Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PRAKTIKUM TEGANGAN PERMUKAAN


DOSEN PENGAMPU
Nur Aini Dewi, M.Sc., Apt

Kelompok

: V (Lima)

Anggota

: 1. Ayesha Zulkha

(21154645A)

2. Kris Ayu Wijayaningrum

(21154669A)

3. Hendri Evantrio

(21154664A)

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2016

TEGANGAN PERMUKAAN
I.

Tujuan
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui dan memahami prinsip tegangan permukaan
2. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan suatu zat
3. Menggunakan alat-alat penentuan tegangan permukaan
4. Menentukan tegangan permukaan suatu zat

II. Dasar Teori


Tegangan permukaan terjadi karena permukaan zat cair cenderung untuk menegang,
sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi oleh adanya gaya
kohesi antara molekul air. Pada zat cair yang adesi berlaku bahwa besar gaya kohesinya
lebih kecil dari pada gaya adesinya dan pada zat yang non-adesi berlaku sebaliknya. Salah
satu model peralatan yang sering digunakan untuk mengukur tegangan permukaan zat cair
adalah pipa kapiler. Salah satu besaran yang berlaku pada sebuah pipa kapiler adalah sudut
kontak, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan zat cair yang dekat dengan dinding.
Sudut kontak ini timbul akibat gaya tarik-menarik antara zat yang sama (gaya kohesi) dan
gaya tarik-menarik antara molekul zat yang berbeda (adesi) (Atfins, 1994).
Tegangan antar muka adalah gaya per satuan panjang yang terjadi pada antar muka
antara fase cair yang tidak dapat tercampur. Seperti tegangan muka, satuannya adalah
dyne/cm. Tegangan antar muka selalu lebih kecil dari tegangan muka, sebab gaya adesi
antara dua fase cair yang membentuk antar muka lebih besar dari gaya adesi antara fase
cair dan fase gas yang membentuk antar muka. Dengan demikian, jika dua macam zat cair
dapat campur sempurna, maka tidak akan ada tegangan antar muka diantara
mereka. Tegangan permukaan merupakan sifat pennukaan suatu zat cair yang berperilaku
layaknya selapis kulit tipis yang kenyal atau lentur akibat pengaruh tegangan. Pengaruh
tegangan tersebut disebabkan oleh adanya gaya tarik-menarik antarmolekul di permukaan
zat cair tersebut (Indarniati, 2008).
Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair (fluida)
yang berada dalam keadaan diam (statis). Tegangan permukaan didefinisikan sebagai gaya
F persatuan panjang L yang bekerja tegak lurus pada setia garis di permukaan fluida.
Tegangan permukaan bervariasi antar berbagai cairan. Air memiliki tegangan permukaan
yang tinggi dan merupakan agen pembasah yang buruk karena air membentuk droplet,
misalnya tetesan air hujan pada kaca depan mobil. Permukaan air membentuk suatu lapisan
yang cukup kuat sehingga beberapa seranga dapat berjalan diatasnya (Suminar, 2001).
Sebuah gaya tarik dapat dianggap bekerja pada suatu bidang permukaan sepanjang
suatu garis di permukaan. Intensitas gaya suatu molekular per satuan panjang sepanjang

suatu garis di permukaan ini disebut tegangang permukaan dan dilambangkan dengan
huruf yunani (sigma). Untuk suatu zat cair tertentu, tegangan permukaannya tergantung
pada temperatur dan juga fluida lain yang bersentuhan di permukaan temu (Munson,
2004).
Pengukuran tegangan permukaan dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain
(Kosman dkk, 2005):
a.) Metode cincin Du-Noy
Cara ini dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan dan tegangan
antar permukaan zat cair. Prinsip kerja alat ini berdasarkan pada kenyataan bahwa
gaya yang dibutuhkan untuk melepaskan cincin yang tercelup pada zat cair sebanding
dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka. Gaya yang dibutuhkan untuk
melepaskan cincin dalam hal ini diberikan oleh kawat torsi yang dinyatakan dalam
dyne. Maka tegangan permukaan:
Tegangan permukaan=

skala yang terbaca dalam dyne


faktor koreksi()
2 keliling cincin

Faktor koreksi diperlukan karena ada variabel-variabel tertentu yang tidak dapat
diabaikan yaitu:
1.
2.
3.
b.)

Jari-jari cincin
Jari-jari kawat yang membentuk cincin
Volume zat cair yang naik dari permukaan
Metode Kenaikan Kapiler
Metode ini hanya digunakan untuk menentukan tegangan suatu zat cair dan
tidak dapat digunakan untuk menentukan tegangan antar permukaan dua zat cair yang
tidak bercampur. Bila pipa kapiler dimasukkan ke dalam suatu zat cair, maka zat
tersebut akan naik ke dalam pipa sampai gaya gesek ke atas diseimbangkan oleh gaya
gravitasi ke bawah akibat berat zat cair.

1. Komponen gaya ke atas akibat tegangan permukaan cairan adalah a= cos


2. Keliling penampang dalam pipa kapiler adalah 2 r
3. Jika sudut kontak antara permukaan zat dengan dinding kapiler

gaya ke atas di bagian dalam 2 r cos

Gaya ke bawah yaitu gaya berat adalah:


r 2 ( 1 0 ) h . g+ w
Keterangan

: h : tinggi kenaikan cairan zat cair di dalam pipa kapiler

maka total

1 :

bobot jenis cair

0 :

bobot jenis uap

w:

berat bagian sebelah atas

dari minikus

g : gaya gravitasi
Molekul biasanya saling tarik-menarik. Dibagian dalam cairan, setiap molekul
cairan dikelilingi oleh molekul-molekul cairan di samping dan di bawah. Di bagian
atas tidak ada molekul cairan lainnya karena molekul cairan tarik-menarik satu
dengan yang lainnya, maka terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul yang
berada di bagian dalam caian. Sebaliknya molekul cairan yang terletak di permukaan
di tarik oleh molekul cairan yang berada di samping dan bawahnya. Akibatnya, pada
permukaan cairan terdapat gaya total yang berarah ke bawah karena adanya gaya
total yang arahnya ke bawah, maka cairan yang terletak di permukaan cenderung
memperkecil luas permukaannya dengan menyusut sekuat mungkin. Hal ini yang
menyebabkan lapisan cairan pada permukaan seolah-olah tertutup oleh selaput
elastis yang tipis. (Anief, 1993).
Rumus tegangan permukaan:
s=

hs ms
p
h p mp

Faktor-faktor yang mempengaruhi


1. Suhu
Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena
meningkatnya energi kinetik molekul.
2. Zat terlarut (solute)
Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi
tegangan permukaan. Penambahan zat terlarut akan meningkatkan
viskositas larutan, sehingga tegangan permukaan akan bertambah besar.
Tetapi apabila zat yang berada dipermukaan cairan membentuk lapisan
monomolecular, maka akan menurunkan tegangan permukaan, zat tersebut
biasa disebut dengan surfaktan.
3. Surfaktan
Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan
permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau

antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung


pada rantai lurus. Sabun merupakan salah satu contoh dari surfaktan.
4. Jenis Cairan
Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara molekulnya
besar, seperti air, maka tegangan permukaannya juga besar. Sebaliknya
pada cairan seperti bensin karena gaya tarik antara molekulnya kecil, maka
tegangan permukaannya juga kecil.
5. Konsentrasi Zat Terlarut
Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai
pengaruh terhadap sifat-sifat larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi
pada permukaan larutan. Telah diamati bahwa solut yang ditambahkan
kedalam larutan akan menurunkan tegangan muka, karena mempunyai
konsentrasi dipermukaan yang lebih besar daripada didalam larutan.
Sebaliknya solut yang penambahannya kedalam larutan menaikkan
tegangan muka mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih kecil
daripada didalam larutan.
III.

ALAT DAN BAHAN


Alat:
1. Gelas ukur
2. Penggaris
3. Botol timbang
4. Neraca analitis digital
Bahan:
1.
2.
3.
4.

IV.

Aquadest
Tween 80
Na lauril sulfat
Minyak zaitun

Cara Kerja
A. Menentukan Massa Zat Cair
Timbal botol timbang dalam kondisi
bersih dan kering

Pipet 10 ml aquadest lalu


dimasukkan kedalam botol timbang
dan timbang kembali bobotnya.
Lakukan pengulangan sebanyak 3
kali.

Tentukan massa aquadest

B.

Dengan cara yang sama, lakukan


terhadap cairan sampel tween 80,
Na lauril sulfat, dan minyak zaitun
yang telah dibuat dalam berbagai
konsentrasi.

Menentukan Tinggi Kenaikan Zat Cair Didalam Pipa Kapiler


Ukurlah terlebih dahulu suhu
percobaan atau suhu ruangan

Carilah terlebih dahulu nilai tegangan


permukaan aquadest (pembanding)
pada suhu percobaan yang telah di
ukur

Aquadest hasil penimbangan pada


prosedur A dimasukkan ke dalam
beaker glass bersih dan kering

Celupkan salah satu ujung pipa


kapiler ke dalam aquadest hingga
hamper menyentuh dasar beaker
glass

Biarkan aquadest naik di dalam pipa


kapiler sampai konstan (tidak naik
lagi) dengan penggaris ukurlah berapa
tinggi kenaikan aquadest

Lakukan pengulangan 3 kali. Dengan


cara yang sama lakukan juga pada
sampel yang telah diat dalam
berbagai variasi konsentrasi

Hitunglah berapa tegangan permukaan


untuk setiap sampel cairan (dyne/cm)

V. DATA dan PERHITUNGAN


Data:
No.

Sampel

(dyne /cm)

1.
2.
3.

Na Lauril SO4 10%


Na Lauril SO4 15%
Na Lauril SO4 20%

56,58
91,30
60,99

Perhitungan:
Data aquadest dari kelompok VI,
x mp=10,5 gram , x hp=1,27 cmdan aquadest suhu 26 C=71,81 dyne /cm.
1. Na Lauril SO4 10%
a. Bobot botol timbang kosong
b. Bobot botol timbang + Na Laurul SO4 10%

= 15,2 gr
= 1.) 26,1 gr
2.) 25,9 gr
3.) 26,1 gr

c. (Bobot botol + Na Lauril SO4 10%) bobot botol kosong


1. 26, 1 gr 15,2 gr = 10,9 gr
2. 25,9 gr 15,2 gr = 10,7 gr
3. 26,1 gr 15,2 gr = 10,9 gr
x ms=10,83 gr
d. Tingkat kenaikan zat cair (h)

= 1.) 1 cm
2.) 1 cm
3.) 0,9 cm

x hs=0,097 cm
Hasil:
s=

hs ms
p
hp mp

s=

0,97 cm 10,83 gr
71,81 dyne /cm
1,27 cm 10,5 gr

s=56,58 dyne/cm

2. Na Lauril SO4 15%


a. Bobot botol timbang kosong
b. Bobot botol timbang + Na Laurul SO4 15%

= 15,2 gr
= 1.) 25,9 gr
2.) 26

gr

3.) 26,1 gr
c. (Bobot botol + Na Lauril SO4 15%) bobot botol kosong
1. 25, 9 gr 15,2 gr = 10,7 gr
2. 26

gr 15,2 gr = 10,8 gr

3. 26,1 gr 15,2 gr = 10,9 gr


x ms=10,8 gr
d. Tingkat kenaikan zat cair (h)

= 1.) 1,7 cm
2.) 1,3 cm
3.) 1,7 cm

x hs=1,57 cm

Hasil:
s=

hs ms
p
hp mp

s=

1,57 cm 10,8 gr
71,81 dyne /cm
1,27 cm 10,5 gr

s=91,30 dyne /cm

3. Na Lauril SO4 20%


a. Bobot botol timbang kosong
b. Bobot botol timbang + Na Laurul SO4 20%

= 15,2 gr
= 1.) 26
2.)

25,9 gr

3.)

26

c. (Bobot botol + Na Lauril SO4 20%) bobot botol kosong


1. 26 gr 15,2 gr = 11,2 gr
2. 25,9 gr 15,2 gr = 10,7 gr
3. 26 gr 15,2 gr = 11,2 gr
x ms=10,03 gr

d. Tingkat kenaikan zat cair (h)

x hs=1,13 cm

Hasil:
s=

hs ms
p
hp mp

gr

= 1.) 1,1 cm
2.) 1,1 cm
3.) 1,2 cm

gr

s=

1,13 cm 10,03 gr
71,81 dyne/cm
1,27 cm 10,5 gr
s=60,99 dyne/cm

VI.

PEMBAHASAN
Tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang yang harus dikerjakan sejajar
permukaan untuk mengimbangi gaya tarikan kedalam pada cairan. Hal tersebut terjadi
karena pada permukaan, gaya adhesi (antara cairan dan udara) lebih kecil dari pada gaya
kohesi antara molekul cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada
permukaan cairan. Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai tegangan
permukaan. Dimana metode yang dipakai adalah metode kenaikan kapiler. Metode ini
dipilih karena zat yang kita ukur hanyalah satu zat saja, bukan mengukur tegangan
permukaan dua zat cair yang tidak bercampur.
Kelompok kami memperoleh sampel untuk dianalisa adalah Na lauril sulfat
dengan berbagai konsentrasi, yaitu 10 %, 15 %, dan 20%. Menurut teori tegangan
permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh adanya suhu dan zat terlarut. Golongan garam
anorganik akan menaikkan tegangan, sedangkan golongan asam organic akan
menurunkan tegangan permukaan dari suatu zat cair. Kerapatan suatu zat berbeda beda
tergantung pada jenis zat serta konsentrasi dari solute pada cairan tersebut. Konsentrasi
zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai pengaruh terhadap sifat-sifat larutan
termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada permukaan larutan.
Dari data hasil yang diperoleh, pertama kami akan membahas mengenai
konsentrasi yang bervariasi dari Na lauril sulfat. Na lauril sulfat dengan konsentrasi 10 %
memiliki tegangan permukaan () sebesar 56,58 dyne/cm, Na lauril sulfat dengan
konsentrasi 15 % memiliki tegangan permukaan sebesar 91,30 %, Na lauril sulfat dengan
konsentrasi 20 % memiliki tegangan permukaan sebesar 60,99 %. Berdasarkan teori
seharusnya semakin besar konsentrasi maka tegangan permukaan nya akan semakin besar
pula, sedangkan data kelompok kami nilai dari konsentrasi awal 10 %, 15 %, sampai 20
% hasilnya sangat tidak beraturan dari kenaikannya yang sangat besar (10 % - 15 %) lalu
mendadak turun mnjadi kecil lagi (15 % - 20 %).
Kedua, kami akan membahas mengnai Na lauril sulfat adalah garam anorganik
atau asam organic. Na lauril sulfat merupakan garam anorganik. Natrium lauril sulfat atau
sodium lauryl ether sulfate (SLES), adalah deterjen dan surfaktan yang biasa ditemui di
tempat-tempat yang menjual produk perawatan tubuh, seperti sabun, shampo, pasta gigi,
dan lai-lain. SLES mudah ditemukan di toko kimia dengan harga yang relatif murah.
SLES efektif sebagai unsur pembuat busa.
Stuktur kimia SLES atau Na lauril sulfat :

Seperti yang kita ketahui berdasar dengan teori, golongan garam anorganik akan
meningkatkan tegangan permukaan (). Maka sudah jelas nilai dari sampel Na lauril
sulfat besar. Na Lauryl Sulfat memiliki tegangan permukaan yang lebih besar dari air.
Adanya kesalahan dalam praktikum kelompok kami yang mengakibatkan
ketidaktepatan dari hasil yang diperoleh dengan teori berbeda. Dalam hal ini
kemungkinan kesalahan pada saat kami melakukan praktikum, yaitu :
1. Suhu yang tidak stabil pada saat praktikum berlangsung
2. Kesalahan praktikan dalam ketidaktelitian pengukuran kenaikan pipa kapiler
3. Penimbangan sampel

VII.

KESIMPULAN

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1993. Ilmu Meracik Obat. UGM Press: Jogyakarta.
Atkins, PW. 1993. Kimia Fisika Edisi Empat Jilid Satu. Erlangga: Jakarta.
Indarniati dan Frida U.E. 2008. Perancangan Alat Ukur Tegangan Permukaan dengan Induksi
Elektromagnetik, Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol.4, No.1, Hal.1.
Kosman, R. dkk. 2006. Bahan Ajar Farmasi Fisika. Universitas Muslim Indonesia: Makassar.
Munson B. R. etal. 2004. Mekanika-Fluida. Erlangga: Jakarta.
Suminar. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern, terjemahan dari Principles of Modern
Chemistry oleh David Oxtoby. Erlangga: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai