Anda di halaman 1dari 5

Angga Kurniawan S-1306392916-T.

Kimia

RINGKASAN KOMPOSIT
TOPIK:OPEN MOULD
3.4.3

Analisis proses
Starting material untuk processs autoclave moulding adalah prepreg yang
memiliki kandungan fibre dalam resin.Umumnya prepreg terdiri atas 42%
berat resin. Bila prepreg ini dapat curing tanpa ada resin yang hilang
makan akan menjadi 50% volume terdiri atas resin. Dikarenakan ekitar
10% berat dari resin terbuang selama proses moulding, kandungan fiber
tyang actual dalam cured laminate sekitar 60% dimana ini banyak
digunakan dalam industri antariksa.Exess resin yang berlebih dari prepreg
dalam process molding akan dibuang sekalius menghilangkan udara yang
terperangkap dan solvent yang masih tersisa. Perkembangan kedepan
dengan menggunakan kandungan near net resin bermakana bahwa
absorpsi resin dari prepreg dapat dihindari.
3.4.3.1 Lay-up Proses
Pengerjaan Operasi lay-up dilaksanakan dalam ruangan yang
bersih yang didesain dalam kategori kelas. Pada setiap
kategori kelas menindikasikan jumlah maksimum partikel
yang diizinkan dalam ruangan tersebut juga mengdefinisikan
batasan

temperature

dan

kelembapan.

Beberapa

pengoperasian dikerjakan dalam kelas 100,000 namun ada


juga kelas 400,000. Material prepreg dihilangkan dari
freezer dalam area ini. lapisan dipoting dari gulungan
prepreg menjadi bentuk,ukuranm serta orientasi yang
diinginkan menggunakan alat pemotong. Umumnya alat
pemotong dapat berupa mat knive ataupun automatic nesting
(dimana lapisan ditempatkan sehingga benang atau yarn
dapat diletakkan di valley dari sekian banyak lapisan yang
ada). Berikut gambar 3.9 yang menjelaskan proses tersebut

Angga Kurniawan S-1306392916-T.Kimia

Gambar 1. 1 Vacuum Bag lay-up

Tabel 1 1 Vacuum Bag Material

3.4.3.2 Curing Proses


Sebagai permulaan vacuum digunakan untuk menangkap udara,
uap, serta produk samping. Pemanasan dimulai pada laju pemanasan
yang spesifik, sebagaimana prepreg dipanaskan pada autoclave
viskositas resin pada stage B mulai berkurang, kemudian mencapai
nilai minimum viskositas, kemudian bertambah dengan cepat
sebagaimana reaksi curing dimulai sehingga proses dapat dikatakan

Angga Kurniawan S-1306392916-T.Kimia

selesai. Pada gambar 1.1 menunjukan 2 stage siklus curing untuk


karbon fiber epoksi prepreg.

Gambar 1. 2 Tahap2 stage siklus curing untuk kabon fiber/epoksi prepreg

Stage 1 dalam siklus curing meliputi penambahan temperature


hingga 125 oC dan dibuat konstan pada suhu (dwell temperature)
tersebut selama 60 menit, proses ini bertujuan untuk mendapatkan
viskositas resin dalam keadaan minimum. Dalam tahap ini pula
tekanan luar ditambahkan pada susunan prepreg dimana hal ini akan
menyebabkan resin berlebih mengalir keluar menuju bleeder plies.
Laju resin yang keluar pada tahap ini merupakan tahap kritis, ini
dikarenakan laju resin yang keluar akan membuang udara dan uap
yang terperangkap sehingga dapat mengurangi kandungan void.
Pada tahap akhir dwell, suhu autoclave akan ditingkatkan hingga
suhu aktual curing untuk resin. Suhu curing dan tekanan akan dijaga
selama 2 jam atau lebih. Kemudia pada akhir siklus, suhu secara
perlahan dikurangkan sedangkan proses laminate dibuat dalam
tekanan yang rendah. proses laminate dihilangkan dari tas vacuum
dan bila perlu dapat dihilangkan dalam oven. Loos dan springer
memberikan model untuk fenomena termomekanikal, yaitu:
1. Temperatur maksimum didalam lay-up tergantung kepada:
Temperatur maksimum curing
Laju pemanasan
Tebal lay-up awal

Angga Kurniawan S-1306392916-T.Kimia

2. Laju resin didalam lay-up tergantung kepada:


Tekanan maksimum
Ketebalan lay-up
laju aplikasi tekanan
3.4.3.3 Cure Cycle development and quality control
Pengujian dalam curing dilakukan untuk memastikan bahwa
material komposit yang dihasilkan merupakan bagian yang diterima.
Pengujian konvensional meliputi pembuatan panel dan pengujian
kinerja melalui uji mekanikal seperti tensile, kelenturan, dan geser.
Selain hal itu pengujian berupa kandungan resin dan uap serta
lajunya juga diuji. Pengujian secara kimia juga dilakukan seperti
HPLC

(high

pressure

liquid

chromatography),

TGA

(thermogravimetric analysis), differential scanning calorimetry


(DSC), dan rheology infrared (IR). Terdapat pula karakterisasi
material, pengembangan proses parameter, quality control, dan shelf
life renewal. Pelaksaan pengujian dapat memberikan informasi
berupa:
Pengembangan bahan kimia untuk sistem resin
Apakan resin berada dalam stage yang sesuai dalam proses

curing
Rasio reaktan terhadap reaksi produk
Pada suhu berapa zat yang mudah menguap (volatile) dapat

berubah
Viskositas dan
Apakah supplier telah mengirimkan material yang benar.

Untuk memenuhi kualitas standar juga dilakukan teknik Nondestructive inspection (NDI) pada bagian yang telah mengalami
curing. Metode ultrasonic merupakan metode yang paling sering
digunakan untuk pengecekan bagian komposit

3.4.3.4 Tooling
Tujuan utama adanya peralatan (tooling) untuk menyediakan
konfigurasi kontur dengan asumsi bahwa sebagaian sudah melalui
tahap curing. Memindahkan panas ke bagian lay-up juga merupakan

Angga Kurniawan S-1306392916-T.Kimia

fungsi dari adanya tool. Umumnya tools dibuat dari material yang
tahan terhadap siklus panas. Berikut adalah material tools

Gambar 1.3 Properti material tooling

3.4.4

Future Development of autoclave moulding process models


Penggunaan proses computer untuk memprediksi perilaku material
komposit selama terjadinya siklus dapat mengurangi biaya fabrikasi dan
dapat memastikan kualitas produk tetap terjaga. Kontrol on-line aplikasi
menggunakan pemodelan memungkinkan koreksi terhadap siklus. Namun
aplikasi ini memerlukan 2 tambahan komponen berupa:
Perhitungan in situ (sensor feedback) dari variable kritis
Fungsi matematis untuk kualitas yang diterima sebagai fungsi
waktu

Anda mungkin juga menyukai