Anda di halaman 1dari 17

TEORI PORTOFOLIO & ANALISIS

INVESTASI
DASAR DASAR INVESTASI

Dosen

: Aries Veronica, SE.,M.Si. Ak. CA


Disusun Oleh :
Kelompok X

HerlaMeilita Sari
Rahmini
PinkanFabiollaUtari
Ahmad Firmansyah
HasrulSani

( 14.22.0061 )
( 13.22.0063 )
( 13.22.0037 )
(14.22.0004 )
(12.22.0073 )

UNIVERSITAS TAMAN SISWA


PALAEMBANG
FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
2016

PENDAHULUAN
latar Belakang

Dunia Globalisasi merupakan hal yang sudah tak asing lagi buat kita
semua. Dunia globalisasi telah masuk kesemua Negara tak heran globalisasi
membawa hal yang baik dan buruknya. Globalisasi juga telah berkembang
merambat kedunia perekonomian biasanya berupa penanaman modal pada
suatu sektor industri. Setiap individu pada dasarnya memerlukan investasi,
karena dengan investasi setiap orang dapat mempertahankan dan memperluas
basis kekayaannya yang dapat digunakan sebagai jaminan sosial di masa
depannya. Seseorang sering tidak menyadari dirinya telah melakukan investasi,
misalnya dengan menabung dan sebagainya. Agar tak terjebak melakukan
investasi ke dalam portofolio sampah, atau bahkan ditipu oleh pihak yang tak
bertanggung jawab dengan iming-iming menarik, Anda harus mengedepankan
rasionalitas dan memahami betul resiko-resiko yang dihadapi dalam
berinvestasi. Karena banyak sekali jenis dari investasi tersebut .Jangan sampai
terbuai dengan iming-iming menarik yang tinggi, tapi uang Anda habis sia-sia.
Invejstasi pun banyak jenis dan macamnya jadi harus pandai melihat ke sektor
mana kita akan menanamkan saham kita. Peran penting sekali dari beberapa
pihak baik dari pemerintah dan tiap individu . peran individu sangatlah penting
dalam berperan aktif karena dapat mencegahnya harga barang yang tak
terkontrol. Pemerintah sebaiknya mengatur beberapa aturan tentang peraturan
penanaman modal, karena, sejak pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah pusat
terpaksa mengeluarkan kepres khusus mengenai penanaman modal karena
banyaknya kendala yang dihadapi oleh para investor yang ingin membuka usaha
di daerah, khususnya yang berkaitan dengan proses pengurusan izin usaha.
Investor seringkali dibebani oleh urusan birokrasi yang berbelit-belit sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama dan disertai dengan biaya tambahan
yang cukup besar.

Dasar-Dasar Investasi
A. Pengertian Investasi
Investasi menurut Fitzgeral, Investasi adalah suatu aktivitas yang berhubungan
dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan barang
modal pada saat sekarang dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran produk baru di
masa yang akan datang. Dari definisi ini investasi dikonstruksikan sebagai sebuah kegiatan
untuk :
1. Penarikan sumber dana yang digunakan untuk pembelian barang modal.
2. Barang modal itu akan dihasilkan produk baru.
Menurut Kamaruddin Ahmad, Pengertian Investasi adalah menempatkan uang atau dana
dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana
tersebut. Pengertian investasi ini menekankan pada penempatan uang atau dana. Tujuan
investasi ini adalah untuk memperoleh keuntungan. Hal ini erat kaitannya dengan penanaman
investasi di bidang pasar modal.
Salim HS dan Budi Sutrisno mengemukakan pengertian investasi, Investasiialah
penanaman modal yang dilakukan oleh investor, baik investor asing maupun domestik dalam
berbagai bidang usaha yang terbuka untuk investasi, yang bertujuan untuk memperoleh
keuntungan.
Pengertian Investasi dalam Ensiklopedia Indonesia, Investasi yaitu penanaman modal
atau penanaman uang dalam proses produksi dengan membeli gedung-gedung, mesin-mesin,
bahan-bahan cadangan, penyelenggaraan uang kas serta perkembangannya. Dalam hal ini
cadangan modal barang diperbesar selama tidak ada modal barang yang harus diganti.
Hakikat investasi dalam definisi ini adalah penanaman modal yang dipergunakan untuk
proses produksi. Dalam hal ini investasi yang ditanamkan hanya digunakan untuk proses
produksi saja. kegiatan investasi dalam realitanya tidak hanya dipergunakan untuk proses
produksi, tetapi juga pada kegiatan untuk membangun berbagai sarana dan prasarana yang
dapat menunjung kegiatan investasi.
Selanjutnya Kamarauddin memberikan pengertian investasi dalam tiga artian, yaitu :
(1) Investasi yaitu suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau suarat penyertaan
lainnya.
(2) Investasi merupaan suatu tindakan untuk membeli barang-barangmodal.
(3) Investasi adalah pemanfaatan dana yang tersedian untuk dipergunakan dalam produksi
dengan pendapatan di masa yang akan datang.
Isilah Investasi sendiri berasal dari kata investire yang berarti memakai atau menggunakan.
Investasi adalah memberikan sesuatu kepada orang lain untuk dikembangkan dan hasil dari
sesuatu yang dikembangkan tersebut akan dibagi sesuai dengan yang diperjanjikan.[1]
Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan produksi) darimodal barang
yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang (barang produksi).
[2]

B. Tujuan Investasi
Di bawah ini hal utama alasan berinvestasi yaitu:

Adanya faktor inflasi yang terjadi hampir setiap tahun, dan di negara manapun.

Adanya kebutuhan masa depan atau kebutuhan saat ini yang belum dapat terpenuhi

Adanya kebutuhan untuk melindungi nilai aset yang telah dimiliki

Adanya keinginan untuk menambah nilai aset yang sudah ada.


Secara lebih khusus menurut (Tandeilin, 2001:5) ada beberapa alasan mengapa seseorang
melakukan investasi, antara lain :
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa depan.
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu
ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang
ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.
b. Mengurangi tekanan inflasi.
Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat
menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya
pengaruh inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong
tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada
masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.[3]
C. Dasar Keputusan Investasi
Adapun dasar keputusan investasi menurut Tandelilin (2005) terdiri dari:
1. Return
Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam manajemen
investasi tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Suatu hal yang sangat wajar
jika investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya. Return
yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan konpensasi atas biaya
kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi.
Dalam berinvestasi perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return) dan
return yang terjadi (realized return).
Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor dimasa datang.
Sedangkan return yang terjadi atau return ktual merupakan return yang telah diperoleh
investor di masa lalu.
2. Risk
Korelasi langsung antara pengembalian dengan risiko, yaitu: semakin tinggi pengembalian,
semakin tinggi risiko. Oleh karena itu, investor harus menjaga tingkat risiko dengan
pengembalian yang seimbang.
3. The time factor
Jangka waktu adalah hal penting dari definisi investasi. Investor dapat menanamkan
modalnya pada jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. Pemilihan jangka

waktu investasi sebenarnya merupakan suatu hal penting yang menunjukkan ekspektasi atau
harapan dari investor. Investor selalu menyeleksi jangka dan pengembalian yang bisa
memenuhi ekspektasi dari pertimbangan pengembalian dan risiko.
D. Proses Keputusan Investasi
Proses keputusan investasi merupakan proses keputsan yang berkesimbungan (going
process) keputusan yang berjalan terus menerus sampai tercapai keputusan in-vestasi terbaik.
Tahap-tahap keputusan investasi meliputi lima tahap keputusan, yaitu:
1.

Menentukan kebijakan investasi

Kebijakan investasi meliputi penentuan tujuan investasi dan besar kekayaan yang akan
diinvestasikan. Tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam tingkat keuntungan (return) maupun
risiko. Jumlah dana yang diinvestasikan juga mempengaruhi return dan risiko yang ditanggung. Di
samping itu dalam proses investasi perlu dipertimbangkan preferensi risiko pemodal. Hal ini
mempengaruhi jenis sekuritas yang dipilih untuk alokasi dana yang ada sehingga dapat diperkirakan
distribusi dana pada berbagai instrumen yang tersedia. Dengan menentukan tujuan investasi dapat
ditentukan pilihan instrumen investasi yang dilakukan.
2. Melakukan analisis sekuritas
Analisis sekuritas berarti menilai sekuritas secara individual, dan untuk mengidentifikasi sekuritas
digunakan dua filosofi berbeda, yaitu:
- Untuk sekuritas yang mispriced (harga terlalu tinggi atau terlalu rendah) dapat dengan analisis
teknikal atau analisis fundamental.
- Untuk sekuritas dengan harga wajar, pemilihan sekuritas didasarkan atas preferensi risiko para
pemodal, pola kebutuhan kas, dan lain-lain.
3. Membentuk portofolio
Dari hasil evaluasi terhadap masing-masing sekuritas, dipilih aset-aset yang akan dimasukkan
dalam portofolio dan ditentukan proporsi dana yang diinvestasikan pada masing-masing sekuritas
tersebut. Ini dilakukan dengan harapan risiko yang harus ditanggung terkurangi dan portofolio yang
menawarkan return maksimum dengan risiko tertentu atau minimum risiko dengan return tertentu
dapat terbentuk.
4. Merevisi portofolio
Revisi atas portofolio berarti merubah portofolio dengan cara menambah atau mengurangi saham
dalam portofolio yang dianggap menarik atau tidak lagi menarik. Jika diperlukan, langkah ini dilakukan
melalui pengulangan tiga tahap di atas.
5. Evaluasi kinerja portofolio
Evaluasi kinerja portofolio membandingkan kinerja yang diukur baik dalam return yang diperoleh
maupun risiko yang ditanggung, terhadap portofolio benchmark atau pasa

B. Proses Investasi
Proses investasi menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat
keputusan investasi pada saham-saham (efek-efek) yang dapat dipasarkan, dan kapan
dilakukan. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut :
1. Menentukan Tujuan Investasi
Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu : (a) tingkat
pengembalian yang diharapkan (expected rate of return),

(b) tingkat risiko (rate of

risk), dan (c) ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan. Apabila dana
cukup tersedia, maka investor menginginkan pengembalian yang maksimal dengan
risiko tertentu. Umumnya hubungan antara risiko (risk) dengan tingkat pengembalian
yang diharapkan (expected rate of return) bersifat positif linier, artinya semakin tinggi
tingkat risiko, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan.
2. Melakukan Analisis
Salah satu tujuan penilaian adalah untuk mengidentifikasi efek yang salah harga
(mispriced), apakah harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu ada dua
pendekatan yang dapat digunakan, yaitu :
a. Pendekatan Fundamental
Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) maupun oleh administrator bursa
saham. Karena kinerja emiten dipengaruhi oleh kondisi sektor industri di mana
perusahaan tersebut berada dan perekonomian secara makro, maka untuk
memperkirakan prospek harga sahamnya di masa mendatang harus dikaitkan
dengan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Jadi analisis ini
dimulai dari siklus usaha perusahaan secara umum, selanjutnya ke sektor
industrinya, akhirnya dilakukan evaluasi terhadap kinerjanya dan saham yang
diterbitkan.
b. Pendekatan Teknikal
Pendekatan ini didasarkan pada data perubahan harga saham di masa lalu
sebagai upaya untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang, dengan
cara memperkirakan pergeseran penawaran (supply) dan permintaan (demand)
dalam jangka pendek, dan mengabaikan risiko serta pertumbuhan laba dalam
menentukan barometer dari permintaan dan penawaran atas suatu saham.

Analisis ini dapat diterapkan secara simultan terhadap beberapa saham. Data
financial histories yang tergambar pada diagram dipelajari untuk mendapatkan
suatu pola yang berarti, dan pola tersebut digunakan untuk memprediksi harga
saham di masa mendatang, serta untuk memperkirakan pergerakan individual
saham maupun pergerakan indeks pasar (market index).
c. Membentuk Portofolio
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap saham-saham mana yang akan
dipilih dan berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan pada masing-masing
saham tersebut.. Saham yang dipilih dalam rangka pembentukan portofolio
adalah saham-saham yang mempunyai koefisien korelasi negatif (mempunyai
hubungan berlawanan). Hal ini dilakukan karena dapat menurunkan risiko.
d. Mengevaluasi Kinerja Portofolio
Dalam tahap ini dilakukan evaluasi kinerja portofolio yang telah dibentuk, baik
terhadap tingkat pengembalian yang diharapkan maupun terhadap tingkat risiko
yang ditanggung. Sebagai tolok ukur digunakan dua cara, yaitu : pertama,
pengukuran (measurement) adalah penilaian kinerja portofolio atas dasar asset
yang telah ditanamkan dalam portofolio tersebut, misalnya dengan menggunakan
tingkat pengembalian. Kedua, perbandingan (comparison) yaitu penilaian
berdasarkan pada perbandingan dua set portofolio dengan tingkat risiko yang
sama.
e. Merevisi Kinerja Portofolio
Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja portofolio . Dari
hasil evaluasi inilah selanjutnya dilakukan revisi terhadap saham-saham yang
membentuk portofolio tersebut jika dirasa bahwa komposisi portofolio yang sudah
dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi, misalnya tingkat pengembaliannya lebih rendah dari yang disyaratkan. Revisi tersebut dapat dilakukan secara
total, yaitu dilakukan likuidasi atas portofolio yang ada, kemudian dibentuk
portofolio yang baru. Atau dilakukan secara terbatas, yaitu dilakukan perubahan
atas proporsi /komposisi dana yang dialokasikan dalam masing-masing saham
yang membentuk portofolio tersebut.

C. Perdagangan (Trading)
Trading merupakan proses perdagangan saham, di mana saham tersebut
berpindah tangan dari penjual kepada pembeli di pasar sekunder. Proses jual beli saham
dapat dijelaskan pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1Proses Jual Beli Saham di Bursa Efek Jakarta

PROSES PERDAGANGAN

BURSA EFEK JAKARTA (BEJ)


INVESTOR

INVESTOR
PIALANG

PIALANG

SISTEM TAWARMENAWAR DAN


NEGOSIASI

PIALANG

PIALANG

PT. KPEI & PT. KSEI


PENYELESAIAN

RUPIAH
SERTIFIKAT

INVESTOR

PIALANG
BELI

BAE

PIALANG
JUAL

INVESTO
R

PROSES PENYELESAIAN TRANSAKSI

1.

Proses Perdagangan Saham


Proses pembelian saham secara singkat dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Investor/pembeli menghubungi perusahaan efek/pialang di mana ia terdaftar
sebagai nasabahnya.
b. Selanjutnya instruksi tersebut disampaikan ke trader perusahaan efek di lantai
bursa (trading floor). Selanjutnya trader memasukkan instruksi tersebut ke dalam
sistem komputer perdagangan di BEJ (sekarang BEI) yang disebut Jakarta
Automated

Trading

System

(JATS).

Sistem

tersebut

secara

otomatis

menggunakan mekanisme tawar-menawar secara terus menerus (continuous


auction) sehingga untuk pembelian akan diperoleh harga pasar terendah,
sebaliknya untuk penjualan akan diperoleh harga pasar tertinggi. Suatu transaksi
jual beli dikatakan berhasil jika terjadi kecocokan antara penawaran jual dan
penawaran beli.
Proses penjualan saham prosedurnya relatif sama dengan proses pembelian
saham di atas. Namun untuk proses penjualan saham , pialang akan memeriksa
investor atas saham dimaksud terlebih dahulu, sebelum perintah jual dilaksanakan.
Perdagangan saham di BEJ/BEI dapat dilakukan melalui salah satu dari tiga
pasar berikut :
a. Pasar Reguler
Yaitu

pasar

di

mana

perdagangan

dilaksanakan

melalui

JATS

dan

penyelesaiannya dilakukan pada Hari Bursa ke-3 setelah terjadinya Transaksi


Bursa (T+3).
b. Pasar Reguler Tunai
Yaitu

pasar

di

mana

perdagangan

dilaksanakan

melalui

JATS

dan

penyelesaiannya dilakukan pada Hari Bursa yang sama dengan terjadinya


Transaksi Bursa (T+0).
c.Pasar Negosiasi
Yaitu pasar di mana perdagangan dilaksanakan berdasarkan tawar-menawar
langsung secara individual dan tidak secara lelang yang berkesinambungan
(non-continuous

auction

market)

dan

penyelesaiannya

dapat

dilakukan

berdasarkan kesepakatan penjual dan pembeli. Selanutnya hasil kesepakatan


tersebut diproses melalui JATS.

Transaksi Bursa umumnya dilakukan di pasar regular, kecuali penjual atau


pembeli menginginkan transaksi dilakukan di pasar tunai atau pasar negosiasi. Pasar
regular merupakan segmen pasar utama BEJ/BEI dan harga yang terbentuk di pasar
inilah yang diumumkan dan digunakan oleh BEJ/BEI untuk menghitung indeks harga
saham.
Dalam Transaksi Bursa di pasar regular dan pasar tunai, jumlah yang
diperjualbelikan dilakukan dalam satuan perdagangan yang disebut dengan lot atau
kelipatannya. Satu lot di BEJ/BEI ditetapkan 500 lembar saham, yang merupakan
batas minimum jumlah perdagangan saham.
Di samping itu, harga penawaran jual beli saham mengikuti aturan sebagai
berikut :
Untuk saham dengan Harga Penutupan pada Hari Bursa sebelumnya kurang dari
Rp. 500,- (lima ratus rupiah) ditetapkan fraksi sebesar

Rp.5,- (lima rupiah) dan

untuk setiap jenjang perubahan harga, maksimum yang diperkenankan adalah


Rp. 50,- (lima puluh rupiah).
Untuk saham dengan Harga Penutupan pada Hari Bursa sebelumnya berada
dalam rentang Rp. 500,- (lima ratus rupiah) sampai dengan kurang dari Rp.
2.000,- (dua ribu rupiah), ditetapkan fraksi sebesar Rp. 10,- (sepuluh rupiah) dan
untuk setiap jenjang perubahan harga, maksimum yang diperkenankan adalah
Rp. 100,- (seratus rupiah).
Untuk saham dengan Harga Penutupan pada Hari Bursa sebelumnya berada
dalam rentang Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah) sampai dengan kurang dari Rp.
5.000,- (lima ribu rupiah), ditetapkan fraksi sebesar Rp. 25,- (dua puluh lima
rupiah)

dan

untuk

setiap

jenjang

perubahan

harga,

maksimum

yang

diperkenankan adalah Rp. 250,- (dua ratus lima puluh rupiah).


Untuk saham dengan Harga Penutupan pada Hari Bursa sebelumnya Rp. 5.000,(lima ribu rupiah) atau lebih, ditetapkan fraksi sebesar
rupiah)

dan

untuk

setiap

jenjang

perubahan

Rp. 50,- (lima puluh

harga,

maksimum

yang

diperkenankan adalah Rp. 500,- (lima ratus rupiah).


Untuk transaksi Bursa di Pasar Negosiasi tidak menggunakan satuan
perdagangan (lot) dan tidak terikat pada aturan harga penawaran jual beli di atas.
Komponen jual beli saham terdiri atas :
Nilai beli saham + komisi pialang + PPN 10%

Nilai jual saham komisi pialang PPN 10% - PPh final 0,1%
Contoh 1.1 :
Seorang investor melakukan pembelian saham PT A sebanyak 10 (sepuluh)
lotndengan harga Rp. 1.000,- per lembar. Total uang yang dikeluarkan dihitung
sebagai berikut :
Tabel 1.1 Penghitungan Pembelian Saham
Uraian

Penghitungan

Jumlah Uang

Transaksi beli

10 lot x 500 saham x Rp. 1.000,-

Rp. 5.000.000,-

Komisi untuk pialang

0,3% x Rp. 5.000.000,-

Rp.

15.000,-

PPN

10% x Rp. 15.000,-

Rp.

1.500,-

Jumlah uang yang dikeluarkan investor

Rp. 5.016.500,-

Contoh 1.2 :
Seorang investor melakukan penjuan saham PT B sebanyak 10 (sepuluh) lot dengan
harga Rp. 1.500,- per lembar. Total uang yang diterima dihitung sebagai berikut :
Tabel 1.2 Penghitungan Penjualan Saham
Uraian
Transaksi jual
Komisi untuk pialang
PPN
PPh atas transaksi
jual

Penghitungan

Jumlah Uang

10 lot x 500 saham x Rp. 1.500,-

Rp. 7.500.000,-

0,3% x Rp. 7.500.000,-

(Rp.

22.500,-)

10% x Rp. 22.500,-

(Rp.

2.250,-)

0,1% x rp. 7.500.000,-

(Rp.

7.500,-)

Jumlah uang yang diterima investor

Rp. 7.467.750,-

.
Bila transaksi jual beli tersebut dilakukan pada Hari Bursa, maka :

Tabel 1.3 Jam Perdagangan di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi


Hari

Sesi Perdagangan

Waktu

Senin s/d kamis

Jumat

Sesi I

Jam 09.30 12.00 BBWI

Sesi II

Jam 11.30 16.00 BBWI

Sesi I

Jam 09.30 11.30 BBWI

Sesi II

Jam 14.00 16.00 BBWI

Perdagangan di Pasar Tunai dilakukan hanya pada Sesi I Hari Bursa.


Dalam transaksi jual beli saham kepada publik, telah tercipta dua pasar, yaitu pasar
perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). Perbedaan kedua
pasar tersebut disajikan pada Tabel 1.4.
Tabel 1.4 Perbedaan Pasar Perdana dan Pasar Sekunder
Pasar Perdana
1. Harga saham ditentukan oleh
emiten.

Pasar Sekunder
1. Harga saham berubah-ubah sesuai
kekuatan penwaran dan permintaan

2. Tidak dikenakan biaya komisi

2. Dibebankan biaya komisi

3. Hanya untuk pembelian

3. Berlaku untuk pembelian dan


penjualan saham

4. Pemesanan dilakukan melalui


agen penjual

4. Pemesanan dilakukan melalui


pialang bursa

5. Jangka waktu terbatas

5. Jangka waktu tidak terbatas

6. Transaksi pembelian saham

6. Transaksi jual beli saham dilakukan

dilakukan sebelum saham

setelah saham tersebut dicatatkan di

tersebut dicatatkan di bursa

bursa

2. Proses Penyelesaian Transaksi


Seluruh Transaksi Bursa yang terjadi di Pasar Reguler dan Pasar Tunai
dimuat di dalam Daftar Transaksi Bursa yang disediakan oleh bursa untuk
perusahaan efek dan PT Kliring Penjamin Efek Indonesia (PT KPEI) pada setiap
akhir sesi perdagangan.

Penyelesaian Transaksi Bursa di Pasar Reguler dan Pasar Tunai dijamin oleh
KPEI dan dilaksanakan melalui PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (PT KSEI)
setelah melalui kliring secara netting oleh KPEI.
Karena perdagangan saham di BEJ/BEI dilakukan tanpa warkat (scriptless
trading), maka tidak ada serah terima fisik saham. Penyelesaian transaksi dilakukan
melalui pemindahbukuan saham dan atau dana ke rekening saham perusahaan efek
yang berhak yang berada pada KSEI.
Penyelesaian Transaksi Bursa di Pasar Negosiasi dilakukan berdasarkan
hasil per transaksi. Waktu penyelesaian Transaksi Bursa ditetapkan berdasarkan
kesepakatan antara penjual dan pembeli. Dalam hal waktu penyelesaian tidak
ditetapkan, maka penyelesaian dilakukan selambat-lambatnya pada hari Bursa ke-3
setelah terjadinya transaksi (T+3). Penyelesaian Transaksi Bursa di Pasar Negosiasi
dilakukan dengan pemindahbukuan secara langsung oleh perusahaan efek jual dan
perusahaan efek beli dan tidak dijamin oleh KPEI.
D. Pialang
Salah satu ciri yang membedakan perdagangan di pasar modal dan pasar barang
adalah penggunaan pialang (broker). Di pasar modal, pialang mutlak diperlukan karena
investor tidak bisa membeli atau menjual sahamnya secara langsung ke bursa. Pialang
ini bekerja pada perusahaan efek , yaitu perusahaan yang aktivitas utamanya adalah
menjadi penjamin emisi, perantara penjualan atau pembelian efek, dan pengelola
investasi di pasar modal.
Dilingkungan pasar modal, perusahaan efeklah pelaku yang paling erat
hubungannya dengan investor. Hubungan tersebut meliputi :
1. Mewakili kepentingan investor. Sebab investor hanya bisa melakukan transaksi jual
beli efek di bursa melalui perusahaan pialang.
2. Memberikan nasihat atau penjelasan kepada investor dalam menentukan kebijakan
berinvestasi, yaitu melakukan analisis risiko yang mungkin terjadi serta segala
evaluasi dan ekspektasi tingkat pengembalian yang wajar. Dengan demikian,
investor dapat diselamatkan dari investasi yang tidak diinginkan dan pembelian yang
dipaksakan di luar kemampuan keuangan investor.
Karena transaksi di pasar modal tidak boleh dilakukan secara langsung, maka
investor

harus

memilih

pialang

yang

baik.

Variabel-variabel

dipertimbangkan oleh investor dalam memilih pialang (Katoppo, 1997):

berikut

perlu

1. Melakukan tindakan yang jujur untuk kepentingan nasabah.


2. Memiliki standar professional yang tinggi.
3. Bebas dari pengaruh tertentu dalam melaksanakan pekerjaannya.
4. Mendahulukan kepentingan nasabah.
5. Mengutamakan kerahasiaan nasabah.
6. Berhati-hati atas kebenaran informasi yang diberikan.
7. Selalu taat pada hukum dan peraturan yang berlaku berkaitan dengan usaha
sekuritas.
8. Tidak akan mengambil kesempatan yang dapat merugikan nasabah.
9. Tidak akan melakukan tindakan yang mengakibatkan nama buruk bagi sesama
anggota pialang.
10.
E.

Bekerja sama dengan sesama pialang demi kepentingan bersama.


Indeks Harga Saham
Indeks Harga Saham (HIS) merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan
kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadiankejadian ekonomi. Bahkan saat ini HIS tidak saja menampung kejadian-kejadian
ekonomi, tetapi juga menampung kejadian-kejadian sosial, politik, dan keamanan.
Dengan demikian, IHS dapat dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan
sebagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (current market).
Mengapa HIS sering dikatakan sebagai cermin dari fenomena ekonomi, sosial,
politik, dan keamanan suatu negara? Logika berpikirnya sebagai berikut. Sebagaimana
diketahui bahwa, saham sebagai bukti kepemilikan perusahaan merupakan surat
berharga atau efek yang diterbitkan oleh perusahaan yang terdaftar di bursa (go public).
Fluktuasi harga saham ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba. Apabila laba yang diperoleh perusahaan relatif tinggi, maka kemungkinan besar
bahwa dividen yang akan dibayarkan juga relatif tinggi. Dengan demikian hal ini akan
memberikan pengaruh positif terhadap harga saham perusahaan tersebut di bursa, dan
investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut. Akibatnya permintaan terhadap
saham tersebut meningkat, sehingga harganya juga akan meningkat. Peningkatan harga
saham ini akan menimbulkan capital gain bagi para pemegangnya. Sementara itu,
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba tersebut tidak saja ditentukan oleh
kemampuan manajemen dalam mengelola sumber daya yang ada, tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor lain di luar perusahaan, seperti kondisi sosial masyarakat, politik,
dan keamanan. Semuanya itu akan berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba, yang pada gilirannya akan berpengaruh juga terhadap fluktuasi

harga saham. Di sinilah fenomena ekonomi, sosial, politik, dan keamanan berperan
dalam penentuan kesehatan ekonomi suatu negara.
Agar dapat melakukan investasi di pasar modal dengan baik, maka investor
harus mengetahui HIS. Di BEJ/BEI terdapat 6 (enam) jenis indeks, yaitu :
1. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), menggunakan saham masing-masing
perusahaan, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

NPt
x 100
ND
IHSI t =

1.1

Keterangan :
IHSI t =

Indeks Harga saham individual pada hari ke- t

NP t

Nilai pasar pada hari ke-t, diperoleh dari jumlah lembar saham yang

tercatat di bursa dikalikan dengan harga pasar per lembar.


ND

Nilai dasar, BEJ memberi nilai dasar IHSI = 100 ketika saham diluncurkan
pada pasar perdana dan berubah sesuai dengan perubahan pasar.

2. Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS), menggunakan saham masing-masing sektor


usaha. Di BEJ indeks sektoral dibagi menjadi 9 (sembilan) sektor usaha, yaitu :
a.

Sektor usaha primer (ekstraktif) meliputi:

1)

Pertanian

2)

Pertambangan
b.

Sektor usaha sekunder (manufaktur) meliputi:

1)

Industri dasar dan kimia

2)

Aneka industri

3)

Industri barang konsumsi


c.

Setor usaha tersier (jasa) meliputi:

1)

Properti dan real estat

2)

Infrastruktur, utilitas, dan transportasi

3)

Keuangan

4)

Perdagangan, jasa, dan investasi.


3. Indeks LQ 45 (ILQ 45), menggunakan saham yang terpilih berdasarkan likuiditas
perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan sekali (setiap awal Februari
dan Agustus). Dengan demikian saham yang termasuk dalam indeks tersebut akan
selalu berubah.

4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan seluruh saham yang tercatat
di bursa, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

NPt
x 100
ND
IHSG t =

.....1.2

Keterangan :
IHSG t =

Indeks Harga Saham Gabungan pada hari ke- t

NP t

Nilai pasar pada hari ke-t, diperoleh dari jumlah lembar saham yang

tercatat di bursa dikalikan dengan harga pasar per lembar.


ND

Nilai dasar, BEJ memberi nilai dasar IHSI = 100 pada tanggal 10 Agustus
1982.

IHSG untuk tanggal 10 Agustus 1982 selalu disesuaikan dengan kejadian-kejadian


seperti : penawaran saham perdana (initial public offering IPO), right issues,
company listing, delisting, dan konversi. Rumus untuk mencari nilai dasar yang baru
karena adanya kejadian-kejadian tersebut adalah :

NPL NPT
x NDL
NPL
NDB =

.1.3

Keterangan :
NDB

Nilai dasar baru gabungan pada hari ke- t

NDL

Nilai dasar lama

NPL

Nilai pasar lama

NPT

Nilai pasar tambahan.

5. Indeks Syariah atau Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan saham yang
memenuhi kriteria investasi dalam syariat Islam. Saham-saham yang masuk dalam
JII adalah emiten yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Usaha-usaha berikut dikeluarkan dari penghitungan JII, antara lain :
a.

Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi


b. Usaha lembaga keuangan yang konvensional (mengandung unsur riba)
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan serta memper-dagangkan makanan
dan minuman yang tergolong haram.

d. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan dan/atau menyedia-kan barangbarang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
6. Indeks Papan Utama atau main Board Index (MBI) dan Indeks Papan
Pengembangan atau Development Board Index (DBI). MBI dibentuk dengan
menggunakan saham-saham yang dipilih berdasarkan kriteria berikut. Pertama,
perusahaan telah melakukan kegiatan operasional dalam usaha utama (core
business) yang sama sekurang-kurangnya selama 36 (tiga puluh enam) bulan
terakhir. Kedua, laporan Keuangan Auditan memperoleh pendapat Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) selama 2 (dua) tahun buku terakhir. Ketiga, berdasarkan
Laporan Keuangan Auditan terakhir, perusahaan memiliki Aktiva Bersih Berwujud
(net tangible assets) sekurang-kurangnya Rp. 100 miliar, dan tidak mengalami
kondisi dan atau gugatan/perkara yang secara material diperkirakan dapat
mempengaruhi kelangsungan usaha. DBI dibentuk dengan menggunakan saham
perusahaan-perusahaan yang tidak memenuhi seluruh kriteria di atas.
Contoh 1.3 :
Misalnya nilai pasar saham di BEJ/BEI suatu hari Rp. 250 miliar sedangkan nilai
dasarnya Rp. 50 miliar, maka IHSG dapat dihitung sebagai berikut :

Rp. 250 miliar


x 100 500
Rp. 50 miliar

NPt
x 100
ND
IHSG t =

Apabila PT A melakukan IPO sebanyak 5 juta lembar seharga Rp. 500,- per lembar,
maka IHSG yang baru dapat dihitung sebagai berikut :

NPL NPT
x NDL
NPL
NDB =

Rp. 250 miliar Rp. 2,5 miliar


x Rp. 50 miliar
Rp. 250 miliar
=

= Rp. 50,5 miliar

Sehingga IHSG yang baru adalah :

Rp. 252,5 miliar


x 100
Rp. 50,5 miliar

NPt
x 100
ND
IHSG =

= 500

Anda mungkin juga menyukai