


- Berikan air minum yang sejuk atau air minum dengan kandungan elektrolit
(natrium, kalium, klorida, kalsium, dan fosfat)

15

Keluhan akan hilang bila diberikan makanan yang mengandung garam.


Tablet garam dapat digunakan asal dilarutkan sampai isotonis.
Lakukan strectching secara gentle pada otot yang terkena. Tahan sendi

dalam posisi stretching sampai kram berhenti


Lakukan sedikit gerakan memijat pada daerah yang kram
- Jangan melanjutkan aktivitas berat selama beberapa jam atau lebih setelah
gejala heat cramp hilang
Carilah bantuan medis jika heat cramp tidak mereda dalam 1 jam
Heat cramp dapat diselesaikan dengan simple treatment seperti istirahat,
rehidrasi, dan stretching. Tetapi penting untuk diingat bahwa heat cramp
merupakan tanda awal dari dua penyakit yang berhubungan dengan panas lainnya
(heat exhaustion dan heat stroke) dan bisa berubah kearah kondisi yang lebis
serius.5 Carilah perawatan medis jika kondisi orang tersebut mengalami mual dan
muntah akan sulit diberikan minuman yang mengandung elektrolit (secara oral)
sehingga dapat diberikan cairan secara intravena (IV). Obat antimuntah dapat
diberikan seperti promethazine (Phenergan), droperidol (Inapsine), atau
ondansetron (Zofran) untuk mengontrol gejala-gejala. Nyeri otot dapat diobati
dengan memberikan obat antiinflamasi seperti ibuprofen atau naproxen. Meskipun
itu bukan obat yang diresepkan, perlu diingat bahwa banyak efek samping atau
interaksi antar obat.5 Pemberian Counterpain dapat membantu. Berikut adalah
rinciannya:
Komposisi : piroxicam 5 mg, metyl salisilat 102 mg, L-menthol 54.3 mg, eugenol
13,7 mg.

16

Indikasi

: nyeri dan inflamasi misalnya pada OA, pasca trauma atau gangguan
musculoskeletal akut, termasuk tendinitis, tenosinovinitis, periatritis,
keseleo, otot tegang, dan nyeri punggung bawah.

Dosis

: gunakan pada area yang sakit 3-4 x/hari

Kontraindikasi: hamil, laktasi, anak anak, sensitifitas silang dengan asam


asetilsilat atau AINS lain yang dapat memicu terjadinya asma, rhinitis,
angiodema, dan urtikaria.
Perhatian : jangan digunakan pada mata, mukosa, atau lesi kulit yang terbuka
lainnya.
Pencegahan merupakan pengobatan terbaik untuk heat cramp. Berikut
beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya heat cramp: 5,8
Jika melakukan aktivitas yang lama di bawah matahari harus diimbangi
-

juga dengan pemasukan elektrolit yang cukup ke dalam tubuh


Jika Anda akan berolahraga dalam cuaca yang panas, sangat penting untuk
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang panas setidaknya satu
minggu sebelum memulai latihan yang intens. Hal ini memungkinkan

tubuh Anda secara bertahap dapat beradaptasi dengan panas


Hindari berolahraga pada waktu terpanas di siang hari
Kenakan pakaian yang ringan dan longgar agar keringat bisa menguap
Gunakan sunscreen atau lotion untuk mencegah kulit terbakar yang dapat
membatasi kemampuan kulit untuk mendinginkan diri
Kenakan topi untuk melindungi wajah
Jika Anda merasa lelah, segera hentikan aktivitas dan mencari tempat
-

untuk berteduh
Jangan minum minuman yang mengandung alkohol atau kafein sebelum
berolahraga karena akan meningkatkan dehidrasi

17

Berikut ini adalah beberapa saran yang direkomendasikan oleh beberapa


ahli dan atlet untuk mencegah terjadinya heat cramp : 8
-

Meningkatkan kebugaran dan menghindari kelelahan otot


Lakukan peregangan secara teratur setelah latihan
Lakukan pemanasan sebelum latihan
Regangkan otot betis, lutut, dan otot paha bagian depan
2.4.1.5 Prognosis
Bila ditangani dengan cepat, kram otot dapat hilang dengan sendirinya.4

2.4.2

Heat Exhaustion

2.4.2.1 Definisi
Heat exhaustion mungkin merupakan sindrom hipertermik yang paling
sering terjadi. Onset mendadak disertai rasa lelah dan kolaps yang terjadi akibat
kegagalan

sistem

kardiovaskular

mengkompensasi

hipovolemia

(akibat

kekurangan air). Setelah kolaps yang biasanya sesaat, keseimbangan pulih secara
spontan.2
Bila transpirasi (berkeringat) banyak tetapi tidak diimbangi dengan asupan
cairan, dapat terjadi heat exhaustion (kelelahan suhu tinggi).7 Heat exhaustion
terjadi ketika seseorang melakukan aktivitas pada lingkungan yang panas dan
berkeringat tidak dapat mengatasi panas yang dihasilkan tubuh. Seringkali

18

dehidrasi terjadi karena individu tersebut tidak mengganti elektrolit yang hilang
melalui keringat yang keluar.5
2.4.2.2 Patofisiologi
Heat exhaustion adalah konsekuensi dari aktivitas berlebihan mekanisme
pengeluaran panas dan bukan akibat gangguan dari mekanisme tersebut. Karena
mekanisme pengeluaran panas bekerja sangat aktif, pada heat exhaustion suhu
tubuh hanya sedikit meningkat.9
Mengacu pada keadaan kolaps, biasanya bermanifestasi sebagai pingsan
yang disebabkan oleh penurunan tekanan darah akibat kerja mekanisme
pengeluaran panas yang berlebihan. Keringat berlebihan mengurangi curah
jantung karena volume plasma berkurang, dan vasodilatasi kulit yang ekstensif
menyebabkan penurunan resistensi perifer total. Tekanan darah ditentukan oleh
curah jantung dikalikan dengan resistensi perifer total. Saat tekanan darah turun
dan jumlah darah yang disalurkan ke otak berkurang dapat menyebabkan yang
bersangkutan pingsan.9
Tubuh memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
panas, tetapi resiko heat exhaustion akan meningkat jika seseorang berpergian
dari lingkungan yang dingin ke lingkungan yang panas secara tiba - tiba.
Dibutuhkan sekitar 7-10 hari bagi tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang panas. Individu yang tidak menyesuaikan diri sebelumnya dengan
lingkungan yang panas dapat menghasilkan sekitar 1 liter keringat dalam satu jam
untuk membantu mendinginkan tubuh. Sedangkan individu yang sudah terbiasa
dengan lingkungan yang panas dapat menghasilkan sekitar 2-3 liter keringat

19

dalam satu jam untuk mendinginkan tubuh, 2-3 kali lipat dibandingkan dengan
individu yang tidak terbiasa dengan lingkungan panas.5
Suhu internal tubuh Anda adalah panas tubuh Anda dikombinasikan dengan
hasil panas lingkungan. Tubuh Anda perlu mengatur suhu dari lingkungan untuk
mempertahankan suhu inti tubuh tetap dalam batas normal (36,5-37,5 oC). Selain
cuaca panas dan aktivitas berat, penyebab lain dari heat exhaustion meliputi
dehidrasi

yang

mengurangi

kemampuan

tubuh

anda

berkeringat

dan

mempertahankan suhu normal, penggunaan alkohol yang dapat mempengaruhi


tubuh mengatur suhu, serta memakai pakaian yang terlalu banyak terutama
pakaian yang tidak memungkinkan keringat menguap dengan mudah.6

2.4.2.3 Manifestasi Klinis


Penderita mengeluh kehausan, lelah, dan mungkin tampak gelisah. Biasanya
ada takipneu, dan kelelahan otot disertai vasodilatasi perifer. Vasodilatasi ini dapat
menyebabkan syok. Penderita mengeluh pusing dan mungkin sampai sinkope.
Kadang timbul mual, muntah, dan suhu tubuh sedikit meninggi. Denyut nadi bisa
teraba cepat dan halus. Biasanya disertai demam ringan, tekanan darah rendah,
dan urin berwarna gelap.6,7,8
Jika seorang individu memiliki tanda atau gejala lain seperti melayang,
kelemahan, mual, muntah, sakit kepala, dan berkeringat yang banyak padahal
sudah dipindahkan ke tempat yang sejuk, mungkin ia sudah hampir jatuh ke
keadaan heat exhaustion.5

20

Keluhan heat exhaustion lebih ke sistemik seperti berkeringat banyak, mual,


muntah, lemah, dan sakit kepala. Individu mungkin mengalami demam ringan. 5
Perbedaan utama antara heat exhaustion dan heat stroke adalah adanya
kebingungan (disorientasi) atau perubahan status mental lainnya selama heat
stroke. Selama serangan panas, sistem saraf dapat terkena dan dapat menyebabkan
perilaku aneh, delusi, halusinasi, dan akhirnya kejang atau koma.8
2.4.2.4 Tatalaksana
Jika Anda ingin berolahraga dalam lingkungan yang panas, sangat penting
untuk menyesuaikan diri sekitar 7 hari sebelum memulai latihan yang intens. Hal
ini memungkinkan tubuh anda untuk beradaptasi secara bertahap dengan
lingkungan yang panas.8
Pendinginan dan rehidrasi (pengembalian air atau cairan yang terkandung
dalam tubuh) merupakan hal terpenting dalam pengobatan heat exhaustion. Jika
rehidrasi oral gagal karena mual dan muntah atau gejala menetap, cairan intravena
diperlukan untuk mengganti cairan yang keluar bersama keringat. Hidrasi
dilanjutkan sampai individu tersebut mulai buang air kecil.5
Beberapa hal yang dapat dilakukan di lapangan, yaitu:8
-

Pindahkan korban ke daerah yang lebih sejuk untuk beristirahat dengan


posisi yang nyaman baginya untuk beristirahat

Lepaskan pakaian tebal pada korban, jika perlu korban tidak usah
memakai pakaian

21

Kompres kulit korban dengan kain yang sudah dibasahi dengan air dingin
-

Jika korban sadar, berikan air minum yang sejuk dengan jumlah banyak
tapi tidak terlalu cepat, kurang lebih sekitar 1 gelas air setiap 15 menit

Awasi tanda - tanda perburukan menjadi heat stroke

Tidak dianjurkan bagi korban untuk meneruskan aktivitasnya hari itu


2.4.2.5 Prognosis
Prognosis berhubungan dengan tingkat keparahan paparan panas dan
kondisi medis umum pasien. Pasien yang sangat muda (bayi dan anak - anak) dan
orang tua memiliki hasil terburuk. Secara umum, prognosis heat exhaustion lebih
baik daripada heat stroke, dan diharapkan dengan hasil pemulihan penuh.11

2.4.3 Heat Stroke


2.4.3.1 Definisi
Heat stroke adalah suatu bentuk hipertermia dimana suhu tubuh meningkat
secara dramatis. Heat stroke merupakan keadaan gawat darurat medis dan dapat
berakibat fatal jika tidak diobati, terjadi ketika suhu tubuh Anda mencapai 104oF
(40oC) atau lebih tinggi. 5,6
Heat stroke terbagi atas dua. Pertama, exertional heat stroke (EHS)
umumnya terjadi pada orang muda yang terlibat dalam aktivitas fisik yang berat
untuk jangka waktu lama dan dalam lingkungan yang panas. Kedua, classic
22

nonexertional heat stroke (NEHS) lebih sering mempengaruhi orang tua yang
sering berpindah - pindah, dan orang - orang yang sakit kronis.4
Biasanya disebabkan oleh peningkatan produksi panas disertai tingginya
suhu lingkungan, misalnya yang terjadi pada olahraga berat dan lama seperti
pelari yang bermaraton saat siang hari atau pekerjaan berat di lingkungan suhu
tinggi.7
2.4.3.2 Patofisiologi
Kemampuan tubuh untuk mendinginkan diri tidak berfungsi lagi. Suhu
tubuh dapat mencapai 104 oF (40 oC), kebingungan (penurunan kesadaran), dan
koma dapat terjadi.5 Kelainannya timbul karena sistem pendingin tubuh tidak
dapat mengimbangi panas yang timbul. Saat suhu tubuh meninggi beberapa
derajat, pusat pengatur panas di batang otak tidak berfungsi semestinya sehingga
pengeluaran keringat berkurang. Sebagai kompensasi akan terjadi vasodilatasi
sehingga kulit kelihatan merah, kering, dan terasa panas.7
Merupakan situasi yang sangat berbahaya yang timbul akibat rusak totalnya
mekanisme termoregulasi hipotalamus. Heat exhaustion dapat berkembang
menjadi heat stroke jika mekanisme pengeluaran panas dipacu secara berlebihan.
Heat stroke lebih besar kemungkinannya terjadi pada olahraga berlebihan yang
berlangsung dalam lingkungan yang panas sampai lembab. Heat stroke adalah
suatu bentuk hipertermia dengan suhu tubuh abnormal disertai gejala fisik
termasuk perubahan dalam fungsi sistem saraf.5
Gambaran paling cocok pada heat stroke adalah tidak adanya tindakan
kompensasi untuk mengurangi panas, misalnya berkeringat. Tidak terjadi
23

pengeluaran keringat walaupun suhu tubuh meningkat mencolok karena pusat


kontrol termoregulasi hipotalamus tidak berfungsi secara benar dan tidak dapat
memulai mekanisme - mekanisme pengeluaran panas. Selama pembentukan heat
stroke, suhu tubuh mulai meningkat karena mekanisme pengeluaran panas pada
akhirnya dikalahkan oleh penambahan panas yang terus menerus dan berlebihan
setelah suhu inti mencapai suatu titik ketika pusat kontrol hipotalamus rusak
akibat panas, suhu tubuh meningkat lebih tinggi lagi karerna berhentinya secara
total mekanisme pengeluaran panas. Saat suhu tubuh meningkat, tingkat
metabolisme juga meningkat karena suhu yang lebih tinggi mempercepat semua
reaksi kimia, hasilnya adalah produksi panas yang lebih besar. Keadaan umpan
balik positif ini menyebabkan suhu semakin melonjak naik.9
Heat stroke adalah situasi yang sangat berbahaya dan cepat mematikan jika
tidak diterapi. Bahkan dengan pengobatan untuk menghentikan dan memulihkan
suhu tubuh yang meningkat tersebut, angka kematiannya tetap tinggi. Tingkat
kecacatan permanen pada mereka yang selamat juga tinggi karena panas internal
yang tinggi menyebabkan kerusakan irreversible.9
Gejala heat stroke diakibatkan oleh gangguan metabolik sel dan kematian
sel. Meskipun terjadi peningkatan curah jantung, hipotensi dapat timbul karena
vasodilatasi perifer berat dan penurunan volume. Pada temperatur diatas 40 oC,
kontraksi jantung menurun dan terapi cairan harus dipantau secara hati - hati pada
pasien hipotensi.10
2.4.3.3 Manifestasi Klinis

24

Kulit yang panas, memerah dan tidak berkeringat (kering), penurunan


kesadaran, denyut nadi yang cepat dan lemah, pernapasan yang cepat dan dalam.
Penderita menjadi gelisah dan meracau, kadang sampai terjadi halusinasi. Dapat
terjadi kejang dan penderita jatuh pingsan sampai koma. Biasanya ditemukan
takikardi, takipnea, hipotensi, dan dilatasi pupil.7
Gejala heat stroke kadang - kadang seperti orang serangan jantung atau
kondisi lain. Untuk sebagian orang didahului oleh tanda - tanda heat exhaustion
seperti mual, muntah, kelelahan, sakit kepala, kram otot, dan pusing sebelum
menuju heat stroke. Akan tetapi pada beberapa orang gejala heat stroke dapat
berkembang secara tiba - tiba dan cepat. Setiap penderita mungkin memiliki tanda
dan gejala yang berbeda - beda. Gejala umum heat stroke meliputi suhu tubuh
yang tinggi (37oC-40oC), tidak adanya keringat, kesulitan bernafas, perilaku yang
aneh, halusinasi, kebingungan, agitasi, disorientasi, kejang, bahkan koma.5
2.4.3.4 Tatalaksana
Penderita heat stroke harus segera mendapatkan penanganan untuk
mencegah

kerusakan

organ

permanen.

Pertama

dan

terpenting

adalah

mendinginkan korban.5 Terapi mendinginkan pasien harus dimulai di lapangan,


jangan menunggu mencari penyebab hipertermia. Pendinginan yang cepat dan
segera merupakan terapi utama pada heat stroke. Penanganan yang umum
merupakan dasar terapi. Meningkatkan penguapan merupakan cara yang praktis
dan efektif. Penanggulangan terdiri atas perawatan di tempat sejuk, pendinginan
dengan kain basah, atau penyiraman air.7,10
Beberapa penanganan yang dapat dilakukan di lapangan, yaitu: 5

25

Pindahkan korban ke daerah yang lebih sejuk untuk beristirahat dengan


posisi yang nyaman baginya untuk beristirahat

Lepaskan pakaian tebal pada korban, jika perlu korban tidak usah
memakai pakaian

Kompres kulit korban dengan kain yang sudah dibasahi dengan air sejuk,
bukan air dingin (15-18oC)

Kompres daerah pergelangan tangan, leher, ketiak dan lipat paha korban
dengan es batu yang dilapisi kain atau plastik

Awasi pernapasan dan denyut nadi korban, bersiaplah untuk melakukan


resusitasi jantung paru

Langkah paling penting untuk mencegah heat stroke adalah menghindari


dehidrasi
Tatalaksana yang dapat dilakukan di RS meliputi:
Metode pendinginan yang terdiri dari dua cara, yaitu: 10
1. Teknik pendinginan konduksi
Eksternal:
a. Berendam dalam air dingin
b. Penggunaan kompres es di seluruh tubuh atau bagian-bagian tubuh
tertentu
c. Penggunaan selimut pendingin
Internal:
a. Lavase (membilas) lambung dengan es
26

b. Lavase (membilas) peritoneal dengan es


2. Teknik pendinginan evaporasi/penguapan/konveksi
a. Berikan kipas angin pada pasien yang telah dibuka bajunya pada suhu
ruangan (20-22oC)
b. Basahi permukaan tubuh selama pemakaian kipas angin terus menerus
(kulit ditutupi dengan lembaran kasa halus yang telah direndam dalam
air 20oC saat pasien dikipasi. Kipas angin dikurangi atau dihentikan
jika suhu kulit turun <30oC)
c. Gunakan unit pendingin

tubuh

(tempat

tidur

khusus

yang

menyemprotkan air 15oC dan air hangat 45oC ke seluruh permukaan


tubuh untuk menjaga suhu kulit basah antara 32-33oC
Pendinginan aktif dapat dihentikan ketika temperatur tubuh mencapai 39 oC
untuk mencegah dingin yang berlebihan. Hipertermia umumnya pulih 4-8 jam,
sedangkan mekanisme termoregulasi pasien menjadi tidak stabil untuk beberapa
minggu setelah terjadi heat stroke. Pasien heat stroke dipantau secara intensif
selama 48-72 jam pada pendinginan cepat dan perubahan status mental.
Dalam mengobati heat stroke, benzodiazepin memainkan peran utama
dalam menenangkan pasien, mengendalikan kejang, dan mengendalikan
menggigil. Barbiturat (misalnya, fenobarbital) dapat digunakan untuk mengontrol
kejang - kejang jika benzodiazepin tidak efektif. Hipotensi diperlakukan pertama
dengan cairan kristaloid pendinginan dan intravena, dobutamin dianggap jika
pasien hipodinamik. Pengobatan rhabdomyolysis melibatkan menanamkan
sejumlah besar cairan intravena (mungkin memerlukan sebanyak 10 L),
alkalinisasi urin, dan infus manitol.

27

Intubasi endotrakeal disarankan untuk pasien dengan ventilasi yang tak


cukup atau yang tidak mempunyai reflek muntah.10
2.4.3.5 Prognosis
Prognosis akan menjadi buruk ketika ada masalah di ginjal, jantung, hati,
maupun gangguan di saraf secara permanen. Kematian dapat terjadi jika tidak bisa
ditangani secara tepat.11
2.5

Diagnosis

2.5.1 Anamnesis
Pada anamnesis, perlu ditanyakan kepada pasien ataupun keluarga yang
mendampingi tentang : 5
a. Seberapa panas suhu lingkungan saat itu?
b. Apa aktivitas yang sedang dilakukan?
c. Berapa lama kontak dengan suhu panas?
d. Kapan mulai terjadinya gejala?
e. Lokasi mana dibagian tubuh yang terasa?
f. Ada keringat atau tidak?
g. Jumlah air yang dikonsumsi sebelumnya?
2.5.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda - tanda dehidrasi seperti mulut dan
lidah yang kering, keringat yang sedikit di daerah ketiak dan lipat paha dan
penurunan pengeluaran urin. Pada vital sign didapatkan tekanan darah yang
rendah dan denyut jantung yang cepat ( takikardi ), serta dapat ditemukan
hipotensi ortostatik.5

28

2.5.3 Pemeriksaan Penunjang 4


2.5.3.1 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi :
a. Analisis gas darah arteri: dapat mengungkapkan alkalosis pernapasan
karena stimulasi SSP langsung dan asidosis metabolik akibat asidosis
laktat. Hipoksia mungkin karena atelektasis paru (pengembangan paru
yang tidak lengkap saat lahir atau pengempisan paru pada orang dewasa),
pneumonitis aspirasi, atau edema paru.
b. Asidosis laktat: asidosis laktat umumnya terjadi setelah EHS tetapi
mungkin menandakan prognosis buruk pada pasien dengan heat stroke
klasik.
c. Glukosa: Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien dengan EHS dan pada
pasien dengan gagal hati fulminan.
d. Status gizi dan elektrolit
-

Sodium: Hipernatremia karena asupan cairan berkurang dan dehidrasi


umumnya diamati pada awal perjalanan penyakit, tetapi bisa saja karena
diabetes insipidus. Hiponatremia yang diamati pada pasien yang
menggunakan solusi hipotonik pada pasien yang menggunakan diuretik.
Hal ini juga mungkin disebabkan kerugian natrium keringat berlebihan.

29

Kalium: Hipokalemia adalah umum di fase awal serangan panas, dan


defisit dari 500 mEq yang tidak biasa. Namun, dengan meningkatnya

kerusakan otot, hiperkalemia dapat diamati.


Lainnya: hipophosphatemia sekunder untuk
hiperphosphatemia

sekunder

untuk

phosphaturia

rhabdomyolysis,

dan

hipokalsemia

sekunder untuk kalsium meningkat mengikat dalam otot yang rusak, dan
hipomagnesemia juga diamati umumnya.
e. Tes fungsi hati
Kerusakan hati adalah temuan yang konsisten pada pasien dengan
serangan panas. Aminotransferases (aspartat aminotransferase [AST] dan
alanine aminotransferase [ALT]) biasanya naik ke puluhan ribu selama
fase awal pitam panas dan puncak pada 48 jam, tetapi mereka mungkin
memakan waktu selama 2 minggu untuk puncak. Pada bayi mungkin
mencolok dan dapat dicatat 36-72 jam setelah timbulnya gagal hati.
f. Tes fungsi otot
Kreatinin kinase (CK), laktat dehidrogenase (LDH), Aldolase, dan
mioglobin biasanya dilepaskan dari otot ketika nekrosis otot terjadi.
Tingkat CK melebihi 100.000 IU / mL yang umum pada pasien dengan
EHS. Peningkatan dalam mioglobin tidak dapat dicatat meskipun
nekrosis otot karena mioglobin dimetabolisme dengan cepat oleh hati dan
diekskresikan oleh ginjal cepat.

30

g. Jumlah sel darah lengkap: Peningkatan jumlah darah putih sel umumnya
diamati pada pasien dengan serangan panas, dan tingkat setinggi 40.000
telah dilaporkan. Tingkat platelet mungkin rendah.
h. Tes fungsi ginjal: Peningkatan dalam serum kadar asam urat, nitrogen
urea darah, dan kreatinin serum yang umum pada pasien yang tentu saja
dipersulit oleh gagal ginjal.
i. Urinalisis: Ingat bahwa dipstik benzidin kemih tidak membedakan antara
darah, hemoglobin mioglobin, dan. Analisis dipstik urin yang positif
untuk darah harus diikuti dengan urine mikroskopis untuk menentukan
ada atau tidak adanya sel darah merah. Proteinuria juga umum.
j. Analisis cairan serebrospinal: cairan serebrospinal (CSF) jumlah sel dapat
menunjukkan pleositosis spesifik, dan tingkat protein CSF mungkin
meningkat setinggi 150 mg / dL.
k. Mioglobin menyebabkan perubahan warna coklat kemerahan dari urin
namun tidak mempengaruhi warna plasma. Hal ini berbeda dengan
hemoglobin, yang menyebabkan perubahan warna dari kedua plasma dan
urin.
2.5.3.2 Elektrokardiografi
Sinus takikardia dari 130-140 denyut per menit dan nonspesifik dan iskemik
ST-T kelainan gelombang yang umum. Selain itu, sejumlah abnormalitas
konduksi (mis., blok cabang berkas kanan) dan abnormalitas konduksi lainnya
(misalnya, interval QT berkepanjangan) dapat dicatat.

31

2.5.3.3 Imaging Studies


Computerized tomography scan dapat membantu dalam mengesampingkan
cedera SSP pada pasien dengan perubahan status mental. Radiografi dada dapat
menunjukkan atelektasis, pneumonia, infark paru, atau edema paru.
2.6

Diagnosis Banding

Delirium : Perubahan kesadaran

Delirium Tremens : Biasanya terkait dengan riwayat penyalahgunaan alkohol

Diabetik Ketoasidosis : Perubahan tingkat kesadaran, hiperventilasi

Encephalopathy (Hepatic, Uremic)

Hipertiroid : Gejala umum seperti takikardi, exoftalmus, hiperrefleksia. Onset


lebih berbahaya dengan pasien hipertiroid

Meningitis : Sakit kepala, demam, kaku kuduk, sesekali perubahan SSP

Neuroleptic Malignant Syndrome : umumnya didahului oleh peristiwa yang


khas seperti anastesi

Tetanus

Toksisitas obat (Cocaine, Phencyclidine, Salicylate) : Overdosis obat dapat


hadir dengan hipertermia tapi tidak dikaitkan dengan suhu lingkungan yang tinggi
atau aktivitas fisik. Sering ada riwayat penggunaan obat.

32

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Heat cramp, heat exhaustion, dan heat stroke berhubungan secara kolektif

dan dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan panas (Heat injuries).
Heat cramp adalah yang paling ringan dari ketiga hal lainnya tetapi tetap
mengkhawatirkan. Heat cramp merupakan gejala awal dari penyakit yang
berhubungan dengan panas. Seseorang yang pernah menderita heat cramp
biasanya ada kemungkinan untuk terkena lagi. Heat cramp yang parah dapat
menjadi heat exhaustion. Heat exhaustion merupakan manifestasi dini dari heat
stroke. Heat exhaustion dapat berkembang menjadi heat stroke jika mekanisme
pengeluaran panas dipacu secara berlebihan. Heat stroke merupakan keadaan
gawat darurat medis dan dapat mematikan.
Hipotesis mekanisme patofisiologi terletak pada perubahan kontrol
neuromuscular (berhubungan dengan otot dan saraf). Perubahan kontrol
neuromuscular sering dihubungkan dengan kelelahan otot sehingga menghasilkan
gangguan dari koordinasi otot dan gangguan kontrolnya.
3.2

Saran

33

Sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang kegawatdaruratan, semua


anggota HET harus mengetahui apa saja jenis-jenis kegawatdaruratan medis serta
aspek-aspek yang mencakupi sampai dengan penatalaksanaannya, salah satunya
adalah heat injuries seperti yang dibahas diatas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Shiel,

William

C.

Jr.

Mei

2011.

Heat

Injuries.

Diunduh

dalam

www.sportsinjuryclinic.net 9 September 2012


2. Robbins, Stanley L., Vinay Kumar, Ramzi S. Cotran. 2007. Buku Ajar
Patologi. Jakarta: EGC Vol 1 Hal 321
3. Robert, Samuel N Cheuvront, Williams, Jeffrey O., dkk. 2005.
Epidemiology of Hospitalizations and Deaths from Heat Illness in
Soldiers. Diunduh dalam www.oai.dtic.mil 17 November 2012
4. Helman, Robert S. Oktober 2012. Heat stroke workup. Diunduh dalam
www.emedicine.medscape.com 17 November 2012
5. Wedro, Benjamin. Juli 2012. Heat cramp, heat exhaustion, heat stroke. Diunduh
dalam www.medicinenet.com 9 September 2012
6. Harms, Roger w. April 2012. Heat cramp, heat exhaustion, heat stroke. Diunduh
dalam www.mayoclinic.com 9 September 2012
7. Jong, wim de, Sjamsuhidjat,R.. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Hal 113
8. Elizabeth Quinn, Juli 2009 dalam www.sportsmedicine.about.com 9
September 2012
9. Sheerwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta:
EGC Hal 605
10. Sudoyo, Aru W., Bambang Setyohadi, Idrus Alwi dkk. 2009. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing Hal 272, 792
John P. Juni 2012. Heat cramp. Diunduh

11. Cunha,

www.emedicinehealth.com 19 November 2012

34

dalam

Anda mungkin juga menyukai