PEDOMAN PENGELOLAAN
KATA PENGANTAR
Kami ucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa serta terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan dan kontribusi pemikiran, sehingga Buku Pedoman Pengelolaan Bantuan Sosial Hibah Langsung
Dalam Negeri Dalam Bentuk Uang bagi Lanjut Usia dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Buku Pedoman ini digunakan sebagai petunjuk penggunaan
dana hibah langsung dalam negeri dalam bentuk uang bagi lanjut
usia, lembaga kesejahteraan sosial lanjut usia, Dinas sosial dan
masyarakat. Adanya buku ini diharapkan dapat memberikan penjelasan tentang pengelolaan dana hibah bagi upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia di Indonesia.
Semoga buku pedoman ini bermanfaat bagi semua pihak
yang terkait.
Jakarta,
2014
Direktur
Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Tutiek Haryati
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................... iii
Daftar Isi............................................................................ v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................. 1
B. Maksud Dan Tujuan......................................................... 2
C. Landasan Hukum............................................................. 3
D. Pengertian........................................................................ 5
E. Sasaran Buku.................................................................... 8
BAB II
MEKANISME PENGELOLAAN
A. Prinsip Dana Hibah.......................................................... 9
B. Persyaratan...................................................................... 11
C. Prosedur Pengajuan......................................................... 16
D. Pemanfaatan Bantuan..................................................... 18
E. Proses Penyaluran............................................................ 20
BAB III
PENGENDALIAN
A. Monitoring....................................................................... 23
B. Evaluasi............................................................................ 24
C. Pelaporan......................................................................... 25
D. Pengaduan ...................................................................... 26
LAMPIRAN.............................................................................. 29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan lanjut usia sangat komplek dan bervariasi.
oleh sebab itu pelayanan sosial lanjut usia juga memerlukan
perhatian dan kesungguhan baik oleh pemerintah maupun
masyarakat. Upaya pelayanan lanjut usia telah diatur dalam
berbagai peraturan dan perundangan, diantaranya dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia serta Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2004 tentang Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia. Dalam peraturan
perundangan tersebut, dengan jelas ditunjukkan peranan
pemerintah dan masyarakat melalui Lembaga Kesejahtearan
Sosial (LKS), dimana LKS didefinisikan sebagai organisasi
sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh
masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak
berbadan hukum.
Keberadaan LKS ini memberikan nilai positif bagi
keberlangsungan para Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS), khususnya bagi para lanjut usia. Saat ini
terdapat 3 Unit Pelaksana Teknis (UPT) milik Kementerian
Sosial dan 70 Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) milik
pemerintah daerah dan 282 LKS milik masyarakat yang
menangani lanjut usia. Pelayanan yang diberikan kepada
lanjut usia dalam lembaga mencakup penyediaan tempat
tinggal yang layak, jaminan hidup berupa makan, pakaian dan
pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu luang, bimbingan
Pedoman Pengelolaan Bantuan Sosial Hibah Langsung 2014 | 1
D. Pengertian
1. Dana Hibah Langsung Dalam Negeri Dalam Bentuk Uang
adalah dana yang berasal dari masyarakat secara
langsung diterima oleh Kementerian Sosial dan
diperuntukkan bagi kepentingan penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
2. Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia
60 (enam puluh) tahun keatas.
3. Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih
mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang dan/atau Jasa.
4. Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak
berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain.
5. Masyarakat adalah perorangan, keluarga, kelompok, dan
organisasi sosial dan atau organisasi kemasyarakatan.
6. Keluarga lanjut usia adalah keluarga yang memiliki,
merawat, dan mengurus lanjut usia yang sehari-hari
mengalami hambatan dan kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan dasar, perawatan, pengembangan kapasitas,
serta pemenuhan kesejahteraan sosial lanjut usia.
7. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara
agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
BAB II
MEKANISME PENGELOLAAN
A. PRINSIP DANA HIBAH
1. Dana hibah langsung dalam negeri dalam bentuk uang
adalah dana yang berasal dari masyarakat secara
langsung diterima oleh Kementerian Sosial dan
diperuntukkan bagi kepentingan penyelenggaraan
kesejahteraan sosial, bersifat sementara dan sebagai
pendukung dana APBN atau APBD.
2. Pemberian bantuan sosial dari hibah langsung dalam
negeri dalam bentuk uang mempunyai prinsip:
a. Tanggung jawab negara;
b. Melindungi terjadinya risiko sosial;
c. Tidak terus menerus dan tidak mengikat;
d. Selektif terhadap penerima bantuan dan yang tidak
teralokasikan atau tidak tercukupi melalui APBN/
APBD;
e. Diberikan kepada perorangan, kelompok dan
masyarakat.
3. Penggunaan bantuan sosial hibah langsung dalam negeri
dalam bentuk uang, digunakan untuk bantuan sosial yang
diberikan secara langsung kepada perorangan, kelompok,
keluarga dan atau masyarakat sedangkan bantuan tidak
langsung dilaksanakan melalui Lembaga Kesejahteraan
Sosial/ Dinas/ Dinas Sosial yang di butuhkan guna
terlindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
C. PROSEDUR PENGAJUAN
1. Pemohon Perseorangan atau LKS-LU mengajukan
permohonan kepada Menteri Sosial RI dalam bentuk proposal yang bertujuan untuk mendapatkan bantuan dana
hibah, dilengkapi rekomendasi dari Dinas Sosial
Kabupaten/Kota dan Dinas Sosial Propinsi serta
persyaratan lainnya yang telah ditentukan.
2. Pemohon dari Dinas Sosial Kabupaten / Kota mengajukan
permohonan kepada Menteri Sosial dalam bentuk Proposal yang bertujuan untuk mendapatkan bantuan dana
hibah, dilengkapi rekomendasi dari Dinas/ Dinas Sosial
Propinsi serta persyaratan lainnya yang telah ditentukan.
D. PEMANFAATAN BANTUAN
Penggunaan bantuan sosial hibah langsung dalam negeri
dalam bentuk uang digunakan hanya untuk bantuan sosial
yang diberikan secara langsung kepada perseorangan,
keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat sedangkan bantuan
tidak langsung dilaksanakan melalui LKS-LU, Dinas Sosial
Provinsi/kabupaten/kota yang membutuhkan guna melindungi
lanjut usia dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.
Dana bantuan dimanfaatkan sesuai dengan usulan rencana
penggunaan bantuan sebagaimana dalam proposal yang
diajukan, dan mengacu pada Peraturan Menteri Sosial Nomor
14 Tahun 2012, tentang Pengelolaan Hibah Langsung Dalam
Negeri dalam Bentuk Uang khususnya Pasal 1, ayat 8 yang
menyebutkan bahwa belanja hibah merupakan pengeluaran
yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat
tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak secara terus
menerus. Selain itu (Pasal 4 huruf b dan c yang menyebutkan
pemberian bantuan sosial dari hibah langsung dalam negeri
dalam bentuk uang mempunyai prinsip melindungi terjadinya
risiko sosial, tidak terus-menerus dan tidak mengikat). Pasal
8 ayat (2) menyebutkan bahwa penggunaan hibah langsung
tidak dapat digunakan untuk biaya operasional, honor, transport, sewa peralatan, seminar, dan untuk pembangunan
gedung.
Dana Hibah Langsung Dalam Negeri Dalam Bentuk Uang
dapat dimanfaatkan untuk:
a. Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar, adalah bantuan
yang diberikan bagi Lanjut Usia guna memenuhi
kebutuhan dasarnya, yang meliputi antara lain:
BAB III
PENGENDALIAN
A. Monitoring
Monitoring merupakan rangkaian kegiatan pengamatan
secara terus menerus untuk mengetahui perkembangan,
hambatan yang dihadapi serta dukungan yang diperoleh dari
berbagai pihak dalam pelaksanaan bantuan sosial.
1. Ruang lingkup monitoring
a. Ketepatan penggunaan bantuan sosial;
b. Ketepatan pemanfaatan bantuan sosial;
c. Proses pelaksanaan bantuan sosial;
d. Kendala dan upaya yang ada dalam pelaksanaan
bantuan sosial.
2. Tujuan Monitoring
Tujuan pelaksanaan monitoring adalah untuk mengetahui
proses pelaksanaan bantuan sosial dan untuk mengetahui
kendala yang dihadapi serta upaya penangannya di
lapangan.
3. Sasaran Monitoring
a) Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota, LKS sebagai
pelaksana penanggung jawab / pengelola penyaluran
bantuan sosial kepada Lanjut Usia.
b) Lanjut Usia penerima bantuan sosial.
4. Pelaksana Monitoring
Monitoring dilakukan oleh petugas:
a) Kementerian Sosial RI;
b) Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota;
5. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan monitoring dapat dilaksanakan mulai
dari proses persiapan hingga akhir pelaksanaan bantuan
sosial. Pelaksanaan monitoring dapat dilakukan secara
langsung yaitu dengan turun ke lapangan maupun tidak
langsung yaitu melalui media komunikasi atau laporan
dari pelaksana.
B. Evaluasi
Evaluasi merupakan rangkaian kegiatan penilaian dan
pengukuran terhadap seluruh pelaksanaan bantuan sosial
mulai dari pelaksanaan sampai dengan hasilnya.
1. Tujuan
Tujuan pelaksanaan evaluasi adalah untuk mengetahui
proses pelaksanaan bantuan sosial dan untuk menilai
tingkat keberhasilan bantuan sosial sebagai bahan acuan
dalam pengembangan dan penyempurnaan program
selanjutnya.
2. Sasaran
Sasaran evaluasi adalah para pengelola, pelaksana, dan
LKS penerima bantuan Hibah.
3. Pelaksana
Evaluasi dilakukan oleh petugas Dinas sosial:
a. Kementerian Sosial RI;
b. Dinas/Dinas sosial Provinsi/Kabupaten/Kota.
4. Waktu Pelaksanaan
Evaluasi pelaksanaan dapat dilaksanakan secara berkala
sesuai dengan kebutuhan. Waktu pelaksanaan evaluasi
dilaksanakan setelah proses pelaksanaan bantuan sosial
berakhir.
24 | Pedoman Pengelolaan Bantuan Sosial Hibah Langsung 2014
C. Pelaporan
Pelaporan merupakan suatu kegiatan penyusunan dan
penyampaian hasil monitoring maupun hasil kegiatan
evaluasi. Pelaporan digunakan sebagai bahan pengendalian
dan perbaikan dan optimalisasi kegiatan bantuan selanjutnya.
1. Tujuan
a. Untuk memberikan gambaran tentang pemanfatan
bantuan sosial yang dapat dipertanggung jawabkan.
b. tersedianya fakta, data, dan informasi lengkap
tentang pemanfaatan bantuan sosial sesuai
peruntukannya.
2. Pelaksana Pelaporan
Setiap penerima bantuan dana hibah wajib membuat
laporan pertanggung jawaban baik Dinas Sosial Provinsi/
Kabupaten/Kota atau LKS-LU maupun perseorangan.
3. Laporan Pertanggungjawaban.
Laporan pertanggung jawaban meliputi :
a. Jumlah dana bantuan yang diterima;
b. Pertanggungjawaban realisasi penggunaan bantuan;
c. Jika jumlah dana bantuan yang diterima dan rincian
realisasi penggunaan bantuan terdapat sisa dana
bantuan dan /atau jasa giro maka :
1) Sisa dana bantuan harus dikembalikan ke
Kementerian Sosial untuk disetorkan ke Kas
Negara;
2) Pengembalian sisa dana bantuan dan jasa giro
bank disetor melalui surat setoran bukan pajak
ke kas negara;
LAMPIRAN
PEDOMAN BANTUAN SOSIAL DANA HIBAH
LANGSUNG DALAM NEGERI
DALAM BENTUK UANG
NO
1.
2.
3.
4.
JENIS
BANTUAN
Bantuan
Pemenuhan
Kebutuhan
Dasar
Bantuan
Usaha
Ekonomis
Produktif
Bantuan
Rehabilitasi
Rumah
(Bedah
Rumah)
Bantuan
Sarana
Prasarana
Lingkungan
untuk
Aksesibilitas
Lansia
RINCIAN
INDEKS SATUAN
KRITERIA
BIAYA
SASARAN
Lansia miskin,
Pemberian paket sembilan Rp. 250.000,Lansia Terlantar
bahan pokok antara lain;
beras/sagu/jagung, gula,
sayur/
buah,
daging,
minyak goreng/ margarin,
susu, telur, garam, dan
minyak tanah/gas elpiji
--sda-Pemberian paket sandang Rp. 250.000,Lanjut Usia antara lain;
baju, kain sarung, pakaian
olah raga, pakaian dalam,
pakaian
ibadah,
dan
pampers.
Alat Bantu
Alat Bantu Dengar (Hearing Rp. 2.000.000,- s/d Lansia yang
mengalami
Aid )
Rp. 3.500.000,- per
hambatan
unit
komunikasi
Alat Bantu Penglihatan
Lansia yang
Rp. 300.000, s/d Rp.
(kacamata)
mengalami
500.000,- per unit
gangguan
pengelihatan
Lansia yang
Alat Bantu gerak:
mengalami
- Rp. 350.000,- Tongkat
rehabilitasi
- Rp. 350.000,- Tongkat kaki tiga (tripod)
mobilitas
- Rp. 500.000,- Tongkat kaki empat
- Rp. 2.000.000,- Kursi Roda
Bantuan pengembangan Rp. 2.500.000
-Lansia Potensia
usaha
- Telah memiliki
usaha
Bahan bahan bangunan
Rp.10.000.000,- per
yang diperlukan dan/ sarana rumah
kamar Lanjut Usia
Rp.2.500.000,- per
orang
Lansia Miskin
-Lanjut Usia di
dalam masyarakat
- Lanjut Usia
didalam panti
KETERANGAN
Dikerjakan
secara gotong
royong atau
mendapat
dukungan dari
Pemda setempat.
Disesuaikan
dengan
kebutuhan Lanjut
Usia
5.
Bantuan
Lanjut Usia
dalam Situasi
Darurat
Bantuan perawatan,
Rp.15.000,- per
pelayanan dan perlindungan orang perhari
bagi Lanjut Usia yang
berada dalam situasi darurat
6.
Bantuan
Lanjut Usia
dalam
Ketelantaran
Perjalanan
Binaan Penting
-Lansia yang
berada di daerah
pengungsian,
rawan bencana,
konflik, dsb.
Lamanya
pemberian
bantuan
tergantung dari
masing masing
kasus
Disesuaikan
dengan jarak dan
transportasi yang
digunakan