Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ditengah gencar dan semangatnya Pemerintah dalam membangun infrastruktur untuk
meningkatkan perekonomian daerah di seluruh Nusantara, kita dikejutkan dengan runtuhnya
Jembatan Kutai Kartanegra yang menghubungkan Samarinda dan Tenggarong di Kalimantan
Timur. Jembatan yang mulai dibangun tahun 1995 dan mulai dioperasikan tahun 2001 tersebut
runtuh sehingga mengakibatkan korban jiwa, korban luka, dan korban materiil yang tidak sedikit.
Ditengarai ada pergeseran badan jalan di jembatan Mahakam II Kutai Kartanegara
(Kukar). Jembatan Mahakam II merupakan jembatan gantung terpanjang di Indonesia. Jembatan
Kartanegara merupakan jembatan kedua yang dibangun melintasi Sungai Mahakam setelah
Jembatan Mahakam di Samarinda dan dikenal sebagai Golden Gate-nya Kalimantan karena
menyerupai jembatan di San Fransisco, Amerika Serikat. Jembatan ini juga merupakan akses
menuju Samarinda ataupun sebaliknya yang dapat ditempuh hanya sekitar 30 menit. Melewati
Jembatan Kutai Kartanegara ada pemandangan menarik yang dapat disaksikan, yaitu
hamparan sebuah pulau kecil yaitu Pulau Kumala, sebuah pulau yang telah disulap menjadi
Kawasan Wisata Rekreasi yang banyak diminati oleh wisatawan Nusantara karena merupakan
kawasan rekreasi keluarga yang hampir mirip dengan Taman Impian Jaya Ancol di Jakarta.
Jembatan Mahakam II diperbaiki. Perbaikan tersebut merupakan kegiatan pemeliharaan.
Pemeliharaan itu mulai melakukan penyetingan terhadap tali penahan jembatan. Saat proses
dilakukan petugas tak menghentikan arus lalu lintas yang memasuki jam-jam sibuk. Petugas
hanya menutup sebagian badan jalan dan menjadikan jalur dua arah itu menjadi satu arah dengan
sistem buka tutup. Badan jalan alami penurunan dan tiang penyangga kendor sehingga
mengurangi kekuatan jembatan. Tali putus kemudian secara berantai tali lain juga putus.
Runtuhnya jembatan menyisakan dua pilar penyangganya. Beberapa kendaraan roda dua dan
lebih menjadi korban dari runtuhnya jembatan itu. Sebagian tercebur, sebagian lagi terhimpit di
balik runtuhnya jembatan. Beberapa petugas yang memperbaiki juga menjadi korban tewas
dari robohnya jembatan ini.

1.2 Rumusan Masalah


Yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Apakah penyebab terjadinya keruntuhan Jembatan Kartanegara tersebut?

2. Apa sajakah aspek hukum yang mengatur tentang kejadian runtuhnya jembatan kutai
kartanegara ?
3. Apa tindak lanjut dari pemerintah mengenai runtuhnya jembatan kutai kartanegara sesuai
peraturan yang ada ?
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah
1.
Untuk mengetahui penyebab terjadinya keruntuhan jembatan Kartanegara.
2.
Untuk mengetahui akibat yang ditimbukan dari keruntuhan jembatan Kartanegara.
3.
Untuk mendapatkan solusi yang tepat agar kejadian ini tidak akan terulang
kembali.
1.4 Metode
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Penegakan hukum yang dilakukan oleh Penyidik
Satuan Reskrim Polres Kutai Kartanegara dalam peristiwa runtuhnya Jembatan Kutai
Kartanegara, bahwa Satuan Reskrim Polres Kutai Kartanegara telah melakukan kegiatan
penyelidikan berdasarkan Laporan Polisi Laporan Polisi nomor : LP/770/XI/2011/KALTIM/RES
KUKAR tanggal 26 November 2011 tentang barang siapa karena kealpaannya/kelalaiannya
mengakibatkan matinya orang dan luka (Pasal 359 jo 360 KUHP) yakni Runtuhnya Jembatan
Kutai Kartanegara yang terjadi pada hari Sabtu tanggal 26 November 2011 sekitar jam 16.25
Wita di Jln. Wolter Minginsidi kel. Timbau Kec. Tenggarong Kab. Kutai Kartanegara. November
2011 sekitar jam 16.25 Wita di Jln. Wolter Minginsidi kel. Timbau Kec. Tenggarong Kab. Kutai
Kartanegara.
Berdasarkan Peraturan Kapolri No. 12 Tahun 2009 tentang Pengawasan dan
Pengendalian Perkara Pidana di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 28 ayat
1 point c disebutkan bahwa Laporan Hasil Penyelidikan atas dasar Laporan Polisi dapat
dijadikan pertimbangan untuk melakukan peningkatan kegiatan menjadi penyidikan dalam hal
hasil penyelidikan telah menemukan informasi atau keterangan yang cukup untuk menentukan
perkara yang diselidiki adalah Tindak Pidana. Oleh karena itu, melalui proses gelar perkara
pada tanggal 2 Desember 2011 penyelidik telah meningkatkan proses penyelidikan runtuhnya
jembatan Kutai Kartanegara ke proses penydikan dan telah diterbitkan Surat Perintah Penyidikan
: Sp. Sidik/237/XII/2011/Reskrim, tanggal 02 Desember 2011.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai penegakan hukum yang dilakukan oleh penyidik
oleh Tim Pidkor Satuan Reskrim Polres Kutai Kartanegara dalam peristiwa runtuhnya Jembatan
Kutai Kartanegara, bahwa berdasarkan Surat Perintah penyidikan Nomor : SP
Sidik/237/XII/2011/Reskrim, tanggal 02 Desember 2011, adapun kronologis sebelum peristiwa
runtuhnya jembatan tersebut dari hasil penyidikan terhadap peristiwa runtuhnya Jembatan Kutai
Kartanegara, bahwa pada saat sebelum runtuhnya jembatan Kutai kartanegara sedang ada
kegiatan pemeliharaan jembatan Kutai Kartanegara yang di laksanakan oleh kontraktor
2

pelaksana PT. Bukaka Tekhnik Utama, yang mana karyawan PT. Bukaka Tekhnik Utama pada
saat itu sedang melakukan kegiatan penyesuaian Chamber lantai Jembatan dengan cara
mengejack/mendongkrak chamber lantai Jembatan dengan menggunakan alat berupa hydrolic
jack sebanyak 2 (dua) unit, Power pack sebanyak 2 (dua) unit dan hand cran dengan maksud
untuk mengangkat chamber lantai jembatan untuk mengembalikan ke posisi awal.
Pelaksanaan pengejackan/pendongkrakan chamber lantai Jembatan di laksanakan pada
hari sabtu tanggal 26 November 2011 pertama dari sisi ilir/sebelah kanan dari arah Tenggarong
tepatnya di tengah bentang Jembatan setinggi 15 cm dengan menggunakan alat hydrolic jack dan
power pack, kemudian siang harinya karyawan PT. Bukaka Tekhnik Utama melakukan
pengejackan/pendongkrakakan chamber lantai Jembatan di arah hulu/sebelah kiri dari arah
Tenggarong di posisi tengah bentang jembatan setinggi 10 cm, pada saat jack/dongkrak berada di
posisi 10 cm, saksi (Haidir) mengecangkan baut chamber lantai Jembatan, setelah baut di
kencangkan tiba-tiba kedengaran suara ada yang putus di bagian atas hanger/kabel penggantung
pas di posisi karyawan PT. Bukaka Tekhnik Utama mengejack/mendongkrak chamber lantai
Jembatan, dan dalam hitungan detik Jembatan Kutai Kartanetara runtuh ke dalam sungai.
bersama-sama dengan para pekerja dan seluruh kendaraan roda 2 dan roda 4 yang sedang
melintas di atas Jembatan tersebut.
Kegiatan pemeliharaan Jembatan Kutai Kartanegara tersebut, di lelang bulan Agustus
2011 yang di ikuti oleh 5 (lima) perusahaan antara lain : PT. Bukaka Tekhnik Utama; PT.
Agrabudi; PT. Arkindo; PT. Indonusa Harapan Masa; dan PT. Anugrah Lahan Baru. Kemudian
yang di tetapkan sebagai pemenang lelang untuk kegiatan pemeliharaan Jembatan Kutai
Kartanegara adalah PT. Bukaka Tekhnik Utama berdasarkan surat penunjukan penyedia jasa
tanggal 06 Oktober 2011 yang di tanda tangani oleh H. Yoyo Suryana, ST.,MT selaku KPA
(Kuasa Pengguna anggaran).
Dalam kenyataannya kegiatan pemeliharaan Jembatan Kutai kartanegara tidak memiliki
gambar perencanaan yang di buat oleh konsultan perencana, melainkan tersangka (selaku PPTK)
yang menentukan pekerjaan yang harus di kerjakan oleh pihak kontraktor yang mana awalnya
tersangka (selaku PPTK) di hubungi lewat telpon oleh Ketua Panitia lelang dan KPA untuk
membuatkan HPS dan gambar, setelah itu mencari data-data untuk bisa membuatkan HPS dan
Gambar, setelah tersangka (selaku PPTK) selesai membuatkan HPS dan gambar kemudian
tersangka (selaku PPTK) ajukan ke KPA untuk di tanda tangani, setelah itu tersangka (selaku
PPTK) serahkan ke panitia lelang, selanjutnya panitia lelang yang memproses pelaksanaan
lelang.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk kegiatan pemeliharaan Jembatan Kutai
Kartanegara untuk tahun 2011 tidak ada gambar rencana yang di buat oleh konsultan
perencana, dan yang menjadi dasar atau acuan tersangka (selaku PPTK) untuk kegiatan
pemeliharaan Jembatan Kutai Kartanegara tahun 2011 adalah membuat referensi sendiri yang di
ambil dari gambar AS BUILT DRAWING (Gambar yang sudah terbangun) dari PT. Hutama
3

Karya, yang di buat setelah pelaksanaan pembangunan Jembatan Kutai Kartanegara pada tahun
2001 dan saran dari PT. Indenes Utama Eengineering Consultan selaku konsultan perencana pada
tahun 2006, sedangkan dari PT. Indenes Utama Engineering Consultant tidak pernah membuat
perencanaan untuk kegiatan pemeliharaan Tahun anggaran 2011 namun pada tahun 2006 pernah
mengusulkan item pekerjaan untuk pemeliharaan Jembatan yang di perlukan antara lain : (1)
Pengencangan baut-baut clamp; (2) Adjuisting hanger untuk mendapat chamber yang sesuai
rencana; (3) Penggantian atau pemasangan Expantion joint; dan (4) Pengisian pasir pada angkur
block untuk menambah berat block angkur. Pada tahun 2006 pernah di lakukan pemeliharaan
Jembatan Kutai Kartanegara dengan konsultan perencana dari PT. Indinese Utama Engineering
Consultant kemudian pada tahun 2007 di lakukan pekerjaan fisik dengan jenis pekerjaan
pengisian pasir di angkur/abutan dan pemasangan Expantiont joint dengan nilai anggaran sebesar
Rp. 1.700.000.000.00,- (Satu Milliar tujuh ratus juta rupiah).
Pada saat pelaksanaan kegiatan pemeliharaan Jembatan Kutai kartanegara tidak ada
konsultan pengawas yang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pemeliharaan
Jembatan Kutai Kartanegara. Karena CV. Archita Triastama Konsultan yang di tetapkan sebagai
pemenang lelang untuk Konsultan Pengawas belum memiliki kontrak kerja antara CV. Archita
Triastama Konsultan dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Kutai Kartanegara
sehingga CV. Archita Triastama Konsultan belum terikat dengan pengawasan untuk kegiatan
pemeliharaan Jembatan Kutai Kartanegara.
Adapun dasar PT. Bukaka Tekhnik Utama melaksanakan kegiatan pemeliharaan Jembatan
Kutai Kartanegara berdasarkan surat perjanjian kerja konstruksi (kontrak) No.
2285/630/DPU/X/2011, tanggal 11 Oktober 2011, dengan nilai anggaran sebesar Rp.
2.798.000.000.00,- (Dua Milliar tujuh ratus Sembilan puluh delapan juta rupiah) yang di tanda
tangani oleh untuk dan atas nama Dinas Pekerjaan Umum Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan
untuk dan atas nama PT. Bukaka Tekhnik Utama (selaku Direktur).
Setelah PT. Bukaka Tekhnik Utama di tetapkan selaku pemenang lelang kegiatan
pemeliharaan Jembatan Kutai Kartanegara dan setelah penanda tanganan surat perjanjian kerja
konstruksi (kontrak) No : 2285/630/DPU/X/2011, tanggal 11 Oktober 2011, maka pihak PT.
Bukaka Tekhnik Utama memulai melaksanakan pekerjaan persiapan yakni pada tanggal 20
Oktober 2011 pihak kontraktor mengikuti pelaksanaan rapat PCM (Pree Konstruksi meeting)
bersama-sama dengan unsur dari konsultan pengawas yang di laksanakan oleh Dinas PU Kab.
Kukar selaku pemilik pekerjaan, setelah pelaksanaan rapat PCM selanjutnya di adakan
pengukuran, setelah itu hasil pengukuran di analisa oleh pihak PT. Bukaka Tekhnik Utama, dan
dari hasil pengukuran geometrik Jembatan di bandingkan dengan kondisi Jembatan saat ini
dengan kondisi Jembatan tahun 2001 dan 2006 dan 2011, hasilnya Chamber bentang tengah
turun sekitar 76 Cm dari posisi awal (2001), salah satu Clamp kabel
penggantung/hanger ada yang bergeser.

Setelah di lakukan rapat PCM (Pree construction Meeting) di laksanakan selanjutnya dari
PT. Bukaka Tekhnik Utama melakukan pekerjaan survey inspeksi lapangan yang mana tersangka
(M. Shariar Fahrurrozi, ST) memberikan pekerjaan tersebut kepada Sdr. Chaiul dan Sdr. Waridi
yang bukan karyawan PT. Bukaka Tekhnik Utama dengan hasil survey inspeksi lapangan adalah
sebagai berikut : (1) Penurunan terbesar rangka chamber 760 mm pada bagian tengah Jembatan;
(2) Adanya perbedaan elevasi rangka jembatan sebesar 82 mm pada bagian ekor Jembatan; (3)
Defiasi (penyimpangan) kelurusan tower/pilon maksimum sebesar 170 mm; dan (4)
Kekencangan hanger ada beberapa kondisi hanger yang tidak terlalu tegang (bisa digoyang).
Setelah di lakukan Survey inspeksi hasil survey inspeksi tersebut di serahkan ke
Tersangka (selaku PPTK), dan tindak lanjut hasil survey inspeksi tersebut dari PT. Bukaka
Tekhnik Utama akan melakukan analisa tehnis/Enginnering terhadap hasil survey inspeksi
tersebut.
Seharusnya hasil analisa tehnis/enginnering tersebut seyogyanya Tersangka (M. Shariar
Fahrurrozi, ST) wajib menyampaikan ke Dinas PU Kab. Kukar dalam hal ini ke Tersangka
(selaku PPTK) untuk di ketahui dan di setujui, namun hasil analisa tehnis/engineering oleh
Project Manager tidak menyampaikan ke Tersangka (selaku PPTK) sehingga tersangka (selaku
PPTK) belum mengetahui apa hasil analisa engineering dan belum menyetujui hasil analisa
engineering tersebut dan juga tidak mengetahui apa metode pekerjaan yang akan di laksanakan
oleh pihak PT. Bukaka teknik Utama.
Pada tanggal 13 Oktober 2011 PT. Bukaka Tekhnik Utama pernah mengajukan surat ke
Dinas PU Kab. Kukar perihal ijin buka tutup jalan dan permintaan outlet power listrik PLN,
kemudian dari Dinas PU Kab. Kukar menindak lanjuti surat tersebut dengan mengirim surat ke
Bupati kukar sesuai dengan surat Nomor : 2442/630/DPU/X/2011, tanggal 20 Oktober 2011,
perihal permohonan izin buka tutup lalu lintas dan pelepasan lampu sementara di Jembatan Kutai
Kartanegara serta pembukaan outlet power listrik PLN, 1 (satu) lembar surat nomor :
2442/630/DPU/X/2011, tanggal 20 Oktober 2011, perihal permohonan ijin buka tutup lalu lintas
dan pelepasan lampu sementara di Jembatan Kutai Kartanegara, kemudian dari pemerintah Kab.
Kukar melaksanakan rapat yang pimpin oleh Asisten II di ruang dan di hadiri oleh instansi terkait
dan dari hasil rapat belum ada keputusan mengenai buka tutup jalan di Jembatan Kutai
kartanegara.
Ironisnya PT. Bukaka Tekhnik Utama dalam melaksanakan kegiatan mulai dari
penyetingan dudukan jack/dongkrak sampai pelaksanaan pengejackan chamber lantai Jembatan
di laksanakan oleh karyawan PT. Bukaka Teknik Utama yakni Makmur Azis (Alm) selaku Site
Manager tidak memiliki sertifikasi keahlian di bidang Jembatan dan juga para pekerja lepas yang
di rekrut oleh PT. Bukaka Teknik Utama untuk melaksanakan kegiatan pemeliharaan Jembatan
Kutai Kartanegara adalah pekerja yang tidak memiliki keahlian di bidang Jembatan. Makmur
Azis (Alm) selaku Site Manager di rekrut oleh Tersangka (M. Syahriar Fahrurrozi) selaku
Manager Project namun sebelumnya Tersangka (M. Syahriar Fahrurrozi) sudah mengetahui
5

kalau Makmur Azis (Alm) memang tidak memiliki sertifikasi keahlian di bidang Jembatan
namun tetap di rekrut dengan alasan sudah memiliki pengalaman dan berkualitas.
Pada saat PT. Bukaka Tekhnik Utama melaksanakan kegiatan pemeliharaan Jembatan
Kutai Kartanegara Tersangka (M. Syahriar Fahrurrozi) selaku Manager Project tidak melakukan
pengawasan secara langsung di lapangan, kemudian Tersangka (selaku KPA) juga tidak
melakukan tugas dan tanggungjawabnya selaku KPA yakni tidak melakukan pengawasan di
lapangan dan Tersangka (selaku PPTK) juga tidak melakukan tugas dan tanggungjawabnya
selaku PPTK karena tidak melakukan pengawasan dan pengendalian secara langsung pada saat
karyawan PT. Bukaka Tekhnik utama melakukan kegiatan pengejackan/pendongkrakakan
chamber lantai Jembatan.
Penyebab runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara menurut keterangan para ahli bahwa
faktor penyebab runtuh nya Jembatan Kutai Kartanegara pada hari Sabtu tanggal 26 November
2011 adalah telah terjadi overstres pada komponen PIN pada sistem clamping batang
penggantung ke kabel utama. Overstres terjadi karena adanya kegiatan re-cambering di sekitar
tengah bentang Jembatan. Akibat kegiatan tersebut terjadi pemusatan beban pada satu batang
penggantung dan diduga melampaui kekuatan sistem clampingnya, sehingga berkibat pada
patahnya PIN secara tiba-tiba pada clamping tersebut. Selain PIN pada satu clamping di sekitar
tengah bentang Jembatan tersebut patah, maka clamping di samping-sampingnya mengambil alih
beban yang sudah tidak tertahan lagi oleh clamping yang gagal tadi.
Selain itu clamping disamping-samping clamping yang gagal tadi juga akan menerima
beban tambahan lagi akibat beban kejut, sebagai akibatnya beban pada clamping di sampingsamping clamping yang gagal pertama tadi akan menjadi sangat besar dan diduga melampaui
batas kekuatannya sehingga patah.Mekanisme demikian seterusnya merembet keseluruh batang
penggantung sepanjang bentang Jembatan, sehingga rangka baja Jembatan runtuh secara
keseluruh.

BAB II
ASPEK HUKUM DALAM JASA KONSTRUKSI
HUKUM DALAM KONSTRUKSI
Bidang Jasa Kosntruksi merupakan bidang yang utama dalam melaksanakan pebangunan
disetiap Negara. Menyangkut tentang Jasa Konstruksi atau segala sesuatu yang berkaitan dengan
jasa konstruksi telah diatur dalam UU Nomor 18 Tahun 1999 beserta PP Nomor 28, 29, dan 30
Tahun 2000 serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait. Sebagaimana diketahui bahwa
UU Nomor 18 Tahun 1999 ini menganut asas : kejujuran dan keadilan, asas manfaat, asas
keserasian, asas keseimbangan, asas keterbukaan, asas kemitraan, keamanan dan keselamatan
demi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 2 UU Nomor 18 Tahun 1999).
Selanjutnya pengaturan jasa konstruksi bertujuan untuk: (1) Memberikan arah pertumbuhan dan
perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya
saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas. (2) Mewujudkan tertib
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna
jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan pada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Mewujudkan peningkatan peran masyarakat di
bidang jasa konstruksi.
Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi,
layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan
pekerjaan konstruksi. Para pihak dalam suatu pekerjaan konstruksi terdiri dari pengguna jasa dan
penyedia jasa. Pengguna jasa dan penyedia jasa dapat merupakan orang perseorangan atau badan
usaha baik yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan berbentuk badan hukum. Penyedia
jasa konstruksi yang merupakan perseorangan hanya dapat melaksanakan pekerjaan konstruksi
yang berisiko kecil, yang berteknologi sederhana, dan yang berbiaya kecil. Sedangkan pekerjaan
konstruksi yang berisiko besar dan/atau yang berteknologi tinggi dan/atau yang berbiaya besar
hanya dapat dilakukan oleh badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas atau badan usaha
asing yang dipersamakan.
Dalam pelaksanaannya Jasa Konstruksi selain telah diatur secara peraturan perundangundangan
permasalahan jasa konstruksi juga harus memenuhi beberapa aspek
hukum, yaitu : Keperdataan, Administrasi Negara, Pidana, Ketenagakerjaan dan aspek hukum
lain yang mengatur sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan jasa konstruksi.

ASPEK HUKUM DALAM JASA KONSTRUKSI


jasa konstruksi, yang memenuhi legalitas perusahaan, perizinan, sertifikasi dan harus Pada
pelaksanaan Jasa Konstruksi harus memperhatikan beberapa aspek hukum :
Keperdataan ; menyangkut tentang sahnya suatu perjanjian yang berkaitan dengan kontrak
pekerjaan merupakan kelengkapan hokum para pihak dalam perjanjian.
Administrasi Negara ; menyangkut tantanan administrasi yang harus dilakukan dalam
memenuhi proses pelaksanaan kontrak dan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang konstruksi.
Ketenagakerjaan : menyangkut tentang aturan ketenagakerjaaan terhadap para pekerja
pelaksana jasa konstruksi.
Pidana : menyangkut tentang tidak adanya sesuatu unsur pekerjaan yang menyangkut ranah
pidana.
Mengenai hukum kontrak konstruksi merupakan hokum perikatan yang diatur dalam
Buku III KUH Perdata mulai dari Pasal 1233 sampai dengan Pasal 1864 KUH Perdata. Pada
Pasal 1233 KUH Perdata disebutkan bahwa tiap-tiap perikatan dilahirkan dari perjanjian
persetujuan dan Undang-Undang.Serta dalam suatu perjanjian dianut asas kebebasan dalam
membuat perjanjian, hal ini disimpulkan dari Pasal 1338 KUH Perdata yang menerangkan ;
segala perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Dimana sahnya suatu perjanjian adalah suatu perjanjian yang memenuhi
Pasal 1320 KUH Perdata, mengatur tentang empat syarat sahnya suatu perjanjian yaitu :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan ;
3. Suatu hal tertentu;
4. Suatu sebab yang diperkenankan.
Kontrak dalam jasa konstruksi harus memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif
tersebut.
Kontrak Kerja Konstruksi
Pengaturan hubungan kerja konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa harus
dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi. Suatu kontrak kerja konstruksi dibuat sekurangkurangnya harus mencakup uraian adanya :
1. para pihak
2. isi atau rumusan pekerjaan
3. jangka pertanggungan dan/atau pemeliharaan
4. tenaga ahli
5. hak dan kewajiban para pihak
6. tata cara pembayaran
8

7. cidera janji
8. penyelesaian tentang perselisihan
9. pemutusan kontrak kerja konstruksi
10. keadaan memaksa (force majeure)
11. tidak memenuhi kualitas dan kegagalan bangunan
12. perlindungan tenaga kerja
13. perlindungan aspek lingkungan.
Khusus menyangkut dengan kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan,
harus memuat ketentuan tentang hak atas kekayaan intelektual.
Formulasi rumusan pekerjaan meliputi lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu
pelaksanaan. Rincian lingkup kerja ini meliputi (a) volume pekerjaan, yakni besaran pekerjaan
yang harus dilaksanakan; (b) persyaratan administrasi, yakni prosedur yang harus dipenuhi oleh
para pihak dalam mengadakan interaksi; (c) persyaratan teknik, yakni ketentuan keteknikan yang
wajib dipenuhi oleh penyedia jasa; (d) pertanggungan atau jaminan yang merupakan bentuk
perlindungan antara lain untuk pelaksanaan pekerjaan, penerimaan uang muka, kecelakaan bagi
tenaga kerja dan masyarakat; (e) laporan hasil pekerjaan konstruksi, yakni hasil kemajuan
pekerjaan yang dituangkan dalam bentuk dokumen tertulis. Sedangkan, nilai pekerjaan yakni
mencakup jumlah besaran biaya yang akan diterima oleh penyedia jasa untuk pelaksanaan
keseluruhan lingkup pekerjaan. Batasan waktu pelaksanaan adalah jangka waktu untuk
menyelesaikan keseluruhan lingkup pekerjaan termasuk masa pemeliharaan.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM JASA KONSTRUKSI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Undang-Undang No.18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi


PP No.28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
PP No.29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
PP No.30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi
Kepres RI No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah berikut perubahannya
Kepmen KIMPRASWIL No.339/KPTS/M/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah
Surat Edaran Menteri PU No.08/SE/M/2006 perihal Pengadaan Jasa Konstruksi untuk
Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2006
Peraturan Menteri PU No. 50/PRT/1991 tentang Perizinan Perwakilan Perusahaan Jasa
Konstruksi Asing
dan peraturan-peraturan lainnya

PERMASALAHAN HUKUM DALAM JASA KONSTRUKSI


A. DALAM ASPEK HUKUM PERDATA
Pada umumnya adalah terjadinya permasalahan Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum.
Wanprestasi artinya tidak memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam perikatan (kontrak),
baik perikatan yang timbul karena perjanjian maupun perikatan yang timbul karena undangundang. Tidak dipenuhinya kewajiban itu ada 2 (dua) kemungkinan, yaitu :
9

- Karena kesalahan salah satu pihak baik karena kesengajaan maupun karena kelalain
- Karena keadaan memaksa (force majeur), jadi diluar kemampuan para pihak, jadi tidak
bersalah.
Perbuatan Melawan Hukum adalah ; perbuatan yang sifatnya langsung melawan hokum,
serta perbuatan yang juga secara langsung melanggar peraturan lain daripada hokum. Pengertian
perbuatan melawan hukum, yang diatur pada Pasal 1365 KUHPerdata (pasal 1401 BW Belanda)
hanya ditafsirkan secara sempit. Yang dikatakan perbuatan melawan hukum adalah tiap
perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain yang timbul karena Undang-Undang
(onwetmatig).
Yang pasti, KUHPerdata memang tidak mendefinisikan dan merumuskan perbuatan
melawan hukum. Perumusannya, diserahkan kepada doktrin dan yurisprudensi. Pasal 1365
KUHPerdata hanya mengatur barang siapa melakukan perbuatan melawan hukum harus
mengganti kerugian yang ditimbulkannya.
B. DALAM ASPEK HUKUM PIDANA
Bilamana terjadi cidera janji terhadap kontrak, yakni tidak dipenuhinya isi kontrak, maka
mekanisme penyelesaiannya dapat ditempuh sebagaimana yang diatur dalam isi kontrak karena
kontrak berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang memembuatnya. Hal ini juga dapat
dilihat pada UUJK pada bab X yang mengatur tentang sanksi dimana pada pasal 43 ayat (1), (2),
dan (3).
Yang secara prinsip isinya sebagaimana berikut, barang siapa yang merencanakan,
melaksanakan maupun mengawasi pekerjaan konstruksi yang tidak memenuhi ketentuan
keteknikan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi (saat berlangsungnya pekerjaan)
atau kegagalan bangunan (setelah bangunan diserahterimakan), maka akan dikenai sanksi pidana
paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 5 % (lima persen) untuk
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan 10% (sepuluh persen) dari nilai kontrak untuk
perencanaan dan pengawasan, dari pasal ini dapat dilihat penerapan Sanksi pidana tersebut
merupakan pilihan dan merupakan jalan terakhir bilamana terjadi kegagalan pekerjaan konstruksi
atau kegagalan bangunan karena ada pilihan lain yaitu denda.
Dalam hal lain memungkin terjadinya bila tidak dipenuhinya suatu pekerjaan sesuai
dengan isi kontrak terutama merubah volume dan matrial memungkinkan terjadinya unsur
Tindak Pidana Penipuan dan Penggelapan, yaitu yang diatur dalam ;
Pasal 378 KUHP (penipuan) ;
Barang siapa dengan maksud untuk mengantungkan diri sendiri atau orang lain dengan
melawan hokum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat
ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakan orang lain untuk menyerahkan sesuatu
benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam
karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun.

10

Pasal 372 KUHP (penggelapan) ;


Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki suatu benda yag seluruhnya atau
sebagian milik orang lain, yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, diancam
karena penggelapan dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun atau denda paling
banyak Rp.900,-
Pidana Korupsi ; persoalannya selama ini cidera janji selalu dikaitkan dengan tindak pidana
korupsi dalam hal kontrak kerja konstruksi untuk proyek yang dibiayai uang negara baik itu
APBD atau APBN dimana cidera janji selalu dihubungkan dengan UU No. 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU No 20 Tahun 2001, Pasal 2 ayat (1)
yang menjelaskan unsur-unsurnya adalah ;
1. Perbuatan melawan hukum;
2. Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi;
3. Merugikan keuangan Negara atau perekonomian;
4. Menyalahgunakan kekuasaan, kesempatan atas sarana yang ada padanya karena jabatan
dan kedudukannya dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain.
Dalam kasus pidana korupsi unsur perbuatan melawan hukum sebagaimana pasal tersebut
harus dapat dibuktikan secara hukum formil apakah tindakan seseorang dapat dikategorikan
perbuatan melawan hukum sehingga dapat memperkaya diri sendiri atau orang lain yang dapat
menyebabkan kerugian keuangan Negara dan perekonomian Negara.
Kemudian institusi yang berhak untuk menentukan kerugian Negara dapat dilihat di UU
No 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dalam Pasal 10 ayat (1) UU BPK
yang menyebutkan : BPK menilai dan atau menetapkan jumlah kerugian negara yang
diakibatkan perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dilakukan bendahara,
pengelola BUMN/BUMD, dan lembaga lain yang menyelenggarakan pengelolaan keuangan
negara.
Jika BPK menemukan kerugian Negara tetapi tidak ditemukan unsur pidana sebagaimana
UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU No 20 Tahun
2001, maka aparat penyidik dapat memberlakukan pasal 32 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999
yaitu : Dalam hal penyidik menemukan dan berpendapat bahwa satu atau lebih unsur tindak
pidana korupsi tidak terdapat cukup bukti, sedangkan secara nyata telah ada kerugian keuangan
negara, maka penyidik segera menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut kepada
Jaksa Pengacara Negara untuk dilakukan gugatan perdata atau diserahkan kepada instansi yang
dirugikan untuk mengajukan gugatan.
Pasal ini memberikan kesempatan terhadap gugatan perdata untuk perbuatan hukum
yang tidak memenuhi unsur tindakpidana korupsi, namun perbuatan tersebut dapat dan / atau
berpotensi menimbulkan kerugian negara.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan apabila terjadi kerugian negara maka upaya
penuntutan tindak pidana korupsi bukan merupakan satu-satunya cara, akan tetapi ada cara
penyelesaian yang lain yaitu cara penyelesaian masalah melalui gugatan perdata.

11

C. ASPEK SANKSI ADMINISTRATIF


Sanksi administratif yang dapat dikenakan atas pelanggaran Undang-Undang Jasa
Konstruksi yaitu ;
1. Peringatan tertulis
2. Penghentian sementara pekerjaan konstruksi
3. Pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi
4. Larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi dikenakan bagi pengguna jasa.
5. Pembekuan Izin Usaha dan atau Profesi
6. Pencabutan Izin Usaha dan atau Profesi.

12

BAB III
ANALISIS
3.1 Studi Kasus
a. Kasus Runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara
Sejauh ini, tujuh orang tewas dan 40 lainnya terluka. Pencarian korban terus dilakukan.
( VIVAnews ).
Penyebab ambruknya Jembatan Kutai Kartanegara mulai tersingkap. Dugaan sementara,
ada unsur kelalaian yang mengakibatkan malapetaka ini. Wakil Bupati Kutai Kartanegara M.
Ghufron memastikan jembatan ambruk saat badan jembatan sedang diperbaiki.
Jembatan gantung terpanjang di Indonesia yang melintasi Sungai Mahakam di
Kalimantan Timur ini runtuh Sabtu sore, 26 November 2011, dan tinggal menyisakan dua pilar
penyangganya. Hingga berita ini diunggah, sedikitnya tujuh orang tewas, 40 lainnya terluka, dan
33 orang dilaporkan hilang.
Sekitar pukul 02.12 WITA, Rombongan menteri tiba di lokasi didampingi langsung
Bupati Kukar, Rita Widyasari, Kapolda Irjen Pol Bambang Wijanarko dan Kapolres AKBP I Gde
Haryarsana. Menkokesra Agung Laksono langsung menanyakan kronologi kejadian.
Kepada Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono yang langsung
terbang ke lokasi bersama Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirman, Minggu pk. 02.12 WITA,
Kapolres Kutai Kartanegara AKBP I Gde Haryarsana melaporkan pihaknya menduga ada unsur
kesalahan manusia di balik kejadian ini. Menurut dia, seharusnya ketika pekerjaan perbaikan tali
jembatan sedang dilakukan, tidak boleh ada arus lalu lintas di atas jembatan.
Seharusnya jembatan ditutup," kata Haryarsana. "Tidak boleh ada getaran ketika
pengerjaan dilakukan. Getarannya membuat tali yang sedang di-set goyang dan lepas." Namun
demikian, Menteri Agung menyatakan tak mau buru-buru menarik kesimpulan. "Kami masih
menunggu hasil pemeriksaan dari tim ahli," tuturnya. Yang sudah pasti, Pemerintah Kabupaten
Kutai Kartanegara menyatakan jembatan runtuh saat sedang diperbaiki. Dan perbaikan yang
dilakukan Sabtu nahas itu merupakan program pemeliharaan yang sudah dianggarkan senilai
Rp2 miliar dan disetujui Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari.
Melalui Sri Wahyuni, Kabag Humas Pemkab Kutai Kartanegara, Bupati Rita menjelaskan
pada hari pertama pemeliharaan itu petugas menyetel kembali tali penahan jembatan. Namun,
saat proses dilakukan petugas tak menghentikan arus lalu lintas yang padat saat memasuki jam13

jam sibuk. Petugas, kata Sri Wahyuni, hanya menutup sebagian badan jalan dan menjadikan jalur
dua arah menjadi satu arah dengan sistem buka tutup.
"Petaka terjadi ketika jembatan tak sanggup menahan beban maksimal. Ditambah lagi
kekuatan jembatan berkurang lantaran tali penyangga sedang mengalami perbaikan," ujar Sri
Wahyuni dalam jumpa pers di kantor Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Minggu. Ketika
itu, badan jalan drop dan tali penyangga kendor sehingga mengurangi kekuatan jembatan. Sri
menuturkan, sebelum terjadi bencana, badan jalan di jembatan memang sudah bergeser. Sebab
itulah diputuskan untuk dilakukan proses pemeliharaan untuk mengembalikan jembatan seperti
setelan semula. Bupati Rita menerangkan pihaknya sedang memeriksa kondisi jembatan sebelum
ambruk. Pemeriksaan juga dilakukan oleh tim investigasi yang diturunkan Kementerian
Pekerjaan Umum.
Penyelamatan korban
Hingga Minggu, upaya pencarian korban terus digelar. Tim penyelamat mencari korban
yang tercebur ke Sungai Mahakam dengan menyisir area sungai persis di bawah jembatan. Tim
pencari korban terdiri dari personel TNI, Polri, Satpol PP, Palang Merah, serta ormas yang
berbasis di Kutai Kartanegara.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), menjelaskan untuk membantu upaya pencarian dan
penyelamatan korban, pada Minggu pagi tim SAR khusus akan diberangkatkan dengan pesawat
Hercules dari Halim Perdanakusumah, Jakarta.
"Basarnas akan memberangkatkan tim ahli SAR dan peralatan untuk melakukan
pencarian dan penyelamatan korban. Sebab, kedalaman sungai sekitar 40 meter dengan arus
sungai yang deras, sehingga cukup menyulitkan pencarian," katanya.
BNPB, Pemerintah Kutai Kartanegara, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, bersama
kementerian dan lembaga terkait juga mengambil langkah-langkah penanganan darurat.
Sutopo mengatakan Menteri PU dan Gubernur Kaltim telah berkoordinasi dengan kepala
BNPB terkait rencana membangun pelabuhan darurat untuk penyeberangan feri di dekat
jembatan yang runtuh. Tujuannya agar aktivitas sosial ekonomi masyarakat di Kutai tetap
berjalan.
"Jembatan Kutai Kartanegara merupakan prasarana ekonomi strategis
menghubungkan Kukar dengan daerah lainnya," kata Sutopo kepada VIVAnews.com.

yang

14

Sutopo menambahkan besarnya dana dan spesifikasi teknis pembangunan pelabuhan


darurat tersebut sedang disiapkan. "Skema usulan kegiatan dari Gubernur Kaltim yang disetujui
Menteri PU, ditunjukkan kepada Kepala BNPB, dan BNPB akan memberikan anggaran dari
dana on call," tuturnya.
Golden Gate
Jembatan Tenggarongbegitu jembatan ini biasa disebut--dirancang menyerupai Golden
Gate di San Fransisco, Amerika Serikat. Dibangun mulai tahun 1997 dan selesai pada 2011,
jembatan ini menghubungkan Kecamatan Tenggarong dan Kecamatan Tenggarong Seberang di
Kabupaten Kutai Kartanegara. Bentang bebas jembatan ini-- area yang tergantung tanpa
penyangga--mencapai 270 meter, sedangkan total panjangnya menurut situs Pemerintah
Kabupaten Kutai mencapai 580 meter.
Ada pemandangan menarik yang dapat Anda saksikan jika melintasi jembatan ini:
hamparan pulau Kumala, pulau kecil yang disulap menjadi kawasan wisata rekreasi favorit
masyarakat. Menurut pemerintah setempat, kawasan ini dirancang sebagai tempat rekreasi
keluarga mirip Taman Impian Jaya Ancol di Jakarta.
Di kawasan jembatan ini juga terdapat Jam Bentong yang merupakan sebuah tugu dan
taman-taman yang terlihat dari atas jembatan. Di dekat jembatan juga dibangun sarana olahraga
panjat dinding. Area ini setiap sore selalu dipenuhi pengunjung yang ingin menikmati keindahan
jembatan.

b. Analisis Kasus
Analisis Penyebab runtuhnya jembatan kutai kartanegara Kalimantan
Beberapa pekan lalu kita dihebohkan dengan berita robohnya jembatan kutai kartanegara
Kalimantan yang merupakan salah satu jembatan panjang kebanggaan bangsa Indonesia,
berbagai spesifikasi serta penelirian telah dilakukan untuk menemukan penyebab kerobohan
jembatan kutai kartanegara tersebut, sebelumnya marilah kita berdoa bersama untuk puluhan
korban keruntuhan jembatan tersebut semoga diterima dan mendapatkan tempat terbaik disisi
Tuhan yang maha kuasa, diterima serta amal baiknya serta diampuni segala dosa-dosanya,
selanjutnya mari kita analisapenyebab keruntuhan jembatan Kalimantan ini. Sebelumnya kita
lihat dahulu data teknis jembatan kutai kartanegara Kalimantan ini.
Spesifikasi Jembatan:
Nama resmi : Jembatan Kutai Kartanegara Ing Martadipura
Desain struktur: Jembatan gantung berkabel tunggal dengan bahan profil baja.
Panjang total : 710 m
Panjang bentang utama : 270 m
15

Ruang bebas 15 m dengan vertical clearance 5 m


Tanggal mulai dibangun adalah 17 Agustus 1995
Selesai dibangun tahun 2001
Mengalami kerobohan tanggal 26 November 2011
Umur jembatan saat mengalami kerobohan adalah 2001 s/d 2011 = 10 tahun
Peristiwa keruntuhan jembatan terjadi pada tanggal 26 november 2011 sehingga puluhan
kendaraan tercebur ke sungai Mahakam dengan korban yang ditemukan 21 orang meninggal
akibat kerobohan jembatan Kutai Kartanegara di Kalimantan ini, hasil investigasi beberapa
universitas di Indonesia menyatakan adanya indikasi kesalahan konstruksi namun ini baru
sebatas penelitian, berbagai hal bisa menjadi penyebab kerobohan sebuah jembatan, berikut ini
faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerobohan jembatan secara umum :
Kesalahan Perencanaan Jembatan
Perencanaan yang keliru dalam membuat desain jembatan akan menghasilkan
pemilihan tipe bahan bangunan serta dimensi material dibawah batas kekuatan yang
diperlukan, jika hal ini terjadi maka sebuah struktur bangunan yang sudah jadi atau masih
dalam tahap pembangunan bisa dipastikan akan mengalami kerobohan karena struktur
jembatan tidak kuat menahan beban yang terjadi baik itu berat sendiri jembatan, beban
hidup seperti kendaraan lewat, beban angin sampai dengan beban gempa menyesuaikan
lokasi dimana jembatan tersebut dibangun.
Perencanaan Sudah Benar Namun Terjadi Pengurangan Spesifikasi Bahan Dalam
Pelaksanaan
Meskipun proses perencanaan jembatan sudah dilakukan dengan benar serta
adanya penambahan faktor keamanan akibat beban tak terduga namun jika dalam
pelaksanaannya terjadi pengurangan bahan maka akan terjadi penurunan hasil kekuatan
struktur yang sudah dibangun kurang dari hasil perencanaan ditentukan menggunakan
besi diameter 13 mm namun dalam pelaksanaan digunakan besi diameter 8 mm maka hal
ini dapat menyebabkan keruntuhan jembatan.
Terjadi Kelelahan Bahan Akibat Beban Tak Terduga
Berbagai macam beban yang tidak terduga sebelumnya sehingga tidak masuk
kedalam daftar data perencanaan juga bisa jadi penyebab kegagalan struktur misalnya
ketika melewati jembatan tertentu terkadang kita melihat sebuah papan yang dituliskan
maksimal berat kendaraan yang lebih berat atau dengan jumlah diluar batas kemampuan
kekautan jembatan maka akan dapat menjadi penyebab keruntuhan.
Terjadi Perlemahan Struktur Jembatan
Misalnya sebagai akibat sebagian bahan bangunan mengalami kerusakan seperti
besi yang mengalami perkaratan atau mengendornya sambungan baut pada satu bagian
struktur juga dapat menjadi penyebab robohnya jembatan, oleh karena itu diperlukan

16

kegiatan pemeliharaan jembatan langsung dapat diperbaiki sebelum mengalami


keruntuhan.
Terjadi Perusakan Pada Jembatan
Faktor kesengajaan untuk merusak sebuah jembatan yang sudah dibangun juga
dapat menjadi penyebab robohnya jembatan, misalnya dengan mengendorkan bagian
sambungan baut, atau melakukan hal-hal lainnya yang mampu melemahkan struktur
jembatan, sehingga diperlukan upaya pengawasan yang ketat pada jembatan yang
beresiko mengalami perusakan bangunan.
Dan masih banyak lagi faktor yang menyebabkan runtuhnya jembatan, kembali
kepada topic analisa penyebab runtuhnya jembatan kutai kartanegara Kalimantan.
3.2 Teori Analisis
Tradisi Sosiopsikologis
Teori Weber tentang Birokrasi
Max Weber, orang yang paling terkait dengan bagaimana manusia bertindak secara
rasional untuk meraih tujuan-tujuan mereka, ingin menjelaskan proses-proses sosial dalam
sebuah cara yang menghubungkan motivasi individu dengan hasil-hasil sosial. Karena
penekanannya pada individu sebagai pengendali tindakan dan ketertarikannya pada penjelasan
kausal dan rasional, karyanya benar-benar menunjukkan sebuah kualitas tertentu dari tradisi
sosiopsikologis. Teori-teori weber juga memberikan sebuah kerangka kerja untuk pandangan
tradisional tentang susunan organisasi sebagai sesuatu yang hierarki dan diatur oleh aturan.
Weber mencoba untuk mengenali cara terbaik bagi organisasi dalam mengatur kerumitan
kerja individu dengan tujuan yang umum, dan prinsip-prinsipnya memiliki kekuatan yang tetap
ada selama bertahun-tahun.
Tradisi Sosiokultural
Teori Fungsi Penyusunan Agenda
Para peneliti telah lama mengetahui bahwa media memiliki kemampuan untuk menyusun
isu-isu bagi masyarakat. Salah satu penulis awal yang merumuskan gagasan ini adalah Walter
Lippmann, seorang jurnalis Amerika termuka. Lippmann mengambil pandangan bahwa
masyarakat tidak merespon pada kejadian sebenarnya dalam lingkungan, tetapi pada gambar
dalam kepala kita, yang ia sebut dengan lingkungan palsu (pseudoenvironment): Karena
lingkungan yang sebenarnya terlalu besar, terlalu kompleks, dan terlalu menuntut adanya kontak
langsung. Kita tidak dilengkapi untuk berhadapan dengan begitu banyak detail, begitu banyak
keragaman, begitu banyak permutasi dan kombinasi. Bersama-sama kita harus bertindak dalam
lingkungan, kita harus menyusunnya kembali dalam sebuah model yang lebih sederhana sebelum
kita berhadapan dengan hal tersebut. Media memberikan kita model yang lebih sederhana
dengan menyusun agenda bagi kita.

17

Fungsi penyusunan agenda telah dijelaskan oleh Donal Shaw, Maxwell McCombs, dan
rekan-rekan mereka yang menulis: Ada bukti besar yang telah dikumpulkan bahwa
penyuntingan dan penyiaran memainkan bagian yang penting dalam membentuk realitas sosial
kita ketika mereka menjalankan tugas keseharian mereka dalam memilih dan menampilkan
berita. Pengaruh media massa ini kemampuan untuk memengaruhi perubahan kognitif
antarindividu untuk menyusun pemikiran mereka telah diberi fungsi penyusunan agenda dari
komunikasi massa. Di sini terletak pengaruh paling penting dari komunikasi massa,
kemampuannya untuk menata mental, dan mengatur dunia bagi kita sendiri. Singkatnya, media
massa mungkin tidak berhasil dalam memberitahu kita apa yang harus dipikirkan, tetapi mereka
secara mengejutkan berhasil dalam memberitahu kita tentang apa yang harus kita pikirkan.
Dengan kata lain, penyusunan agenda membentuk gambaran atau isu yang penting dalam
pikiran masyarakat. Penyusunan agenda terjadi karena media harus selektif dalam melaporkan
berita. Saluran berita sebagai penjaga gerbang informasi membuat pilihan tentang apa yang harus
dilaporkan dan bagaimana melaporkannya. Apa yang masyarakat ketahui tentang situasi pada
waktu tertentu merupakan hasil dari penjagaan gerbang oleh media. Selanjutnya, kita mengetahui
bahwa bagaimana seseorang membuat pilihan sangat ditentukan oleh isu apa yang diyakini
penting oleh orang tersebut. Untuk alasan ini beberapa penelitian telah meyakini bahwa isu-isu
yang dilaporkan selama masa pemilihan di kantor mungkin memiliki pengaruh yang lebih besar
pada pemilihan umum daripada kampanye itu sendiri.
Ada dua tingkatan penyusunan agenda. Pertama, menentukan isu-isu umum yang
dianggap penting, dan yang kedua menentukan bagian atau aspek dari isu-isu tersebut yang
dianggap penting. Dalam banyak tingkat kedua sama pentingnya dengan tingkat pertama, karena
member kita cara untuk membuat kerangka isu-isu yang mendasari agenda masyarakat dan
media.
Fungsi penyusun agenda adalah sebuah proses tiga bagian. Pertama, prioritas isu-isu yang
akan dibahas dalam media atau agenda media, harus diatur. Kedua, agenda media memengaruhi
atau berinteraksi dengan apa yang masyarakat pikirkan, menciptakan agenda masyarakat (public
agenda). Terakhir, agenda masyarakat memengaruhi atau berinteraksi dengan apa yang para
pembuat kebijakan anggap penting disebut agenda kebijakan (policy agenda).
Seperti yang ditunjukkan oleh fungsi penyusunan agenda, ada interaksi antara masyarakat
dan media yang masing-masing saling memengaruhi. Akan tetapi, apa itu masyarakat? Kita
dapat mengukur opini rata-rata dan menyebutnya opini publik, tetapi hal ini terlalu
menyederhanakan prosesnya.

18

Tradisi Sibernetika
Opini Masyarakat dan Spiral Ketenangan
Opini yang menyangkut urusan masyarakat, dan opini masyarakat sebagai sebuah
kelompok alih-alih beberapa kelompok individu yang lebih kecil. Teori Elisabeth NoelleNeumann tentang spiral ketenangan meneruskan analisis ini dengan menunjukkan bagaimana
komunikasi interpersonal dan media berjalan bersama dalam perkembangan opini masyarakat.
Sebagai seorang peneliti politik di Jerman, Noelle-Neumann mengamati bahwa dalam
pemilihan umum, pandangan-pandangan tertentu nampaknya mendapatkan lebih banyak peran
daripada pandangan lain. Kadang-kadang, manusia menyimpan opini mereka daripada
memberikannya. Noelle-Neumann menyebutnya spiral ketenangan (spiral of silence). Spiral
ketenangan terjadi ketika individu yang merasa bahwa opini mereka terkenal senang
mengungkapkan diri, sedangkan mereka yang tidak memikirkan tentang opininya terkenal
sebagai orang yang selalu diam. Proses ini terjadi dalam sebuah spiral, sehingga salah satu sisi
masalah berakhir dengan banyaknya publisitas dan sisi yang lain hanya dengan sedikit publisitas.

Spiral ketenangan merupakan fenomenan yang melibatkan jalur komunikasi media dan
pribadi. Media mengumumkan opini masyarakat, menyatakan opini yang menonjol. Individu
mengungkapkan opini mereka atau tidak bergantung pada sudut pandang yang dominan ; media,
selanjutnya mengikuti opini yang diungkapkan, dan spiral tersebut berlanjut.
Teori spiral ketenangan dapat dianggap sebagai bagian dari tradisi sosiopsikologi karena
penekanannya pada apa yang manusia lakukan dalam menanggapi situasi yang mereka hadapi,
tetapi kami menganggap bahwa teori ini sebenarnya menunjukkan pemikiran sibenertika dengan
cukup baik karena interaksi sistematis yang lebih besar menjadi taruhannya. Sesuatu yang
menarik dari penelitian Noelle-Neumann adalah interaksi yang kompleks antara pernyataan
indiviidu, penggambaran media, dan opini masyarakat.
Penyebaran Informasi dan Pengaruh
Tidak mengherankan bahwa sistem-sistem pemikiran yang ditamakan secara menyeluruh
dalam tradisi sibernetika akan memengaruhi bagaimana kita memperlakukan komunikasi dalam
masyarakat dan budaya karena masyarakat itu sendiri dapat dilihat dengan mudah sebagai sebuah
sistem yang besar. Anda tidak memiliki jumlah komunikasi yang sama dengan orang lain, tetapi
membentuk jalan kecil, kelompok, atau simpul-simpul yang menegaskan jaringan komunikasi
sosial yang besar. Teori-teori tentang penyebaran informasi dan pengaruh menggambarkan tradisi
ini dengan sangat baik.

19

Hipotesis dua langkah Lazarsfeld, pentingnya jaringan interpersonal dijelaskan oleh


penelitian awal pada pemungutan suara tahun 1940 yang dilakukan oleh Paul Lazarsfeld dan
rekan-rekannya di Elmira, New York. Para peneliti ini tanpa diduga menemukan bahwa pengaruh
media dipengaruhi oleh komunikasi interpersonal. Pengaruh ini selanjutnya dikenal sebagai
hipotesis arus dua langkah sangat mengejutkan dan memiliki pengaruh yang besar pada
pemahaman kita tentang peran media massa.
Teori arus dua langkah diringkaskan dengan baik dalam buku Elihu Katz dan Paul
Lazarsfeld yang berjudul Personal Influence. Para penulis ini menegaskan bahwa individuindividu tertentu yang terkenal sebagai pemimpin pendapat (opinion leaders) menerima
informasi dari media massa dan memberikannya kepada rekan-rekannya. Setiap kelompok
memiliki pemimpin pendapat, tetapi individu-individu ini sulit dibedakan dari anggota kelompok
yang lain karena kepemimpinan dalam pendapat bukanlah sebuah sifat melainkan sebuah
peranan yang diambil oleh beberapa individu dalam situasi-situasi tertentu.
Teori penyebaran informasi Everett rogers, Rogers menghubungkan penyebaran dengan
proses perubahan sosial yang terdiri atas penemuan, penyebaran (atau komunikasi), dan akibat.
Perubahan tersebut dapat terjadi secara internal dari dalam sebuah kelompok atau secara
eksternal melalui kontak dengan agen perubahan dari luar. Kontak dapat terjadi secara spontan
atau kebetulan, atau mungkin merupakan hasil perencanaan pihak agen luar.
Dalam penyebaran inovasi diperlukan waktu yang lama untuk menyebarkan sebuah
pemikiran. Sebenarnya, Rogers menyatakan bahwa salah satu tujuan penelitian penyebaran
adalah untuk menemukan cara-cara untuk mempersingkat kelambatan ini. Ketika ditetapkan,
sebuah inovasi akan memiliki akibat, dapat fungsional atau disfungsional, langsung atau tidak
langsung, nyata atau tersembunyi. Agen-agen perubahan biasanya mengharapkan agar pengaruh
mereka langsung, fungsional, dan nyata, walaupun hasil positif tersebut tidak selalu terjadi.
Kedua teori dalam tradisi ini merupakan teori-teori yang menggambarkan sistem-sistem
komunikasi yang terdiri atas jalur-jalur komunikasi yang menyatukan manusia dalam puteran
sibernetika. Akan tetapi, mereka lebih dari sekadar hubungan atau kontak sederhana karena
membentuk consensus dan kesamaan melalui komunikasi yang berulang. Walaupun teori-teori
sibernetika tidak terasa seperti tradisi-tradisi lain dalam konteks ini, teori-teori tersebut
memberikan cara untuk memahami bagaimana susunan budaya dan sosial dibentuk dan
disebarkan.
Peran Pemerintah
Pemerintah juga memiliki peran dalam penyelenggaraan suatu jasa konstruksi, yaitu
melakukan pembinaan jasa konstruksi dalam bentuk pengaturan, pemberdayaan, dan
20

pengawasan. Pengaturan yang dimaksud dilakukan dengan menerbitkan peraturan perundangundangan dan standar-standar teknis. Sedangkan pemberdayaan dilakukan terhadap usaha jasa
konstruksi dan masyarakat untuk menumbuhkembangkan kesadaran akan hak, kewajiban, dan
perannya dalam pelaksanaan jasa konstruksi. Selanjutnya, mengenai pengawasan, dilakukan
terhadap penyelenggaraan pekerjaan konstruksi untuk menjamin terwujudnya ketertiban jasa
konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pembinaan ini dapat
dilakukan bersama-sama dengan masyarakat jasa konstruksi. Pembinaan jasa konstruksi ini
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan
Pembinaan Jasa Konstruksi.
BAB IV
KESIMPULAN
Jembatan Mahakam II merupakan jemban gantung terpanjang di Indonesia. Bentang
panjang jumlahnya banyak dan biaya yang diperlukan untuk membangun juga sangat besar,
maka pembangunan jembatan harus dilakukan oleh konsultan dan kontraktor yang mempunyai
tenaga ahli bersertifikat. Undang-undang No 18 tentang Jasa Konstruksi yang mempersyaratkan
adanya sertifikasi tenaga ahli baru diundangkan tahun 1999, dan pelaksanaannyapun sampai saat
ini masih belum berjalan dengan maksimal. Jumlah sarjana teknik yang bersertifikat untuk
menjadi Insinyur Profesional masih sedikit sekali. Tenaga ahli konstruksi baik Perencana,
Pelaksana, Pengawas maupun Manajemen Konstruksi harus bersertifikat.
Setelah bangunan selesai masa konstruksi masih diperlukan anggaran untuk
pemeliharaan. Hampir dipastikan bahwa menentukan biaya pembangunan lebih mudah dan lebih
cepat untuk dputuskan. Tetapi alokasi anggaran untuk pemeliharaan dan rehabilitasi bangunan
yang telah berdiri sangat sedikit sekali dianggarkan, ataupun kalo kita mau jujur, bahkan tidak
ada sama sekali. Perlu diketahu bahwa, minimal anggaran yang harus disiapkan adalah sekitar
1%- 2% dari total biaya awal membangun (initial cost). Biaya pemeliharaan tergantung dari lebar
jembatan, panjang bentang, kepadatan lalu lintas dan umur jembatan. Sebagai ilustrasi, Jembatan
Chicago yang telah berusia 100 tahun lebih, biaya perawatan setiap tahunnya bisa mencapai 2,82
kali biaya awal membangun.
Diperlukan sistem monitoring jembatan selama masa rencana umur jembatan. Dengan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, sangatlah mudah untuk memonitor
kondisi jembatan dari waktu ke waktu, bahkan setiap detiknya. Monitoring terhadap pengaruh
linkungan, pengaruh lalu lintas, pengaruh efek kelelaham material akan dengan mudah diketahui
dan bisa diketahui sejak dini, sehingga peristiwa runtuhnya jembatan secara tiba-tiba dapat
dicegah. Sekarang, bagaimana kita memanfaatkan teknologi untuk mencegah terjadinya korban
jiwa dan materiil akibat runtuhnya jembatan.
21

Bisa membuat, tetapi tidak bisa memelihara. Kurikulum Jurusan Teknik Sipil perlu
ditinjau ulang. Semua Perguruan Tinggi yang mempunyai Jurusan Teknik Sipil, sebagian besar
mata kuliah yang diajarkan adalah bagaimana merencanakan dan merancang bangunan (planning
and design), sangat sedikit atau bahkan tidak ada yang mengajarkan bagaimana memelihara
bangunan agar awet dan bertahan sampai lebih dari 50 tahun. Harus diakui bahwa mata kuliah
pemeliharaan bangunan hanya diajarkan di Program Magister dengan Peminatan Manajemen
Konstruksi, itupun hanya 3 sks. Dilain pihak, Perguruan Tinggi sangat minim pakar yang
mempunyai pengalaman luas dibidang konstruksi jembatan, karena didalam kenyataannya,
profesi sebagai dosen dilarang berpraktek sebagai konsultan perencana jembatatan. Sungguh
sangat memprihatinkan, disatu sisi kita perlu dosen yang berpengalaman, tetapi disisi lain dosen
tidak boleh berpraktek sebagai insinyur. Tantangan bagi kita semua untuk menyempurnakan UU
ttg Jasa Konstruksi maupun UU Sisdiknas.
Perlu Lembaga Independen. Diperlukan kajian dari lembaga independen untuk
menegetahui peneyebab dan penanggung jawab runtuhnya jembatan tersebut. Tidaklah mudah
mencari penyebab runtuhnya jembatan, apalagi mencari siapa yang harus bertanggung jawab.
Menurut peraturan perundangan yang berlaku, UU 18/1999, harus ada yang bertanggung jawab
terhadap adanya kegagalan struktur, apalagi yang menyebabkan terjadinya korban jiwa. Yang
bertanggung jawab bisa Pengguna Jasa (Pimpro) atau Penyedia Jasa (konsultan). Kontraktor;
adakah unsur perbuatan melanggar hukum oleh para pihak. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
dan penyelidikan secara forensik.
Semoga pelajaran dari runtuhnya jembatan Kutai Kartanegara bisa dipetik untuk
dijadikan pengalaman yang berharga bagi kita semua. Sekali lagi pesan dari Kukar: jangan hanya
bisa membuat tetapi yang lebih penting adalah memanfaatkan dan memeliharanya.

22

Anda mungkin juga menyukai