Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Seiring dengan adanya konvergensi IFRS, konsep konservatisme yang


kini digantikan oleh prudence tidak sepenuhnya ditinggalkan. Terdapat beberapa
standar dalam Standar akuntansi Keuangan (SAK) yang masih menggunakan
konsep konservatisme seperti PSAK No. 14 tentang Persedian dan PSAK No. 48
tentang Penurunan Nilai Aset. Dalam PSAK

No.

14

dijelaskan

bahwa

persediaan dalam neraca disajikan berdasarkan nilai terendah antara harga


perolehan dan nilai realisasi bersih, sedangkan dalam PSAK No.48 dijelaskan
bahwa penurunan nilai aset merupakan rugi yang harus segera diakui dalam
laporan laba rugi komprehensif. Konservatisme juga pertimbangkan mengingat
adanya kasus Enron di U.S. dan kasus Kimia Farma yang masing-masing
menyajikan laporan keuangan yang membuat mereka menjadi overstate laba,
dan

hal tersebut justru menyesatkan pengguna laporan keuangan. Namun

demikian konservatisme masih menjadi perdebatan. Perlunya telaah mengenai


konservatisme mendorong dilakukannya penelitian ini yang bertujuan menguji
dan menganilisis penggunaan perspektif Positive Accounting Theory (PAT)
terhadap

konservatisme

akuntansi

di

Indonesia.

Konservatisme

dapat

dijelaskan dalam PAT melalui tiga hipotesis yaitu plan bonus hypothesis, debt
covenant hypothesis, dan political cost hypothesis. Plan bonus hypothesis dalam
penelitian ini dijelaskan melaui kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik,
sedangkan debt covenant hypothesis dijelaskan menggunakan rasio leverage
dan

political

cost

hypothesis

dijelaskan menggunakan ukuran perusahaan.

Selain itu, dalam peneltian ini ditambahkan mengenai pengaruh operating cash
flow terhadap konservatisme akuntansi seperti pada penelitian Martani dan Dini
(2010). Penambahan variabel operating cash flow dilakukan karena pendapat yang
kontra terhadap konservatisme seringkali mengaitkan konservatisme dengan
prediksi future cash flow, sehingga dari sisi sebaliknya perlu diuji dan dianalisis
mengenai pengaruh cash flow terhadap konservatisme akuntansi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory)

Positive Accounting Theory menganut paham maksimisasi kemakmuran


(wealth- maximisation) dan kepentingan pribadi individu (Ghozali dan Chariri,
2007). Terdapat tiga hipotesis dalam teori ini yang dapat menjelaskan keputusan
manajemen untuk bertindak konservatif atau tidak. Hipotesis-hipotesis tersebut
ialah: (1) Plan bonus hypothesis, (2) Debt covenant hypothesis, dan (3)
Political cost hypothesis.
Berdasarkan plan bonus hypothesis, manajer seringkali berperilaku seiring
dengan bonus yang diberikan (Alfina, 2006). Debt covenant hypothesis
memprediksikan bahwa manajer ingin meningkatkan laba dan aset untuk
mengurangi biaya renegosiasi kontrak utang ketika perusahaan memutuskan
perjanjian utangnya (Sari dan Adhariani, 2009). Dalam

debt

covenant

hypothesis, tingkat konservatisme dalam pelaporan laba akan berkurang karena


manajer cenderung akan menaikkan laba agar ia memperoleh potential loan dari
kreditor. Tingkat konservatisme dalam pelaporan laba berdasarkan debt
covenant hypothesis dapat dijelaskan dengan debt/equity hypothesis yang
merupakan pembatasan dari debt covenant (Sari dan Adhariani, 2009).
Dalam political cost hypothesis, perusahaan besar diprediksikan lebih sensitif
terhadap adanya biaya politik daripada perusahaan kecil (Watts dan
Zimmerman, 1990). Biaya
kepentingan

antara

politik

manajer

sendiri

timbul

dari

adanya

konflik

dengan pemerintah, dimana perusahaan

dianggap ikut bertanggung jawab atas kepentingan sosial masyarakat (Sari dan
Adhariani, 2009).

2.2

Konservatisme

Konservatisme biasanya didefinisikan sebagai panduan akuntansi dalam


menyajikan aset dan pendapatan yang understate, serta menyajikan liabilitas dan
beban yang overstate (Hendriksen dan Breda, 1992).
Astria (2011) menyatakan bahwa konservatisme didefinisikan sebagai reaksi
kehati- hatian

(prudent) terhadap ketidakpastian, ditunjukkan untuk

melindungi hak-hak dan kepentingan


pemberi

pinjaman

(debtholder).

pemegang saham (shareholder) dan


Lain halnya dengan Basu (1997) yang

mendefinisikan konservatisme sebagai praktik mengurangi laba (mengecilkan


aktiva bersih) dalam merespon berita buruk (bad news) tetapi tidak
meningkatkan laba ketika merespon berita baik (good news). Sedangkan Givoly
dan Hyan (2000), mendefinisikan konservatisme sebagai pengakuan awal untuk
biaya dan rugi serta menunda pengakuan untuk pendapatan dan pengakuan
keuntungan.
Tujuan dari penggunaan konsep konservatisme adalah untuk menetralisir
optimisme para usahawan yang terlalu berlebihan dalam melaporkan hasil
usahanya. Penerapan konsep konservatisme akan menghasilkan laba yang
berfluktuatif , dimana laba yang berfluktuatif akan mengurangi daya prediksi
laba untuk memprediksi aliran kas pada masa depan (Sari dan Adhariani, 2009).
2.3

Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial didefinisikan sebagai persentase saham yang dimiliki


oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan
perusahaan yang meliputi komisaris,

direksi,

dan

karyawan

(Oktadella,

2011). Selain itu, Deviyanti (2012) mendefinisikan kepemilikan manajerial


sebagai perbandingan persentase kepemilikan saham antara pihak perusahaan
dan

pihak eksternal. Wardhani (2008) berpendapat bahwa kepemilikan

oleh manajemen dapat berperan sebagai fungsi monitoring dalam pelaporan


keuangan serta dapat pula dijadikan dan dapat pula dijadikan sebagai faktor
ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas. Lafond dan Roychowdhury
(2007) berargumen bahwa semakin kecil kepemilikan manajerial menyebabkan

permasalahan agensi semakin besar, sehingga permintaan atas laporan keuangan


yang konservatif akan meningkat.
2.4

Kepemilikan Publik

Keputusan

manajemen

untuk

menerapkan

konservatisme

atau

tidak,

juga memperhatikan struktur kepemilikan publik. Struktur kepemilikan publik


merupakan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh publik dibandingkan
dengan jumlah seluruh saham yang beredar (Deviyanti, 2012). Sebagaimana
dijelaskan dalam plan bonus hypothesis, manajer akan berperilaku seiring bonus
yang diberikan (Alfina, 2006), maka manajemen memiliki kecenderungan untuk
melakukan manajemen laba dalam rangka mencapai target laba agar ia
memperoleh bonus, tindakan tersebut menyebabkan pelaporan laba menjadi tidak
konservatif.
2.5

Debt Covenant

Debt covenant merupakan kontrak atau perjanjian utang jangka panjang


(Sukartha,2008). Perjanjian utang sering kali digunakan dalam menjelaskan
accounting conservatism (Watts, 2003a), karena debtholders cenderung
menginginkan penerapan akuntansi yang konservatif. Hal tersebut dikarenakan
penerapan konservatisme akan mengurangi konflik antara shareholders dan
debtholders terkait masalah pembayaran dividen (Ahmed et al.,2002).
2.6

Firm Size

Menurut Bahaudin dan Wijayanti (2011) ukuran perusahaan dibagi ke dalam


tiga kategori yaitu perusahaan besar (large size), perusahaan menengah
(medium size) serta perusahaan kecil (small size). Perusahaan yang besar juga
dihadapkan dengan besarnya biaya politis yang tinggi, sehingga perusahaan
besar cenderung menggunakan prinsip akuntansi yang konservatif untuk
mengurangi besarnya biaya politis (Deviyanti, 2012).
2.7

Arus Kas (Cash Flow)

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


kas atau cash flow merupakan

(PSAK) No.2 mendefinisikan arus

arus masuk dan arus keluar kas atau setara

kas. Arus kas diklasifikasikan menjadi tiga yaitu arus kas dari aktivitas
operasi, arus dari aktivitas investasi, dan arus kas dari aktivitas pendanaan
(Kieso et al, 2011). Arus kas perusahaan tercermin dalam laporan arus kas
yang merupakan bagian dari laporan keuangan. Terkait dengan konservatisme,
beberapa peneliti seperti Martani dan Dini (2010), Dechow dan Ge (2007),
serta Ball dan Shivakumar (2005) dengan sudut pandang yang berbeda-beda.
Martani dan Dini (2010) menghipotesiskan bahwa arus kas dari aktivitas operasi
akan

berpengaruh

positif

terhadap

konservatisme

akuntansi,

hipotesis

tersebut dibuktikan dengan hasil penelitiannya yang membuktikan bahwa


arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh positif terhadap konservatisme yang
baik dengan ukuran akrual maupun market value. Menurut Martani dan Dini
(2010) operating cash flow akan berpengaruh positif terhadap konservatisme
akuntansi.

Hal

ini

dikarenakan

tingginya

operating

cash

flow

mengindikasikan kinerja yang baik dari perusahaan. Pada perusahaan yang


menerapkan konservatisme, operating cash flow akan membuat prediksi future
cash flow yang lebih besar daripada perusahaan yang agresif. Dengan demikian,
akan menarik investor untuk berinvestasi, sehingga perusahaan akan lebih
konservatif ketika operating cash flow yang dihasilkan tinggi (Martani dan Dini,
2010).

2.8

Perumusan Hipotesis

2.8.1 Pengaruh
Akuntansi

Kepemilikan

Manajerial

terhadap

Konservatisme

Plan bonus hypothesis dalam possitive accounting theory menyatakan


bahwa manajer

akan

bertindak

seiring

dengan

bonus

yang

diberikan

(Alfina, 2006). sehingga hipotesis pertama dalam penelitian ini:


H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap konservatisme
akuntansi.

2.8.2

Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Konservatisme Akuntansi

Sebagaimana dijelaskan dalam plan bonus hypothesis, maka dalam rangka


memperoleh bonus manajer berusaha menaikkan laba agar target laba terpenuhi
(Alfina, 2006). Pencapaian target laba membuat manajer bisa saja melakukan
cenderung tidak konservatif, apalagi didukung rendahnya pengendalian dari
pemilik

karena

kepemilikan

yang

menyebar,

manajer

akan

semakin

fleksibel dalam melaporkan informasi dalam laporan keuangan (Deviyanti,


2012).

Penelitian Deviyanti (2012) juga menunjukkan bahwa kepemilikan

publik berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi, sehingga hipotesis


kedua dalam penelitian ini:
H2: Kepemilikan publik berpengaruh negatif terhadap konservatisme
akuntansi.
2.8.3
Debt

Pengaruh Leverage terhadap Konservatisme Akuntansi


covenant

hypothesis

dalam

possitive

accounting

theory

memprediksikan bahwa semakin tinggi jumlah utang atau pinjaman yang


ingin diperoleh perusahaan, maka penyajian laporan keuangan menjadi tidak
konservatif (Watss dan Zimmerman,1990). Dengan menggunakan prediksi
dalam debt covenant hypothesis, maka semakin tinggi tingkat leverage maka
perusahaan semakin tidak konservatif, hal ini didukung oleh penelitian Almilia
(2005), sehingga hipotesis ketiga dalam penelitian ini ialah:
H3: Leverage berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi.
2.8.4

Pengaruh Firm Size terhadap Konservatisme Akuntansi

Political cost hypothesis memprediksikan bahwa perusahaan besar lebih sensitif


daripada perusahaan kecil terkait dengan biaya politis (Watss dan Zimmerman,
1990).

Semakin

besar

ukuran

perusahaan

menyebabkan

penerapan

konservatisme semakin tinggi, hal ini didukung oleh hasil penelitian Sari dan
Adhariani (2009) dan Deviyanti (2012) sehingga hipotesis keempat dalam
penelitian ini:

H4: Firm size berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi.


2.8.5

Pengaruh Operating Cash Flow terhadap Konservatisme Akuntansi

Arus kas atau cash flow merupakan arus masuk dan arus keluar kas atau setara
kas (IAI, 2009). Prediksi future cash flow pada perusahaan yang konservatif
kemungkinan akan lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang agresif,
dan hal ini akan lebih menarik bagi investor, sehingga perusahaan akan lebih
konservatif ketika memiliki CFO yang tinggi. sehingga hipotesis kelima dalam
penelitian ini:
H5: Operating cash flow berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Variabel Penelitian

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah konservatisme,


akuntansi yang diukur dengan model akrual yang merupakan model Zhanng
(2007). Nilai konservatisme akuntansi diperoleh dengan formula sebagai berikut
CONNAC=

Nonoperating Accrual
x (1)
Total Aset

Keterangan:
Nonoperating Accrual

= Operating Accrual- Account Receivable-

Inventory Prepaid Expense+ Account Payable + Taxes Payable


Operating Accrual

= Net Income+Depreciation- Net Operating Cash Flow

Net Operating Cash Flow = Selisih antara kas masuk dan kas keluar dari aktivitas
operasi

Variabel LEV diukur dengan debt to equity ratio (DER), sedangkan SIZE diukur
dengan logaritma natur penjualan (Ln penjualan). Selanjutnya adalah variabel
CFO yang diukur dengan model ( Gyvoly dan Hyan, 2000) dengan formula
sebagai berikut:
Kas dari aktivitas

asi

Total aset
CFO=

3.2

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di


BEI pada periode 2004 sampai dengan 2010 namun data yang digunakan
mulai tahun 2003 karena dibutuhkan data-data dari tahun sebelumnya.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan
kriteria-kriteria (1) Perusahaaan yang tercatat di BEI, (2) Menerbitkan laporan
keuangan yang diaudit selama periode 2003-2010, (3) Perusahaan yang
menyajikan

laporan

keuangan

dalam

bentuk

rupiah

selama

periode

penelitian, (4) Perusahaan memiliki nilai ekuitas positif selama periode


penelitian,

(5)

Terdapat kelengkapan data yang dibutuhkan. Berdasarkan

proses pemilihan sampel maka diperoleh 86 sampel perusahaan per tahun, dan
total selama periode penelitian sebesar 602 perusahaan yang ditunjukkan
dalam tabel 1 berikut ini:
Tabel 1
Proses Seleksi Kriteria Sampel
Perusahaan manufaktur yang listing di BEI selama
tahun 2003-2010
Terdapat laporan keuangan yang tidak diaudit selama

141

Menyajikan laporan keuangan dengan mata uang selain

(7)

Memiliki ekuitas negatif pada periode penelitian


Terdapat data yang tidak lengkap
Total perusahaan yang sesuai kriteria (per tahun)
Total Sample Selama Periode Penelitian (7 Tahun)
Sumber: Data yang Diolah,
2012

3.3

(1)

(19)
(28)
86
602

Metode Analisis

, Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi
linear berganda yang sebelumnya harus lolos uji asumsi klasik. Model yang
digunakan dalam pengujian hipotesis adalah:

CONACC= +1MANJ+2 PUBLIK+3 LEV+4 SIZE+5 CFO+

Keterangan:
CONACC : Konservatisme akuntansi
MANJ

: Persentase kepemilikan manajerial.

PUBLIK

: Persentase kepemilikan publik.

SIZE

: Ukuran perusahaan.

CFO

: Operating cash flow atau arus kas dari aktivitas operasi.

: Koefisien error.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Statistik Deskriptif

Berdasarkan statistik deskriptif, maka diantaranya dapat diketahui nilai


maksimum, minimum dan rata-rata. Nilai maksimum variabel dependen yaitu
CONACC adalah sebesar 7,3288

sedangkan

nilai

minimumnya

sebesar

-17,6088 dan rata-rata (mean) sebesar 0,049683. Variabel MANJ memiliki


nilai minimum sebesar 0,0000 sedangkan nilai maksimum sebesar 0,4987 dan
nilai mean sebesar 0,00192. Variabel PUBLIK memiliki nilai minimum
0,0155

sedangkan nilai maksimum sebesar 0,8652

0,271988. Variabel LEV memiliki

dan nilai mean sebesar

nilai minimum 0,0031 sedangkan nilai

maksimum sebesar 117,7047 dan nilai


4.2
1.

Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Kolmogorov-

Smirnov terhadap nilai residual model regresi, namun dilihat dari tingkat
signifikansi residual yang berada di bawah 0,05 yaitu sebesar 0,000 yang
berarti

bahwa

data

residual

tidak terdistribusi secara normal. Untuk

mengatasi hal ini, maka dilakukan transformasi data baik

dalam

logaritma natural (Ln) dan dalam bentuk akar kuadrat (SQRT),


sehingga model regresi menjadi seperti berikut:
SQRT_CONACC=+1LN_MANJ+2SQRT_PUBLIK+3SQRT_LEV+
4SQRT_SIZE+5SQRT_CFO
Keterangan:

bentuk

SQRT_CONACC

: Konservatisme Akuntansi

LN_MANJ

: Kepemilikan manajerial

SQRT_PUBLIK
SQRT_LEV

: Kepemilikan publik
: Rasio leverage

SQRT_SIZE

: Ukuran perusahaan

SQRT_CFO

: Operating cash flow

Setelah dilakukan transformasi seperti model tersebut di atas, maka tingkat


signifikansi nilai residual menjadi 0,189 yang berada di atas 0,05. Hal tersebut
menunjukkan bahwa data residual telah terdistribusi secara normal.
2.

Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi ditemukan

adanya

korelasi

antar

variabel

bebas

(independen).

Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation


factor (VIF). Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat dinyatakan tidak
terjadi multikolinearitas karena tidak ada nilai VIF dari variabel independen yang
lebih dari 10.
3.

Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan

untuk menguji apakah dalam model regresi

linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode dan


kesalahan pengganggu pada periode t-1. Dalam penelitian ini digunakan Run
Test, berdasarkan hasil Run Test dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi adanya
autokorelasi karena tingkat signifikansi data residual berada di atas 0,05 yaitu
sebesar 0,738 yang bearti data residual random atau acak.
4.

Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi


terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
(Ghozali,2009). Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
Uji Glejser. Berdasarkan hasil Uji Glejser maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi heteroskedastisitas, karena tidak ada variabel independen yang signifikan


terhadap nilai absolut residual.

4.3

Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen


yang dimasukkkan dalam model berpengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen.
Berdasarkan hasil Uji F dapat disimpulkan bahwa variabel independen dapat
digunakan secara bersama-sama untuk menjelaskan variabel dependen karena
tingkat signifikansi dalam pengujian tersebut berada di bawah 0,05 yaitu sebesar
0,000. Uji

digunakan

untuk

memprediksi

seberapa

jauh

variabel

independen dalam menjelaskan variabel dependen. Hasil Uji t juga menunjukkan


hasil pengujian hipotesis ditunjukkan bahwa secara statistik variabel kepemilikan
manajerial, kepemilikan publik, leverage, firm size tidak berpengaruh terhadap
konservatisme akuntansi, karena semua tingkat signifikansi variabel-variabel
tersebut berada di atas 0,05 dan hanya variabel operating cash flow yang
berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi, hal tersebut dapat dilihat pada
signifikansi variabel CFO yang berada di bawah 0,05.
4.4

Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis

1. Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Konservatisme Akuntansi


Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi, namun
tidak signifikan secara statistik.
Menurut Wardhani (2008), kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap
konservatisme karena kepemilikan manajerial dapat digunakan sebagai sebagai
faktor ekspropriasi pemegang saham minoritas, yang pada akhirnya membuat
laporan keuangan cenderung agresif. Selain itu Lafond dan Roycowdhury (2007)
juga berpendapat bahwa semakin kecil kepemilikan manajerial maka masalah
agensi semakin besar,

sehingga

semakin

kecil

kepemilikan

manajerial,

permintaan

akan

laporan keuangan

yang

konservatif

semakin

besar.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka hipotesis pertama ditolak.

2. Pengaruh Kepemilikan Publik terhadap Konservatisme Akuntansi


Hasil

pengujian

hipotesis dalam penelitian

ini

menunjukkan

bahwa

kepemilikan publik berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi


namun tidak signifikan secara statistik. Dengan demikian hipotesis kedua dalam
penelitian ini juga ditolak. Penolakan terhadap H2 juga merupakan penolakan
terhadap

plan

bonus

hypothesis, karena hasil dalam penelitian ini tidak

mendukung adanya prediksi dalam plan bonus hypothesis.


3. Pengaruh Leverage terhadap Konservatisme Akuntansi
Hasil pengujian dalam hipotesis dalam penelitian ini menunjukkkan bahwa
leverage berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi, namun tidak
signifikan secara statistik. Dengan demikian, hasil pengujian ini menolak H3
dalam penelitian ini. Penolakan terhadap H3

juga merupakan penolakan

terhadap debt covenant hypothesis dalam PAT.


4. Pengaruh Firm Size terhadap Konservatisme Akuntansi
Hasil pengujian dalam hipotesis dalam penelitian ini menunjukkkan bahwa firm
size berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi, namun tidak
signifikan secara statistik. Dengan demikian, hasil pengujian ini menolak H4
dalam penelitian ini. Penolakan terhadap H4

juga merupakan penolakan

terhadap political cost hypothesis dalam PAT.


5. Pengaruh Operating Cash Flow terhadap Konservatisme Akuntansi
Operating cash flow dalam penelitian ini bepengaruh positif terhadap dan secara
statistik signifikan. Hasil penelitian ini mendukung

hasil penelitian Martani

dan Dini (2010). Tingginya operating cash flow mengindikasikan kinerja yang
baik dari perusahaan dan hal ini merupakan sinyal yang baik bagi investor. Pada
perusahaan yang konservatif yang menyajikan aset dan laba kecil akan lebih

menarik perhatian investor untuk berinvestasi ketika cash flow yang dihasilkan
tinggi (Martani dan Dini, 2010).

BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian statistik yang dilihat dari tingkat signifikansi


variabel-variabel independen yang mempengaruhi konservatisme akuntansi
maka dapat disimpulkan bahwa variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan
publik, leverage, dan firm size tidak berpengaruh

terhadap

konservatisme

akuntansi. Dalam penelitian ini hanya variabel operating cash flow yang
berpengaruh secara positif terhadap konservatisme akuntansi.
5.2

Keterbatasan

Penelitian

ini

memiliki

beberapa

keterbatasan

yang

diharapkan

dapat

diperbaiki dalam penelitian selanjutnya. Keterbatasan tersebut antara lain, (1)


hanya menggunakan

satu model pengukuran konservatisme akuntansi yaitu

model Zhang (2007), (2) dalam penelitian ini

hanya

menggunakan

lima

variabel dependen, sehingga kemungkinan masih banyak variabel yang dapat


mempengaruhi konservatisme akuntansi yang tidak dijelaskan dalam penelitian
ini. Selain itu dalam penelitian ini hanya menggunakan perusahaan manufaktur
sebagai sampel, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi
untuk jenis perusahaan lain.
5.3

Saran

Mengingat adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka terdapat beberapa


saran untuk perbaikan pada penelitian-penelitian selanjutnya. Dalam penelitian
selanjutnya sebaiknya peneliti menggunakan atau menambahkan model lain

misalnya model Givoly dan Hyan (2000), Basu (1997), serta model Ball dan
Shivakumar (2005).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Anwer S., Billings B.K., Morton R.M., Stanford Haris M. 2002.
The role of Accounting Conservatism Mitigating BondholderShareholder Conflicts Over Dividend Policy and Reducing Debt Cost.
The Accounting Review,Vol.7, No.4,Hal.
867-891.
Ahmed, Anwer S., Scott Duellman. 2007. Accounting Conservatism and
Board of Director Characteristics: An Empirical Analysis. Journal
of Accounting and Economics, Vol. 43, Hal. 411-437.
Alfiana, Yeni., 2006. Creative Accounting: Ditinjau dari Teori
Akuntansi Positif dan Teori Keagenan. Mandiri, Vol. 9, Hal. 45-54.
Almilia, Luciana Spica. 2005.Pangujian Size Hypothesis dan Debt/Equity
Hypothesis yang Mempengaruhi Tingkat Konservatisma Laporan
Keuangan dengan Teknik Multinominal Logit.Journal Bisnis dan
Akuntansi Vol.7, Hal. 1-23.
Angraini, Fivi., Ira Trisnawati. 2008. Pengaruh Earning
Management terhadap Konservatisme Akuntansi.Jurnal Bisnis dan
Akuntansi Vol.10, No.1, Hal. 23-36.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder., Mark S. Beasly., Amir Abadi Jusuf.
2011. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu (Adaptasi
Indonesia).Salemba Empat. Jakarta.
Astria, Tia. 2011. Analisis Pengaruh Audit Tenure, Struktur Coorporate
Governance, dan Reputasi KAP terhadap Integritas Laporan
Keuangan. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.

Bahaudin, Ahmad Arif.,Provita Wijayanti. 2011.Mekanisme Coorporate


Governance terhadap Konservatisme Akuntansi di Indonesia.
Dinamika Sosial Ekonomi Vol. 7, No. 1, Hal. 86-101
Ball, Ray., Lakshmanan Shivakumar. 2005. Earning Quality in U.K. Private
Firms: Comparative Loss Recognitio TimelinessJournal of
Accounting and Economics, Vol. 39, Hal. 1-45.
Basu, Sudipta. 1997.The Conservatism Principle and The
Asymetric Timeliness Of Earnings. Journal of Accounting and
Economic, Vol. 24, No. 1, Hal 1-51.

Dechow, Patricia M., Weili Ge. 2006.The Persistence of Earning Cash Flows
and The Role of Special Items: Implication of Accrual Anomaly.
Review Accounting Study, Vol.11, Hal.253-296.
Deviyanti, Dyahayu Artika. 2012.Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Penerapan Konservatisme dalam Akuntansi: Studi pada Perusahaan
yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia.Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Ghozali, Imam., dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Ghozali, Imam.2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program
SPSS. BP Universitas Diponegoro. Semarang
Givoly, Dan., Carla Hyan. 2000.The Changing Time Series Properties of
Earning, Cash Flows and Accruals: Has Financial Reporting
Becomes more Conservative?.Journal of Accounting and Economics,
Vol. 29, Hal. 287-320.
Guay, Wayne R. 2008. Conservative of Financial Reporting, Debt
Covenants, and the Agency Cost of Debt. Journal of Accounting and
Economics Vol. 45, Hal. 175-180.
Haniati, Sri., Fitriany. 2010. Pengaruh Konservatisme terhadap Asimetri
Informasi dengan Menggunakan Beberapa Model Pengukuran
Konservatisme. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.
Hellman, Niclas. 2008. Accounting Conservatism under IFRS.
Accounting In Europe, Vol. 5, No. 2, Hal. 71-100.
Hendriksen, Eldon S., Michael F. Van Breda. 1992.Teori Akunting
Ed. 5. Interaksara. Jakarta.

Hongren, Charles T., Gary L. Sudem., Jhon A. Eliot., 2000.


Pengantar Akuntansi Ed. 2.Erlangga. Jakarta
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan.Salemba
Empat, Jakarta,
Jenkins, David S., Uma Velury. 2008. Does Auditor Tenure
Influence In Conservative Earnings?. Journal of Accounting and
Public Policy, Vol. 27, Hal. 115-132

Jensen, M. C., dan William H. Meckling. 1976. Theory of The Firm:


Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal
of Financial and Economic, Vol. 3, No. 4, Hal. 305-360.
Kieso, Donald E., Paul D. Kimmel., Jerry J. Weygandt.2011. Intermediate
Accounting: IFRS Edition. Willey. United States of America.
Lafond, Ryan., Sugatha Roychowdhury. 2007.Managerial
Ownership and Accounting Conservatism. Journal of Accounting
Research, Vol.6, No. 1, Hal. 101-135.
Lafond, Ryan., Watss, Ross L.2006. The Information Role
of Conservatism.
http://ssrn.com/abstract=921619. diakses 29 Maret 2012.
Martani, Dwi., Narita Dini. 2010. The Influence of Operating Cash Flow and
Investment Cash Flow to The Accounting Conservatism Measurement.
Chinese Business Review, Vol. 9, No.6, Hal.1-6.
Nugroho, Ginanjar Adi., 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan
Leverage terhadap Earning Management pada Perusahaan yang
Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro,
Semarang.
Oktadella, Dewanti. 2011. Analisis Coorporate Governance terhadap
Integritas Laporan Keuangan.Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Rahmawati, Fitri. 2010. Pengaruh Karakteristik Dewan sebagai Salah Satu
Mekanisme Coorporate Governance terhadap Konservatisme Akuntansi
di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro,
Semarang.

Sari, Cynthia., Desi Adhariani. 2009. Konservatisme Perusahaan di


Indonesia dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Simposium
Nasional Akuntansi XII Palembang.
Suaryana, Agung.2008. Pengaruh Konservatisme Laba terhadap
Koefisien Respons Laba.Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 3, No. 1.
Sukartha, I Made. Pengaruh Manajemen Laba dan Kepemilikan Manajerial
pada Kesejahteraan Pemegang Saham Perusahaan Target Akuisisi.
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/ok_sukartha.pdf. diakses 27 Februari
2012.
Susiana., Arleen Herawati.2007.Analisis Pengaruh Independensi, Mekanisme
Coorporate Governance, dan Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan
Keuangan.Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.
Wardhani, Ratna. 2008. Tingkat Konservatisme Akuntansi di Indonesia dan
Hubungannya dengan Karakteristik Dewan sebagai Salah Satu
Mekanisme Good Coorporate Governance. Simposium Nasional
Akuntansi IX. Pontianak
Watts, Ross L. 2003a. Conservatism in Accounting Part I:
Explanation and Implications.
http://ssrn.com/abstract=414522. diakses 11 Januari 2012. .2003b.
Conservatism in Accounting Part II: Eviedence and Research
Opportunities.http://ssrn.com/abstract=438662. diakses 11 Januari
2012.
Watts, Ross L., Zimmerman Jerold L. 1990.Possitive Accounting
Theory: A Ten Year Perspective. The Accounting Review, Vol. 65,
No. 1, Hal. 131-157.
Yazidah, Izzatul. 2011. Pengaruh Mekanisme Internal Coorporate Governance
terhadap Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur
yang Tercatat di BEI Tahun 2004-2009. Thesis Tidak Dipublikasikan.
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Zhang, Jieying. 2007. The Contracting Benefits of Accounting
Conservatism to Lenders and Borrowers. Journal of Accounting and
Economics, Vol. 45, Hal. 27-54.

Anda mungkin juga menyukai