pertahanan tubuh.
2. TANDA DAN GEJALA
a. Perdarahan
Sifatnya bisa intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru terjadi
pada stadium selanjutnya.
perdarahan dan keputihan lebih banyak disertai infeksi sehingga cairan yang keluar berbau
disertai nyeri di daerah pelvis, pinggang dan tungkai bawah. Kanker serviks juga disertai keluhan
lain sesuai dengan organ yang terkena.
b. Keputihan yang berbau dan tidak gatal.
c. Cepat lelah.
d. Kehilangan berat badan.
e. Anemia.
Gejala muncul ketika sel serviks yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup
1)
2)
3)
4)
ke jaringan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala yang spesifik untuk kanker serviks ini.
Perdarahan vagina abnormal.
Dapat berkembang menjadi ulserasi pada permukaan epitel serviks, tetapi tidak selalu ada.
Nyeri abdomen dan punggung bagian bawah.
Menandakan bahwa perkembangan penyakit sangat cepat.
Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak)
Keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah muda, coklat, mengandung
darah atau hitam serta bau busuk.
Gejala kanker serviks stadium lanjut.
d. Infeksi virus.
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata
diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
e. Sosial Ekonomi.
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial
ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan
sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi
imunitas tubuh.
f. Hygiene dan sirkumsisi.
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya
belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga
banyak kumpulan-kumpulan smegma.
g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim).
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan
berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi
infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya
kanker serviks.
h. Sering berganti-ganti pasangan (multipatner sex).
i. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18. Penelitian menunjukkan bahwa 10-30 %
wanita pada usia 30an tahun yang sexually active pernah menderita infeksi HPV (termasuk
infeksi pada daerah vulva). Persentase ini semakin meningkat bila wanita tersebut memiliki
banyak pasangan seksual. Pada sebagian besar kasus, infeksi HPV berlangsung tanpa gejala dan
bersifat menetap.
Kedua faktor diatas juga berhubungan dengan infeksi HPV. Semakin dbanyak berganti-ganti
pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga semakin tinggi. Begitu pula dengan terpaparnya selsel mulut rahim yang mempunyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang
berbeda-beda pada multipatner dapat merangsang terjadinya perubahan kearah dysplasia.
4. EPIDEMIOLOGI
Karsinoma serviks adalah kanker genital kedua yang paling sering pada perempuan dan
bertanggung jawab untuk 6% dari semua kanker pada perempuan di Amerika Serikat
(CancerNet, 2001). Kanker servikal ini sebagian besar (90%) adalah karsinoma sel skuamosa dan
sisanya (10%) adalah adenokarsinoma.
Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually
active. Tidak pernah ditemukan wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual pernah
menderita kanker ini. Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur, terutama
paling banyak pada wanita yang berusia 35-55 tahun. Akan tetapi, tidak mustahil wanita yang
mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor risikonya.
Faktor risiko mayor untuk kanker servikal adalah infeksi dengan virus papilloma manusia
(HPV) yang ditularkan secara seksual. Penelitian epidemiologi diseluruh dunia menegaskan
bahwa infeksi HPV adalah faktor penting dalam perkembangan kanker servikal. Faktor risiko
lain untuk perkembangan kanker servikal adalah aktivitas seksual pada usia muda, paritas tinggi,
jumlah pasangan seksual yang meningkat, status ekonomi yang rendah, dan merokok. (Sylvia A.
Price, 2005).
5. PATOFISIOLOGI TERJADINYA PENYAKIT
Bentuk dysplasia servikal prainvasif termasuk karsinoma in situ dapat diangkat
seluruhnya dengan biopsi kerucut atau eradikasi menggunakan laser,kauter,atau bedah krio.
Tindak lanjut yang sering dan teratur untuk lesi yang berulang penting dilakukan setelah
pengobatan ini. Karsinoma serviks invasif terjadi bila tumor menginvasi epithelium masuk dalam
stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan paraservikal.
Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif
pada jaringan servikal.Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding
vagina, ligamentum kardinale,dan rongga endometrium ;invasi kelenjar getah bening dan
pembuluh darah mengakibatkan metastasis ke bagian tubuh yang jauh. Tidak ada tanda atau
gejala yang spesifik untuk kanker servik. Karsinoma servikal prainvasif tidak memiliki gejala,
namun karsinoma invasive dini dapat menyebabkan secret vagina atau perdarahan vagina.
Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada saat
awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis perdarahan
vagina yang paling sering adalah pascakoitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan
tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah atau
nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan
mendesak, hematuria, atau perdarahan rectum.
6. PATHWAY ( TERLAMPIR )
7. KLASIFIKASI
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingkat
0
I
Ia
Kriteria
Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri
Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor sudah
stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau
Ib
pembuluh darah.
Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan
II
II a
II b
III a
III b
IV
IV a
atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh
Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah keluar dari
IV b
perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh progesif meluas ke forniks,
Makroskopis
a. Stadium preklinis.
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
b. Stadium permulaan.
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
c. Stadium setengah lanjut.
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
d. Stadium lanjut.
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan jaringan
yang rapuh dan mudah berdarah.
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kepala : rambut
Inspeksi :
-
Terjadi kerontokan
b. Abdomen
Palpasi :
-
c. Vagina
Inspeksi :
-
Tampak keputihan yang menetap, dengan cairan yang encer, berwarna merah muda, coklat,
pengambilan sediaan yang tidak adekuat. Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
Pap smear
Pap smear dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan aktivitas seksual
sebelum itu, misalnya menikah. Setelah 3 kali hasil pemeriksaan tahunan menunjukkan negative
maka selanjutnya harus melakukan pemeriksaan setiap tiga tahun sekali sampai umur 65 tahun.
Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar).
Kolposkopi dilakukan ketika ditemukan displasia atau kersinoma insitu. Alat ini memberikan
gambaran tentang pembesaran serviks dan daerah abnormal yang mungkin dapat dibiopsi.
Servikografi
Pemeriksaan visual langsung
Gineskopi
Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)
Kuretase endoserviks
Kuretase endoserviks dilakukan jika daerah abnormal tidak terlihat.
Biopsy kerucut.
Biopsy kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih besar untuk penelitian
atau kuning.
Konisasi.
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel gepeng dan
kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak
kelainan-kelainan yang jelas.
menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran
darah.
F. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten.
5 % dari
karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post
terapi keadaan masih tetap sama.
11. PENATALAKSAAN
Tingkat
0
Penatalaksaan
Biopsi kerucut
Ia
Histerektomi trasnsvaginal
I b dan II a
Biopsi kerucut
Radioterapi
Radiasi paliatif
Kemoterapi
12. KOMPLIKASI
a)
1)
2)
3)
4)
5)
b)
1)
2)
3)
4)
5)
13. PROGNOSIS
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap
pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien yang
menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena
lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radikal, terjadinya 80%
rekurensi dalam 2 tahun.
14. PENCEGAHAN
a)
b)
c)
d)
2.
1.
2.
3.
5. Berkemih dengan jumlah normal tanpa retensi, Menunjukkan perilaku yang meningkat kontrol
kandung kemih/ urinaria
6. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktifitas yang optimal.
7. Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya, Klien mampu membagi
perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat, Klien mengkomunikasikan perasaan tentang
perubahan dirinya secara konstruktif, Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.
8. Klien tampak rileks, Melaporkan ansietas berkuarang sampai tingkat dapat diatasi, Mampu
mengidentifikasikan cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya.
9. Pasien dapat mengungkapkan perencanaan pengobatan tujuan dari pemberian terapi Klien
mengetahui diagnose kanker yang diderita, Klien mengetahui tindakan - tindakan yang harus
dilalui klien, Klien tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah komplikasi,
Sumber-sumber koping teridentifikasi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 2. Jakarta :
EGC
Carpenito, L.J . (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3. Jakarta : EGC
Hacker and Moore. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta : Hipokrates
Mansjoer, Arif. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Media Aesculapitus. Jakarta: Media
Aesculapitus
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
untuk pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Nursalam, (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek. Jakarta:Salemba
Medika