PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan
nasional, tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad kesehatan
masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan penting dalam
meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan nasional
diselenggarakan berbagai
upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas merupakan garda depan
dalam penyelenggara upaya kesehatan dasar.
Menkes/ SK/ II/ 2004, tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat Tahun 2004.,
merupakan landasan hukum dalam penyelenggaraan Puskesmas, yang merupakan unit pelaksana
teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Kemudian di lengkapi dengan adanya
Permenkes 75 tahun 2014 tentang Puskesmas yang telah menetapkan dua kegiatan pokok
Puskesmas yaitu; Usaha Kesehatan Perorangan (UKP) dan Usaha Kesehatan Masyarakat
(UKM). Agar Puskesmas dapat menjalankan fungsinya secara optimal perlu dikelola dengan
baik, baik kinerja pelayanan, proses pelayanan, maupun sumber daya yang digunakan.
Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu, serta dapat menjawab
kebutuhan mereka, oleh karena itu upaya peningkatan mutu, manajemen risiko dan keselamatan
pasien perlu diterapkan dalam pengelolaan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang komprehensif kepada masyarakat melalui upaya pemberdayaan masyarakat dan swasta.
Pelayanan kesehatan, baik di Rumah Sakit maupun di Puskesmas, akan diapresiasi oleh
masyarakat luas selaku pengguna layanan jika pelayanan kedua institusi pelayanan kesehatan
tersebut bermutu. Pelayanan kesehatan yang bermutu pasti menggunakan pendekatan manajemen
sehingga pengelolaannya menjadi efektif, efisien, dan produktif. Untuk bisa menyediakan
pelayanan kesehatan seperti itu, pimpinan dan staf dari kedua institusi pelayanan tersebut harus
menerepkan prinsip-prinsip manajemen (Muninjaya, 2012).
Manajemen adalah ilmu terapan yang dapat dimanfaatkan di berbagai jenis organisasi
untuk membantu manajer dalam memecahkan masalah organisasi, sehingga manajemen juga
dapat digunakan dalam bidang kesehatan untuk membantu manajer organisasi pelayanan
kesehatan memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Menurut Notoatmodjo (2003),
manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur petugas kesehatan
dan non-petugas kesehatan masyarakat melalui program kesehatan. (Herlambang &Murwani,
2012).
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,
menyebutkan dalam pasal 34 ayat 1 bahwa setiap pimpinan penyelenggaraan fasilitas pelayanan
kesehatan perseorangan harus memiliki kompetensi manajemen kesehatan perseorangan yang
dibutuhkan (Kemenkes, 2009). Untuk itu, seorang kepala puskesmas
dituntut untuk
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
Mengetahui tentang manajemen kesehatan dan manajemen puskesmas serta peran seorang
kepala puskesmas dalam manajemen kesehatan dan manajemen puskesmas.
1.3.
Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan pembaca khususnya
agar dapat lebih mengetahui dan memahami mengenai Manajemen Kesehatan dan Manajemen
Puskesmas sehingga dapat menerapkannya saat bertugas sebagai kepala puskesmas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Manajemen Kesehatan
2.1.1. Definisi
Secara klasik, manajemen adalah ilmu atau seni tentang penggunaan sumber daya secara
efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Manajemen merupakan ilmu terapan yang penerapannya disesuaikan dengan ruang lingkup
fungsi organisasi, bentuk kerja sama manusia di dalam organisasi, dan ruang lingkup masalah
yang dihadapi. Di bidang kesehatan, manajemen diterapkan untuk mengatur perilaku staf yang
bekerja di dalam organisasi (institusi pelayanan) kesehatan untuk menjaga dan mengatasi
gangguan kesehatan pada individu atau kelompok masyarakat secara efektif, efisien, dan
produktif (Muninjaya, 2012).
Sehat adalah suatu keadaan optimal, baik jasmani maupun rohani serta sosial ekonomi,
dan tidak hanya terbatas pada keadaan bebas dari penyakit atau kelemahan fisik dan mental saja
(WHO, 1946). Di Indonesia pengertian sehat dituangkan dalam UU Pokok Kesehatan RI No.9
tahun 1960 (Herlambang & Murwani, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2003) dalam buku Manajemen Kesehatan dan Rumah Sakit,
manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas
kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program
kesehatan (Herlambang & Murwani, 2012).
Sesuai dengan tujuan sistem kesahatan, yakni peningkatan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, maka manajemen kesehatan tidak dapat disamakan dengan manajemen niaga
yang lebih berorientasi pada upaya mencari keuntungan berupa uang untuk pemilik perusahaan
(profit oriented) melainkan manajemen kesehatan berorientasi memberikan manfaat pelayanan
secara optimal pada masyarakat (benefit oriented) oleh karena organisasi kesehatan lebih
mementingkan pencapaian kesejahteraan umum (Herlambang & Murwani, 2012)..
2.1.2. Fungsi
Fungsi-fungsi dalam manajemen kesehatan sama dengan fungsi-fungsi dalam manajemen
perusahaan, yaitu (Herlambang & Murwani, 2012) :
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan fungsi terpenting dalam manajemen. Perencanaan kesehatan
adalah sebuah proses untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan yang berkembang di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program
yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan tersebut.
Dengan perencanaan dapat mengetahui : tujuan yang ingin dicapai; jenis dan struktur
organisasi yang dibutuhkan; jenis dan jumlah staf yang diinginkan dan uraian tugasnya; sejauh
mana efektivitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan; bentuk dan standar
pengawasan yang akan dilakukan.
Terdapat lima langkah yang perlu dilakukan pada proses penyusunan sebuah perencanaan
dalam manajemen kesehatan, yaitu: (a) analisa situasi; (b) mengidentifikasi masalah dan
prioritasnya; (c) menentukan tujuan program; (d) mengkaji hambatan dan kelemahan program;
(e) menyusun rencana kerja operasional.
2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
Dengan adanya pengorganisasian, maka seluruh sumber daya yang dimiliki oleh
organisasi akan diatur penggunaannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Dengan pengorganisasian, seorang pemimpin akan mengetahui: pembagian tugas secara
jelas, tugas pokok dan prosedur kerja staf, hubungan organisatoris dalam struktur organisasi,
pendelegasian wewenang, dan pemanfaatan staf dan fasilitas fisik yang dimiliki organisasi.
Ada enam langkah penting dalam membuat pengorganisasian, yaitu: (a) tujuan organisasi
harus sudah dipahami oleh staf; (b) membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan
pokok untuk mencapai tujuan; (c) menggolongkan kegiatan pokok ke dalam suatu kegiatan yang
praktis; (d) menetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh staf dan menyediakan fasilitas
pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya; (e) penugasan personal yang
terampil.
3. Fungsi Pelaksanaan dan Pembimbingan (Actuating)
Pada fungsi ini lebih mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati. Beberapa hal yang dapat menggerakkan dan
mengarahkan sumber daya manusia dalam organisasi yaitu : peran kepemimpinan (leadership),
motivasi staf, kerja sama antar staf, dan komunikasi yang lancer antar staf.
Adapun tujuan fungsi pelaksanaan dan pembimbingan adalah: (1) menciptakan kerjasama
yang lebih efisien; (2) mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf; (3) menumbuhkan
rasa menyukai dan memiliki pekerjaan; (4) mengusahakan suasana lingkungan kerja yang
meningkatkan motivasi prestasi kerja staf; (5) membuat organisasi berkembang secara dinamis
4. Fungsi Pengawasan (Controlling)
Melalui fungsi pengawasan, standar keberhasilan program yang telah dibuat dalam
bentuk target, prosedur kerja, dan sebagainya harus selalu dibandingkan dengan hasil yang telah
dicapai atau yang mampu dikerjakan oleh staf.
Jenis standar pengawasan ada dua, yaitu : (1) standar norma, standar yang dibuat
berdasarkan pengalaman staf melaksanakan program yang sejenis atau yang pernah dilaksanakan
dalam situasi yang sama di masa lalu; (2) standar kriteria, standar yang diterapkan untuk
kegiatan-kegiatan pelayanan oleh petugas yang sudah mendapatkan pelatihan.
Pemimpin bisa mendapatkan data pada saat melakukan pengawasan dengan tiga cara:
pengamatan langsung, laporan lisan dari staf atau pengaduan masyarakat, dan laporan tertulis
dari staf.
5. Fungsi Evaluasi (Evaluation)
Tujuannya yaitu untuk memperbaiki efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program
dengan memperbaiki fungsi manajemen. Evaluasi ada beberapa macam, yaitu: (a) evaluasi
terhadap input, dilaksanakan sebelum program dilaksanakan;(b) evaluasi terhadap proses,
dilaksanakan pada saat kegiatan berlangsung; (c) evaluasi terhadap output, dilaksanakan setelah
pekerjaan selesai.
Fungsi-fungsi manajemen diatas dapat dilihat pada Gambar 2.1. Meskipun keempat
fungsi manajemen tersebut terpisah satu sama lain, teteapi sebagai sebuah proses, keempatnya
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berhubungan satu sama lain. Jika tujuan organisasi
belum tercapai, pimpinan organisasi harus menganalisis kelemahan pelaksanaan salah satu atau
beberapa fungsi manajemen tersebut (Muninjaya, 2012).
kesehatan nasional, subsistem manajemen kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai
upaya administrasi kesehatan yang didukung oleh pengelolaan data dan informasi,
pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengaturan hukum
kesehatan secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya (Herlambang & Murwani, 2012).
Subsistem manajemen kesehatan terdiri dari empat unsur utama (Herlambang &
Murwani, 2012) :
1.
2.
Informasi kesehatan, adalah hasil pengumpulan dan pengolahan data yang merupakan masukan
bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan.
3.
Ilmu pengetahuan dan teknologi, adalah hasil penelitian dan pengembangan yang merupakan
masukan bagi pengambilan keputusan di bidang kesehatan.
4.
Hukum kesehatan, adalah peraturan perundang-undangan kesehatan yang dipakai sebagai acuan
bagi penyelenggara pembangunan kesehatan.
2.1.5. Pembiayaan Program Kesehatan
Sesuai dengan UU No. 22 dan 25 tahun 1999 (diubah menjadi UU No.32 dan 33 tahun
2004) tentang pemerintah daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah, dana
pembangunan kesehatan berasal dari tiga sumber yaitu (Muninjaya, 2012) :
1.
Pemerintah (APBN), yang disalurkan ke daerah dalam bentuk DAU ( Dana Alokasi Umum) dan
DAK (Dana Alokasi Khusus). Dengan diberlakukannya otonomi daerah, porsi dana sector
kesehatan yang bersumber dari APBN menurun. Pemerintah pusat juga masih tetap membantu
pelaksanaan program kesehatan melalui bantuan dana dekonsentrasi, khususnya untuk
pemberantasan penyakit menular.
2.
APBD yang bersumber dari PAD (Pendapatan Asli Daerah), baik yang bersumber dari pajak
maupun penghasilan badan usaha milik Pemda. Mobilisasi dana kesehatan juga bisa bersumber
dari masyarakat dalam bentuk asuransi kesehatan, investasi pembangunan sarana pelayanan
kesehatan oleh pihak swasta dan biaya langsung yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk
perawatan kesehatan. Dana pembangunan kesehatan yang diserap dari berbagai sektor harus
dibedakan dengan dana sektor kesehatan yang diserap oleh dinas kesehatan.
3. Bantuan luar negeri, dapat dalam bentuk hibah (grant) atau pinjaman (loan) untuk investasi atau
pengembangan pelayanan kesehatan.
2.2.
Manajemen Puskesmas
2.2.1. Definisi
Menurut Permenkes No.75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat, disebutkan
bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
Prinsip Penyelenggaraan
Prinsip penyelenggaraan puskesmas meliputi;
Paradigma sehat
Pertanggungjawaban wilayah
Kemandirian masyarakat
Pemerataan
Tugas Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat.
Fungsi Puskesmas
Dalam melaksanakan tugas Puskesmas menyelengarakan fungsi penyelenggaraan UKM
tingkat pertama dan penyelenggaraan UKP tingkat pertama diwilayah kerjanya. Selain itu
Puskesma juga dapat berfungsi sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.
Wewenang Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
Tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan memiliki kompetensi manajemen kesehatan
masyarakat;
b)
c)
kepala Puskesmas;
b)
c)
d)
e)
f)
2.
3.
Local Area Monitoring (LAM) atau PIAS-PWS (Pemantauan Ibu dan Anak SetempatPemantauan Wilayah Setempat)
Merupakan sistem pencatatan dan pelaporan untuk pemantauan penyakit pada ibu dan
anak atau untuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi. LAM
merupakan penjabaran fungsi pengawasan dan pengendalian program. LAM yang
dijabarkan khusus untuk memantau kegiatan program KIA disebut dengan PIAS. Sistem
pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) adalah kompilasi pencatatan
program yang dilakukan secara terpadu setiap bulan.
Stratifikasi puskesmas merupakan kegiatan evaluasi program yang dilakukan setiap tahun
untuk mengetahui pelaksanaan manajemen program puskesmas secara menyeluruh. Penilaian
dilakukan oleh tim dari Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Data SP2TP
dimanfaatkan oleh puskesmas untuk penilaian stratifikasi (Muninjaya, 2004).
Supervisi rutin oleh pimpinan puskesmas dan rapat-rapat rutin untuk koordinasi dan
memantau kegiatan program. Supervisi oleh pimpinan, monitoring, dan evaluasi merupakan
penjabaran fungsi manajemen (pengawasan dan pengendalian) di puskesmas (Tabel 2.1)
(Muninjaya, 2004).
Planning
Organizing
Actuating
Controlling
Upaya penunjang
Persiapaan
mempersiapkan data yang akan di analisis, sehingga untuk selanjutnya dapat
mempermudah perencanaan yang akan dibuat.
identifikasi masalah,
prioritas masalah,
merumuskan masalah,
penyebab masalah
Penyusunan RUK
pada dasarnya menyusun RUK harus memperhatikan berbagai kebijakan
yang berlaku secara global, nasional maupun daerah sesuai dengan hasil
kajian data dan informasi yang tersedia di puskesmas. Puskesmas haruslah
mempertimbangkan masukan dari masyarakat melalui Konsil Kesehatan
Kecamatan/Badan Penyantun Puskesmas. Rencana usulan kegiatan harus
dilengkapi pula dengan usulan pembiayaan untuk kebutuhan rutin, sarana,
prasarana, dan operasional puskesmas. RUK yang disusun tersebut merupakan
RUK untuk tahun mendatang (H+1). Penyusunan RUK tersebut disusun pada
bulan januari tahun berjalan (H) berdasarkan hasil kajian pencapaian kegiatan
pada tahun sebelumnya (H-1). Dalam hal ini diharapkan penyusunan RUK
telah selesai dilaksanakan di puskesmas pada akhir bulan januari tahun
berjalan (H).
Setelah
menyusun,
kemudian
RUK
tersebut
dibahas
di
Dinas
Lokakarya mini
Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional, upaya kesehatan diselenggarakan melalui
upaya kesehatan Puskesmas, peran serta masyarakat, dan rujukan upaya kesehatan.
Puskesmas mempunyai fungsi sebagai pusat pengembangan peran serata masyarakat, pusat
pembinaan kesehatan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam rangka
membina petugas Puskesmas untuk bekerjasama dalam tim sehingga dapat melaksanakan
fungsi Puskesmas dengan baik, telah dikembangkan Lokakarya Mini Puskesmas.
Lokakarya Mini Puskesmas merupakan suatu pertemuan antar petugas Puskesmas dan
petugas Puskesmas dengan sektor terkait (lintas sektoral) untuk meningkatkan kerjasama
tim, memantau cakupan pelayanan Puskesmas serta membina peran serta masyarakat secara
terpadu agar dapat meningkatkan fungsi Puskesmas. Ditinjau dari fungsi manajemen yang
terdiri dari perencanaan (P1), Penggerakan Pelaksanaan (P2) dan Pengawasan Pengendalian
Tujuan umum :
Terselenggaranya lokakarya bulanan intern puskesmas dalam rangka
pemantauan hasil kerja petugas puskesmas dengan cara membandingkan
rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas dengan hasil kegiatannya dan
membandingkan cakupan kegiatan dari daerah binaan dengan targetnya
serta tersusunnya rencana kerja bulan berikutnya.
Tujuan khusus :
a
Masukan
1
Proses :
1
Keluaran :
1
Kesepakatan
bersama
untuk
pelaksanaan
berdasarkan PoA
3
2
kegiatan
Masukan :
1
Proses :
1
3
c
Keluaran :
1
Tujuan umum
Terselenggaranya lokakarya lintas sektoral dalam rangka mengkaji hasil
kegiatan kerja sama lintas sektoral dan tersusunnya rencanan kerja tribulan
selanjutnya.
Tujuan khusus
a
lokakarya
pengorganisasian.
yang
diselenggarakan
Pengorganisasian
tim
dalam
rangka
dilaksanakan
untuk
dapat
Masukan :
1
Proses :
Keluaran :
1
Kesepakatan
tertulis
lintas
sektor
terkait
dalam
Masukan :
1
3
b
Proses :
1
Keluaran :
1
Kesepakatan bersama
3
3
b.
akan datang
berdasarkan prioritasnya.
4
Teknis pelaksanaan
Dalam hal ini, dimisalkan saja bahwa teknis pelaksanaan penilaian kinerja
Puskesmas di Kabupaten Klungkung tahun 2008 sbb:
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan memasukkan data hasil
kegiatan Puskesmas th 2008 ( Jan s/d Des 2008 ) dengan variabel dan
sub variabel yang terdapat dalam forum penilaian kinerja Puskesmas th
2008
2. Pengolahan Data
Setelah
proses
pengumpulan
data
selesai,
dilanjutkan
dengan
penghitungan sbb :
a
Skala 1 nilai 4
Skala 2 nilai 7
Skala 3 nilai 10
Skala 1 Nilai 4
Skala 2 Nilai 7
Skala 3 Nilai 10
Cara Penilaian :
a. Nilai mutu dihitung sesuai dengan hasil pencapaian Puskesmas
dan dimasukkan ke dalam kolom yang sesuai.
b. Hasil nilai skala di masukkan ke dalam kolom nilai akhir tiap
variabel
c. Hasil rata rata nilai variabel dalam satu komponen
merupakan nilai akhir mutu
Nilai mutu pelayanan dikelompokkan menjadi :
3.
4.
Untuk meningkatkan motivasi kerja staf, sistem intensif perlu diterapkan sesuai
dengan ketentuan yang disepakati bersama. Selain itu pemberian penghargaan oleh
Pertemuan antara pimpinan dengan staf sebaiknya diadakan secara rutin dalam
pertemuan rutin seperti rapat bulanan dan mingguan
5.
Laporan harian (melaporkan adanya kejadian luar biasa (KLB) penyakit tertentu
Laporan bulanan (ada 4 jenis, LB1 berisi data kesakitan, LB2 berisi data kematian,
LB3 berisi data program gizi. KIA, KB, dan P2M, LB4 untuk obat-obatan)
Kesimpulan
1. Good Clinical Practice (GCP) adalah suatu standar kualitas etik dan ilmiah
internasional untuk mendisain, melaksanakan, mencatat, dan melaporkan uji klinik
yang melibatkan partisipasi subjek manusia. Mematuhi standar ini akan memberi
kepastian kepada publik bahwa hak, keamanan, kesejahteraan subjek uji klinik
dilindungi serta data uji klinik dapat dipercaya.
2. Dokter harus mengetahui dan memahami GCP karena dokter yang akan melakukan uji
klinik dianjurkan menerapkan prinsip GCP agar uji klinik yang dilakukan
menghasilkan mutu hasil uji klinik yang dapat dipercaya dan bermanfaat serta diakui
di dunia internasional. Dokter yang berpedoman pada GCP akan melindungi hak,
keamanan, dan kesejahteraan subjek uji klinik.
DAFTAR PUSTAKA
Muninjaya, A. 2004. Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta : EGC. Hal 44-49, 129-164
Herlambang, S., Murwani, A. 2012. Cara Mudah Memahami Manajemen Kesehatan dan Rumah
sakit. Gosyen publishing: Yogyakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2001. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor 02002/SK/KBPOM Tentang Tata Laksana Uji
Klinik.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2014. Good Clinical Practice. Diambil dari:
http://www.pom.go.id/mobile/index.php/view/berita/6043/Good-Clinical-PracticeInspection-Training-Course-Tahun-2014.html [Diakses tanggal 18 Maret 2015]
ICH Expert Working Group. 1996. International Conference On Harmonization of Technical
Requirements For Registration Of Pharmaceuticals For Human Use. Guideline For Good
Clinical Practice E6 (R1).
Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. 2011. Uji Klinis. Dalam: Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Edisi Keempat. Sagung Seto. Jakarta: 187-217.
Vijayananthan, A. 2008. The Importance of Good Clinical Practice Guidelines and itsrole
inclinical trials. Biomedical Imaging and Intervention Journal.