MAKALAH
Diajukan kepada Hippocrates Emergency Team
Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Anggota Khusus
Oleh :
ROZA AULIA
HET 11-XXII-346
HEAT INJURIES
MAKALAH
Oleh :
ROZA AULIA
HET 11-XXII-346
Pembimbing Makalah
Nama
Afni Wahyuni, S.Ked
Jabatan
Pembimbing 1
HET 08-XIX-283
Alfy Maydo Alius, S.Ked
Pembimbing 2
HET 09-XX-295
Tanda Tangan
HEAT INJURIES
MAKALAH
Oleh :
ROZA AULIA
HET 11-XXII-346
Penguji Makalah
Nama
Jabatan
Penguji 1
HET 05-XVI-237 LB
Tanda Tangan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul Heat Injuries. Salawat beriringan salam kita sampaikan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman
kebodohan ke zaman yang terang benderang yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti saat ini. Makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar anggota khusus pada Hippocrates Emergency
Team Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Keberhasilan dalam pembuatan makalah ini tidak terlepas dari peran serta
berbagai pihak, baik itu bantuan, bimbingan, maupun semangat yang tidak pernah
henti-hentinya diberikan kepada penulis. Oleh sebab itu pada kesempatan ini,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini dan tidak lupa pula kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW
2. Orang tua, kakak , dan semua keluarga tercinta yang selalu memberikan
doa dan dukungannya kepada penulis
3. Kakanda dr. Jofril Azmi sebagai penguji yang telah memberikan kritik dan
saran yang sangat bermanfaat bagi kesempurnaan makalah ini
4. Kakanda Afni Wahyuni, S,Ked sebagai pembimbing 1 dan Kakanda Alfy
Maydo Alius, S.Ked sebagai pembimbing 2
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum.....................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus.....................................................................................3
1.4 Manfaat..................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi...................................................................................................4
2.2 Epidemiologi..........................................................................................4
2.3 Etiologi dan Faktor Resiko....................................................................5
2.4 Klasifikasi..............................................................................................6
2.4.1 Heat Cramps........................................................................................6
2.4.1.1 Definisi.............................................................................................6
2.4.1.2 Patofisiologi.....................................................................................6
2.4.1.3 Manifestasi Klinis............................................................................7
2.4.1.4 Tatalaksana.......................................................................................8
2.4.1.5 Prognosis..........................................................................................10
2.4.2.2 Patofisiologi.....................................................................................10
2.4.2.3 Manifestasi Klinis............................................................................12
2.4.2.4 Tatalaksana.......................................................................................13
2.4.2.5 Prognosis..........................................................................................14
2.4.3 Heat Stroke..........................................................................................14
2.4.3.1 Definisi.............................................................................................14
2.4.3.2 Patofisiologi.....................................................................................15
2.4.3.3 Manifestasi Klinis............................................................................16
2.4.3.4 Tatalaksana.......................................................................................17
2.4.3.5 Prognosis..........................................................................................20
2.5 Diagnosis................................................................................................20
2.5.1 Anamnesis...........................................................................................20
2.5.2 Pemeriksaan Fisik...............................................................................20
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang......................................................................21
2.5.3.1 Pemeriksaan Laboratorium..............................................................21
2.5.3.2 Elektrokardiografi............................................................................23
2.5.3.3 Imaging Studies................................................................................24
2.6 Diagnosis Banding.................................................................................24
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
25
3.2 Saran.......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................26
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang terletak di daerah tropis secara alamiah akan
memiliki iklim udara yang panas dengan kelembaban yang tinggi. Kedua faktor
tersebut ditambah dengan aktifitas fisik yang berat dapat menyebabkan cedera
panas (heat injuries). Heat injuries merupakan gejala atau kelainan yang
didapatkan jika seseorang berkontak dengan suhu lingkungan yang panas dalam
waktu yang cukup lama dengan melakukan kegiatan fisik berat dan dapat
mengakibatkan gangguan yang hebat pada fungsi pengaturan suhu tubuh.1
Semua mahkluk hidup memiliki suhu optimal dimana mereka dapat
berfungsi dengan baik. Manusia sebagai mamalia berdarah panas adalah salah satu
spesies yang dapat meregulasi suhu tubuhnya sampai batas yang optimal
walaupun suhu lingkungan berubah - berubah, tetapi suhu lingkungan yang
ekstrim dapat menimbulkan luka - luka dan cedera pada berbagai organ tubuh
kita. Kulit sebagai barier pertama yang rusak. Tubuh mempunyai mekanisme
tertentu untuk selalu mempertahankan suhu tubuh ini. Jika suhu lingkungan
terlalu panas, maka untuk mencegah kenaikan suhu, tubuh akan menghasilkan
keringat. Keringat ini akan menguap dan panas terbuang sehingga suhu tubuh
akan selalu tetap. Sebaliknya, jika suhu lingkungan terlalu dingin, maka tubuh
akan berusaha menghasilkan panas dengan cara melakukan kontraksi otot - otot
yang dikenal dengan istilah menggigil. Akan tetapi, mekanisme ini ada batasnya.
Jika sudah mencapai batasnya, maka tubuh kita tidak mampu lagi mentolerir suhu
lingkungan yang terlalu ekstrim.1
yang
bergerak
dalam
menghadapi
kegawatdaruratan pra rumah sakit, tidak jarang ditemukan kasus heat injuries ini.
Hal itu tentunya menuntut seorang tim bantuan medis yang juga mahasiswa
fakultas kedokteran untuk mampu mendiagnosa kasus ini secepatnya dan mengerti
penatalaksanaannya pra-RS dan RS.
1.2
Rumusan Masalah
10
Tujuan
Tujuan Khusus
Mengetahui dan memahami definisi Heat injuries
Mengetahui dan memahami epidemiologi Heat injuries
Mengetahui dan memahami etiologi dan faktor risiko Heat injuries
Mengetahui dan memahami klasifikasi Heat injuries
Mengetahui dan memahami patofisiologi Heat injuries
Mengetahui dan memahami manifestasi klinis Heat injuries
Mengetahui dan memahami diagnosis dan diagnosis banding Heat injuries
Mengetahui dan memahami tatalaksana Heat injuries pra-RS dan RS
Mengetahui dan memahami prognosis Heat injuries
Manfaat
Dapat menjadi referensi dan pegangan bagi para anggota HET khususnya
Definisi
11
Heat injuries ialah cedera yang disebabkan oleh suhu lingkungan yang
tinggi. Pajanan lama ke suhu lingkungan yang tinggi dapat menyebabkan heat
cramp (kram panas), heat exhaustion (kelelahan akibat panas), dan heat stroke.2
2.2
Epidemiologi
Heat injuries yang serius telah mendapat perhatian yang cukup baru-baru ini
12
yang berisiko ialah mereka yang bekerja atau aktif dalam lingkungan yang panas,
individu yang mengalami penurunan nilai atau belum sempurnanya mekanisme
kontrol suhu seperti bayi, anak-anak, dan orang tua juga menjadi faktor resiko
yang besar. Selain itu, risiko juga meningkat pada orang yang mengkonsumsi
alkohol,
obat
penenang
(mengganggu
aktivitas
neurotransmitter
pusat
Klasifikasi
2.4.1.1 Definisi
Heat cramp terjadi akibat hilangnya elektrolit melalui keringat. Tanda utama
adalah kram otot involuntary, biasanya berkaitan dengan olahraga berat.
Mekanisme pembuangan panas mampu mempertahankan suhu inti tubuh.2 Heat
cramp merupakan kram otot tak sadar yang biasanya terjadi selama latihan berat
di lingkungan yang panas. Kram mungkin lebih intens dan lebih lama daripada
yang terjadi pada kram kaki dimalam hari.6
Heat cramp, heat exhaustion, dan heat stroke berhubungan secara kolektif
dan dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan panas. Heat cramp adalah
yang paling ringan dari ketiga hal lainnya tetapi tetap mengkhawatirkan. Heat
cramp merupakan gejala awal dari penyakit yang berhubungan dengan panas.6
2.4.1.2 Patofisiologi
Disebabkan oleh pengeluaran garam dan transpirasi (pengeluaran udara,
berkeringat, atau uap melalui kulit) berlebihan. Penderita mungkin telah minum
banyak untuk mengimbangi pengeluaran cairan, tetapi tidak disertai dengan
asupan garam.7 Asupan cairan yang tidak memadai seringkali berkontribusi
sebagai penyebab. Otot yang paling sering terkena biasanya dari otot betis,
lengan, dinding perut, dan punggung meskipun mungkin melibatkan kelompok
otot lain.6
Ketidakseimbangan elektrolit dan adanya dehidrasi merupakan penyebab
heat cramp. Ketika individu tersebut beraktivitas pada keadaan yang panas, ia
akan berkeringat banyak dan mengeluarkan air serta natrium yang berpengaruh
pada kontraksi dan relaksasi otot. Biasanya ada keringat yang signifikan dengan
14
kejang (spasme) tak terkendali dari otot - otot besar di tubuh. Heat cramp yang
parah dapat menjadi heat exhaustion.5
Ketika semua teori masih dalam penelitian, beberapa peneliti menemukan
bahwa hipotesis mekanisme patofisiologi terletak pada perubahan kontrol
neuromuscular (berhubungan dengan otot dan saraf). Perubahan kontrol
neuromuscular sering dihubungkan dengan kelelahan otot sehingga menghasilkan
gangguan dari koordinasi otot dan gangguan kontrolnya.8
2.4.1.3 Manifestasi Klinis
Penderita mengeluh nyeri kepala, pusing, dan kram otot. Suhu badan tidak
meninggi.7 Gejala kram otot adalah kram yang sangat nyeri, involuntary (tidak
disadari), singkat, intermiten (ditandai oleh periode aktif dan tidak aktif secara
berselang seling), dan biasanya hilang dengan sendirinya.11
Seseorang yang pernah menderita heat cramp biasanya ada kemungkinan
untuk terkena lagi. Kita dapat menegakan diagnosis dari anamnesis korban.5
2.4.1.4 Tatalaksana
Heat cramp biasanya dapat diobati kapan dan dimana saja tergantung
tempat kejadian.5 Tatalaksana yang dapat dilakukan di lapangan seperti: 6,7,8
-
15
16
Indikasi
: nyeri dan inflamasi misalnya pada OA, pasca trauma atau gangguan
musculoskeletal akut, termasuk tendinitis, tenosinovinitis, periatritis,
keseleo, otot tegang, dan nyeri punggung bawah.
Dosis
untuk berteduh
Jangan minum minuman yang mengandung alkohol atau kafein sebelum
berolahraga karena akan meningkatkan dehidrasi
17
2.4.2
Heat Exhaustion
2.4.2.1 Definisi
Heat exhaustion mungkin merupakan sindrom hipertermik yang paling
sering terjadi. Onset mendadak disertai rasa lelah dan kolaps yang terjadi akibat
kegagalan
sistem
kardiovaskular
mengkompensasi
hipovolemia
(akibat
kekurangan air). Setelah kolaps yang biasanya sesaat, keseimbangan pulih secara
spontan.2
Bila transpirasi (berkeringat) banyak tetapi tidak diimbangi dengan asupan
cairan, dapat terjadi heat exhaustion (kelelahan suhu tinggi).7 Heat exhaustion
terjadi ketika seseorang melakukan aktivitas pada lingkungan yang panas dan
berkeringat tidak dapat mengatasi panas yang dihasilkan tubuh. Seringkali
18
dehidrasi terjadi karena individu tersebut tidak mengganti elektrolit yang hilang
melalui keringat yang keluar.5
2.4.2.2 Patofisiologi
Heat exhaustion adalah konsekuensi dari aktivitas berlebihan mekanisme
pengeluaran panas dan bukan akibat gangguan dari mekanisme tersebut. Karena
mekanisme pengeluaran panas bekerja sangat aktif, pada heat exhaustion suhu
tubuh hanya sedikit meningkat.9
Mengacu pada keadaan kolaps, biasanya bermanifestasi sebagai pingsan
yang disebabkan oleh penurunan tekanan darah akibat kerja mekanisme
pengeluaran panas yang berlebihan. Keringat berlebihan mengurangi curah
jantung karena volume plasma berkurang, dan vasodilatasi kulit yang ekstensif
menyebabkan penurunan resistensi perifer total. Tekanan darah ditentukan oleh
curah jantung dikalikan dengan resistensi perifer total. Saat tekanan darah turun
dan jumlah darah yang disalurkan ke otak berkurang dapat menyebabkan yang
bersangkutan pingsan.9
Tubuh memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
panas, tetapi resiko heat exhaustion akan meningkat jika seseorang berpergian
dari lingkungan yang dingin ke lingkungan yang panas secara tiba - tiba.
Dibutuhkan sekitar 7-10 hari bagi tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang panas. Individu yang tidak menyesuaikan diri sebelumnya dengan
lingkungan yang panas dapat menghasilkan sekitar 1 liter keringat dalam satu jam
untuk membantu mendinginkan tubuh. Sedangkan individu yang sudah terbiasa
dengan lingkungan yang panas dapat menghasilkan sekitar 2-3 liter keringat
19
dalam satu jam untuk mendinginkan tubuh, 2-3 kali lipat dibandingkan dengan
individu yang tidak terbiasa dengan lingkungan panas.5
Suhu internal tubuh Anda adalah panas tubuh Anda dikombinasikan dengan
hasil panas lingkungan. Tubuh Anda perlu mengatur suhu dari lingkungan untuk
mempertahankan suhu inti tubuh tetap dalam batas normal (36,5-37,5 oC). Selain
cuaca panas dan aktivitas berat, penyebab lain dari heat exhaustion meliputi
dehidrasi
yang
mengurangi
kemampuan
tubuh
anda
berkeringat
dan
20
Lepaskan pakaian tebal pada korban, jika perlu korban tidak usah
memakai pakaian
21
Kompres kulit korban dengan kain yang sudah dibasahi dengan air dingin
-
Jika korban sadar, berikan air minum yang sejuk dengan jumlah banyak
tapi tidak terlalu cepat, kurang lebih sekitar 1 gelas air setiap 15 menit
nonexertional heat stroke (NEHS) lebih sering mempengaruhi orang tua yang
sering berpindah - pindah, dan orang - orang yang sakit kronis.4
Biasanya disebabkan oleh peningkatan produksi panas disertai tingginya
suhu lingkungan, misalnya yang terjadi pada olahraga berat dan lama seperti
pelari yang bermaraton saat siang hari atau pekerjaan berat di lingkungan suhu
tinggi.7
2.4.3.2 Patofisiologi
Kemampuan tubuh untuk mendinginkan diri tidak berfungsi lagi. Suhu
tubuh dapat mencapai 104 oF (40 oC), kebingungan (penurunan kesadaran), dan
koma dapat terjadi.5 Kelainannya timbul karena sistem pendingin tubuh tidak
dapat mengimbangi panas yang timbul. Saat suhu tubuh meninggi beberapa
derajat, pusat pengatur panas di batang otak tidak berfungsi semestinya sehingga
pengeluaran keringat berkurang. Sebagai kompensasi akan terjadi vasodilatasi
sehingga kulit kelihatan merah, kering, dan terasa panas.7
Merupakan situasi yang sangat berbahaya yang timbul akibat rusak totalnya
mekanisme termoregulasi hipotalamus. Heat exhaustion dapat berkembang
menjadi heat stroke jika mekanisme pengeluaran panas dipacu secara berlebihan.
Heat stroke lebih besar kemungkinannya terjadi pada olahraga berlebihan yang
berlangsung dalam lingkungan yang panas sampai lembab. Heat stroke adalah
suatu bentuk hipertermia dengan suhu tubuh abnormal disertai gejala fisik
termasuk perubahan dalam fungsi sistem saraf.5
Gambaran paling cocok pada heat stroke adalah tidak adanya tindakan
kompensasi untuk mengurangi panas, misalnya berkeringat. Tidak terjadi
23
24
kerusakan
organ
permanen.
Pertama
dan
terpenting
adalah
25
Lepaskan pakaian tebal pada korban, jika perlu korban tidak usah
memakai pakaian
Kompres kulit korban dengan kain yang sudah dibasahi dengan air sejuk,
bukan air dingin (15-18oC)
Kompres daerah pergelangan tangan, leher, ketiak dan lipat paha korban
dengan es batu yang dilapisi kain atau plastik
tubuh
(tempat
tidur
khusus
yang
27
Diagnosis
2.5.1 Anamnesis
Pada anamnesis, perlu ditanyakan kepada pasien ataupun keluarga yang
mendampingi tentang : 5
a. Seberapa panas suhu lingkungan saat itu?
b. Apa aktivitas yang sedang dilakukan?
c. Berapa lama kontak dengan suhu panas?
d. Kapan mulai terjadinya gejala?
e. Lokasi mana dibagian tubuh yang terasa?
f. Ada keringat atau tidak?
g. Jumlah air yang dikonsumsi sebelumnya?
2.5.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda - tanda dehidrasi seperti mulut dan
lidah yang kering, keringat yang sedikit di daerah ketiak dan lipat paha dan
penurunan pengeluaran urin. Pada vital sign didapatkan tekanan darah yang
rendah dan denyut jantung yang cepat ( takikardi ), serta dapat ditemukan
hipotensi ortostatik.5
28
29
sekunder
untuk
phosphaturia
rhabdomyolysis,
dan
hipokalsemia
sekunder untuk kalsium meningkat mengikat dalam otot yang rusak, dan
hipomagnesemia juga diamati umumnya.
e. Tes fungsi hati
Kerusakan hati adalah temuan yang konsisten pada pasien dengan
serangan panas. Aminotransferases (aspartat aminotransferase [AST] dan
alanine aminotransferase [ALT]) biasanya naik ke puluhan ribu selama
fase awal pitam panas dan puncak pada 48 jam, tetapi mereka mungkin
memakan waktu selama 2 minggu untuk puncak. Pada bayi mungkin
mencolok dan dapat dicatat 36-72 jam setelah timbulnya gagal hati.
f. Tes fungsi otot
Kreatinin kinase (CK), laktat dehidrogenase (LDH), Aldolase, dan
mioglobin biasanya dilepaskan dari otot ketika nekrosis otot terjadi.
Tingkat CK melebihi 100.000 IU / mL yang umum pada pasien dengan
EHS. Peningkatan dalam mioglobin tidak dapat dicatat meskipun
nekrosis otot karena mioglobin dimetabolisme dengan cepat oleh hati dan
diekskresikan oleh ginjal cepat.
30
g. Jumlah sel darah lengkap: Peningkatan jumlah darah putih sel umumnya
diamati pada pasien dengan serangan panas, dan tingkat setinggi 40.000
telah dilaporkan. Tingkat platelet mungkin rendah.
h. Tes fungsi ginjal: Peningkatan dalam serum kadar asam urat, nitrogen
urea darah, dan kreatinin serum yang umum pada pasien yang tentu saja
dipersulit oleh gagal ginjal.
i. Urinalisis: Ingat bahwa dipstik benzidin kemih tidak membedakan antara
darah, hemoglobin mioglobin, dan. Analisis dipstik urin yang positif
untuk darah harus diikuti dengan urine mikroskopis untuk menentukan
ada atau tidak adanya sel darah merah. Proteinuria juga umum.
j. Analisis cairan serebrospinal: cairan serebrospinal (CSF) jumlah sel dapat
menunjukkan pleositosis spesifik, dan tingkat protein CSF mungkin
meningkat setinggi 150 mg / dL.
k. Mioglobin menyebabkan perubahan warna coklat kemerahan dari urin
namun tidak mempengaruhi warna plasma. Hal ini berbeda dengan
hemoglobin, yang menyebabkan perubahan warna dari kedua plasma dan
urin.
2.5.3.2 Elektrokardiografi
Sinus takikardia dari 130-140 denyut per menit dan nonspesifik dan iskemik
ST-T kelainan gelombang yang umum. Selain itu, sejumlah abnormalitas
konduksi (mis., blok cabang berkas kanan) dan abnormalitas konduksi lainnya
(misalnya, interval QT berkepanjangan) dapat dicatat.
31
Diagnosis Banding
Tetanus
32
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Heat cramp, heat exhaustion, dan heat stroke berhubungan secara kolektif
dan dikenal sebagai penyakit yang berhubungan dengan panas (Heat injuries).
Heat cramp adalah yang paling ringan dari ketiga hal lainnya tetapi tetap
mengkhawatirkan. Heat cramp merupakan gejala awal dari penyakit yang
berhubungan dengan panas. Seseorang yang pernah menderita heat cramp
biasanya ada kemungkinan untuk terkena lagi. Heat cramp yang parah dapat
menjadi heat exhaustion. Heat exhaustion merupakan manifestasi dini dari heat
stroke. Heat exhaustion dapat berkembang menjadi heat stroke jika mekanisme
pengeluaran panas dipacu secara berlebihan. Heat stroke merupakan keadaan
gawat darurat medis dan dapat mematikan.
Hipotesis mekanisme patofisiologi terletak pada perubahan kontrol
neuromuscular (berhubungan dengan otot dan saraf). Perubahan kontrol
neuromuscular sering dihubungkan dengan kelelahan otot sehingga menghasilkan
gangguan dari koordinasi otot dan gangguan kontrolnya.
3.2
Saran
33
William
C.
Jr.
Mei
2011.
Heat
Injuries.
Diunduh
dalam
Hal 113
8. Elizabeth Quinn, Juli 2009 dalam www.sportsmedicine.about.com 9
September 2012
9. Sheerwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta:
EGC Hal 605
10. Sudoyo, Aru W., Bambang Setyohadi, Idrus Alwi dkk. 2009. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing Hal 272, 792
John P. Juni 2012. Heat cramp. Diunduh
11. Cunha,
34
dalam