TINJAUAN PUSTAKA
II-2
lengan dan posisi bahu. Dengan mengukur 80 orang yang ditampilkan dengan
batasan-batasan seperti yang ada dalam gambar diatas.
Gambar 2.2 Batasan-Batasan Daeah Kerja Normal Untuk 5, 50, dan 95 Persentil
Dikembangkan Oleh S. Konz dan S.C. Goel (Sumber: AIIE Transactions March 1969, P. 70)
Kurva Konz dan Goel hanya menerapkan daerah kerja normal, tetapi daerahdaerah jangkauan maksimum dapat dibuat dari kumpulan data yang lain, seperti
contohnya, diagram yang ada dalam gambar 2.2, yang didapat dari sumber
Eastman Kodak Company. Data ini menggunakan bagian depan dari tubuh
sebagai titik referensi yang sesuai untuk perancangan kerja bangku.
II-3
Beberapa data yang diukur oleh M.I. Bulloch menggunakan salah satu
datanya untuk menunjukkan pusat dari interseksi tempat duduk dan sandarannya.
Efek dari pembatasan daerah tempat duduk tersebut ditunjukkan dengan baik pada
gambar 2.3. Pengukuran-pengukuran sejenis dilakukan oleh E. Nowak (1978).
Determination of the Spatial Reach Area of the Arms for workplate design
purposes, Ergonomics, 1978, V21, P.493 menggunakan pusat dan belakang
tempat duduk pada permukaan bahu sebagai referensinya. Data sejenis diterapkan
untuk perancangan tempat duduk kendaraan pada daerah kerja horisontalnya.
Perhatikan juga kumpulan data dari H. Dreyfuss dan N. Diffrient.
Jelasnya, kerja seharusnya dibatasi sampai dengan wilayah kerja normal jika
mungkin hindarkan kebutuhan untuk menaikkan lengan sebisa mungkin. Gambar
2.4 dibawah ini akan menjelaskan batasan-batasan jangkauan fungsional dalam
suatu area kerja yang horisontal untuk 1 individu, menunjukkan pengaruh dari
sebuah tempat duduk (SRP = Seat Reference Point). (M.I. Bullocch, 1974)
II-4
Gambar 2.4 Batasan-Batasan Jangkauan Fungsional dalam suatu area kerja yang horisontal
untuk 1 individu, menunjukkan pengaruh dari sebuah tempat duduk (SRP = Seat Reference
Point) (Sumber: M.I. Bullocch, 1974)
Dimensi stasiun kerja industri dibagi menjadi dua yaitu dimensi stasiun kerja
untuk operator duduk dan dimensi stasiun kerja untuk operator berdiri. Operasi
industri yang biasanya dilakukan dalam keadaan duduk ditujukan untuk
meningkatkan prooduktivitas pekerja dengan memaksimasi gerakan efektif,
mengurangi kelelahan pekerja, dan meningkatkan stabilitas pekerja. Dalam
perancangan stasiun kerja duduk, tinggi meja kerja yang disarankan adalah sekitar
2 inchi di bawah siku.
II-5
Keterangan
G : tebal tubuh
H : siku ke siku
: tinggi bahu
K : panjang lengan
: tinggi mata
I : tebal paha
M : tinggi siku
Pada posisi berdiri untuk operator tidak begitu disukai, tetapi sering
diperlukan. Hal ini terutama untuk pekerjaan yang memerlukan :
1.
2.
3.
adalah:
E : tinggi bahu
A : tinggi tubuh
L : tinggi siku
C : tinggi mata
II-6
II-7
b. Kondisi yang tidak aman (unsafe condition), yaitu keadaan yang akan
menyebababkan kecelakaan, terdiri dari:
1) Mesin, peralatan, dan bahan.
2) Lingkungan dan proses pekerjaan.
3) Sifat dan cara bekerja.
2. Penyebab Dasar (Basic causes)
a. Penyebab dasar (basic causes), terdiri dari 4 faktor yaitu:
1) Faktor manusia/personal (personal factor).
2) Kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi.
3) Kurangnya/ lemahnya pengetahuan dan skill.
4) Motivasi yang tidak cukup/ salah.
b. Faktor kerja/lingkungan kerja (job work enviroment factor)
1) Faktor fisik, yaitu kebisingan, radiasi, penerangan, iklim, dan lain-lain.
2) Faktor kimia, yaitu debu, uap logam, asap, gas, dan seterusnya.
3) Faktor biologi, yaitu bakteri, virus, parasit, dan serangga
4) Ergonomi dan psikososial.
Sedangkan menurut Ashfal (1999) proses kecelakaan kerja 88% disebabkan
oleh tindakan tindakan tidak aman (unsafe act) sebesar 10% dan kondisi yang
lingkungan kerja tidak aman (unsafe condition) dan 2 % merupakan faktor alam
(act of God). Berbagai tujuan dari penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) adalah sebagai berikut (Ramli, 2010):
1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerjadan penyakit akibat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat
buruh.
3. Serta menciptakan tempat kerja yang aman,nyaman, dan efisien untuk
mendorong produktivitas.
Adapun metode-metode yang digunakan dalam Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yaitu:
1. Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA) yaitu merupakan suatu
proses mengidentifikasi bahaya, mengukur, mengevaluasi risiko yang muncul
II-8
Description
Catastrophic
Critical
Marginal
II-9
Neglicable
Description
Frequent
Probabie
Occasional
Remote
Improbable
IV
7) Prioritas risiko menggunakan tabel peta prioritas risiko yang dapat dilihat
pada tabel berikut.
RRN
0.1 s/d 0.3
0.4 s/d 4
6 s/d 9
10<
8) Setelah diketahui tingkat risiko yang dihasilkan maka dapat dibuat tabel
HIRA.
2. FTA merupakan teknik untuk meng-identifikasikan kegagalan (failure) dari
suatu sistem. FTA berorientasi pada fungsi atau yang lebih dikenal dengan top
down approach karena analisa ini berawal dari system level (top) dan
meneruskannya ke bawah (Priyanta, 2000).
3. FMEA merupakan suatu metode yang bertujuan untuk mengevaluasi desain
sistem dengan mempertimbangkan bermacam-macam mode kegagalan dari
sistem yang terdiri dari komponen-komponen dan menganalisa pengaruh-
II-10
mungkin
tanpa
banyak
kesalahan
dari
manusia
yang
II-11
II-12
Informal
Informasi pada visual display dapat diberikan dalam bentuk kode warna.
Indera mata sangat sensitif terhadap warna biru-hijau-kuning, tetapi sangat
tergantung juga pada kondisi terang dan gelap.
Ada beberapa arti penggunaan warna pada sebuah display. Berikut adalah arti
penggunaan warnanya:
1. Merah menunjukkan Larangan
2. Biru menunjukkan Petunjuk
3. Kuning menunjukkan Perhatian
II-13
Menurut Bridger, R.S (1995) ada 4 (empat) prinsip dalam mendesain atau
merubah bentuk semula. Informasi yang menjadi suatu kreativitas dalam suatu
bentuk display. Display dapat didesain dengan ketentuan, antara lain:
1. Proximity
Jarak terhadap susunan display yang disusun secara bersama-sama dan
salingmemiliki dapat membuat suatu perkiraan atau pernyataan.
2. Similarity
Menyatakan bahwa item-item yang sama akan dikelompokkan bersama-sama
(dalam konsep warna, bentuk dan ukuran) bahwa pada sebuah display tidak
boleh menggunakan lebih dari 3 warna.
3. Symetry
Menjelaskan perancangan untuk memaksimalkan display artinya elemenelemen dalam perancangan display akan lebih baik dalam bentuk simetrikal.
Antara tulisan dan gambar harus seimbang.
4. Continuity
Menjelaskan sistem perseptual mengekstrakan informasi kualitatif menjadisatu
kesatuan yang utuh.
Terdapat beberapa rumus yang diperlukan untuk menghitung ukuran-ukuran
dalam membuat display. Ukuran-ukuran tersebut antara lain tinggi, lebar, tebal,
jarak antar huruf, dan beberapa ukuran spesifik lainnya. Berikut dibawah ini
adalah rumus-rumus yang biasa diperlukan dalam perancangan suatu display:
Jarak Visual (mm)
1. Tinggi huruf besar/angka dalam mm (H) = 200
2. Tinggi huruf kecil (h) =
2
H
3
2
H
3. Lebar huruf besar = 3
4. Lebar huruf kecil (h) =
2
h
3
1
H
6
1
h
6
II-14
1
H
4
1
H
5
1
H
5
2
H
3
2
H
3
II-15
1. Display Kualitatif
Display yang merupakan penyederhanaan dari informasi yang semula
berbentuk data numerik, dan untuk menunjukkan informasi dari kondisi yang
berbeda pada suatu sistem, contohnya: informasi atau tanda OnOff pada
printer, DINGIN, NORMAL dan PANAS pada pembacaan temperatur.
2. Display Kuantitatif
Display yang memperlihatkan informasi numerik, (berupa angka, nilai dari
suatu variabel) dan biasanya disajikan dalam bentuk digital ataupun analog
untuk suatu visual display. Analog Indikator: Posisi jarum penunjuknya searah
dengan besarnya nilai atau sistem yang diwakilinya, analog indikator dapat
ditambahkan dengan menggunakan informasi kualitatif (misal merah berarti
berbahaya). Digital Indikator: Cocok untuk keperluan pencatatan dan dapat
menggunakan Electromecemichal Courtious.
3. Display Representatif
Display Representatif biasanya berupa sebuah Working model atau mimic
diagram dari suatu mesin, salah satu contohnya adalah diagram sinyal
lintasan kereta api.
II-16
1. Visual Display adalah display yang dapat dilihat dengan menggunakan indera
penglihatan yaitu mata.
2. Auditory display adalah display yang dapat didengar dengan menggunakan
indera pendengaran yaitu telinga.
3. Tactual display adalah display yang dapat disentuh dengan menggunakan
indera peraba yaitu kulit.
4. Taste display adalah display yang dapat dirasakan dengan menggunakan
indera pengecap yaitu lidah..
5. Olfactory display adalah display yang dapat dicium dengan menggunakan
indera penciuman yaitu hidung.