TUMOR OVARIUM
A. DEFENISI
Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histogenesis yang
beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, dan
mesodermal dengan sifat-sifat histologis maupun bilogis yang beraneka ragam. Oleh
sebab itu
tidak
jelas
jinak
tapi
juga
tidak
jelas
pasti
ganas
of
adanya
pertumbuhan
(seeding)
dipermukaan
peritoneum
abdominal.
2. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter
melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negativ.
3. Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
STADIUM IV > pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4,
begitu juga metastasis ke permukaan liver.
D. ETIOLOGI
Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul
kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan, membuat
diagnosis tertunda. Ketika lesi berkembang dan timbul gejala, seringkali sudah bukan
stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah
terdapat metastasis di luar ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga kini belum
jelas, tapi faktor lingkungan dan hormonal berperan penting dalam patogenesisnya.
Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium,
diantaranya:
a. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada
sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses
penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses
transformasi menjadi sel-sel tumor.
b. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya
kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker
E. PATOLOGI & PATHWAY
Letak tumor tersembunyi dalam rongga perut dan sangat berbahaya itu dapat
menjadi besar tanpa disadari oleh penderita.Pertumbuhan tumor primer diikuti oleh
infiltrasi ke jaringan sekitar yang menyebabkan pelbagai keluhan samar-samar seperti
perasaan sebah, makan sedikit terasa cepat menjadi kenyang, sering kembung, nafsu
makan menurun.
di rongga perut
ascites.Kira-
kira 60 % terdapat pada usia peri- menopausal, 30 % dalam masa reproduksi dan 10
% pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak
tapi tidak pasti juga ganas ( bordeline malignancy atau carcinoma of low- malignant
potenstial) dan yang jelas ganas (true malignant).
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejalanya tidak jelas, dapat berupa rasa berat pada panggul, sering
berkemh, perubahan fungsi saluran cerna di sertai rasa tidaknyaman pada abdomen,
haid tidak teratur, ketegangan menstrual yang terus meningkat, darah menstrual yang
banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada payudara, menopause dini, rasa tidak
nyaman, dyspepsia, tekanan pada pelvis. Gejala-gejala ini biasanya samar, tetapi
setiap wanita dengan gejala-gejala gastrointestinal dan tanpa diagnosis yang diketahui
harus dievaluasi dengan menduga kanker ovarium. Flatulenes, rasa begah setelah
makan makanan kecil, dan lingkar abdomen yang terus meningkat merupakan gejalagejala signifikan.
ada
manfaatnya untuk dalam hal ini menyelidiki kemungkinan adanya tumor ganas primer
di tempat lain. Karena gejala awal tidak ada, penderita sering datang terlambat. Hasil
sitologi usapan serviks yang positif, harus mengingatkan kita akan adanya tumor
ganas di tuba atau ovarium, bilaman proses ganas pada serviks uterus atau kavum
uterus tidak dapat dibuktikan.Bilamana terdapat cairan ascites yang cukup banyak,
sering menyulitkan pemeriksaan ginekologik dan pra bedah perlu dilakukan fungsi
abdomen untuk mengeluarkan cairan ascites tersebut. Cairan ini setelah disentrifugasi,
diperiksa mikroskopik akan ada atau tidaknya sel ganas. Dengan pengeluaran cairan
ascites dalam jumlah yang cukup, dapatlah dilakukan pemeriksaan dalam alat-alat
genital. Bila terdapat ascites yang tidak dapat diterangkan asalnya atau sebabnya
( misalnya akibat cirrhosis hepatis), laparotomi eksploratif harus dijalankan.
F. PENYEBARAN
Tumor ganas ovarium menyebar secara limfogen ke kelenjar pada aorta,
mediastinal dan supraklavikular untuk seterusnya menyebar ke alat-alat yang jauh,
terutama paru-paru, hati dan otak. Obstruksi usus dan ureter merupakan maslah yang
sering menyertai penderita tumor ganas ovarium.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Setiap pembesaran ovarium harus di selidiki. Pemeriksaan pelvis tidak akan
mendeteksi dini kanker ovarium dan teknik pencitraan pelvis tidak selalu defintif.
Sekitar 75 % dari kanker ovarium telah bermetastasis ketika di diagnosis, sekitar 60 %
telah menyebar di luar pelvis. Dari banyak tipe sel kanker ovarium yang berbeda,
tumor epitel menempati 90 % dari semua jenis.Tumor sel germinal dan tumor stromal
menempati 10 % dari kondisi ini.
Melihat topografi ovarium hampir tak memungkinkan kita melakukan dteksi
dini tumor ganas ovarium karena letaknya sangat tersembunyi. Diagnosis didasarkan
atas 3 gejala/tanda yang biasanya muncul dalam perjalanan penyakitnya yang sudah
agak lanjut :
a). Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhyan primer dan infiltrasi
kejaringan sekitar
b). Gejala diseminasi/penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal dan
bermanifestasi adanya ascites,
c). Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminasi, maskulinisasi atau
hiperestrogenisme; intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan type histologik
tumor dan usia penderita.
Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan mendapatkan tumor
atau masa, di dalam panggul dengan bermacam-macam konsistensi mulai dan yang
kistik sampai yang solid (padat)
Kondisi yang sebenarnya dari tumor jarang dapat ditegakkan hanya dengan
pemeriksaan klinik. Pemakian USG (Ultra Sono Graphy) dan CTscan (Computerised
Axial Tomography scanning) dapat memberi informasi yang berharga mengenai
ukuran tumor dan perluasanya sebelum pembedahan. Laparotomi eksploratif disertai
biopsy potong beku (frozen section) masih tetap merupakan prosedur diagnostik
paling berguna untuk mendapat gambaran
indung telur memiliki angka kematian yang tinggi, dari 23.100 kasus baru kanker
indung telur, sekitar 14.000 atau separuh lebih wanita meninggal karena penyakit ini.
Kanker epitel ovarium jarang didapatkan pada wanita berusia < 40 tahun. Puncaknya
terjadi pada wanita usia 60-64 tahun. Angka kejadian kanker epitel ovarium rendah
pada negara berkembang dan Jepang.
DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN:
Aktivitas/ istirahat
Gejala :
Sirkulasi
Gejala :
Integritas ego
Gejala :
Eliminasi
Gejala :
Perubahan pada pola defekasi, misal darah pada feses, nyeri pada defekasi,
perubahan eliminasi urinaria misal nyeri, rasa terbakar pada saat berkemih
Makanan/cairan
Gejala :
Tanda :
Neurosensori
Gejala :
Pusing, sinkop
Nyeri / kenyamanan
Gejala :
Pernafasan
Gejala :
Seksualitas
Gejala :
Interaksi sosial
Gejala :
Penyuluhan / pembelajaran
Gejala
DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Diagnosa I; Ketakutan / ansietas, b/d krisis situasi(tumor), ancaman perubahan pada
status kesehatan, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.
Intervensi:
1. Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan riwayat tumor.
Tentukan apakah dokter telah mengatakan pada klien, dan apa kesimpulan pasien
yang dicapai
Rasional: Membantu mengidentifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan
pada pengalaman dengan kanker
2. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
Rasional: Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis serta
kesalahan konsep tentang diagnosa
3. Berikan lingkungan terbuka dimana klien merasa aman untuk mendiskusikan
perasaan atau menolak untuk bicara.
Rasional: Membantu pasien untuk merasa diterima pada kondisi tanpa perasaan
dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat dan kontrol
4. Bantu klien / orang terdekat dalam mengenali dan mengklasifikasi rasa takut untuk
memulai mengembangkan strategi koping untuk menghadapi rasa takut ini
Rasional: Keterampilan koping sering rusak setelah diagnosis dan selama fase
pengobatan yang berbeda. Dukungan dan konseling sering perlu untuk
memungkinkan individu mengenal dan menghadapi rasa takut untuk
meyakini bahwa strategi kontrol / koping tersedia
5. Jelaskan prosedur, berikan kesempatan untuk bertanya dan jawaban jujur
Rasional: Informasi akurat memungkinkan pasien menghadapi situasi lebih efektif
dan realitas.
Diagnosa 2; Antisipasi berduka b/d perubahan fungsi tubuh, perubahan gaya hidup.
Intervensi:
1. Kaji pasien / orang yang terdekat terhadap berduka yang mengalami, jelaskan proses
sesuai kebutuhan
Rasional: Pengetahuan tentang proses berduka memperkuat, normalitas perasaan /
reaksi apa yang dihadapi, dialami klien
2. Kunjungi dengan sering dan berikan kontak fisik, dengan tepat / sesuai kebutuhan
Rasional: Membantu mengurangi perasaan isolasi dan diabaikan
3. Tinjau ulang pengalaman hidup masa lalu, perubahan peran dan keterampilan koping
Rasional: Kesempatan untuk mengidentifikasi keterampilan yang dapat membantu
individu menghadapi berduka terhadap situasi baru secara efektif
4. Rujuk pada program komunitas bila tepat
Rasional: Memberikan dukungan dalam pemenuhan kebutuhan fisik, memberikan
dukungan emosional klien / orang terdekat
Diagnosa 3; Gangguan harga diri b/d biofisikal, kecacatan bedah, efek samping
kemoterapi, ragu mengenai penerimaan oleh orang lain, takut serta cemas.
Intervensi:
1. Diskusikan dengan pasien / orang terdekat bagaimana diagnosa dan pengobatan yang
mempengaruhi kehidupan pribadi klien
Intervensi:
1. Pantau masukan makanan setiap hari, biarkan klien menyimpan buku harian tentang
makanan sesuai indikasi
Rasional: Mengidentifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi
2. Ukur tinggi badan, BB, ketebalan lipatan kulit trisep. Pastikan jumlah penurunan berat
badan saat ini.
Rasional: Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein kalori khususnya bila
berat badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normal
3. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien dengan masukan cairan
adekuat
Rasional: Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan (untuk
menghilangkan produk sisa). Suplemen dapat mempertahankan masukan
kalori dan protein adekuat
4. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
Rasional: Membuat waktu makan lebih menyenangkan yang dapat meningkatkan
masukan
5. Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia
Rasional: Memberikan pedoman bagi perawat untuk mengetahui penyebab
kekurangan nutrisi
Diagnosa 6; Resiko tinggi terhadap infeksi b/d efek samping kemotherapi, malnutrisi,
proses penyakit kronis, prosedur invasive
Intervensi:
1. Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan pengunjung. Batasi
pengunjung yang mengalami infeksi
Rasional: Melindungi pasien dari sumber-sumber infeksi
2. Tekankan personal hygiene
Rasional: Meminimalkan potensi sumber infeksi
3. Ubah posisi dengan sering, pertahankan linen kering dan bebas kerutan
Rasional: Menurunkan tekanan dan intrusi pada jaringan dan mencegah kerusakan
kulit. (sisi potensial untuk pertumbuhan bakteri)
4. Tingkatkan istirahat adekuat / periode latihan
Rasional: Membatasi keletihan, mendorong gerakan yang cukup untuk mencegah
komplikasi statis
5. Hindari / batasi prosedur invasive. Taati teknik aseptic
Rasional: Menurunkan resiko kontaminasi. Membatasi port de entry terhadap agen
infeksi
Diagnosa 7; Keletihan b/d penurunan produksi energi metabolik, kebutuhan psikologis /
emosional (berlebihan, perubahan kimia tubuh)
Intervensi:
1. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan aktivitas
periodik
Rasional: Periode singkat sering diperlukan untuk memperbaiki / menghemat energi
2. Buat tujuan aktivitas realitas dengan pasien
Rasional: Memberikan rasa kontrol dan perasaan mampu menyelesaikan
3. Dorong pasien untuk melakukan apa saja bila mungkin, misalnya mandi, duduk,
bangun dari kursi, berjalan
Rasional: Meningkatkan stamina dan memampukan klien menjadi lebih aktif tanpa
kelelahan yang berat
4. Pantau respon psikologis terhadap aktivitas, misal: perubahan TD, frekuensi jantung /
pernapasan
Rasional: Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses penyakit, status
nutrisi, keseimbangan cairan nutrisi terhadap aturan terapeutik
5. Kolaborasi oksigen (O2) suplemen sesuai indikasi
Rasional: Adanya anema / hipoksemia, menurunkan ketersediaan oksigen dan
memperberat keletihan
Diagnosa 8; Resiko tinggi kerusakan integritas kult / jaringan b/d efek samping radiasi
dan kemotherapi, penurunan imunologis, perubahan status nutrisi anemia
Intervensi:
1. Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping therapy tumor
Rasional: Efek pemenuhan dapat terhadap dalam area radiasi
2. Mandi dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional: Mempertahankan kebersihan tanpa menutrisi kulit
3. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering
daripada menggaruk
Rasional: Membantu mencegah tujuan kulit
4. Ubah posisi dengan sering
Rasional: Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekan pada kulit dan jaringan yang
tidak mampu
kesalahan
DAFTAR PUSTAKA
1. Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, Jakarta. EGC, 2004
2. Doenges, M.E, Rencana Perawatan Maternal / Bayi-Pedoman Untuk Perencanaan
Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, EGC, Jakarta, 2001.
3. Hanifa W Prof. DR. R.., Ilmu Kndungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, Jakarta, 1999
4. Mochtar Rustam, Prof. Dr MPH, Sinopsis Ostetri, Jilid 2, Edisi 2 , EGC, Jakarta,
1998
5. Smeltzer SC Dan Bare BG, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume
2, EGC, Jakarta, 2002.
Oleh :
MUAMMAR ZAENAL ARIFIN
1511040061