Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Disusun kelompok 4:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Arif Candra Prasetyo


Anugrahani Kadanti Arifah
Bangkit Andhi Kurniawan
Dian Woro Palupi
Maivi Wantiska
Rukmana Yoga Persada

Kelas : 2D

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2016

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 199). Harga Diri
Rendah Kronis adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk
kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada
harapan dan putus asa (Departemen Kesehatan, 1998).
Berdasarkan catatan World Health Organization (WHO), sebanyak 450
juta orang di muka Bumi mengalami gangguan mental (mental disorder),
150 juta mengalami depresi, 25 juta orang mengalami skizofrenia, sebagai
gambaran, di negara Indonesia survey tentang penderita gangguan jiwa
tercatat 44,6% per 1.000 penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa
berat.
Dengan meningkatnya angka gangguan jiwa di maka perlunya
dilakukan perawatan yang lebih intensif pada klien dengan Harga Diri
Rendah Kronis secara menyeluruh meliputi : Bio Psiko Sosio
Spiritual, dimana penanganan klien dengan Harga Diri Rendah pada
kuhususnya dan gangguan jiwa pada umumnya, menekankan ke arah
profesionalisme profesi keperawatan oleh sebab itu penyusun tertarik
untuk mengangkat Asuhan Keperawatan pada klien dengan Harga Diri
Rendah Kronis sebagai judul makalah.
B. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana konsep harga diri
2. Mengetahui bagaimana konsep harga diri rendah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Harga Diri


1. Pengertian Harga Diri
Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan
kebiasaan memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak,
dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan,
keberartian, kesuksesan, dan keberhargaan (Coopersmith, 1998).
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) harga diri adalah penilaian
individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat disimpulkan bahwa harga
diri menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya
sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan
kompeten. Secara singkat, harga diri adalah personal judgment
mengenai perasaan berharga atau berarti yang diekspresikan dalam
sikap-sikap individu terhadap dirinya.
2. Pembentukan Harga Diri
Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak
berhadapan dengan dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di
lingkungan sekitarnya. Interaksi secara minimal memerlukan
pengakuan, penerimaan peran yang saling tergantung pada orang yang
bicara dan orang yang diajak bicara. Interaksi menimbulkan pengertian
tentang kesadaran diri, identitas, dan pemahaman tentang diri. Hal ini
akan membentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai orang
yang berarti, berharga, dan menerima keadaan diri apa adanya
sehingga individu mempunyai perasaan harga diri (Burn, 1998).
Harga diri mengandung pengertiansiapa dan apa diri saya.
Segala sesuatu yang berhubungan dengan seseorang, selalu mendapat
penilaian berdasarkan kriteria dan standar tertentu, atribut-atribut yang
melekat dalam diri individu akan mendapat masukan dari orang lain
dalam proses berinteraksi dimana proses ini dapat menguji individu
yang memperlihatkan standar dan nilai diri yang terinternalisasi dari
masyarakat dan orang lain. Harga diri seseorang diperoleh dari diri
sendiri dan orang lain.
3. Aspek Aspek Harga Diri

Coopersmith (1998) membagi harga diri kedalam empat aspek


yaitu:
a. Kekuasaan (power) Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol
tingkah laku orang lain. Kemampuan ini ditandai adanya
pengakuan dan rasa hormat yang diterima individu dari orang lain.
b. Keberartian (significance) Adanya kepedulian, penilaian, dan
afeksi yang diterima individu dari orang lain.
c. Kebajikan (virtue) Ikuti standar moral dan etika, ditandai oleh
ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan.
d. Kemampuan (competence) Sukses memenuhi tuntutan prestasi.
B. Konsep Harga Diri Rendah
1. Definisi Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti
dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif
terhadp diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang
kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1998). Gangguan harga diri
rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain
yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk.
Harga diri meningkat bila diperhatikan/dicintai dan dihargai atau
dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi
sampai rendah. Harga diri tinggi/positif ditandai dengan ansietas yang
rendah, efektif dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Individu
yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif
dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung
merasa aman sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah
melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai
ancaman (Yoseph, 2009).
2. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah
Berdasarkan hasil riset Malhi (2008, dalam http:www.tqm.com)
menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya
cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan
dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya
yang rendah. Selanjutnya, hal ini menyebabkan penampilan seseorang

yang tidak optimal. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab
terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan,
jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai
masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan
dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah,
pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan
cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.
Dalam Purba (2008), ada empat cara dalam meningkatkan harga
diri yaitu:
a. Memberikan kesempatan berhasil
b. Menanamkan gagasan
c. Mendorong aspirasi
d. Membantu membentuk koping
Menurut Fitria (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi
proses terjadinya harga diri rendah yaitu faktor predisposisi dan faktor
presipitasi.
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah
penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada
orang lain ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya
adalah hilannya sebagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk
tubuh, mengalami kegagalan serta menurunya produktivitas.
Sementara menurut Purba, dkk (2008) gangguan harga diri
rendah dapat terjadi secara situasional dan kronik. Gangguan harga
diri yang terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang
muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, mengalami
kecelakaan, menjadi korban perkosaan, atau menjadi narapidana
sehingga harus masuk penjara. Selain itu, dirawat di rumah sakit juga
menyebabkan rendahnya harga diri seseorang diakibatkan penyakit

fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman,


harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh,
serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang mengharagai klien dan
keluarga. Sedangkan gangguan harga diri kronik biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.
Menurut Peplau dan Sulivan dalam Yosep (2009) mengatakan
bahwa harga diri berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam
tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti good me, bad
me, not me, anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan
amannya tidak terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan
apabila koping yang digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga
diri rendah. Menurut Caplan, lingkungan sosial akan mempengaruhi
individu, pengalaman seseorang dan adanya perubahan sosial seperti
perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai
akan menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan perilaku
akibat harga diri rendah.
Caplan (dalam Keliat 1999) mengatakan bahwa lingkungan
sosial, pengalaman individu dan adanya perubahan sosial seperti
perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai
akan menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan perilaku
akibat harga diri rendah.
3. Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah
Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga
diri rendah adalah:
a. Mengkritik diri sendiri.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimis.
d. Penurunan produkrivitas.
e. Penolakan terhadap kemampuan diri.
Selain tanda dan gejala tersebut, penampilan seseorang dengan
harga diri rendah juga tampak kurang memperhatikan perawatan diri,

berpakaian tidak rapi, selera makan menurun,tidak berani menatap


lawan bicara, lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada
suara lemah.
4. Pohon Masalah

5. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b. Isolasi sosial : menarik diri
c. Peran diri tidak efektif.

*Kasus :
Sdr.A adalah anak kedua dari 3 bersaudara, usia 30 tahun.
Sdr.A sudah hampir 1 tahun ini menjadi pengangguran dirumah
dikarenakan diberhentikan dari pekerjaannya, sedangkan saudaranya yang
lain sudah bekerja semua. Karena hal itu klien sering mengamuk, marah
marah, memecahkan perabotan saat dirumah dan tertawa sendiri.
Kondisi klien saat ini tampak malu, tidak banyak bicara, tidak ingin
bertemu dengan orang lain, klien juga sering mengatakan bahwa dirinya
tidak berguna.

Anda mungkin juga menyukai