PERAWATAN PENCEGAHAN
Pada gigi 55, 54 terdapat karies superfisial, gigi yang lain bebas karies,
gigi anterior rahang atas dan bawah erupsi sempurna dan lengkap, tidak
ada maloklusi. Keempat gigi molar erupsi sempurna dengan pit dan fisure
yang dalam.
Dokter menyarankan untuk melakukan tindakan pencegahan pada gigi yang bebas
karies, pit dan fisure yang dalam, serta pada gigi yang tanggal prematur.
STEP 1
(Unfamiliar term)
1. Perawatan pencegahan :
Perawatan pencegahan adalah cara yang digunakan untuk memelihara
kesehatan gigi dan mulut serta mempertahankan fungsi normalnya. Gigi
normal dilakukan perawatan pencegahan untuk mencegah karies. Tetapi
jika gigi sudah mengalami karies supaya karies tidak lebih parah.
STEP 2
(Problem Definition)
1. Bagaimana pencegahan dan perawatan pada gigi karies dan bebas karies?
2. Bagaimana cara mencegah dan merawat gigi tanggal prematur dan
bagaimana dampak gigi tanggal prematur?
3. Mengapa pit dan fissure yang dalam harus dilakukan perawatan?
Bagaimana perawatannya? Bagaimana dampak apabila tidak dilakukan
perawatan?
4. Mengapa dilakukan rontgen panoramik?
5. Apakah perawatan pencegahan harus dilakukan oleh dokter gigi?
6. Apakah perawatan pencegahan hanya dilakukan pada anak-anak atau pada
dewasa juga?
STEP 3
(Brain Storming)
1. Bagaimana pencegahan dan perawatan pada gigi karies dan bebas karies?
Pencegahan dan perawatan gigi bebas karies meliputi :
Fluoridasi
Jika kadar fluor berkurang maka kita harus mencari pasta gigi yang
mempunyai kandungan fluor yang cukup.
2
fissure
Orang tua sebaiknya mengontrol asupan makanan yang dikonsumsi
anak
Orang tua harus memperhatikan oral hygiene anak
Selain itu pencegahan yang bisa dilakukan oleh dokter gigi yaitu
melakukan DHE seperti mengajarkan cara kontrol plak dan cara
STEP 4
(Mapping)
Pertumbuhan
Gigi
Gigi Sulung
Karies
Bebas Karies
Tanggal
Prematur
Penambalan
Pemeriksaan R.O
Fissure Sealant
Topikal Aplikasi
Ada Benih
Normal
Space
4
Kurang Space
Space maintener
Space regainer
STEP 5
(Learning Objectives)
1. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Cara Perawatan
Pencegahan Gigi Bebas Karies Beserta Indikasi dan Kontraindikasi
2. Mahasiswa Mampu Mengetahui dan Menjelaskan Cara Perawatan
pencegahan Gigi Tanggal Premature Beserta Indikasi dan Kontraindikasi
STEP 7
(Generalitation Learning Objective)
LO 1. Cara perawatan pencegahan gigi bebas karies (fissure sealant, topical
aplikasi) termasuk indikasi, kontraindikasi dan cara penggunaannya.
Macam macam tindakan preventive dentistry secara spesifik adalah
a. DHE (dental health education), merupakan suaatu tindakan preventive
dokter gigi memberikan suatu cara untuk melakukan sesuatu. Seperti,
mempraktekan cara menggosok gigi yang benar.
b. Pemberian fluor, mempercepat remineralisasi. Fluor yang diletakkan pada
email akan berikatan dengan email dan akan membentuk fuorapatit yang
akan menggantikan ion hidroksil. Sehingga email lebih tahan asam, dan
fluor yang telah berikatan dengan calcium dalam email akan bertahan lebih
lama setelah pengulasan farnis.
Cara pemberian fluor bermacam macam, antara lain secara sistemik
(minuman berfluoridasi, obat obatan, dll), topical fluor yang langsung
dioleskan pada email.
c. Pit dan fissure sealant, merupakan bahan yang berfungsi untuk melindung
pit dan fissure yang dalam untuk menghindari terjadinya karies secara dini.
5
Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF 2, APF
yang memakainya diulaskan pada permukaan gigi dan pemberian varnish
fluor. NaF digunakan pertama kali sebagai bahan pencegah karies. NaF
merupakan salah satu yg sering digunakan karena dapat disimpan untuk
waktu yang agak lama, memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai
gigi
serta
tidak
mengiritasi
gingiva.
Senyawa
ini
dianjurkan
dengan konsentrasi 2%, dilarutkan dalam bentuk bubuk 0.2 gram dengan
air distilasi 10 ml. Bahan ini memilki banyak keuntungan yaitu rasa yang
dapat diterima, tidak mengiritasi gingiva, tidak menyebabkan perubahan
warna gigi, dan secara kimia stabil.
konsentrasi 8%, dilarutkan dalam bentuk bubuk 0.8 gram dengan air
distilasi 10 ml. Bahan ini memilki banyak kerugian yaitu memiliki pH
yang asam 2.4-2.8 sehingga rasanya tidak dapat diterima, larutan secara
kimia tidak stabil, dapat mengiritasi gingiva, dan dapat menimbulkan
pigmentasi.
Sekarang SnF2 jarang digunakan karena menimbulkan banyak
kesukaran, misalnya rasa tidak enak sebagai suatu zat astringent dan
kecenderungannya mengubah warna gigi karena beraksinya ion Sn dengan
sulfida dari makanan, serta mengiritasi gingiva. SnF2 juga akan segera
dihidrolisa sehingga harus selalu memakai sediaan yang masih baru (Kidd
dan Bechal, 1991). Konsentrasi senyawa ini yang dianjurkan adalah 8%.
Konsentrasi ini diperoleh dengan melarutkan bubuk SnF2 0,8 gramdengan
air destilasi 10 ml. Larutan ini sedikit asam dengan pH 2,4-2,8.
mempunyai tambahan rasa seperti rasa jeruk dan anggur. APF tidak
menyebabkan perubahan warna gigi dan tidak mengiritasi gingiva.
APF lebih sering digunakan karena memiliki sifat yang stabil,
tersedia dalam bermacam-macam rasa, tidak menyebabkan pewarnaan
pada gigi dan tidak mengiritasi gingiva. Bahan ini tersedia dalam bentuk
larutan atau gel, siap pakai, merupakan bahan topikal aplikasi yang banyak
di pasaran dan dijual bebas. APF dalam bentuk gel sering mempunyai
tambahan rasaseperti rasa jeruk, anggur dan jeruk nipis (Yanti, 2002).
Varnis Fluor
Varnis fluor mengandung 5% sodium fluoride atau 22.600 ppm.
agar
fluoride tetap berkontak dengan gigi dalam waktu yang lama. Adapun
merek dari varnis fluor yang biasa digunakan adalah
1.
alterasi
lipid
membran
dan
menurunnya
aktivitas
Efek
toksik
ini
bisa
menyebabkan
perubahan
utilisasi
10
anak berusia 2-3 tahun dianjurkan untuk mengkonsumsi 0,5 mgF/hari dan
1,0 mg F/hari untuk anak berusia 3-13 tahun.
Dosis toxic fluorida untuk dewasa adalah 32-64 mg/kgBB dan 5
mg/kgBB untuk anak-anak. Fluorida pada konsentrasi tinggi mengiritasi
sangat kuat danmemberikan beberapa efek seperti mual, muntah, nyeri
perut, diare, lemah, letih, koma, konvulsi, cardiac arrest dan kematian.
Kematian akibat toksisitas akut biasanya dihubungkan dengan keracunan
enzim dan kegagalan sistem transpor.
Fluorida dapat menyebabkan perubahan pada struktur hepar,
termasuk perubahan degeneratif dan inflamasi. Penelitian Shashi dan
Thapar (2001) membuktikan adanya peningkatan nekrosis hepatoseluler,
perubahan degenerasi, hiperplasia hepatic, vakuolisasi pada hepatosit dan
nekrosis centrilobular pada hewan yang diberikan fluorida.
Berdasarkan penelitian terhadap 210 anak-anak yang tinggal di
daerah yang kadar fluorida dalam airnya 0,61-5,69 ppm, pada anak-anak
yang mengkonsumsi lebih dari 2 ppm fluorida setiap harinya ditemukan
adanya peningkatan enzim lactic dehidrogenase (LDH) dalam darah
mereka (indikator kerusakan hepar) dan peningkatan level NAG dan y-GT
pada urin mereka (penanda kerusakan ginjal), namun tidak didapatkan
adanya perbedaan yang signifikan pada total protein (TP), albumin (ALB),
aspartat transaminase (AST), dan alanin transaminase (ALT) pada serum,
sehingga dapat disimpulkan pemberian fluoride lebih dari 2 ppm dapat
menyebabkan kerusakan pada fungsi hepar dan ginjal pada anak-anak.
Langkah langkah aplikasi fluor secara topical:
11
b. Fissure Sealent
1. Klasifikasi pit dan fissure
Secara umum, bentuk pit dan fissure dibagi menjadi beberapa bentuk,
yaitu:
ada
kerusakan
Karies
jaringan,
a. Adanya kerusakan jaringan, sehingga
12
Pit dan fissure sealant diaplikasikan pada pit dan fissure yang
dalam. Karena pada pit dan fissure yang dalam merupakan tempat
tumbuhnya plak yang tersembunyi. Daerah ini merupakan daerah yang
rentan terhadap karies dan paling sedikit dipengaruhi oleh fluor. Penutupan
pit dan fissure dengan menggunakan pit dan fissure sealant memang
dirancang untuk mencegah timbulnya karies. Bahan ini terutama dipakai
pada bagian oklusal, sehingga daerah tersembunyi yang memungkinkan
timbulnya karies dapat dihilangkan. Secara umum, bahan sealant yang
sering digunakan ada 2 macam yaitu GIC/SIK dan Resin.
Indikasi menurut penggunaan bahan sealant:
Bahan sealant
GIC/SIK
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
Resin
dikontrol,
e. pasien kooperatif
13
etsa
membentuk
microporosity
pada
email,
yang
14
yang
tidak
memadai
atau
kontaminasi
15
16
o Isolasi
Isolasi gigi idealnya dengan rubber dam, dapat juga dengan
gulungan kapas atau kapas penyerap. Gunakan saliva ejector
sewaktu merawat gigi bawah. Keringkan permukaan gigi dengan
tiupan udara. Pertahankan posisi ejector, kapas dan kasa sampai
perawatan selesai (Andlaw dan Rock, 1992).
Isolasi dari gigi mungkin ideal digunakan rubber dam,
tetapi pada gigi yang masih baru tumbuh, cengkeram mungkin
berbahaya bagi gingival dan menyebabkan rasa sakit bagi anakanak. Penggunaan cotton roll atau absorben balok dan kombinasi
saliva ejector mungkin bisa dilakukan. Cara ini sangat penting
untuk mengontrol dari pergerakan lidah dan pipi, yang dapat
menggeser cotton roll dan saliva ejector (Koch, 1991).
Dalam kaitannya dengan keberhasilan atau kegagalan
upaya fissure sealant, isolasi mungkin merupakan tahap yang
paling kritis. Jika pori yang dibuat oleh etsa tertutupi saliva maka
ikatan yang terbentuk akan menjadi lemah. Isolator karet
merupakan cara isolasi yang dapat diandalkan dan disukai daripada
pemakaian gulungan kapas dan penyedot ludah. Cara yang terakhir
ini sukar dilakukan dengan baik, karena gigi yang dietsa harus
dicuci dengan bersih. Biasanya kapas isolator tidak dapat dihindari
sehingga harus diganti. Pada saat penggantian ini, sangat mudah
sekali permukaan gigi yang teretsa itu terbasahi oleh saliva dan
kontaminasi ini akan merusak ikatan antara fissure sealant dengan
email (Kidd dan Bechal, 1991).
Menurut Octarina (2003), tidak ada perbedaan yang
bermakna antara pemakainan rubber dam dengan gulungan kapas
terhadap retensi fissure sealant, yakni dengan rubber dam retensi
penuh fissure sealant antara 97 % setelah 6 bulan sampai 96 %
setelah 24 bulan. Sedangkan dengan gulungan kapas retensi sealant
rata-rata 99 % untuk 6 bulan sampai 88 % untuk 24 bulan.
17
o Etsa Asam
Berikan asam fosfat 30-50% dengan gulungan kapas kecil
atau spon, atau kuas kecil. Perluas daerah etsa melewati fissure
sampai ujung cups atau sampai radius 3-4mm sekitar pit. Jaga
email tetap basah oleh asam selama 1 menit (Andlaw dan Rock,
1992).
Bahan etsa yang dipakai umumnya terdiri dari larutan asam
fosfat 37% dalam air. Beberapa etsa merupakan gel asam fosfat.
Sebelum dietsa, permukaan email dibersihkan dengan pumice.
Asam fosfat diaplikasikan pada bagian tengah fissure dari
permukaan oklusal dengan kapas pellet kecil yang dipegang dengan
o Aplikasi Fissure Sealant Berbasis Resin
Koch
(1991)
menyatakan
diaplikasikan
dengan
instrumen
bahwa
kuas,
fissure
atau
sealant
aplikator
lain
viskositasnya
dan
setting
time,
ini
baiknya
Fissure sealant
19
untuk
mengatasi
kesalahan
dalam
penuangan
dan
oklusi
dengan
kertas
artikulasi
dan
21
Gambar
10.
Aplikasi
sinar
tampak
untuk
berbasis
resin
sewarna
gigi
polimerisasi.
b.Berbahan GIC
o Pembersihan pit dan fisura
Pembersihan pada gigi yang akan dilakukan aplikasi fissure
sealant menggunakan brush dan pumis.
Syarat pumis yang digunakan dalam perawatan gigi:
22
setelah
Air bersih
o Isolasi gigi
Gunakan cotton roll atau gunakan rubber dam
o Keringkan permukaan gigi
Dikeringkan selama 20-30 detik dengan udara.
Syarat udara :
23
dilakukan
penyikatan
guna
24
maintainer
adalah
suatu
alat
yang
dipakai
untuk
25
itu, ada beberapa syarat yang harus terpenuhi dalam pembuatan space
maintainer diantaranya yaitu:
dipertahankan.
Alat ini tidak boleh mengganggu erupsi gigi antagonisnya sehingga
diatas mahkota gigi yang akan erupsi agar erupsinya tidak terhalang.
Tidak memberi tekanan abnormal pada gigi penyangga sehingga
jaringan
tulang alveolarnya.
Tidak mempengaruhi fungsi bicara, pengunyahan, dan fungsi
Fungsi
26
27
sulung
Alat ini terbuat dari plat akrilik dan pada beberapa desain dapat
ditambahkan gigi artificial untuk mengembalikan fungsi estetik maupun
pengunyahan.
Space maintainer lepasan dapat digunakan pada rahang atas
maupun rahang bawah, alat ini juga digunakan pada kasus tanggalnya gigi
molar dua desidui sebelum erupsi gigi molar satu permanen. Space
maintainer jenis ini memiliki konstruksi yang sederhana, pergerakan
fungsional yang baik, dan biaya pembuatan yang relatif murah, selain itu
alat ini juga sangat mudah untuk dibersihkan.
dibandingkan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kerugian
1.
2.
3.
4.
1. Untuk
rahang
atas,
landasan
akriliknya
harus
menutupi
sangat
penting
dilakukan
untuk
mengurangi
32
33
ruang
menyatakan
masih
terdapat
ruang
yang
36
37
38
space
maintainer
pilihan
setalah
Alat Nance RA
Alat Nance digunakan ketika 1 atau lebih molar
40
41
42
Pada keadaan dimana satu atau lebih premature loss gigi sulung
Pasien kooperatif
Kontra Indikasi
43
Bila tidak ada tulang yang menutupi mahkota dari gigi tetap yang
akan erupsi
Syarat-Syarat
mempertahankan
alat
dalam
ini
didesain
dalam
oklusal
44
3.
clasps
atau
C-clasps
dapat
juga
4.
45
Gambar Jack
screw space
regainer
Unilateral space regainer
Efektif untuk membuka ruangan yang terjadi pada
premature loss gigi permanen atau gigi sulung, dengan
mempertahankan lengkung rahang. Ruangan didapatkan
dengan tekanan ke labial dan lingual dari pegas koil terbuka
NiTi yang berlawanan dengan tabung molar.
Space
regainer
lepasan
Ruangan didapat dari tekanan ke bukal atau labial
dari sekrup ekspansi.
46
DAFTAR PUSTAKA
1. Andlaw, R.J. dan W.P. Rock. 1992. Perawatan Gigi Anak. Edisi 2. Alih bahasa:
Agus Wijaya. Jakarta: Widya Medika.
2. Angela A. 2005. Pencegahan primer pada anak yang beresiko karies tinggi. Maj.
Ked. Gigi (Dent. J.). 38 (3):130-34.
3. Anusavice, Kenneth J. 1994. Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC.
4. Baum, L. 1997. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Alih bahasa: Rasinta Tarigan.
Edisi 3. Jakarta: EGC.
5. Beek, Geoffrey C. 1989. Morfologi Gigi. Edisi 3. Alih bahasa: Lilian Yuwono.
Jakarta: EGC.
6. Berg, H. Joel. 2001. Compendium Nov. 2001 Vol.22, No. 11. P 911-916
7. Budiarjo & Sarworini, B. 1997. Frekuensi Karies Gigi Molar Satu Tetap Pada
Anak Usia 6-11 Tahun (Kajian Pada Pengunjung Poliklinik Gigi Ilmu Kedokteran
Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Tahun 1983 dan
1994). Jurnal Kedokteran Gigi FKG UI. Vol 4. Edisi Khusus KKPIKG XI.
Jakarta: FKG UI
47
8. Combe, E.C. 1992. Sari Dental Material. Alih bahasa: Slamet Tarigan dari Note
of Dental Material. Jakarta: EGC.
9. Craig, R.G. 1997. Restorative Dental Material. Edisi 10. St. Louis Missouri: C.V.
Mosby Company.
10. Ford, T.R. Pitt. 1993. Restorasi Gigi. Alih bahasa: Narlan Sumawinata. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
11. Finn, S.B. 1973. Clinical Pedodontics. Ed. 4. Philadelphia. London: W.B.
Sounders Company
12. Ganesh, Mahadevan M.D.S, et al. 2007. Comparative Evaluation of The Marginal
Sealing Ability of Fuji VII and Concise as Pit and Fissure Sealants. The Journal
Contemporary
Dental
Practice.
49