Anda di halaman 1dari 2

Hipertensi dalam kehamilan merupakan komplikasi kehamilan yang sering diderita ibu

hamil yaitu sekitar 5 hingga 10 persen. Hipertensi, perdarahan dan infeksi adalah penyebab
tersering morbiditas dan mortalitas ibu hamil.1 Preeklampsia merupakan penyakit hipertensi
yang diinduksi oleh kehamilan pada masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan merupakan
penyebab umum kematian ibu dan bayi, serta menjadi penyebab terjadinya kelahiran
prematur di seluruh dunia. Menurut laporan yang dibuat untuk mencapai salah satu tujuan
Millennium Development Goals, rasio mortalitas ibu di ASEAN pada tahun 2010 adalah 150.
Dan penyakit hipertensi berkontribusi sekitar 1 dari 6 kematian ibu di ASEAN. 2
WHO memperkirakan kasus preeklampsia tujuh kali lebih tinggi di negara berkembang
daripada negara maju.3 Prevalensi preeklampsia di Negara maju adalah 1,3% - 6%,
sedangkan di Negara berkembang adalah 1,8% - 18%. Insiden preeklampsia di Indonesia
sendiri adalah 128.273/tahun atau sekitar 5,3%.4 Kecenderungan yang ada dalam dua dekade
terakhir ini tidak terlihat adanya penurunan yang nyata terhadap insiden preeklampsia,
berbeda dengan insiden infeksi yang semakin menurun sesuai dengan perkembangan temuan
antibiotik.5
Preeklampsia/eklampsia merupakan masalah kedokteran yang serius karena bukan
hanya berdampak pada ibu hamil dan melahirkan, namun juga menyebabkan masalah pasca
persalinan dan berdampak juga kepada bayi seperti persalinan prematur atau pertumbuhan
janin terhambat. Di Indonesia preeklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab
kematian ibu berkisar 1,5-25 %, sedangkan kematian bayi antara 45-50 %. Eklampsia
menyebabkan 50.000 kematian/tahun di seluruh dunia, 10 % dari total kematian maternal.6
Etiologi pasti preeklampsia masih belum diketahui, namun terdapat faktor risiko yang
mempengaruhi kejadian preeklampsia. Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
preeklampsia kehamilan pertama (primigravida), adanya riwayat kehamilan sebelumnya
menderita preeklampsia, usia kehamilan tua (lebih dari 40 tahun), terdapat hipertensi kronis
atau penyakit ginjal kronis, riwayat trombofilia, kehamilan multifetus, fertilisasi in vitro,
adanya riwayat preeklampsia pada keluarga, mengalami diabetes melitus tipe I atau tipe II,
serta lupus ertiyematosus sistemik.7
Diagnosis preeklampsia dapat didasari oleh temuan klinis. Seperti yang telah
didefinisikan oleh American College of Obstetrics and Gynecology, diagnosis penyakit ini
didasari oleh nilai tekanan darah 140/90 mmHg pada minimal dua kali pengukuran, disertai
dengan proteinuria 300 mg/dl. Edema, temuan klasik pada penyakit ini, tidak lagi dianggap
sebagai kriteria diagnostik karena rendahnya angka sensitivitas dan spesifisitasnya.
Pemeriksaan laboratorium, seperti tes fungsi hati, tes urine, dan kreatinin serum dapat

membantu dalam menentukan karakterristik kerusakan organ, namun juga tidak spesifik
untuk mendiagnosis preeklampsia.8

Anda mungkin juga menyukai