KEBUTUHAN ELIMINASI
A. Pengertian
Eliminasi urin normalnya adalah pengeluaran cairan.Proses
pengeluaran ini tergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi organ
seperti ginjal, ureter, bladder dan uretra.Ginjal memindahkan air dari
darah dalam bentuk urin.Ureter mengalirkan urin ke bladder.Dalam
bladder urin ditampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian
dikeluarkan melalui uretra (Tarwoto & Wartonah 2004).
Eliminasi urine adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme.
Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan.Proses pengeluaran
ini sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi seperti ginjal,
ureter, bladder, dan uretra. (A.Aziz, 2008 : 62)
B. Fisiologi
Organ yang berperan dalam proses terjadinya eliminasi urine adalah
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ retoperitoneal (di belakang selaput perut),
terdiri atas ginjal sebelah kanan dan kiri tulang punggung. Ginjal
berperan sebagai pengatur komposisi dan volume cairan dalam tubuh
serta penyaring darah untuk dibuang dalam bentuk urin sebagai zat sisa
yang tidak diperlukan oleh tubuh dan menahannya agar tidak bercampur
dengan zat-zat yang di butuhkan oleh tubuh
2. Ureter
Setelah urine terbentuk kemudian akan dialirkan ke pelvis ginjal lalu
ke bladder melalui ureter. Lapisan tengah ureter terdiri atas otot-otot
yang distimulasi oleh transmisi impuls elektrik berasal dari syaraf
otonom. Akibat gerakan peristaltik ureter maka urine didorong ke
kandung kemih (Tarwoto, wartonah, 2006).
Ureter merupakan stuktut trubuler yang mmiliki panjang 25-30 cm
dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa. Ureter membentang pada
posisi retroperitoneum untuk memasuki kandung kemih didalam rongga
panggul (pelvis) pada sambungan ureterovesikalis. Urine yang keluar
dari ureter ke kandung kemih umumnya steril.
3. Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan sebuah kantong yang terdiri atas otot halus,
berfungsi menampung urin.Dalam kandung kemih terdapat beberapa
lapisan jaringan otot yang paling dalam, memanjang ditengah, dan
melingkar yang disebut sebagai detrusor, berfungsi untuk mengeluarkan
10.Tonus otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu poses
berkemih adalah kandung kemih, otot abdomen, dan pelvis. Ketiganya
sangat berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urin.
11.Pembedahan
Efek pembedahan dapat menuunkan filtrasi glomeulus yang dapat
menyebabkan penurunan jumlah poduksi urin kaena tampak dari
pembeian obat anestesi.
12.Pengobatan
Efek pengobatan menyebabkan peningkatan atau penurunan jumlah
urin.Misalnya, pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah urin,
sedangkan pemberian obat antikolinergik atau antihipertensi dapat
menyebabkan retensi urin.
D. Masalah-masalah Eliminasi Urin
1. Retensi urine.
Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih
akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung
kemih.Hal ini menyebabkan distensia vesika urinaria atau merupakan
keadaan ketika seseorang mengalami pengosongan kandung kemih
yang tidak lengkap. Dalam keadaan distensi vesika urinaria dapat
menampung urine sebanyak 3.000 4.000 ml urine (A.Aziz, 2008 : 66).
Retensi urine post partum dapat terjadi pada pasien yang mengalami
kelahiran normal sebagai akibat dari peregangan atau trauma dari
dasar kandung kemih dengan edema trigonum. Faktor-faktor
predisposisi lainnya dari retensio urine meliputi epidural anestesia,
pada gangguan sementara kontrol saraf kandung kemih , dan trauma
traktus genitalis, khususnya pada hematoma yang besar, dan sectio
cesaria. Retensi postpartum paling sering terjadi.Setelah terjadi
kelahiran pervaginam spontan, disfungsi kandung kemih terjadi 9-14 %
pasien; setelah kelahiran menggunakan forcep, angka ini meningkat
menjadi 38 %.Retensi ini biasanya terjadi akibat dari dissinergis antara
otot detrusor-sphincter dengan relaksasi uretra yang tidak sempurna
yang kemudian menyebabkan nyeri dan edema.Sebaliknya pasien yang
tidak dapat mengosongkan kandung kemihnya setelah sectio cesaria
biasanya akibat dari tidak berkontraksi dan kurang aktifnya otot
detrusor. Ketika kandung kemih menjadi sangat mennggembung
diperlukan kateterisasi, kateter folley ditinggal dalam kanndung kemih
selama 24 48 jam untuk menjaga kandung kemih tetap kosong dann
memungkinkan kandung kemih menemukan kembali tonus normal dan
sensasi.
Tanda klinis retensi :
Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urine (2550 ml).
2. Inkontinensia urine.
Inkontinensia urine merupakan ketidakmampuan otot sphincter
eksternal sementara atau menetap untuk menetap unttuk mengontrol
ekskresi urine. Secara umum penyebab dari inkontinensia urine adalah:
proses penuaan (aging process), pembesaran kelenjar prostat, serta
penurunan kesadaran, serta penggunaan obat narkotik. (A.Aziz, 2008 :
66)
3. Enuresis.
Enuresis merupakan menahan kemih (mengompol) yang
diakibatkan tidak mampu mengontrol sphincter eksterna.Biasanya
enurisis terjadi pada anak atau orang jompo.Umumnya enurisis terjadi
pada malam hari.
Faktor penyebab enurisis :
a. Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari normal.
b. Anak-anak yang tidurnya bersuara dari tanda-tanda dari indikasi
keinginan berkemih tidak diketahui. Hal itu mengakibatkan
terlambatnya bangun tidur untuk untuk ke kamar mandi.
c. Vesika urinaria peka rangsang, dan seterusnya, tidak dapat
menampung urine dalam jumlah besar.
d. Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah.
e. Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan
mengatasi kebiasaannya tanpa dibantu dengan mendidiknya.
f. Infeksi saluran kemih, perubahan fisik, atau neurologis sistem
perkemihan.
g. Makanan yang banyak mengandung garam mineral.
h. Anak yang takut jalan gelap untuk ke kamar mandi.
4. Perubahan pola eliminasi urine.
Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang
yang mengalami gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi
anatomis, kerusakan motorik, sensorik, dan infeksi saluran kemih.
Perubahan pola eliminasi terdiri atas :
1. Frekuensi.
Frekuensi merupakan banyaknya jumlah berkemih dalm
sehari.Peningkatan frekuensi berkemih dikarenakan meningkatnya
jumlah cairan yang masuk.Frekuensi yang tinggi ttanpa suatu
tekanan asupan cairan dapat disebabkan sistisis.Frekuensi tinggi
dapat ditemukan juga pada keadaan stress/hamil.
2. Urgensi.Urgensi adalah perasaan seseorang yang takut mengalami
inkontinensia jika tidak berkemih. Pada umumnya anak kecil
memiliki kemampuan yang buruk dalm mengontrol sphincter
eksternal.Biasanya perasaan ingin segera berkemih terjadi pada
anak karena kurangnya kemampuan pengontrolan pada sphincter.
3. Disuria.
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih.Hal
ini sering ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih, trauma,
dan striktur uretra.
4. Poliuria.
b.
c.
d.
e.
f. Fecal Impaction.
Fecal impaction merupakan massa feses keras dilipatan rektum
yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang
berkepanjangan. Penyebab fecal impaction yaitu asupan kurang,
diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot. (A.Aziz, 2008 : 75)
F. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Eliminasi urine
1. Kebiasaan berkemih
2. Pola berkemih, meliputi:
- Frekuensi berkemih
- Urgensi = perasaan untuk sering berkemih seperti
seorang sering ke toilet karena takut mengalami
inkontinensia urine
- Disuria Poliuria
- Urinaria supresi
3. Volume urine
4. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan BAK
5. Karakteristik urine
6. Tanda klinis gangguan eliminasi urine
Eliminasi alvi
1. Pola defekasi dan keluhan selama defekasi
2. Karakteristik feses
3. Faktor yang mempengaruhi eliminasi alvi
4. Pemeriksaan fisik, meliputi:
- Abdomen : ada atau tidaknya distensi, simetris atau tidak,
gerakan peristaltik, adanya massa pada perut, dan
tenderness.
- Rektum dan anus : ada atau tidaknya tanda inflamasi
seperti perubahan warna, lesi, fistula, hemoroid, dan
massa.
G. Diagnosa keperawatan eliminasi urine dan alvi
1. Inkontinensia berhubungan dengan infeksi saluran kemih
2. Konstipasi berhubungan dengan menurunnya peristaltik akibat stress
3. Diare berhubungan dengan psikologis, situasional, dan fisiologis
H. Intervensi
Diagnosa
Inkontine
nsia
berhubun
gan
dengan
infeksi
saluran
kemih
NOC
NIC
Menunjukkan kontinensia
Manajemen eliminasi urine (NIC):
urine: yang dibuktikan oleh 1. Pantau eliminasi urine,
indikator berikut: (sebutan
termasuk frekuensi, konsistensi,
1-5 tidak pernah, jarang,
bau, volume, dan warna; jika
kadang, sering atau selalu)
perlu
2. Kumpulkan spesimen urine
porsi tengah untuk urinalisis,
Indikator
1 2 3 4 5
jika perlu
Mengidenta
3.
Identifikasi faktor yang
sikan
menyebabkan episode
keinginan
inkontinensia
berkemih
4. Penyuluhan untuk pasien atau
Berespons
keluarga
tepat waktu
dorongan
berkemih
Mencapai
toilet antara
waktu
dorongan
berkemih
dan
pengeluaran
urine
Menata
laksana
pakaian
secara
mandiri
Melakukan
eliminasi
secara
mandiri
Mempertah
ankan pada
eliminasi
yang dapat
diduga
Konstipasi
berhubun
gan
dengan
menurunn
ya
peristaltik
akibat
stress
gangguan eksterm
berat
sedang
ringan
tidak ada gangguan
Indikator
Defekasi
dapat
dilakukan
satu kali
sehari.
Konsistensi
feses
lembut
Eliminasi
feses tanpa
perlu
mengejan
1 2 3 4 5
berlebihan
Diare
berhubun
gan
dengan
psikologis
,
situasiona
l, dan
fisiologis
gangguan eksterm
berat
sedang
ringan
tidak ada gangguan
Indikator
1 2 3 4 5
Pola
eliminasi
Pengendalia
n defekasi
Diare
Darah dan
lender pada
feses
Manajemen diare
1. Informasikan
2.
3.
4.
5.
6.
pasien tentang
kemungkinan
obat
yang
mengakibatkan diare
Ajarkan
pasien
untuk
menggunakan
susu,
kopi,
makanan pedas, dan makanan
yang mengiritasi saluran cerna
Ajarkan
pasien
tentang
penggunaan obat antidiare
yang benar
Ajarkan pasien dan anggota
keluarga
untuk
mencatat
warna, volume, frekuensi dan
konsistensi feses
Anjurkan
pasien
untuk
melapor kepetugas kesehatan
setiap kali diare
Anjurkan
pasien
tentang
teknik menurunkan stress, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Ginjal.
Jakarta : EGC Edisi 4. Jakarta : EGC
Hidayat Alimul, Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Salemba Medika
Hidayat, A.Aziz, dkk. 2005. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC