NIM
:1404104010037
MK
: PERANCANGAN KOTA
Kriteria Terukur
Kriteria terukur merupakan segala sesuatu yang dapat diukur secara kuantitatif dengan tujuan
untuk membentuk amplop bangunan. Sedangkan amplop bangunan itu sendiri adalah garisgaris yang membatasi kita dalam membuat suatu bangunan. Kriteria terukur ini dapat
ditentukan melalui beberapa aspek yaitu (Shirvani, 1985 :133):
1. Kepadatan Bangunan
2. Ketinggian Bangunan
Kriteria Tak Terukur
Kriteria tak terukur adalah kriteria yang tidak dapat diukur dengan angka. Kriteria tak terukur
meliputi access, compatibility, view, identity, sense, dan livability.
1. Access
Tingkat pencapaian (aksesibilitas) merupakan kriteria tak teukur yang memperjelas tingkat
ketercapaian orang terhadap lokasi yang lain seperti jasa, barang maupun
manusia. Access terhadap pengembangan suatu site memiliki arti positif jika secara langsung
mampu mendukung keaktivan di suatu lokasi. Namun demikian access juga memiliki arti
yang negatif, yaitu jika akses yang ada tidak sesuai bahkan mengganggu aktivitas yang ada.
2. Compability
Menurut Kelvin Lynch compability adalah warna bangunan, tekstur, skala, proporsi material
dan fasade bangunan. Berdasarkan kriteria tersebut di atas, maka perlu dipetimbangkan:
- keserasian dengan lingkungan binaan lain
- mempertimbangkan unsur-unsur alam dalam perancangan arsitekturalnya.
- Memperhitungkan fungsi bangunan secara tegas.
1. View
Kriteria ini merupakan kriteria yang berhubungan dengan aspek kejelasan untuk orientasi
manusia terhadap masa bangunan. View ini dapat terlihat secara visual, untuk memperoleh
nilai visual tersebut ialah dengan melihat skala dan pola bangunan, penggunaan warna,
tekstur, tinggi, besaran dan bentuk dari objek akan sangat mempengaruhi nilai visual yang
dihasilkan.
2. Identity
Merupakan kriteria tak terukur yang memberikan ciri tersendiri bagi suatu kawasan dan harus
mempunyai suatu hal yang jelas (mudah dikenal, mudah diingat, menarik). Tujuan dari
identity ialah menciptakan suatu kawasan agar mudah dikenal ciri sejarah dari waktu
kewaktu.
3. Sense
Sense merupakan kriteria tak terukur yang memiliki arti suatu tempat tidak hanya harus
cocok dengan lingkungan fisiknya, melainkan juga dengan gambaran dan perasaan manusia.
Sense didasari atas pola budaya dan pengetahuan dari manusia terhadap hubungan dan
lingkungan sekitarnya
4. Livability
Kriteria ini terkait erat dengan aspek kenyamanan dari tempat atau bangunan yang
direncanakan, kaitannya dengan pola skala. Kriteria ini menyangut kenyamanan penglihatan,
hubungan dengan lingkungan hidup dan hal-hal lain untuk mendukung kenyamanan dari
8. Konservasi (Preservation)
Upaya pelestarian harus melindungi kelestarian lingkungan yang telah ada dan ruang-ruang
kawasan yang sudah terbentuk seperti bangunan bersejarah. Preservasi juga dilakukan
terhadap aktivitas yang sudah berlangsung dengan memperhatikan aspek sejarah kawasan
selama aktivitas tersebut masih dianggap sesuai.
9. Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Ways)
Jalur pejalan kaki, terutama di kawasan pusat kota sangat penting selain untuk mendukung
kelangsungan aktivitas kawasan, juga menunjang keindahan. Jalur pejalan kaki harus
mendukung interaksi antar elemen perancangan kota yang lain, berhubungan erat dengan
lingkungan terbangun dan pola aktivitas yang ada serta sesuai dengan perubahan fisik kota.
Elemen Citra Kota
Citra kota dapat disebut juga sebagai kesan atau persepsi antara pengamat dengan
lingkungannya. Lynch dalam bukunya yang berjudul Perancangan Kota Secara Terpadu
mengemukakan lima elemen pokok yang dapat menentukan image suatu kota yaitu:
1. Path
Path merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan
pergerakan secara umum, yakni jalan, gang-gang utama, jalan transit, lintasan kereta api,
salutan, dsb. Path memiliki identitas yang lebih baik apabila terdapat penampakan yang kuat,
tujuan rute-rute sirkulasi yang jelas/belokan yang jelas.
2. Edge
Elemen linear yang tidak dilihat sebagai path. Edge berada pada batas antar dua kawasan
tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linear, misalnya pantai, tembok, batasan antara
lintasan kereta api, topografi, dsb. Edge merupakan penghalang walaupun kadang-kadang
terdapat tempat untuk masuk. Edge merupakan pengakhiran dari sebuah district/batasan
sebuah district dengan yang lainnya.
3. District
District merupakan kawasan-kawasan kota dalam dua dimensi. Sebuah district memiliki ciri
khas yang mirip (bentuk, pola dan wujud) dan batas yang khas pula, dimana orang merasa
harus mengakhiri/memulainya. Identitasnya akan terlihat lebih baik jika batasnya dibentuk
dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogen serta funsi dan posisinya jelas.
4. Node
Node merupakan simpul/lingkaran daerah pertemuan arah/aktivitas yang dapat diubah ke
arah/aktivitas yang lain, misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang,
jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square, dsb.
Node merupakan suatu tempat dimana orang memiliki perasaan masuk dan keluar dalam
tempat yang sama. Node akan mempunyai identitas yang lebih baik jika tempatnya memliki
bentuk yang jelas, mudah diingat serta memiliki tampilan visual yang berbeda dari
lingkungannya (fungsi, bentuk).
5. Landmark
Landmark adalah elemen eksternal dan merupakan bentuk visual yang menonjol dari
kota. Landmark dapat membantu orang untuk mengorientasikan diri di dalam kota dan
membantu orang mengenali suatu daerah. Landmark mempunyai identitas yang lebih baik
jika bentuknya jelas dan unik dalam lingkungannya.