Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Ny.W DENGAN INDIKASI


PERSALINAN SPONTAN DI BANGSAL KANA RSUD KOTA
YOGYAKARTA
Untuk memenuhi tugas mandiri Praktik Klinik Keperawatan Maternitas semester V minggu 1
Dosen pembimbing : Cecilya Kustanti, S.Kep.Ns M.Kes

DISUSUN OLEH :
Nama : Anugrahani Kadanti Arifah
Kelas : 2D/2520142578

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2015/201
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Keperawatan pada Tn.S dengan Persalinan spontan

disusun untuk

memenuhi tugas PKK maternitas pada semester V


Hari

Tanggal

Tempat

:
Praktikan I,

Pembimbing Lahan,

Pembimbing Akademik,

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehamilan adalah suatu peristiwa yang penting dalam kehidupan seorang wanita
dan keluarganya. Proses kehamilan sampai kelahiran merupakan mata rantai satu
kesatuan. Proses kehamilan berakhir pada proses persalinan.
Persalinan merupakan suatu proses yang bertahap mulai dari kala I sampai dengan
kala IV. Persalinan dari masing-masing individu akan mengalami jenis persalinan
yang berbeda didasarkan pada cara persalinan dan usia kehamilan. Pada umumnya
gejala persalinan dan tanda-tanda permulaan persalinan hampir sama dialami
setiap kehamilan. Masalah-masalah baik fisik maupun psikis akan dijumpai dalam
proses persalinan seperti nyeri, syok dan lain-lain. Masalah psikologi jarang
dijumpai dalam masa persalinan, kendati depresi dapat terjadi pada wanita yang
rentan.
Sebagai calon perawat di ruang obstetri dituntut untuk memahami gejala
persalinan, tanda-tanda permulaan persalinan, dan masalah-masalah yang sering di
alami dalam proses persalinan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan yang maksimal pada klien dengan Indikasi
persalinan spontan
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan Intranatal care
b. Mengetahui penyebab Intranatal Care
c. Mengetahui tanda dan gejala akan terjadinya persalinan
d. Mengetahui tanda-tanda permulaan persalinan
e. Mengetahui perkembangan penurunan janin
f. Mengetahui proses persalinan
g. Mengetahui patofisiologi persalinan
h. Mengetahui diagnosa yang mungkin muncul dalam persalinan spont
BAB 2
KONSEP DASAR
A. Definisi

Intranatal care adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran


bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari
tubuh ibu ( Nugroho, 2011).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Rukiyah, dkk (2012).
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi
oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh
perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelepasan plasenta
(Saifuddin, dkk 2006).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin. Nurhati (2009).
Persalinan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Persalinan spontan adalah
persalianan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri melaluai jalan lahir. Persalianan
buatan adalah persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan
forceps atau dilakukan dengan operasi cesarean. Persalianan anjuran adalah persalinan
tidak dimulai dengan sendirinya, baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian phytomenadione. Rukiyah, dkk (2012).
Jadi persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal proses
dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
B. Etiologi
Penyebab timbulnya

persalinan

sampai

sekarang

pasti/jelas. Terdapat beberapa teori antara lain :


1. Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot

belum

diketahui secara

rahim,sebaliknya

estrogen

meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan


antara

kadar Progesteron

dan Estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir

kehamilan kadar Progesteron menurun sehingga timbul l his.


2. Teori oxytosin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocsin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot rahim.
3. Keregangan otot
Otot seperti halnya dengan kandung kemih dan lambung bila dindingnya
teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya
kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
4. Pengaruh janin

Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang


Peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
5. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa Prostaglandin F2
dan E2 yang diberikan secara intra vena, intra dan extraamnial menimbulkan
kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga di sokong
dengan adanya kadar Prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun
darah

perifer

pada

ibu-ibu

hamil sebelum

melahirkan

atau

selama

persalinan
C. Manifestasi Klinis
1. Kekuatan his bertambah, makin sering terjadi dan teratur dengan jarak
kontraksi makin pendek sehingga menimbulkan rasa sakit yang lebih
hebat.
2. Keluar lendir dan darah lebih banyak
3. Kadang ketuban pecah dengan sendirinya
4. Pada pemeriksaan dalam serviks mulai mendatar dan pembukaan lengkap
( Praworohardjo, 2000)
D. Keadaan yang memerlukan spesialis
1. Primigravida dengan :
a. Umur diatas 30 tahun
b. TB<150 cm
c. Dengan penyakit-penyakit tertentu
d. Dengan komplikasi media dan obsetric
e. Kelainan panggul
f. Kelainan letak janin
2. Multigravida dengan
a. Umur diatas 35tahun
b. Telah punya anak lebih dari 7
c. Dengan riwayat kehamilan dan persalinan yang buruk
E. Jenis-Jenis Persalinan
1. Persalinan spontan bila menggunakan kekuatan ibu sendiri melalui jalan lahir
2. Persalinan buatan bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi dengan forceps atau dilakukan operasi caesaran
3. Persalinan anjuran bila persalinan tidak dimulai dengan sendirinya baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian phytomenadione
Berhubungan dengan tuanya umur kehamilan dan berat badan bayi dilahirkan dikenal
dengan beberapa istilah :
1. Abortus pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 2minggu atau bayi
dengan berat badan<500gr
2. Partu immaturus pengeluaran buah kehamilan antara 22-28 minggu atau bayi
dengan berat badan 500-999gr dan tidak dapat hidup di luar kandungan

3. Partus prematurus pengeluaran kehamilan 28-37 minggu atau bayi dengan berat
badan lahir 1000-2500gr
4. Partus serotinus (post maturitas) pengeluaran kehamilan setelah 42 minggu
F. Tanda tanda permulaan persalinan.
1. Kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida.
Pada primigravida kepala anak pada bulan terakhir berangsur angsur
turun kedalam rongga panggul. Pada multigravida, dinding rahim dan perut sudah
kendor kekenyalannya sudah berkurang sehingga kekuatan mendesak kebawah
tidak seberapa, biasanya kepala bru turun pada permulaan persalinan.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah BAB karena vesika urinaria karena tertekan oleh
bagian terbawah janin.
4. Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya his. Serviks menjadi lembek,
mulai mendatar, sekresi bertambah, kadang-kadang bercampur darah.
G. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan adalah cara penyesuaian diri dan lewatnya janin melalui
panggul ibu
Ada enam gerakan dengan overlapping yang jelas yaitu :
a. Penurunan
Penurunan Yang Meliputi Engagement Pada Diameter Obliqua Kanan panggul,
berlangsung terus selama persalinan normal pada waktu janin melalui jalan lahir.
Serakan-serakan lainnya menyertai penurunan ini. Pada primigravida sebelum
persalinan mulai sudah harus terjadi penurunan kepala yang jelas dalam proses
engagement. Penurunan disebabkan oleh tekanan kontraksi uterus ke bawah dan pada
kala II dibantu oleh daya mengejan dari pasien dan sedikit oleh gaya berat.
b. Fleksi
Sebelum persalinan mulai sudah terjadi fleksi sebagian oleh karena ini merupakan
sikap alamiah janin dalam uterus. Tahanan terhadap penurunan kepala menyebabkan
bertambahnya fleksi. Occiput turun mendahului sinsiput, UUK lebih rendah dari
bregma dan dagu janin mendekati dadanya. Biasanya ini terjadi di PAP, tetapi
mungkin pula baru sempurna setelah bagian terendah mencapai dasar panggul. Efek
dari fleksi adalah untuk merubah diameter terendah dari occipitofrontalis (11,0 cm)
menjadi suboccipito bregamatika (9,5 cm) yang lebih kecil dan lebih bulat, oleh
karena persesuaian antara kepala janin dengan panggul ibu mungkin ketat,
pengurangan 1,5 cm dalam diameter terendah adalah penting
c. Putar Paksi Dalam
Sebagian besar panggul mempunyai PAP berbentuk oval melintang, diameter
anteroposterior PTP sedikit lebih panjang dari pada diameter transversal. PBP

berbentuk oval anteroposterior seperti kepala janin. Sumbu panjang kepala janin harus
sesuai dengan sumbu panjang panggul ibu. Karenanya kepala janin yang masuk PAP
pada diameter transversal atau obliqua harus berputar kediameter anteroposterior
supaya dapat lahir. UUK masuk PTP tempat ia berhubungan dengan dasar panggul
(musculus dan fascia levator ani). Disini UUK berputar 450 ke kanan (menuju garis
tengah). Sutura sagitalis pindah dari diameter obbliqua kanan ke diameter
anterioposterior panggul : LOA ke OA. UUK mendekati sympisis pubis dan cinciput
mendekati sakrum. Kepala berputar dari diameter obliqua kanan kediameter
anteroposterior panggul. Tetapi bahu tetap pada diameter obliqua kiri. Dengan
demikian hubungan normal antara sumbu panjang kepala dengan sumbu panjang
bahu berubah, dan leher berputar 450. keadaan ini terus berlangsung selama kepala
masih berada dalam panggul. Putar paksi dalam yang awal sering terjadi pada
multipara dan pada pasien dengan kontraksi uterus yang efisien. Umumnya putar
paksi dalam terjadi pada kala II.
d. Ekstensi
Ekstensi pada dasarnya disebabkan oleh kedua kekuatan yaitu : kontraksi uterus yang
menimbulkan tekanan ke bawah dan dasar panggul yang memberikan tahanan.
Dinding depan panggul (pubis) panjangnya hanya 4 sampai 5 cm, sedangkan dinding
belakang (sakrum) 10 sampai 15 cm. Dengan demikian sinsiput harus menempuh
jarak yang lebih panjang daripada ociput. Dengan semakin turunnya kepala terjadilah
penurunan perineum diikuti dengan kepala membuka pintu (crowing). Ociput lewat
melalui PAP perlahan-lahan dan tengkuk menjadi titik putar di angulus subpubicus.
Kemudian dengan proses ekstensi yang cepat sinsiput menelurus sepanjang sakrum
dan berturut-turut lahirlah bregma, dahi, hidung, mulut dan dagu melalui perineum
e. Restitusi
Pada waktu kepala mencapai dasar panggul, maka bahu memasuki panggul. Oleh
karena panggul tetap berada pada diameter obbliqua sedangkan kepala berputar
kedepan, maka leher ikut berputar kembali dan kepala mengadakan restitusi kembali
450 (OA dan menjadi LOA) sehingga hubungannya dengan bahu dan kedudukannya
dalam panggul menjadi normal kembali
f. Putar paksi luar
Putar paksi luar kepala sebenarnya merupakan manifestasi putar paksi dari dalam
dari pada bahu. Pada waktu bahu mencapai dasar panggul bahu depan yang lebih
rendah berputar ke depan di bawah simpisis dan diameter bisacromialis berputar dari
diameter obliqua kiri menjadi diameter anterioposterior panggul. Dengan demikian
maka diameter panjang bahu dapat sesuai dengan diameter memanjang PBP. Kepala

yang telah berputar kembali 450 untuk mengembalikan hubungan normal dengan
bahu, sekarang berputar 450 lagi untuk memprtahankannya : LOA menjadi TOA
(Harry, Wiliam. 1986).
H. Penurunan Kepala Janin

Periksa Luar

Periksa dalam

Keterangan
Kepala

diatas

PAP

mudah digerakkan
H I-II

H II-III

Sakit digerakkan
Bagian terbesar kepala
belum masuk PAP

Bagian terbesar kepala


belum masuk PAP

H III +

H III-IV

HV

Bagian terbesar kepala


sudah masuk PAP

Kepala di dasar panggul

Di Perinium

Keterangan :
: Kepala Janin
: PAP
HI
: Sama dengan atas pintu panggul / PAP
H II
: Sejajar dengan H I melalui pinggir bawah simpisis
H III
: H V sejajar dengan H I melalui ujung os coxigius
I. Proses Persalinan
1. Kala I.
Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm)
Terbagi menjadi 2 fase :
a. fase laten : serviks berdilatasi kurang dari 4 cm

b. fase aktif : serviks berdilatasi 4 9 cm, kecepatan pembukaan 1 cm atau lebih


perjam, penurunan kepala dimulai.
Pada kala pembukaan his belum begitu kuat, datangnya 10 15 menit dan tidak
seberapa mengganggu ibu

hingga ia sering

masih dapat berjalan Lambat

laun

his bertambah kuat, interval menjadi lebih pendek, kontraksi lebih kuat dan
lebih lama, lendir darah bertambah banyak. Lamanya kala I untuk primipara 12 jam
dan untuk multipara 8 jam.
2. Kala II.
a. Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
b. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 100 detik, datangnya
c. tiap 2 3 menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai dengan
keluarnya cairan yang kekuningan secara tiba-tiba dan banyak.
d. Pasien mulai mengejan.
e. Pada akhir kala 2 sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai didasar panggul,
perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
f. Dipuncak his, bagian terkecil dri kepala nampak dalam vulva, tetapi hilang
lagi waktu his berhenti. Pada his berikutnya bagian kepala yang nampak
lebih besar lagi, tetapi surut kembali kalau his terhenti. Kejadian ini
disebut kepala membuka pintu. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus,
sampai lingkaran terbesar dari kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak
dapat mundur lagi. Pada saat ini tonjolan tulang ubun ubun saat ini telah
lahir dan sub oksiput ada dibawah simpisis. Pada saat ini disebut kepala keluar
pintu. Karena pada his berikutnya dengan ekstensi lahirlah ubun ubun besar,
dahi dn mulut pad komisura posterior.
g. Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dn kemudian terjadi putaran
paksi luar, sehingga kepala melintang. Sekarang vulva menekan pada leher
dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan
cairan.
h. Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian baru depan
disusul oleh seluruh badan anak dengan fleksi lateral sesuai dengan paksi jalan
lahir.
i. Lamanya kala 2 pada primi kurang lebih 50 menit dan pada multi
kurang lebih 20 menit.
3. Kala III
a. Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta.
b. Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit dan pelepasan plasenta hanya
memakan waktu 2 3 menit.
4. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum

J. Pathways

Gambar 2.4 pathways


Bobak, 2004: Varney,2003 Prawirohardjo 2007
K. Diagnosa Keperawatan
Kala I :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks
Tujuan :
Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien dapat
beradaptasi terhadap nyeri dengan kriteria hasil :
Pasien mampu mengenali tanda dan gejala nyeri
Pasien mampu mengenali faktor penyebab dan faktor yang berkontribusi
Pasien mampu mengenali teknik relaksasi yang efektif
Intervensi :
Manajemen Nyeri
Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi karakteristik,

onset/durasi,frekuensi,kualitas,intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus


Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti relaksasi,terapi musik,terapi

aktivitas
Berikan obat sebelum melakukan aktivitas untuk melakukan aktivitas untuk

meningkatkan partisipasi, namun (lakukan) evaluasi (mengenai) bahay sedasi


Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri
Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur

Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan dan respon

keluarga terhadap pengalaman nyeri


Libatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri, jika memungkinkan
Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan
2. Resiko cedera janin dengan faktor resiko hipoksia jaringan
Tujuan :
Status Janin : Intrapartum
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih selama 3 x 24 jam tidak
terjadi cedera pada janin dengan KH :
DJJ dalam rentang normal
Tidak ada perlambatan denyut jantung periodik
Intervensi :
Monitor janin secara elektronik : Intrapartum
Lakukan leopold untuk mengetahui posisi janin
Gunakan transducer ultrasonik diatas uterus dimana suara janin terdengar jelas
Pastikan kembali bahwa denyut jantung normal,tidak ada djj yang cepat dan
penampakkannya tidak beraturan
Perawatan Intrapartum
Kolaborasi pemberian Oksigen
Monitor tanda-tanda vital maternal diantara kontraksi yang terjadi sesuai protokol
atau sesuai kebutuhan
3. Resiko penurunan curah jantung dengan faktor resiko perubahan frekuensi jantung
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 3 x 24 jam resiko penurunan
curah jantung tidak terjadi dengan KH :
Keefektifan pompa jantung
Tekanan darah dalam rentang normal
Denyut jantung dalam rentang normal
Tidak ada disritmia
Tidak ada suara jantung abnormal
Intervensi :
Evaluasi adanya nyeri dada (itensits, lokasi, radiasi, durasi dan faktor pencetus
nyeri)
Monitor disritmia jantung, termasuk gangguan ritme dan konduksi jantung
Monitor tanda-tanda vital secara rutin
Kolaborasikan dengan keluarga mengenai batasan aktivitas
Kala II :
1. Resiko kekurangan volume cairan dengan faktor resiko kehilangan volume cairan
aktif
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi kekurangan
volume cairan dalam tubuh dengan KH :
Keseimbangan cairan
Tanda tanda vital dalam batas normal.

Keluaran urine adekuat.


Turgor kulit baik
Membran mukosa lembab
Tidak ada rasa haus yang berlebihan
Intervensi :
Resusitasi cairan
Monitor output kehilangan cairan tubuh
Monitor cairan
Monitor warna,kuantitas,berat jenis urine
Monitor warna membran mukosa,turgor kulit dan respon haus
Monitor asupan dan keluaran
Berikan cairan dengan tepat
Patikan bahwa semua IV dan asupan enteral berjalan dengan benar, terutama jika
tidak diatur ole pompa infus
Kala III
1. Resiko kekurangan volume cairan dengan faktor resiko kehilangan volume cairan
aktif
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi kekurangan
volume cairan dalam tubuh dengan KH :
Keseimbangan cairan
Tanda tanda vital dalam batas normal.
Keluaran urine adekuat.
Turgor kulit baik
Membran mukosa lembab
Tidak ada rasa haus yang berlebihan
Intervensi :
Resusitasi cairan
Monitor output kehilangan cairan tubuh
Monitor cairan
Monitor warna,kuantitas,berat jenis urine
Monitor warna membran mukosa,turgor kulit dan respon haus
Monitor asupan dan keluaran
Berikan cairan dengan tepat
Patikan bahwa semua IV dan asupan enteral berjalan dengan benar, terutama jika
tidak diatur ole pompa infus
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks
Tujuan :
Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien dapat
beradaptasi terhadap nyeri dengan kriteria hasil :
Pasien mampu mengenali tanda dan gejala nyeri
Pasien mampu mengenali faktor penyebab dan faktor yang berkontribusi
Pasien mampu mengenali teknik relaksasi yang efektif
Intervensi :

Manajemen Nyeri
Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi karakteristik,

onset/durasi,frekuensi,kualitas,intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus


Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti relaksasi,terapi musik,terapi

aktivitas
Berikan obat sebelum melakukan aktivitas untuk melakukan aktivitas untuk

meningkatkan partisipasi, namun (lakukan) evaluasi (mengenai) bahaya sedasi


Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri
Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan

dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur


Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan dan respon

keluarga terhadap pengalaman nyeri


Libatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri, jika memungkinkan
Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan\
Kala IV
1. Resiko kekurangan volume cairan dengan faktor resiko kehilangan volume cairan

aktif
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi kekurangan
volume cairan dalam tubuh dengan KH :
Keseimbangan cairan
Tanda tanda vital dalam batas normal.
Keluaran urine adekuat.
Turgor kulit baik
Membran mukosa lembab
Tidak ada rasa haus yang berlebihan
Intervensi :
Resusitasi cairan
Monitor output kehilangan cairan tubuh
Monitor cairan
Monitor warna,kuantitas,berat jenis urine
Monitor warna membran mukosa,turgor kulit dan respon haus
Monitor asupan dan keluaran
Berikan cairan dengan tepat
Patikan bahwa semua IV dan asupan enteral berjalan dengan benar, terutama jika
tidak diatur ole pompa infus
2. Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan dilatasi serviks
Tujuan :
Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien dapat
beradaptasi terhadap nyeri dengan kriteria hasil :
Pasien mampu mengenali tanda dan gejala nyeri
Pasien mampu mengenali faktor penyebab dan faktor yang berkontribusi

Pasien mampu mengenali teknik relaksasi yang efektif


Intervensi :
Manajemen Nyeri
Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi karakteristik,

onset/durasi,frekuensi,kualitas,intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus


Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi seperti relaksasi,terapi musik,terapi

aktivitas
Berikan obat sebelum melakukan aktivitas untuk melakukan aktivitas untuk

meningkatkan partisipasi, namun (lakukan) evaluasi (mengenai) bahaya sedasi


Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri
Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan

dirasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur


Berikan informasi yang akurat untuk meningkatkan pengetahuan dan respon

keluarga terhadap pengalaman nyeri


Libatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri, jika memungkinkan
Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan\

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta ; EGC
Doenges, Marilyn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal Atau Bayi. Jakarta ; EGC
Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta ; EGC
Harry, William. 1986. Human Labour And Birth. Jakarta ; yayasan essential medika
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan
Keluarga Berencana. Jakarta ; EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta ;
Arcan

Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Dan Neonatal. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai